Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GENETIKA

KARAKTERISTIK DAN MANFAAT PERSILANGAN AYAM UNGGUL

Di susun guna untuk memenuhi tugas


Mata kuliah :Bioteknologi Pemuliaan Ternak
Dosen pengampu :Nefi Andriana Fajri ,Sp,t M,si
Semester : (v) lima

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NAHDLATULWTHAN
MATARAM
2019
Jumadil akhir
1761003
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam kampung adalah ayam yang dipelihara oleh masyarakat di perumahan secara
langsung. Pemeliharaan biasanya dilakukan dengan cara mengumbar ayam kampung tersebut
dan dibiarkan untuk mencari makan sendiri. Karena metode pengumbaran ayam kampong ini
mengakibatkan kualitas daging ayam kampong yang lembut dan tidak begitu terlalu berminyak
pada saat diolah. Hal ini mengakibatkan ayam kampong mempunyai harga yang mahal di
pasaran.
Dalam pengembangannya, ditemukan berbagai hambatan untuk meningkatkan
produktivitas ayam kampung yang relatif rendah. Hal ini terkait dengan sistem pemeliharaan
yang masih tradisional, pakan yang diberikan masih seadanya, dan belum terlaksananya sistem
pengendalian penyakit dengan baik.. Hambatan ini menjadi kendala dalam pengembangan ternak
ayam kampung di pedesaan. Dalam pembudidayaan ayam kampung, permasalahan yang sering
ditemui adalah penyediaan bibit ayam kampung unggul. Dalam pencarian calon bibit unggul,
selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam kampung yang berbasis konsep
pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
produktivitas ternak
Maka dari itu perlu dilakukan peningkatkan kualitas mutu genetiknya. Peningkatan
tersebut dapat dilakukan dengan cara persilangan ayam kampong dengan ayam jenis lain yang
mempunyai kualitas karakteristik yang unggul di berbagai aspek genetik dan produksinya.

B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian ayam kampung dan jenis-jenisnya di Indonesia yang bersifat produktif
untuk dikembangkan
2. Mengetahui persyaratan bibit unggul
3. Mengetahui contoh persilangan antar ayam kampung dan hasilnya
C, Manfaat
1, Dapat melihat hasil dari persilangan jenis ayam
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ayam Kampung


Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak
ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang
dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut. Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam
kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana
halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya (Rasyaf, 1992).
Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik
perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan merah
atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hijau (Gallus varius). Awalnya, ayam tersebut
hidup di hutan, kemudian didomestikasi serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan (Yaman,
2010).

B. Jenis-Jenis Ayam Kampung


Diantara jenis-jenis ayam kampung asli Indonesia tersebut adalah :
1. Ayam Nunukan
Ayam ini merupakan jenis ayam buras yang potensial sebagai ayam petelur. Nama
ayam ini berasal dari daerah tempat ditemukannya banyak jenis ayam ini, yaitu di Tarakan dan
Nunukan, Kalimantan Timur. Salah satu nama julukan untuk ayam nunukan adalah ayam cina
karena ada yang berpendapat ayam ini berasal dari daratan Cina bagian selatan. Ciri ayam betina
nunukan yang memiliki produktivitas bertelur yang baik adalah yang memiliki ekor panjang.
Bobot betina nunukan dewasa mencapai 1,9 kg. Produktivitas bertelurnya mencapai 130 butir per
tahun (sekitar 35%) dengan bobot telur rata-rata 50 gram per butir. Masa bertelurnya cukup
lama, mencapai 3 tahun. Produktivitas ini bisa ditingkatkan dengan pemeliharaan yang intensif.
Berbeda dengan betinanya, ayam nunukan jantan memiliki bulu sayap dan ekor yang
pertumbuhannya tidak sempurna. Bulu ekornya sangat pendek dan tampak seperti dipotong. Ciri
lain nunukan jantan adalah perawakannya cukup besar dengan bobot mencapai lebih dari 4 kg
saat dewasa. Jengger dan pial nunukan jantan juga besar dan berwarna merah. Jenggernya
tunggal bergerigi delapan dan runcing.
2. Ayam Kedu
Nama ayam kedu berasal dari daerah yang memang banyak dijumpai jenis ayam ini,
yaitu Desa Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ada dua pendapat mengenai asal ayam
ini. Ada yang percaya, ayam kedu merupakan ayam asli Pulau Jawa yang kemudian diekspor ke
Amerika pada tahun 1930-an dan dikenal dengan nama black Java breed (ayam hitam asal Jawa).
Namun, ada juga pendapat yang mengatakan ayam kedu merupakan ayam hasil persilangan
antara ayam dorking yang dibawa Raffles dengan ayam buras di daerah Dieng. Ayam ini
memiliki ukuran standar ayam biasa dengan jengger tunggal. Ayam kedu betina memiliki bobot
sekitar 2-3 kg dan kedu jantan memiliki bobot 2-4 kg. Umur ayam kedu rata-rata 6-8 tahun.
Ayam kedu akan mulai bertelur pada umur 138-195 hari. Produktivitas bertelur ayam kedu
sekitar 124 butir per tahun (34%). Namun, dengan pemeliharaan intensif menggunakan kandang
baterai, produktivitas dapat ditingkatkan. Ayam kedu termasuk ayam buras yang potensial
dijadikan ayam petelur dan pedaging. Ayam kedu memiliki beberapa jenis, di antaranya kedu
hitarn, kedu putih, dan kedu lurik atau blorok (campuran). Produktivitas kedu hitam lebih tinggi
daripada produktivitas kedu putih atau campuran. Pada jenis kedu hitam ada yang dikenal
sebagai ayam cemani, yaitu jenis ayam yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam, hingga
daging, tulang, dan darahnya. Ayam cemani dengan kualitas seperti ini sangat langka dan banyak
dijadikan ayam koleksi. Sementara jenis kedu hitam yang lain (bukan cemani) hanya memiliki
warna hitam di bagian bulunya. Perbedaan mama kedu petelur dengan kedu dwifungsi adalah
bobot badannya. Bobot betina kedu petelur sekitar 1,5 kg, sedangkan bobot betina kedu
dwifungsi mencapai 2,5 kg. Sementara bobot jantan kedu petelur 2-2,5 kg, sedangkan bobot
jantan kedu dwifungsi mencapai 3,5 kg. Kelebihan lain ayam kedu adalah mudah beradaptasi
dengan lingkungan baru serta tahan terhadap stres dan penyakit. Ayam cemani. Merupakan salah
satu jenis ayam kedu yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam.
3. Ayam Merawang
Ayam merawang merupakan ayam lokal yang banyak terdapat di daerah Bangka
Belitung. Meskipun merupakan ayam asli dari Cina, ayam merawang sudah dipelihara cukup
lama oleh masyarakat Bangka Belitung sehingga menjadi aset dan unggas lokal unggulan. Ayam
merawang memiliki warna bulu yang seragam, yaitu cokelat kemerahan hingga keemasan.
Penampilannya mirip dengan ayam ras petelur Rhode Island Red. Ayam ini potensial sebagai
ayam petelur. Daya tetas telurnya cukup tinggi, mencapai 86,4%. Ayam merawang. meskipun
merupakan ayam asli dari Cina, saat ini sudah menjadi aset dan unggas lokal unggulan di daerah
Bangka Belitung.

4. Ayam Sentul
Ayam sentul merupakan ayam lokal yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Ayam yang semula banyak dijadikan ayam aduan ini, sekarang dimanfaatkan
sebagai ayam petelur atau pedaging. Penampilan fisik ayam sentul mirip dengan ayam bangkok.
Bentuk jengger dan pialnya cukup besar dan lebar. Ada lima variteas ayam sentul berdasarkan
warna bulunya, yaitu sentul emas, sentul debu, sentul jambe, sentul batu, dan sentul kelabu.
Produksi bertelur ayam sentul sekitar 10-18 butir per periode dengan bobot setiap telur sekitar 43
gram. Fertilitas telur ayam sentul cukup tinggi, mencapai 80,4% dengan daya tetas hingga
78,2%.
5. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan jenis ayam buras yang awalnya banyak terdapat di Jawa
Barat, terutama di daerah Cianjur dan Sukabumi. Namun, saat ini sudah banyak tersebar di
berbagai daerah di Indonesia. Ayam pelung jantan termasuk jenis ayam buras dengan bobot
paling besar di antara jenis ayam buras lainnya. Bobotnya mencapai 3,50-5,50 kg/ekor. Pada
masa lalu bahkan mencapai 7,5 kg/ekor. Sementara itu, bobot betinanya maksimum 3,5 kg/ekor.
Besarnya pertumbuhan bobot ayam ini menjadikan ayam pelung berpotensi sebagai ayam buras
pedaging. Ayam pelung betina mulai bertelur pada umur 165-210 hari. Produktivitas bertelurnya
mencapai 68 butir per tahun dengan bobot telur sekitar 42 gram per butir. Ayam pelung.
Berpotensi sebagai ayam pedaging, tetapi hingga saat ini lebih sering dipelihara sebagai ayam
klangenan karena memiliki suara yang nyaring dan panjang.
C. Pesyaratan Bibit Unggul Persilangan
Persyaratan bibit unggul pada ayam sebelum disilangkan meliputi karakteristik
sebagai berikut:
1. Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
2. Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat.
3. Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik
mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
4. Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
5. Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
6. Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
7. Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh
pendek, tajam dan kuat.
8. Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.

D. CONTOH PERSILANGAN
1. Persilangan ayam kedu, Rhode Island Red, dan White Leghorn
Salah satu cara terpopular dalam mencetak ayam kamper adalah melakukan
persilangan berjenjang dengan menggunakan 3 bahan: ayam kedu, Rhode Island Red, dan White
Leghorn. Dua jenis ayam yang disebut terakhir merupakan tipe ayam ras petelur.
AYAM KEDU HITAM

WHITE LEGHORN BETINA RHODE ISLAND RED JANTAN

Ketiga jenis ayam itulah yang dijadikan sebagai “great parent stock (GPS)”. Great
parent stock harus mempunyai gen homozigot, sebagaimana dimiliki pabrik pembibitan berskala
besar
Homozigot adalah sifat / karakter dalam bentuk genotip (susunan genetik) yang diperoleh
individu ayam dari bapak atau ibunya, kemudian diwariskan kepada anaknya. Individu
homozigot ini memiliki kromosom dengan pasangan gen (alel) yang sama pada setiap lokus gen.
Lawannya dari homozigot adalah heterozigot, di mana pasangan gen (alel) dari setiap kromosom
menempati lokus gen yang berbeda-beda.
Rhode Island Red dan White Leghorn yang selama ini digunakan pembibit ayam
kamper sesungguhnya hanya final stock, atau DOC yang dipelihara sampai besar. Final stcok
pasti bersifat heterozigot. Begitu pula dengan ayam kedu, yang hingga kini belum dilakukan
pemurnian galur sehingga selalu heterozigot.

Ketiga jenis ayam inilah yang disilangkan untuk menghasilkan ayam kamper, dengan
proses sebagai berikut:

a. Tahap pertama, pejantan Rhode Island Red dikawinkan dengan betina ayam kedu, menghasilkan
keturunan / filial pertama (F1) yang kita sebut RIRK. Untuk proses selanjutnya, yang diambil
hanya F1 jantan. Dalam pembibitan besar, proses ini seperti perkawinan antar-GPS untuk
menghasilkan parent stock (PS).
b. Tahap kedua, pejantan ayam kedu disilangkan dengan betina White Leghorn, menghasilkan F1
yang kita sebut KWL. Untuk proses selanjutnya, yang diambil hanya F1 betina. Proses ini juga
seperti perkawinan antar-GPS untuk menghasilkan PS.
c. Tahap ketiga, pejantan RIRK dikawinkan dengan betina KWL, sehingga menghasilkan
keturunan yang diklaim sebagai ayam kampung super. Proses ini seperti perkawinan antara dua
parent stock untuk menghasilkan final stock.
Sekarang kita analisis persentase darah dari ayam kamper, berdasarkan tiga tahapan
di atas:

a. Tahap pertama, RIRK memiliki persentase 50% Rhode Island Red dan 50% Kedu
b. Tahap kedua, KWL memiliki persentase 50% Kedu dan 50% White Leghorn
c. Tahap ketiga, ayam kamper memiliki persentase 50% Kedu, 25% Rhode Island Red dan 25%
White Leghorn.
Jadi, setengah darah ayam kampung super adalah ayam kedu, dan setengah lagi ayam
ras petelur. Ayam kedu, baik jantan maupun betina, memiliki bobot badan yang lebih besar
daripada ayam kampung biasa. Demikian pula dengan ayam jantan Rhode Island Red, yang saat
dewasa bobotnya bisa mencapai 6 kg. Adapun White Leghorn merupakan ayam petelur tipe
ringan, tubuhnya langsing seperti ayam kampung.

Sekarang kita lihat warna bulunya. Ayam kedu bisa dibedakan menjadi tiga
berdasarkan warna bulu , yaitu putih mulus, hitam pulus, dan blorok (campuran hitam dan putih).
Rhode Island Red memiliki warna bulu cokelat kemerahan, sedangkan White Leghorn putih
mulus.

Dari gambaran di atas bisa diprediksi bahwa pertumbuhan ayam kamper lebih cepat
daripada ayam kampung biasa. Kalau dipelihara secara intensif, bobot badan bisa mencapai 0,9 –
1,1 kg pada umur 55 – 60 hari, dengan rasa dan tekstur daging yang menyerupai ayam kampung.
Bahkan jika dibiarkan sampai dewasa, umur 5-7 bulan, ayam kamper juga bisa menjadi ayam
kampung petelur unggulan.

2. Persilangan ayam kampung dan ayam ras pedaging


ARBOR ACRES JANTAN

Sebagian pembibit ayam kamper hanya menggunakan dua bahan saja, yaitu betina
ayam kampung dan pejantan ayam ras pedaging (broiler). Jenis ayam pedaging yang bagus
dijadikan bahan antara lain Hybro dan Arbor Acres..

Kalau menggunakan parent stock, lama pemeliharaan ayam kamper hingga panen
bisa dipersingkat menjadi 45 hari, dengan bobot badan rata-rata 1,0 kg. Apabila menggunakan
final stock, masa panen umumnya 50 – 60 hari dengan bobot badan 0,8 – 1,0 kg.

3. Persilangan ayam kampung dan ayam ras petelur


HARCO JANTAN

Cara ini pernah dilakukan sejumlah mahasiswa Fakultas Peternakan UGM sekitar
tahun 1986 – 1989, dipelopori Ali Agus (kini gurubesar di fakultas tersebut), melalui program
Desa Binaan Ayam Buras di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Ini merupakan
program Senat Mahasiswa di masa kepemimpinan Ahmad Wahyudi (1985 – 1987), kemudian
saya teruskan saat didapuk menjadi ketua umum Senat Mahasiswa (1987 – 1989).

Jenis ayam ras petelur yang digunakan adalah Harco, dan yang dijadikan bahan
hanya pejantannya saja. Pejantan Harco dikawinkan dengan betina ayam kampung. Orientasinya
memang bukan ayam kampung super untuk diambil dagingnya, tetapi untuk diambil telurnya.

Hasilnya memang bagus. Melalui pemeliharaan semi-intensif (umbaran terpagar),


produktivitas telur F1 hasil persilangan ini bisa mencapai 41,3 – 54,35%. Ayam kampung asli
yang dipelihara tradisional hanya memiliki produktivitas telur 19,03%.
Meski tujuan awalnya untuk dijadikan ayam kampung petelur, ternyata pertumbuhan
badannya lebih cepat daripada ayam kampung biasa.

4. Persilangan ayam ras petelur dan ayam bangkok / pelung / cemani.


Dalam hal ini, yang digunakan adalah betina White Leghorn dan pejantan ayam
bangkok / pelung / cemani. Tidak ada perkawinan berjenjang di sini, sehingga induk jantan dan
induk betina difungsikan sebagai “parent stock” untuk menghasilkan final stock berupa ayam
kamper.

a) Ayam Cemani
b) Ayam Bangkok
c) Ayam Pelung
Pertumbuhan badannya tidak sebagus model pertama dan kedua, tetapi masih lebih
bagus daripada model ketiga. Sama seperti model pertama dan kedua, warna bulu ayam kamper
hasil persilangan ini juga dominan putih, dengan selingan warna hitam pada beberapa individu..

5. Persilangan ayam kampung dan ayam lingnan


Model ini pernah dilakukan Jatmiko Adi Nugroho untuk bahan penulisan skripsi S1
Program Studi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Undip (2005). Dalam penelitian di Balai
Pembibitan Ternak Unit Maron Temanggung, Jawa Tengah, betina ayam kampung dikawinkan
dengan pejantan ayam lingnan (konon disebut sebagai ayam kampung super China).

Dengan pemberian pakan berkadar protein tinggi (20%), keturunan ayam kampung
dan lingnan ini bisa mencapai bobot badan 936 gram pada umur 10 minggu. Namun tidak
dijelaskan warna bulu hasil persilangan ini.

Alief Ardi, warga Desa Tlogopayung, Kecamatan Plantungan, Kendal, juga pernah
mengawinkan betina ayam kampung dan pejantan ayam lingnan. Hasilnya, ayam kamper bisa
mencapai bobot badan 1,0 kg pada umur 2,5 - 3 bulan. Namun warna bulunya dominan cokelat,
mirip bapaknya
Kesimpulan

Ayam kampung adalah ayam yang dipelihara oleh masyarakat di perumahan secara langsung.
Pemeliharaan biasanya dilakukan dengan cara mengumbar ayam kampung tersebut dan dibiarkan
untuk mencari makan sendiri

Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik
perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan merah
atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hijau (Gallus varius). Awalnya, ayam tersebut
hidup di hutan, kemudian didomestikasi serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan (Yaman,
2010).
DAFTAR PUSTAKA

Muslim, Dudung Abdul. 2013. Bagaimana “mencetak” ayam kampung super?.


Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan Unggas. Hlmn 42-50.Yoyakarta: Kanisius.
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya: Depok

Anda mungkin juga menyukai