Anda di halaman 1dari 75

Agribisnis Teranak Unggas

This post was published to atugsmknkdm at 21:27:42 05/06/2011

Modul agribisnis ternak unggas


Category

MODUL 12.
MENJELASKAN DASAR-DASAR BUDIDAYA UNGGAS
MODUL SEMESTER GANJIL

Identifikasi Ternak
Ternak merupakan hewan yang umum telah dibudidayakan oleh masyarakat.
Ditinjau dari struktur pencernakannya maka dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu ternak ruminansia dan ternak non ruminansia.

Jenis Ayam Lokal

 Ayam Hutan Merah (Gallus-gallus)

Ayam hutan merah atau dalam bahasa Latin dikenal dengan Galus-galus
penyebarannya sangat luas, mulai dari India, China dan Indonesia. di
dunia terdapat 5 spesies yaitu Gallus-gallus, galus bangkiva, gallus murghi,
Gallus spadiceus dan gallus jaboullei. Dua spesies diantaranya terdapat di
Indonesia, yakni Gallus-gallus di Sumatera dan Gallus-gallus bankiva di
Jawa dan Madura, sedangkan Gallus-gallus murghi terdapat di India dan
Bangladesh. Gallus-gallus spadiceus di Myanmar dan Vietnam. Gallus-
gallus jaboullei terdapat di China Selatan serta pulau Hainan.

Ayam Hutan Merah (Gallus-gallus bankiva) mempunyai ciri-ciri:

 Bobot ayam jantan dewasa 0,7 Kg dan betina 0,4 Kg


 Produksi telur 5 - 7 butir permusim
 Jantan memiliki bulu leher yang panjang dan sempit dan bulu dada
hitam.
 Jengger berbentuk willah bergerigi merah.
 Pial ganda, merah.
 Bunyi kokoknya "ku-ku-ru-yuk" seperti ayam jantan biasa.
 Tersebar di Jawa dan Madura
Sedangkan ayam hutan merah (Gallus-gallus) mempunyai kesamaan ciri
dengan Gallus-gallus bankiva, perbedaannya terdapat pada :
 Bobot ayam jantan dewasa 0,9 - 1,2 Kg dan betina
 0,7 - 0,8 Kg
 Produksi telur 5 - 7 butir per musim
 Tersebar di Sumatera dan Sulawesi

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Kedua spesies ayam ini merupakan nenek moyang ayam buras yang ada
di Indonesia, yang saat ini banyak dipelihara sebagai penghasil telur,
daging dan hewan kesayangan.

 Ayam Hutan Hijau (Gallus-gallus)

Ayam ini tersebar disekitar Jawa, Bali, Kangean, dan Flores. Ciri-cirinya
adalah sebagai berikut :

 Ayam Jantan
 Panjangnya kira-kira 70 cm
 Beratnya 0,7 - 1,5 Kg
 Bulu dada hitam berbaur hijau mengkilap dengan ujung ke kuning-
kuningan
 Bulu ekor panjang melengkung, hitam
 Bulu leher kecil-kecil, merah kekuning-kuningan
 Jengger bulat rata
 Pial tunggal - Bunyi kokoknya ce-ki-krek

 Ayam Betina

 Panjang kira-kira 40 cm
 Bulunya kuning pucat
 Beratnya 0;5 - 0,8 Kg
 Produksi telur 3 - 5 butir/ musim

Ayam hutan hijau dari Kangean, Bali dan Flores lebih langsing
dibandingkan dengan yang terdapat di Jawa. Suaranya melengking bagus
dan banyak di pakai sebagai induk pejantan dalam pembuatan ayam
bekisar.

 Ayam Kedu

Warna bulu hitam berkilau secara fisik kelihatan serba hitam, akan tetapi
bila diamati secara teliti bulu hias jantannya ada yang kuning emas
kemerahan atau berkilat kehijauan. paruh, kulit dan ceker berwarna hitam,
jengger dan pial berwarna merah ada juga yang kehitaman, lidah,
tenggorokan dan telak (langit-langit mulut) berwarna putih kemerahan

Ayam ini merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Magelang


dan Temanggung, eks Keresidenan Kedu, Jawa Tengah. Saat ini sudah
banyak tersebar keluar daerah tersebut. Berdasarkan warnanya, menurut
badan litbang deptan ayam kedu dapat dibedakan, empat jenis, yakni:
kedu cemani putih, Ayam kedu hitam, kedu cemani dan kedu cemani
merah

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Ayam Kedu Cemani Putih

Sepintas mirip ayam White Leghorn merupakan warna resesif dari Kedu
Hitam, berwarna putih polos, sering disebut ayam Raja. Jengger, pial,
cuping berwarna merah terang. Kulit muka berwarna merah.Warna paruh,
lidah, langit-langit mulut (telak) berwarna putih. Kaki (shank) berwarna
putih/kuning kadang kala ada yang kehitaman. Bentuk jengger tunggal
(wilah). Bobot ayam jantan dewasa 2,5 kg dan betina 1,2 - 1,5 kg

Gb.3 Cemani Putih


Sumber Litbang Peternakan Deptan

 Ayam Kedu Hitam

Ayam kedu hitam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut; penampilan fisiknya


hampir hitam semua kecuali kulit, pantat dan pial agak berwama
kemerahan. Bobot ayam jantan dewasa 2 - 2,5 kg dan betina 1,5 kg.

Gb. 4 Kedu Hitam


Sumber Litbang Peternakan Deptan

 Ayam Kedu Cemani

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Ayam kedu cemani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut Ayam yang


warnanya hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak
(langit-langit mulut). Daging dan tulang juga hitam, Sosok tubuhnya tinggi
besar, Bobot ayam jantan dewasa 3 - 3,5 kg dan betina 2 - 2,5 kg. Ayam
Cemani sempurna memiliki persentase warna hitam 100 % termasuk
warna darah kehitaman.

Gb. 5 Cemani
Sumber Litbang Peternakan Deptan

 Ayam Kedu Cemani Merah

Ayam kedu cemani merah mempunyai ciri-ciri Warna bulunya hitam mulus,
Kulit muka dan jengger merah, Kulit badan putih, Sosok tubuh tinggi besar.
Bobot ayam jantan dewasa 3-3,5 kg dan betina 2-2,5 kg. Produksi telur 40
butir per periode.

 Ayam Nunukan

Ayam Nunukan merupakan ayam lokal khas Kalimantan Timur, yang


penyebarannya banyak terdapat di Pulau Tarakan dan Nunukan. Ayam ini
mempunyai ciri spesifik warna bulu coklat kemerahan (buff) dengan pola
bulu Columbian (bagian ujung sayap dan ekor berwarna hitam) serta bulu
utama sayap dan ekor tidak berkembang (bersifat lambat tumbuh bulu)
yang dipengaruhi oleh adanya gen K pada kromosom Z. Oleh karena itu,
ayam Nunukan mempunyai metabolisme protein yang efisien yaitu asam
amino yang mengandung sulfur (Sistin dan Metionin) yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan bulu dapat dikompensasikan untuk produksi daging
dan telur . Bila dilihat produksinya, ayam Nunukan lebih baik dibandingkan
dengan ayam Kampung yaitu mempunyai produksi telur hen day, hen
house dan puncak produksi masing-masing sebesar 45, 39,1 dan 62%,
sedangkan pada ayam Kampung produksi telur hen day, hen house dan
puncak produksinya masing-masing sebesar 35,9, 30,9 dan 48%. Ayam
Nunukan mempunyai karakteristik genotipe eksternal ii ee ss IdId pp yang
berarti tampilan fenotipenya mempunyai pola bulu columbian dan
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

keemasan, warna ceker kuning atau putih dan bentuk jengger tunggal
hampir sama dengan ayam Merawang. Berdasarkan introgresi genetik,
ayam Nunukan dipengaruhi oleh bangsa ayam Rhode Island Red dengan
nilai introgresi genetik sebesar 0,964

Adalah ayam lokal yang berkembang di pulau Tarakan, Kalimantan Timur


dan diduga berasal dari Cina. Ciri -cirinya adalah

 Warna bulu merah cerah atau merah kekuningan


 Bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna
 Paruh dan kaki berwarna kuning atau putih kekuningan
 Jengger dan pial merah cerah
 Anak berumur 45 hari cenderung berbulu kapas
 Berat badan ayam jantan dewasa 3,4 - 4,2 kg dan betina 1,6 - 1,9
kg
 Produksi telur 120 - 130 butir per tahun dengan bobot 40 - 60
gr/butir

Gambar.6 Ayam Nunukan


Jantan Dewasa
Foto : Sulandari, dkk (2006

Gambar. 7 Ayam Nunukan


Betina Dewasa
Foto : Sulandari, dkk (2006)
Asal muasal ayam Nunukan menurut sejarahnya pada waktu jaman
Belanda sekitar tahun 20an, dua perusahaan besar yaitu NHM
(Noenoekan Houtanchap Matschappiij) di Pulau Nunukan dan BPM
(Bataafse Petroleum Matschappiij) di Pulau Tarakan banyak
memperkerjakan imigran dari dataran Cina yang kemudian menetap di
wilayah tersebut. Para imigran tersebut membawa ayam dengan rute
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

perjalanan diperkirakan dimulai dari Hongkong-Sandakan-Tawao-


Nunukan-Tarakan. Maka ayam ini dikenal dengan ayam Cina atau ayam
Tawao dan datang pertama kali ke pulau Nunukan sehingga dinamakan
ayam Nunukan (Disnak Kalimantan Timur, 1995). Pada kenyataannya
ayam Nunukan lebih banyak berkembang di pulau Tarakan karena
lapangan pekerjaan di pulau Tarakan lebih banyak dibandingkan di pulau
Nunukan, sehingga imigran-imigran dari Cina tersebut setelah perusahan
besar tadi tutup banyak menetap di pulau Tarakan dan beralih profesi
menjadi pedagang sambil memelihara ayam. Perkembangan selanjutnya
ayam Nunukan banyak juga dipelihara oleh masyarakat setempat dan
telah beradaptasi dengan baik selama � 80 tahun. Oleh karena itu ayam
Nunukan telah di klaim sebagai ayam lokal Kalimantan Timur yang
merupakan plasma nutfah unggulan daerah.

 Ayam Pelung

Ayam Pelung merupakan salah satu plasma nutfah ternak asli Indonesia.
Dilaporkan oleh Subandi dan Abdurrachim tahun 1984 bahwa ayam
Pelung ditemukan di desa Bumi Kasih, Jambu Dipa, Songgom dan Tegal
Lega, yang terletak di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat. Dipelihara masyarakat utamanya untuk suara jago yang khas.
Populasi pada tahun 1994 sekitar 5-6 ribu ekor dan berkembang
mencapai kurang lebih 40 ribu ekor pada tahun 2003

Ayam Pelung pada umumnya dipelihara secara intensif sederhana oleh


para peternak dalam jumlah terbatas untuk tujuan mendapatkan ayam-
ayam jantan. Jenis pakan yang diberikan sangat berbeda dari satu
peternak ke peternak lain. Pakan jadi komersial dikombinasikan dengan
bahan-bahan pakan lokal seperti dedak padi, belut, dan/atau siput.
Program vaksinasi tetelo (ND=Newcastle Desease) dilaksanakan secara
teratur 3) dan pencegahan penyakit dilaksanakan semaksimal mungkin
tergantung pengetahuan dan ketersediaan dana.
Gambar.. ayam pelung

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gambar. 8 Kanan Ayam Pelung dan Kiri Ayam Sentul


Sumber Pusat Penelitian Biologi LIPI, 2007

Program pemberian pakan sementara ini kelihatannya belum mengikuti


standar kebutuhan ayam Pelung, tetapi kelihatannya masih memadai
dengan berbagai pengalaman para peternak. Pemberian pakan dengan
ransum pertumbuhan umur 0-8 minggu dengan ransum mengandung 20%
protein kasar, umur 8-20 minggu dengan ransum mengandung 16 %
protein kasar dengan kandungan energi sekitar 2850 kkal/kg, yang
kemudian diikuti dengan ransum dewasa petelur ras yang mengandung 17
% protein memberikan suatu gambaran maksimal produktifitas4).

Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur sejak tahun 1978 , dalam upaya


mempertahankan plasma nutfah ayam Pelung, setiap tahun selalu
melaksanakan kontes suara ayam Pelung, karena dipertimbangkan bahwa
ayam pelung merupakan aset asli Kabupaten Cianjur. Bahkan pada tahun
1978 didirikan pusat pembibitan ayam pelung di Cipadang, Kecamatan
Warung Kondang. Terakhir, proyek demplot ayam pelung juga
dilaksanakan di Kec. Warungkondang pada tahun 2000 (Wachidin 2003.
pers. comm.)

Ciri-ciri ayam pelung sebagai berikut :

 Sosok besar tegap dan kalau berdiri tegak, temboloknya tampak


menonjol
 Kakinya panjang kuat dengan paha berdaging tebal
 Ayam jantan mempunyai wilah yang besar, tegak, bergerigi dan
berwarna merah cerah.
 Pada ayam betina tidak berkembang dengan baik.
 Warna bulu tidak memiliki pola warna yang khas, umumnya kuning
campur merah, hitam dan jalak (bintikbintik hitam)

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Ayam jantan mempunyai suara kokok yang khas, sehingga banyak


dipe-lihara sebagai unggas kesayangan.
 Ayam yang dinilai bagus mempunyai kokok dengan leher tegak
agar suaranya tinggi dan terdengar sampai jauh.
 Ayam jantan dewasa berbobot 3,5 - 5,5 kg dan betina 2,5 - 3,5 kg.
 Produksi telur 39 - 68 butir/tahun dengan bobot telur 40 - 50
gram/butir.

 Ayam Balenggek

Berasal dari Kabupaten Solok Sumatera Barat , Ciri -cirinya adalah Sangat
pandai berkokok dengan suara merdu yang iramanya bersusun-susun,
panjang sampai terdiri dari 6 hingga 14 suku kata. Bentuk fisiknya
dibedakan atas tiga macam yakni:

 Yungkilok Gadang

Yungkilok gadang berpenampilan tegap, gagah dan cantik. Ayam


jantan dewasa berbobot 2 Kg dan betina 1,5 Kg dengan produksi telur
16 butir per musim.

 Ratiah

Ratiah, ayam ini berpenampilan lebih kecil dan langsing. Ayam jantan
dewasa 1,6 Kg dan betina 0,8 Kg dengan produksi telur 18 butir
permusim.

 Batu

Ayam Batu ini berpenampilan mirip ayam kate, karena berkaki pendek
yakni 3 – 4 cm. Bobot ayam jantan dewasa 1,8 Kg dan betina 1 Kg
dengan produksi telur 12.butir per musim.

Dilihat tampilannya, ayam kokokbalenggek mirip ayam kampung


jantan dengan warna bulu dominan merah. Jenis ayam ini berkerabat
dekat dengan ayam hutan merah Sumatera (Gallus gallus), sedangkan
ayam hutan Jawa dominan berbulu hijau (Gallus bankiva). Pada umur
6 bulan, ayam kokok balenggek jantan memiliki bobot badan 1,6-2,2
kg dengan bentuk badan seimbang. Mata bercahaya dan waspada,
lincah dan kuat. Menurut para penggemarnya, makin besar badan
makin bagus irama lenggeknya. Memilih ayam kokok balenggek yang
berkualitas bagus perlu memperhatikan sisik kaki, jumlah bulu sayap,
kondisi saluran pernafasan, panjang jari kaki, warna bulu, bentuk
jengger dan pial, serta bentuk badan.

Saat ini populasi ayam kokok balenggek makin berkurang karena


banyak yang dijual ke luar daerah, bahkan ayam dengan kokok yang
panjang (banyak lenggek) sudah jarang dijumpai di daerah asalnya
yaitu di Nagari Simanao, Kecamatan Tigo Lurah, Solok. Menurut salah
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

seorang penduduk desa tersebut, populasi ayam kokok balenggek


menurun drastis karena serangan penyakit ND serta tidak adanya lagi
kontes ayam kokok balenggek. Selain itu, ayam kokok balenggek
banyak digunakan dalam pengobatan alternatif, bahkan yang masih
kecil sekalipun. Penduduk Nagari Simanao percaya bahwa penyakit
seseorang dapat dilihat dari tubuh ayam yang dibawa ke tempat
pengobatan.

Sebagai informasi harga seekor AKB itu tergolong mahal. Mahalnya


AKB ditentukan oleh banyak sedikitnya lenggek. " Satu ekor AKB
berlenggek 3 - 4 dihargai Rp 300 ribu, sedangkan AKB berlenggek 15
bisa dijual seharga Rp 1,5 juta,"

 Ayam Bekisar

Ayam bekisar merupakan keturunan pertama hasil persilangan antara


pejantan ayam hutan hijau Gallus varius dengan induk betina ayam
kampung Gallus Domestika dengan ciri-ciri sebagai berikut :

 Ayam ini banyak dipelihara sebagai unggas kesayangan, karena


penampilannya yang elok dengan bunyi suara yang indah yaitu perpaduan
yang harmonis antara ayam hutan dengan ayam kampung biasa.
 Kualitas ayam bekisar mulai tampak pada umur 6 bulan.
 Ayam bekisar senang berkokok diatas kerekan
 Warna bulu didominasi oleh warna bulu induk betina, tetapi potur
tubuh, sifat dan suaranya sangat dipengaruhi oleh induk jantan.
 Berdasarkan warna bulu dan keturunannya, ayam bekisar
mempunyai beberapa jenis antara lain :

Gambar 9. Ayam bekisar


Sumber Pusat Penelitian Biologi LIPI, 2007

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Ayam Bekisar Putih

Ayam bekisar putih, merupakan keturunan pertama (F 1) hasil


persilangan antara induk jantan ayam hutan hijau dengan dengan
induk betina ayam ras petelur leghorn strain Fly-line atau babcock
dengan ciri-ciri: Warna bulu putih bersih, Sosok badannya cantik dan
ramping, Jengger besar dan merah, Kakinya agak keputihan

 Ayam Bekisar Hitam

Ayam bekisar hitam, merupakan keturunan pertama (F1) hasil


persilangan antara induk jantan ayam hutan hijau dengan induk betina
ayam cemani. Ayam bekisar hitam ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: Seluruh tubuhnya hitam legam, Seluruh bulunya hitam,
termasuk bulu kecil yang baru tumbuh, Kaki, jari dan mata berwarna
hitam polos

 Ayam Bekisar Multi Warna

Ayam bekisar multi warna, merupakan keturunan per tama (F1) hasil
persilangan antara induk jantan ayam hutan hijau dengan induk betina
ayam kampung berbulu merah, hitam, kuning, abu-abu atau coklat.
Warna bulunya berwarna-warni dengan bulu leher, bulu pelanan dan
bulu hias merah menyala.

 Ayam Katai/Kate

Ayam kate perawakan kecil, berkaki pendek dan unik karena memiliki
berbagai kelebihan dibandingkan dengan ayam biasa, terutama dalam hal
keindahan bulu, jengger, penampilan fisik dan tingkah laku. Ada beberapa
macam ayam kate, yaitu :

 Ayam Kate Lokal

Adalah ayam kate yang sudah lama dipelihara oleh penggemar di


Indonesia. Asal usulnya tidak ketahuan, tetapi penampilannya mirip
ayam kate yang terdapat di Jepang. Adapun ciri-ciri ayam kate lokal
adalah:

pialnya sangat mencolok, karena besar

 dan merah- Warna bulunya putih mulus tapi ada jugs yang hitam
 mulus atau hitam kehijauan
 Jengger dan
 Jengger berbentuk wilah - Kaki pendek abu-abu - Kuku dan paruh
putih

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Kate Batindo

Adalah ayam kate yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Warna bulunya putih berblirik-blirik hitam atau lurik


 Bulu leher dibagian belakang bersurai
 Jengger merah berbentuk mawar

 Ayam Bali
Ayam Bali merupakan ayam aduan terutama ayam jantannya. Adu ayam
di Bali merupakan aktivitas yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Bali.
Jenis ayam bali bervariasi ada yang lehernya tanpa bulu, jengger rumpless
dll, tetapi termasuk Bankiva. Bereat ayam antara 1,5 sampai 2 kg.

 Ayam Gaok

Gambar.10 Ayam Gaok

Ciri spesifik: Warna bulu betina bervariasi, dengan leher lurik hitam putih
jantan lebih seragam memiliki warna dasar kehijauan dengan bulu penutup
dan bulu leher putih silver kekuningan, ekor hitam kuning kehijauan (wido),
shank dan paruh berwarna kuning. Jengger dan pial berwarna merah
terang berbentuk tunggal. Bobot tubuh besar, tegap dan gagah, pada
jantannya bisa mencapai bobot 4 kg (Sartika dkk, 2006).

 Ayam Merawang

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gambar.11 Ayam Merawang

Ciri spesifik: Warna bulu dominan coklat merah dan kuning keemasan,
pola bulu columbian (warna bagian ujung sayap dan ekor berwarna hitam),
warna kulit, paruh, ceker (shank) putih atau kekuningan, warna mata
kuning. Jengger berbentuk tunggal, pada ayam jantan berukuran besar,
tegak, dan bergerigi bagian atasnya, ukuran pial juga besar berwarna
merah terang.

Ayam Merawang merupakan ayam lokal khas atau lebih dikenal dengan
ayam kampung dari Bangka Belitung. Ayam Merawang memiliki spesifikasi
khusus, warna bulunya seragam coklat kemerahan dan keemasan mirip
ayam ras petelur Rhode Island Red. Ayam Merawang disamping
merupakan plasma nutfah dan aset bagi Bangka Belitung juga mempunyai
potensi yang baik untuk dikembangkan dan ditingkatkan produktifitasnya.
Permasalahan adalah semakin rendahnya tingkat keseragaman dari ayam
Merawang khusus yang dikembangkan ditingkat petani sebagai akibat dari
sistem pemeliharaan yang masih tradisional, maka untuk meningkatkan
keseragaman dan kemurnian ayam Merawang maka diperlukan
penangkaran dan perbibitan yang tepat. Dalam penangkaran tujuan utama
adalah untuk dapat terus melestarikan ayam Merawang agar jangan
sampai genetiknya semakin melebar seperti ayam kampung pada
umumnya, Perbibitan tujuan utama adalah mampu memproduksi anak
ayam semaksimal mungkin, disamping manajemen yang tepat, teknik
perkawinan memegang peran penting dalam keberhasilan perbibitan.
Dalam meningkatkan keseragaman dilakukan seleksi berdasarkan ciri-ciri
khas ayam Merawang, disamping itu seleksi juga dilakukan untuk
meningkatkan mutu genetik seperti: seleksi fisik, seleksi produksi, daya
tetas, sifat mengeram. Dari hasil yang diperoleh tingkat produksi ayam
Merawang tertinggi mencapai 64,42% dengan daya tetas rata-rata 86,40%.

Kata kunci: Penangkaran, perbibitan, ayam Merawang

 Ayam Sentul

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Ayam Sentul dikenal sebagai ayam lokal tipe dwiguna. Produktivitas


telurnya cukup tinggi, mampu bertelur sampai 26 butir per periode
bertelur, dan itu mempunyai perototan yang padat (kompak). Ayam Sentul
jantan umumnya memiliki jengger tunggal (single comb) atau pea comb.
Ayam Sentul juga memiliki daging yang cukup banyak. Bobot badan ayam
Sentul tidak banyak berbeda dengan ayam kampung, rata-rata 2356 gram
untuk jantan dan 1641 gram untuk betina.

Panjang leher 20,81 cm untuk jantan dan 13,46 cm untuk betina, panjang
tungkai 25,41 cm (jantan) dan 23,81 cm (betina), panjang punggung 23,43
(jantan) dan 22,87 cm (betina).

Ayam Sentul betina dewasa umumnya memiliki bulu berwarna abu-abu


dengan intensitas yang berbeda, yaitu abu-abu tua, abu-abu, dan abu-abu
pucat.

 Ayam Wareng

Ayam wareng merupakan salah satu bangsa ayam lokal Indonesia yang
banyak terdapat di Tangerang dan diakui oleh masyarakat Tangerang
sebagai sumber plasma nutfah ayam khas dari daerah tersebut. Postur
ayam wareng termasuk kecil sehingga efisien dalam penggunaan pakan,
namun produksi telurnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam
kampung. Pemanfaatan ayam wareng sebagai penghasil telur belum diikuti
dengan pengelolaan yang tepat sehingga populasinya makin menurun dari
waktu ke waktu. Informasi mengenai karakteristik dan potensi produksinya
belum terdokumentasikan dengan baik. Saat ini di Balitnak sedang
dilakukan kegiatan koleksi dan karakterisasi secara ex-situ ayam wareng
sebagai salah satu upaya pelestarian ayam lokal tersebut agar tidak
punah. Sebanyak 95 ekor ayam wareng dewasa yang berumur sekitar 6
bulan terdiri dari 45 ekor jantan dan 50 ekor betina diamati karakteristik
kualitatif dan ukuranukuran tubuhnya. Ayam-ayam wareng tersebut
dipelihara secara intensif di kandang dengan sistem ”batere” yang
berukuran 25 x 35 x 40 cm/ekor. Pakan yang diberikan adalah konsentrat
komersial produksi PT. Gold Coin 105 untuk ayam petelur dengan jumlah
pemberian sekitar 80 g/ekor/hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
karakteristik kualitatif ayam wareng yang meliputi warna bulu di leher,
punggung, dada, sayap dan ekor didominasi oleh warna putih. Begitu pula
warna di bagian-bagian tubuh yang meliputi kulit, paha, cuping, paruh dan
shank didominasi oleh warna putih. Jengger ayam wareng hampir 100%
berwarna merah dengan bentuk jengger 100% tunggal (single) baik jantan
maupun betina. Bobot badan ayam wareng jantan 1007 g dan betina 841
g. Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh diperoleh nilai dalam cm sebagai
berikut panjang shank 7,8 jantan dan 6,9 betina, linkar shank 3,7 jantan
dan 3,1 betina, panjang tibia 11,7 jantan dan 10,1 betina, panjang femur
9,7 jantan dan 7,7 betina, panjang dada 13,7 jantan dan 12,1 betina,
lingkar dada 25,1 jantan dan 23,5 betina, panjang punggung 15,5 jantan
dan 13,4 betina, panjang sayap 17,1 jantan dan 14,1 betina, panjang leher
10,8 jantan dan 10,9 betina, panjang paruh 3,1 jantan dan betina, lebar
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

kepala 3,3 jantan dan 3,5 betina, dan panjang kepala 6,8 jantan dan 6,4
betina. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa warna
bulu ayam wareng didominasi warna putih, sedangkan secara kuantitatif
ayam wareng dikategorikan sebagai ayam tipe kecil karena bobot badan
dewasanya kurang dari 1 kg/ekor, namun lebih besar dari ayam-ayam tipe
kate (dwarf).

 Ayam Kalosi

Ayam buras merupakan salah satu komoditas andalan dari sub sektor
peternakan yang diunggulkan dalam program peningkatan produksi dan
ekspor dua kali lipat (Grateks- 2) oleh Pemerintah Daerah Propinsi
Sulawesi Selatan. Perkembangan populasi ayam buras di Sulawesi
Selatan dari tahun 1995- 1997 hanya mengalami kenaikan rata- rata 0,09%
pertahun (Sensus Pertanian Non Tanaman Pangan, 1998), namun data
populasi ternak dari Dinas Peternakan menunjukkan bahwa pertumbuhan
ayam buras dari tahun 1998 sampai 2000 mengalami kenaikan sebesar
3,56%. Selain itu populasi ayam ras mengalami peningkatan sebesar
11,23% pada periode tersebut (Dinas Peternakan, 2000)

Peternakan ayam buras, baik di Indonesia secara umum maupun di


sulawesi selatan pada khususnya masih bertumpu pada peternakan rakyat
skala kecil, sehingga eksistensi ternak tersebut mempunyai arti yang cukup
strategis bagi pertumbuhan perekonomian di pedesaan. Karena itu ayam
buras menjadi bagian integral dalam system usaha tani karena
produksinya dapat langsung dimanfaatkan petani baik sebagai bahan
pangan maupun untuk di jual untuk menambah pendapatan keluarga.

Dalam pasca krisis ekonomi, walaupun harga pakan cenderung meningkat,


pemeliharaan ayam buras skala kecil masih bisa bertahan walaupun harga
pakan relatif mahal, karena para keluarga tani cenderung memanfaatkan
bahan lokal yang murah, antara lain dedak padi ataupun jagung serta
beberapa jenis limbah rumah tangga. Dalam kondisi krisis ekonomi,
dimana harga pupuk buatan meningkat terus dari tahun ketahun,
sementara harga beberapa produk pertanian terutama komodotas pangan
mengalami stagnasi, telah mempengaruhi nisbah pupuk dengan produk
pertanian tanaman pangan (gabah) yang nilainya kian membesar. Nisbah
tersebut pada tahun 1985 nilainya hanya 0,74, pada tahun 1999 telah
mencapai 1,50. Data tersebut memberikan indikasi bahwa pada tahun
1985 petani hanya menjual 0,74 kg gabah untuk membeli 1kg urea,
sedangkan pada tahun 1999, petani harus menjual 1,5kg gabah untuk
memperoleh 1kg urea. Dalam kondisi tersebut, kotoran ayam (ayam buras
maupun ayam ras) dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti
untuk digunakan sebagai pupuk organik, yang dapat mengurangi
ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk buatan.

Pada umumnya produktivitas ayam buras lebih rendah dibandingkan


dengan ayam ras karena faktor genetisnya. Di lain pihak, ayam ras
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

walaupun produksi telurnya tinggi, tetapi sebagian konsumen telur di Sul –


Sel lebih memilih telur ayam kampung. Nataamijaya et al (1994),
melaporkan bahwa keberadaan jenis ayam lokal mempunyai tampilan
produktivitas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karena itu
seleksi (Grading up) terhadap jenis ayam lokal dengan ayam introduksi
diharapkan dapat meningkatkan produksi telur selain dapat memfasilitasi
pasar dengan telur ayam buras sesuai preferensi petani. Kondosi tersebut
yang memotivasi Pemda SulSel yang dimotori oleh gubernur Sulsel H.Z.B
Palaguna, telah memberi perhatian yang cukup besar terhadap
perkembangan ayam buras dengan memperbaiki performans ayam buras
yang ada dengan cara “Grading up” (Menyilangkan dengan ayam
introduksi dan ayam buras unggul). Ide tersebut telah diaktualisasikan
dalam wujud nyata dalam bentuk kemitraan antara CV. Fauna Mulya Jaya
dengan Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan dalam suplay DOC
ayam buras yang telah diperbaiki mutu genetiknya yang diberi nama kalosi
lotong, kalosi pute dan karame pute.Proses “Grading up” dapat dilihat pada
lampiran 1,2 dan 3.

Pasokan Kalosi Lotong, Kalosi Pute, dan Karame Pute

Dalam periode 5 tahun terakhir (tahun1997 sampai juli 2001), CV. Fauna
Mulya Jaya sebagai penghasil DOC telah memasok bibit ayam (DOC)
Jenis kalosi lotong, kalosi pute dan karame pute kepada para peternak
sebanyak 158.173 ekor ke seluruh kabupaten di Sul sel, bahkan keluar
propinsi (Sultra).Harga DOC di CV. Fauna Mulya Jaya saat ini (mulai mei
2001) adalah Rp. 3.500 per ekor, sementara harga DOC ayam ras adalah
Rp. 5.500 per ekor, sehingga peternak dapat memperoleh DOC dengan
harga yang terjangkau. Jumlah pasoka DOC ke Propinsi tetangga (Kolaka,
Sultra) sebanyak 1.606 ekor, yang terkirim pada tahun 1999.

Gb. 12 . Ayam Kalosi


Ayam kalosi BPTP sulsel

 Ayam Nagrak
Ayam Nagrak : nama sebuah kecamatan di kabupaten Sukabumi. Hasil
perkawinan antara ayam buras betina dengan jantan pelung.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

 Ayam Banten
Ayam banten berasal dari daerah banten. Ayam banten jantan yang bagus
dapat dipelihara sebagai ayam aduan, sedangkan yang ayam jelek sering
dijual sebagai ayam potong.

 Ayam Tolaki
Penyebaran ayam tolaki adalah di sulawesi tenggara. Pola warna bulu
ayam tolaki jantan dewasa mirip dengan ayam hutan merah ( Gallus
gallus), sedangkan bulu pelana dan leher berwarna merah keemasan.
Perilaku ayam tolaki amat lincah dan liar.

Jenis-Jenis Ayam Petelur

 Babcock B-300 v (White)

Berbulu putih, type ringan. Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup
ayam 95,7% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 145 hari. Puncak
produksi mencapai 94%. Rata-rata berat telur 61,6 gram. Produksi telur
(hen house) 351 butir. Produksi telur mencapai 21,6 kg. rata-rata konsumsi
pakan 107 gram. Konversi pakan 2,14 kg/kg. berat badan pada umur 80
minggu sebesar 1685 gram.

Gambar. 13 Babcock B-300 v (White)

 Babcock B-380 (Brown)

Berbulu cokelat, type Dwiguna, Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup
ayam 94,2% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 141 hari. Puncak
produksi mencapai 95%. Rata-rata berat telur 62,8 gram. Produksi telur
(hen house) 349 butir. Produksi telur mencapai 21,9 kg. rata-rata konsumsi
pakan 114 gram. Konversi pakan 2,23 kg/kg. berat badan pada umur 80
minggu sebesar 2000 gram.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Gambar.14 Babcock B-380 (Brown)

 Bovan White

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 93,1% . Produksi telur
50% pada saat umur ayam 140 hari. Puncak produksi mencapai 96%.
Rata-rata berat telur 60,4 gram. Produksi telur (hen house) 358 butir.
Produksi telur mencapai 21,6 kg. rata-rata konsumsi pakan 108 gram.
Konversi pakan 2,13 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar
1680 gram

Gambar. 15 Bovan White

 Bovan Black

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94,2% . Produksi telur
50% pada saat umur ayam 146 hari. Puncak produksi mencapai 94%.
Rata-rata berat telur 62,5 gram. Produksi telur (hen house) 342 butir.
Produksi telur mencapai 21,4 kg. rata-rata konsumsi pakan 123 gram.

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Konversi pakan 2,45 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar
2150 gram

Gambar. 16 Bovan Black

 Bovan Brown

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94,2% . Produksi telur
50% pada saat umur ayam 143 hari. Puncak produksi mencapai 95%.
Rata-rata berat telur 63,8 gram. Produksi telur (hen house) 350 butir.
Produksi telur mencapai 22,4 kg. rata-rata konsumsi pakan 115 gram.
Konversi pakan 2,21 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar
2000 gram

Gambar. 17 Bovan Brown

 Dekalb Brown

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94,2% . Produksi telur
50% pada saat umur ayam 143 hari. Puncak produksi mencapai 95%.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Rata-rata berat telur 62,7 gram. Produksi telur (hen house) 351 butir.
Produksi telur mencapai 22 kg. rata-rata konsumsi pakan perhari 113
gram. Konversi pakan 2,20 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu
sebesar 2000 gram

Gambar. 18 Dekalb Brown

 Dekalb XI-Link:White

Berbulu putih, type ringan, periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup
ayam 94,2% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 144 hari. Puncak
produksi mencapai 95%. Rata-rata berat telur 61,8 gram. Produksi telur
(hen house) 354 butir. Produksi telur mencapai 21,9 kg. rata-rata konsumsi
pakan perhari 108 gram. Konversi pakan 2,12 kg/kg. berat badan pada
umur 80 minggu sebesar 1700 gram

Gambar. 19 Dekalb XI-Link:White

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Hisex White

Berbulu putih, type ringan, periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup
ayam 94,2% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 145 hari. Puncak
produksi mencapai 95%. Rata-rata berat telur 61,4 gram. Produksi telur
(hen house) 355 butir. Produksi telur mencapai 21,8 kg. rata-rata konsumsi
pakan perhari 108 gram. Konversi pakan 2,12 kg/kg. berat badan pada
umur 80 minggu sebesar 1690 gram

 Hy-Line Brown

Periode Growing sampai 18 minggu


Daya hidup 98%, konsumsi pakan 7 kg dan berat bada 1,5 kg.
Periode LAYING sampai 80 minggu
Puncak produksi 94%, produksi telur 347 butir, dengan daya hidup 95%.
Produksi 50% dicapai pada umur 149 hari. Rata-rata berat telur 65,6 kg,
dengan total telur 22,8 kg. rata-rata konsumsi pakan 115 gram per ekor
per hari. Warna bulu coklat kemerahan. Berat afkir 1,940 kg. temperamen
ayam sangat tenang sesuai dengan berbagai metode pemeliharaan.

Gambar. 20 Hy-Line Brown

 Hy-Line W-98

Periode Growing sampai 16 minggu


Daya hidup 98%, konsumsi pakan 5,05 kg dan berat bada 1,23 kg.
Periode LAYINGsampai 80 minggu
Puncak produksi 94%, produksi telur 350 butir, dengan daya hidup 93%.
Produksi 50% dicapai pada umur 138 hari. Rata-rata berat telur 65,6 kg,
dengan total telur 21,8 kg. rata-rata konsumsi pakan 98 gram per ekor per
hari.

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gambar 21. Hy-Line W-98

 Hy-Line Silver Brown

Periode Growing sampai 17 minggu: Daya hidup 98%, konsumsi pakan


6,1 kg dan berat bada 1,48 kg.
Periode LAYING sampai 80 minggu
Puncak produksi 96%, produksi telur 363 butir, dengan daya hidup 95%.
Produksi 50% dicapai pada umur 145 hari. Rata-rata berat telur 63,4 gram,
dengan total telur 22,1 kg. rata-rata konsumsi pakan 116 gram per ekor
per hari. Berat badan afkirv 2,2 kg. Warna bulu putih kecoklatan, dengan
warna telur coklat.

Gambar 22. Hy-Line Silver Brown

 H&N Silver Nick

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Warna bulu putih silver dengan beberapa bagian coklat, ayam gagah, daya
hidup baik. Telur menarik dengan ukuran seragam. , Produksi telur pada
72 minggu 302 butir, rata-rata berat telur 62,3 gram, konversi pakan 2,34
kg [er kg telur, warna telur coklat

Gambar 23. H&N Silver Nick

 H&N Brown Nick

Periode Growing 0 - 18 minggu: Daya hidup 96 - 98 %, konsumsi pakan


per ekor 6,46 kg, berat badan 1480 gram.Periode bertelur (Laying) 18 – 80
minggu: daya hidup 91 - 94 %, produksi telur 50% pada umur 242-262 hari.
Konsumsi pakan gram per ekor per hari 105-110, konversi pakan 2-2,2, kg
/kg telur. Rata-rata berat telur 63-65 gram. Temperamen ayam sangat
jinak, warna bulu coklat kemerahan, warna telur coklat tua,

Gambar 24. H&N Brown Nick

 H&N Coral
Warna bulu putih, Produksi telur pada 72 minggu 396 butir, rata-rata berat
telur 63,2 gram, konversi pakan 2,18 kg [er kg telur, warna telur krem-putih.

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gambar 25. H& N Coral

 ISA Brown

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 93,2% . Produksi telur
50% pada saat umur ayam 143 hari. Puncak produksi mencapai 95%.
Rata-rata berat telur 63,1 gram. Produksi telur (hen house) 351 butir.
Produksi telur mencapai 22,1 kg. rata-rata konsumsi pakan perhari 111
gram. Konversi pakan 2,14 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu
sebesar 2000 gram

Gb. 26 ISA Brown

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 ISA White

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94% . Produksi telur 50%
pada saat umur ayam 141 hari. Puncak produksi mencapai 95%. Rata-rata
berat telur 61.8 gram. Produksi telur (hen house) 352 butir. Produksi telur
mencapai 21,8 kg. rata-rata konsumsi pakan perhari 110 gram. Konversi
pakan 2,16 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar 1750 gram

Gb. 27 Isa white

 Lohan Brown Classic

Warna bulu coklat, dengan telur juga berwarna coklat menarik. Umur pada saat
produksi mencapai 50% pada 140-150 hari. Puncak produksi telur mencapai 92-
94%. Jumlah telur 350-360 butir, dengan bertat 22,5-23,5 kg. rata-rata berat telur
64-65 gram. Konsumsi pakan 100-120 gram perekor perhari dengan total
konsumsi pada umur 20 minggu 7,8 kg. dengan konversi pakan 2,1 kg pakan per
kg telur. Berat ayam afkir antara 1,9-2,1 kg.

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gambar. 28. Lohan Brown Classic

 Lohan LSL Classic

Gambar. 29 Lohan LSL Classic

Warna bulu putih, dengan telur juga berwarna putih. Umur pada saat produksi
mencapai 50% pada 140-150 hari. Puncak produksi telur mencapai 92-95%.
Jumlah telur 355-365 butir, dengan berat 22,0-23, kg. rata-rata berat telur 62,5-
63,5 gram. Konsumsi pakan 105-115 gram perekor perhari dengan total konsumsi
pada umur 20 minggu 7,5 kg. dengan konversi pakan 2,0-2,1 kg pakan per kg
telur. Berat ayam afkir antara 1,7-1,9 kg. daya hidup ayam pada masa growing 97-
98%, sedang pada masa layer 94-96%.

 Shaver S 288

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

berbulu putih, type ringan, Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup
ayam 94.5% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 147 hari. Puncak
produksi mencapai 96%. Rata-rata berat telur 60 gram. Produksi telur (hen
house) 355 butir. Produksi telur mencapai 21,3 kg. rata-rata konsumsi
pakan 105 gram. Konversi pakan 2,1 kg/kg. berat badan pada umur 80
minggu sebesar 1660 gram

Gb. 30. Shaver S 288

 Shaver Black

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94.2% . Produksi telur
50% pada saat umur ayam 147 hari. Puncak produksi mencapai 94%.
Rata-rata berat telur 62.8 gram. Produksi telur (hen house) 340 butir.
Produksi telur mencapai 21,3 kg. rata-rata konsumsi pakan 120 gram.
Konversi pakan 2,41 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar
2140 gram

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 31 Shaver Black

 Shaver Brown

Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94.2% . Produksi telur
50% pada saat umur ayam 144 hari. Puncak produksi mencapai 95%.
Rata-rata berat telur 63.2 gram. Produksi telur (hen house) 349 butir.
Produksi telur mencapai 22.1 kg. rata-rata konsumsi pakan 114 gram.
Konversi pakan 2,22 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar
2000 gram

Gb. 32. Shaver Black

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Hisex Brown

berbulu cokelat, type Dwiguna, periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup
ayam 94.2% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 142 hari. Puncak
produksi mencapai 95%. Rata-rata berat telur 62.5 gram. Produksi telur
(hen house) 352 butir. Produksi telur mencapai 22.0 kg. rata-rata konsumsi
pakan 112 gram. Konversi pakan 2,17 kg/kg. berat badan pada umur 80
minggu sebesar 2000 gram

Gb. 33. Hisex Brown

1.3. Jenis Ayam Broiler

 Arbor Acres

Penggunaan pakan efisien, performans kuat, penghasil daging yang baik,


bentuknya menarik

Umur (hari) Berat (kg) FCR

35 2013 1,622

42 2637 1,765

49 3234 1,910

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 34 Arbor Acres

 Hubbard Clasic
Ayam hubbard dapat dipelihara untuk dipanen kecil 1,2-1,8 kg atau
dipanen besar 2,2-2,4 kg. di daerah tropis nafsu maknannnya tetap bagus,
walaupun kualitas pakan kurang baik.

Umur (hari) Berat (kg) FCR

28 1417 1,46

30 1580 1,5

31 1663 1,52

32 1747 1,54

33 1832 1,56

34 1917 1,58

35 2003 1,60

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 35 Hubbard Clasic

 Hubbard F-15
Hubbard F 15 merupakan pengenbangan dari ISA 15. Biaya murah, hasil
karkas yang baik, dan hasil daging dada yang baik dengan berat badan
berkisr antara 1,5 sampai 2,8 kg.

Umur (hari) Berat (kg) FCR

28 1330 1,43

35 1984 1,57

42 2475 1,69

49 3009 1,83

56 3490 1,97

63 3851 2,15

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 36 Hubbard F-15

 Hubbard Flex

Hubbard flex mengahasilkan karkas yang baik dan biaya rendah. Penilihan
kenis kelamin berdasarkan warna bulu. Pertumbuhan efisien dan dapat
dipelihara untuk dipanen kecil atau besar.

Umur (hari) Berat (kg) FCR

28 1350 1,45

35 1925 1,58

42 2527 1,71

49 3091 1,85

56 3599 1,99

63 3976 2,17

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 37 Hubbard Flex

 Hubbard JV
Hubbard JV bulunya cepat tumbuh, daya hidup tinggi, dan performasinya
baik. Biaya produksi karkas rendah. Daya tahan ayam ini baik sehingga
menguntunglan peternak.

Umur (hari) Berat (kg) FCR

28 1287 1,44

35 1830 1,57

42 2379 1,71

49 2876 1,86

56 33336 2,00

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 38 Hubbard JV

 Cobb 500

Cobb 500 pertumbuhannya seragam baik betina dan jantannya, performasi


baik, biaya pakan rendah, biaya produksi daging rendah,

Umur (hari) Berat (kg) FCR

50 2,92 2

40 2,1 1,8

33 1,7 1,55

38 1,73 1,78

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 39 Cobb 500

 Cobb Avian 48

Prestasi cobb 48 menyerupai cobb 500. Sehingga memungkinkan dipanen


kecil untuk dijual karkas utuh atau dipanen besar untuk memenuhi
kebutuhan restotan cepat saji yang dijual potongan.
Dibanding dengan cobb 500 dadanya lebih kecil tetapi biaya pemeliharaan
lebih murah. Konversi pakannya bagus walapun kualitas pakan kurang
baik.

Umur (hari) Berat (kg) FCR

34 1429 1,65

39 1970 1,80

40 2220 1,81

41 2290 1,92

42 2360 1,94

Gb. 40 Cobb Avian 48

 Hybro PG+

Pertumbuhan ayam cepat, konversi pakan baik, karkas baik, ukuran


seragam, dan menghasilkan daging dada yang baik.

Umur Berat FCR Pakan


Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

(hari) (kg)

30 1582 1,471 2327

31 1667 1,492 2487

32 1753 1,513 2652

33 1840 1,534 2822

34 1928 1,554 2997

Gb. 41 Hybro PG+

 Hybro G+

Ayam ini menghasilkan daging dada yang baik, dan konversi pakan yang
baik. Pertumbuhan juga cepat dan daya hidup tinggi.

Umur Berat FCR Pakan


(hari) (kg)

30 1515 1,473 2231

31 1597 1,492 2383

32 1679 1,512 2539

33 1762 1,532 2699

34 1846 1,551 2863

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Gb. 42. Hybro G+

 Lohman Meat (Lohman Indian River/LIR)

Umur Berat FCR PAKAN


(hari) (kg) (GRAM)

30 1535 1.512 2321

31 1622 1,533 2487

32 1709 1,555 2657

33 1797 1,577 2833

34 1886 1,598 3013

35 1976 1,618 3198

Gb. 43 Lohman Meat

 Ross 308

Gambar. 44 Ross 308

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Ross 308 performasinya konsisten, dan dapat dipanen besar atau kecil
sesuai kebutuhan pasar. Pertumbuhan cepat, penggunaan pakan efisien,
dan penampilan gagah/kuat.

Umur Berat FCR


(hari) (kg)

35 2021 1,607

42 2652 1,811

49 3264 1,895

 Super Jumbo 747 (ROSS)

Super jumbo 747 perkembangannya sangat cepat dengan FCR 1,5 pada
umur 30 hari . Daging yang dihasilkan baik, dan dapat dipanen dengan
ukuran besar atau kecil. Pada umur 30 hari berat jantan 1572 gram dan
betina 1372 gram.

 Super Chick

Gambar. 45 Super Chick

Hatchery PT Super Unggas Jaya memproduksi DOC berkualitas unggul


dengan brand SUPERCHICK untuk memenuhi kebutuhan farm milik
internal perusahaan maupun untuk tujuan komersil.

2. Identifikasi Tingkah Laku Ternak


Ternak ayam telah mengalami domestikasi dalam waktu yang lama. Proses
domestikasi bertujuan agar ayam mudah dipelihara dan memberikan keuntungan
yang optimal bagi peternak. Beberapa sifat yang hilang antara lain sifat
mengerami, bertelur tanpa pejantan, dll. Walaupun begitu beberapa sifat alami
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

ayam masih belum hilang. Sifat tersebut dalam kondisi tertentu akan muncul lagi
misalnya kanibal, mengais makanan, dll. Agar dapat memberikan produksi yang
optimal peternak perlu memahami tingkah laku ayam, sehingga bisa memberikan
perlakukan yang sesuai.

 Kanibal

Dalam kelompok ayam memiliki superioritas diantara ayam yang lain.


Perwujudannya dengan mematok ayam yang lain untuk menunjukan
superioritasnya. Tingkah laku antara individu ayam dalam suatu ketompok
yang menyerupai penyerangan adalah pematukan bulu. Patuk butu ini
mirip dengan gerakan makan, yaitu bulu dari salah satu ayam dipatuk oleh
ayam lain dan dicabut bahkan kadang-kadang dimakan. Pencabutan butu
seperti ini akan menyebabkan pendarahan pada pangkal bulu dan darah
yang terlihat sangat menarik ayam sekelilingnya, sehingga beramai-ramai
mematuk dan memakan darah dari ayam yang tercabut bulunya. Kejadian
patuk butu ini paling sering pada bagian ekor.

Ada lima tipe pematukan bulu (Savory, 1995), yaitu:


 pematukan agresif,
 pematukan pelan-pelan tanpa pencabutan bulu,
 pematukan bulu yang intensif sampai terjadi pencabutan bulu,
 penggundulan bulu, dan
 pematukan ekor.

Pematukan bulul disebabkan oleh berbagai faktor,yaitu faktor internal,


seperti faktor rumpun, umur, dan nutrisi (Van Krimpen et al., 2005).
Pematukan bulu yang intensif dilaporkan terjadi karena kekurangan
mineral, protein, serta asam amino methionine dan arginine. Kadang-
kadang ditemukan puta pematukan butu yang intensif terjadi apabila
sumber protein hanya nabati dan pakan terbatas, disamping itu pemberian
ransum tinggi serat kasar dan energi rendah dapat menurunkan kejadian
pematukan bulu.
Tingkah taku yang lebih berbahaya lagi adalah kanibal. Kanibal adalah
suatu tingkah laku mematuk sesamanya sebagai tingkah lanjutan dari
pematukan bulu yang intensif. Faktor yang mempengaruhi kanibalisme
pada ayam ini selain lanjutan dari patuk bulu, juga oleh kekurangan gizi
protein dalam pakan dan juga kurang aktifitas mematuk-matuk pakan
dan/atau objek apa saja yang menarik perhatian yang ada di lantai
kandang, kandang terlalu padat dan kandang panas-lembab.
Usaha menghilangkan sifat kanibal dilakukan dengan pemotongan paruh
pada anak ayam usia sekitar 10 hari. Namun karena alasan
perikebinatangan di Eropa sudah dilarang. Breeder berusaha
menghilangkan sifat kanibal melalui perbaikan dan seleksi genetik ayam.

 Mengais Makanan

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Ayam suka mengais makanan, kebiasaan ini juga diturunkan dari


kebiasaan ayam lain, yang mencari makan dengan mengais-ngais
makanannya. Perilaku ini disiati dengan membuat pakan yang sehomogen
mungkin, jika pakan tidak homogen, maka ayam akan cenderung memilih
partikel yang besar, biasanya dari jagung. Jika ayam terlalu banyak makan
jagung saja maka pertumbuhan dan produksinya terganggu, karena akan
kekurangan nutrisi pakan.

 Stress

Tingkah laku ayam umumnya sama, yaitu mudah sekali kaget/ketakutan


dan berusaha untuk melarikan diri menjauh dari objek yang mendatangi,
bahkan mereka tidak jarang melukai dirinya dengan mengepakan sayap,
tari, dan terbang bertabrakan sesamanya. Tingkah laku ini diturunkan dari
tetuanya dalam upaya penyelamatan diri dari serangan pemangsa ketika
mereka masih hidup liar. Aplikasi pada kegiatan budidaya dengan
menangani ayam secara lembut, hindari penyebab stres, gunakan warna
baju yang sama setiap masuk kandang dll.

 Respon Terhadap Temperatur

Anak ayam yang diasuh 'akan mengikuti tingkah laku yang langsung atau
tidak langsung diajarkan induk pengasuhnya. Dalam hal mematuk pakan,
anak ayam yang baru menetas, kelihatannya otomatis akan mematuk
objek yang berbentuk butiran.
Sebagai respon pada suhu ruang kandang, anak ayam akan bergerombol
untuk menghangatkan tubuh apabila suhu ruangan dibawah suhu nyaman
dan akan mencoba untuk memisahkan diri dari gerombolan apabila suhu
ruangan terlalu hangat (suhu iedeal 28-29°C). Apabila disediakan sumber
pemanas dalam kandang, dan apabila suhu terlalu hangat, maka anak
ayam akan menjauh dari sumber panas, serta akan bergerombol mendekat
apabila suhu ruangan mulai dingin. Kondisi terlalu panas pada suhu>33*C
sedang <28 ayam akan kedinginan.
Sementara untuk ayam muda dengan bulu penutup tubuh yang lebih
sempurna dan suhu ruangan melebihi suhu nyaman maka akan
menjauhkan diri dari kerumunan. Bertambah lebatnya bulu penutup tubuh
maka ayam semakin kuat untuk melindungi diri dari udara dingin.
Sedangkan untuk mempertahankan tubuh dari cekaman panas, ayam
bernafas terengah-engah (panting) dengan menurunkan kedua sayap dan
berusaha mencari tempat yang jauh dari sumber panas.
Respon terhadap kedinginan pada anak ayam juga akan menyebabkan
pertumbuhan bulu lebih cepat sebagai reaksi biologis. Hal ini
menyebabkan berat badan standar pada saat fase starter tidak tercapai,
jika terus berlanjut maka produksi telur dan daging pada fase selanjutnya
akan kurang baik. Untuk itu usahakan DOC menerima suhu yang optimum
agar pertumbuhan normal.
Penelitian yang dilakukan di Universitas Georgia telah menunjukkan bahwa
ayam-ayam berumur muda yang kekurangan pemanas selama 45 menit,
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

maka akan kehilangan bobot badan 135 gram pada umur 35 hari. Jika 1
bagian flok mengalami kondisi tersebut maka tingkat keseragaman
(uniformity) yang dihasilkan akan rendah.
Sebaliknya, pemanasan berlebih pada ayam-ayam berumur muda akan
menekan laju pertumbuhan dan menurunkan bobot badan umur 7 hari.
Dengan perlakuan yang sama, jika pemanasan berlebih terjadi di satu
bagian flok, maka akan dihasilkan tingkat keseragaman (uniformity) yang
rendah pula. Kunci manajemen selama 7 hari pertama adalah
OBSERVASI dan RESPON terhadap kebutuhan ayam.

 Respon Terhadap Penyinaran

Sinar tambahan selain sinar matahari diperlukan ayam untuk pertumbuhan


dan produksi telur. sinar yang diterima oleh seekor ayam akan diterima
oleh bagian otak yang disebut hypothalamus.’ Hypotalamus ini berperan
sebagai pengatur fungsi organ-organ tubuh yang menggerakkan aktivitas-
aktivitas hidup seperti makan, minum, tingkah laku seksual serta sekresi
kelenjar pituitary anterior dan posterior. Setelah sinar diterima oleh
hypothalamus maka akan merangsang pituitary anterior untuk
mensekresikan hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle
Stimulating Hormone) serta gonadotropin. Hormon-hormon inilah yang
berperan langsung dalam proses pendewasaan atau pematangan kelamin
pada ternak, sehingga ayam mencapai periode petelur/layer.

Penambahan sinar dapat meningkatkan produksi telur, dan sebaliknya


mengurangi sinar yang masuk ke dalam kandang akan mengakibatkan
penurunan produksi telur. Oleh sebab itu untuk mendapatkan produksi
yang tinggi dalam usaha peternakan ayam petelur, masalah tatalaksana
penyinaran terutama dalam hal penambahan sinar di dalam kandang harus
mendapat perhatian serius, dimana kebutuhan sinar yang optimal untuk
produksi yang baik harus terpenuhi. Untuk semua keadaan, rangsangan
pemberian sinar sebaiknya jangan diberikan sebelum bobot badan ayam
mencapai 1350 gram. Yang sangat penting untuk diperhatikan, pada masa
remaja jangan menambah jumlah sinar pada malam hari karena dapat
mengakibatkan dewasa kelamin yang lebih cepat tetapi bobot badan belum
mencapai standar. Sebagai patokan program penyinaran dalam
pemeliharaan ayam petelur adalah sebagai berikut : pada masa remaja
(grower), lampu penyinaran ke dalam kandang adalah 12 jam. Jadi cukup
dari sinar matahari saja tanpa penambahan sinar lampu pada malam hari.
Pada awal produksi, yaitu ketika ayam mulai bertelur satu butir, berikan
sinar selama 15 jam. Penambahan sinarnya adalah pada malam hari,
selama 3 jam. Ketika produksi telur telah mencapai 75-80%, tambahkan
lagi sinar selama satu jam pada malam hari menjadi 4 jam. Sehingga total
penyinaran dalam sehari adalah 16 jam. Sedang pada waktu puncak
produksi berlangsung dapat ditambahkan sinar lampu selama satu jam lagi
pada pagi hari, hanya jika nafsu makan menurun. Bila
uniformity/keseragaman ayam kurang baik (kurang dari 80% pada umur 18
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

minggu), penambahan sinar lebih baik diperlambat mencapai dewasa


kelamin, dan begitu dewasa kelamin tercapai program penyinaran sama
dengan di atas.

Ayam berada dalam kondisi yang lebih baik pada intensitas cahaya
minimum 25 lux, tersebar secara merata, sehingga mereka dengan mudah
mengakses pakan dan air minum. Beberapa perusahaan
peternakan/peternak mengatakan, bahwa kondisi terbaik bagi ayam yaitu
pada saat intensitas cahaya selama 1 minggu pertama sebesar 50 – 60
lux.

3. Prinsip Pemberian Pakan

Kebutuhan Pakan

Ternak memerlukan pakan untuk kebutuhan pokok hidup, pertumbuhan


dan produksi. Kebutuhan pokok hidup meliputi menjaga temperatur tubuh,
bernafas, aktifitas, fungsi metabolisme tubuh dan lain-lain. Untuk ternak
yang masih muda (dalam masa pertumbuhan ) maka ternak akan
memerlukan pakan untuk pertumbuhan badannya. Sedangkan untuk
produksi tergantung dari tujuan pemeliharaan ternak, bisa berupa produksi
telur, atau daging. Kebutuhan pakan tergantung dari jenis hewan,
lingkungan, kecernaan pakan.

 Jenis Ayam

Permintaan fisiologis ayam untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi


berbeda antara ternak yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan
oleh kapasitas dari saluran pencernaan dari ayam yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dari ternak meliputi: bobot badan, jenis
kelamin, umur, faktor genetik dan tipe ayam.

 Lingkungan

Faktor lingkungan ada yang berpengaruh langsung dan tidak langsung


terhadap ternak. Faktor yang berpengaruh langsung meliputi temperatur
kelembaban dan sinar matahari.

 Temperatur
Ternak perlu menjaga temperatur tubuh idealnya. Perbedaan
temperatur tubuh ternak dan lingkungannya akan mempengaruhi
kebutuhan pakan ternak tersebut. Semakin tinggi perbedaan temperatur
ternak dengan lingkungannya makin banyak energi yang diperlukan
untuk menjaga temperatur tubuhnya dengan demikian semakin banyak
pakan yang dikonsumsi ternak tersebut. Sebaliknya temperatur
lingkungan yang tinggi akan menurunkan tingkat konsumsi ternak.
Ternak didaerah dingin (subtropics) memerlukan pakan lebih banyak
dibanding ternak daerah panas (tropis) . perubahan tingkat konsumsi
setiap ternak berbeda-beda.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

 Kelembaban
Kelembaban dapat pula mempengaruhi mekanisme pengaturan
temperatur tubuh. Pengeluaran panas dengan jalan berkeringat ataupun
melalui respirasi akan lebih cepat di daerah yang kering. Kelembaban
ini terutama penting diperhatikan di daerah tropis.

 Sinar Matahari
Tubuh ternak dapat pula memperoleh panas secara langsung dari sinar
matahari. Bulu-bulu yang melekat pada kulit dapat berfungsi sebagai
penahan panas (insulasi).

 Kesehatan Ayam

Ayam yang sakit akan kehilangan selera makan karena terganggunya


fungsi organ tubuh dan menahan rasa sakit. Konsumsi makan akan
menurun sejalan dengan makin parahnya sakir sampai akhirnya tidak mau
makan sama sekali.

 Selera

Selera makan ayam antara strain yang satu berbeda dengan yang lain. Hal
ini banyak dipengaruhi faktor genetis. Jenis pakan juga berpengaruh ,
pakan butiran dan jgung kuning lebih disukai daripada pakan tepung dan
jagung putih.

 Tingkat Produksi

Tingkat produksi sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Semakin


tinggi produksi (telur dan daging) akan semakin banyak pakan diperlukan
dan sebaliknya.

 Umur dan Berat

semakin bertambah umur ayam makin bobot ayam semakin berat. Ayam
yang lebih berat memrlukan pakan daripada ayam yang lebih kecil.

Kebutuhan nutrisi unggas

Pakan unggas disusun dari beberapa bahan pakan semacam biji-bijian, bungkil
kedelai, tepung limbah ternak, lemak dan campuran vitamin-mineral. Bahan
pakan tersebut ditambah air akan menghasilkan energi dan nutrisi yang penting
untuk pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ternak unggas. Bahan pakan
tersebut adalah protein (asam amino), karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Energi yang dibutuhkan unggas dihasilkan dari pencernaan karbohidrat, lemak


dan protein. Pakan unggas juga termasuk bahan yang tidak termasuk nutrisi
misalnya pigmen xantofil untuk menambah warna kuning telur, faktor
pertumbuhan, dan bahan antimikroba.

 Energi

Energi bukan merupakan nutrisi, tetapi merupakan hasil dari proses


oksidasi bahan pakan yang akan menghasilkan energi dan nutrisi selama
proses metabolisme. Nilai energi dari bahan pakan dapat diekpresikan
dengan beberapa cara. Deskripsi tersebut berhubungan dengan nilai
energi, termasuk pengukuran (digestible energy, metabolisme energy dll).

 Terminologi energi

Deskripsi singkat terminology yang paling sering digunakan pada pakan


ternak unggas sebagai berikut:

 Kalori (Cal)
Satu kalori adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur
1 gram air dari 16,50C menjadi 17,50C. Karena panas spesifik air
berubah dengan temperatur maka secara lebih akurat 1 kalori sama
dengan 4,184 joules.

 Kilo Kalori (kcal)


1 kilo kalori sama dengan 1.000 kalori dan merupakan unit yang sering
digunakan pada pakan ternak unggas.

 Joules
Satu joules sama dengan 107 erg (1 erg adalah jumlah energi yang
diperlukan untuk mempercepat perpindahan masa 1 gram dengan 1
cm/detik)

 Gross energy (GE)

GE merupakan energi yang dilepaskan sebagai panas jika suatu substansi


dioksidasi menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Pengukuran GE
menggunakan bom kalorimeter dengan tekanan oksigen 25 sd 30
atmosphere.

 Digestible energy (DE)

DE merupakan gross energy pakan yang dikonsumsi dikurangi gross


energy pada feces. Unggas mensekresikan feces dan urin bersama-sama
sehingga sulit memisahkan feces dan mengukur kecernaan. Sebagai
konsekuensi nilai DE jarang digunakan pada formulasi pakan unggas.
Keuntungan system DE adalah mudah mengukurnya tetapi tidak memberi
penjelasan tentang semua energi yang hilang yang disebabkan oleh
proses pencernaan dan metabolisme zat-zat makanan. Kelemahan utama
dari system DE bila digunakan dalam system pemberian pakan adalah
over estimasi energi yang tersedia untuk bahan makanan yang sukar
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

dicerna (misalnya hijauan) dan relatif terhadap bahan makanan yang


mudah dicerna (misalnya biji-bijian).

 Metabolisme Energy (ME)

ME merupakan gross energi pakan yang dikonsumsi dikurangi dengan


gross energi pada feces, urine dan gas hasil metabolisme. Untuk unggas
energi pada gas biasanya diabaikan, sehingga ME merupakan energi
dalam pakan dikurangi energi sekresi unggas. ME paling banyak
digunakan dalam perhitungan formulasi pakan unggas. ME = 0,82 DE

 Net Energy (NE)

NE merupakan enegi metabolisme dikurangi energi yang hilang sebagai


increment panas atau panas yang timbul dalam tubuh oleh reaksi biokimia
dalam saluran pencernaan atau dalam sel. Di daerah dingin panas tersebut
dimanfaatkan untuk menjaga temperature tubuh tetapi di daerah panas
akan dibuang melalui konveksi ke udara sekeliling ternak . NE bisa terdiri
dari energi yang digunakan untuk menjaga (maintain) tubuh atau
kebutuhan hidup pokok dan produksi sehingga tidak ada NE absolute pada
bahan pakan. Dengan alasan ini NE jarang digunakan pada formulasi
pakan unggas. NE bisa merupakan energi yang diperlukan untuk menjaga
tubuh (NEm) dan energi untuk produksi (NEp).

 TDN (Total Digestible Nutrient)

Sistem ini berdasarkan analisis proximat yang memberi nilai DE pada


lemak dapat dicerna dan protein dapat dicerna. Sistem TDN merupakan
bentuk pengukuran kompromi antara DE dan ME. (0,45 kg TDN setara
dengan 2.000 kkal DE atau 1,600 kkal ME. Menurut NRC (National
Researh Councul) nilai TDN hampir semua merupakan hasil konversi dari
ME, dengan persamaan: 1 kg TDN = 3,6155 Mkal ME = 4,4 M kal DE

SKEMA ENERGI

KONSUMSI ENERGI BRUTO (GE)

ENERGI FECES (20-60%)

o Dari makanan
o Dari metabolisme

ENERGI TERCERNA (DE)

1. gas produk pencernaan CH4 (5-12%)


Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

2. energi urin 3-5%

ENERGI METABOLISME (ME)

PRODUK PANAS (10-40%)

o panas fermentasi
o panas metabolisme zat makanan

ENERGI NETTO (NE)

Untuk hidup pokok Untuk produksipertumbuhan

o metabolisme basal o penggemukan


o aktivitas o air susu
o memanaskan tubuh o wol
o kerja
o telur
Nutrisi Pakan

Zat makanan (nutrisi) merupakan substansi yang diperoleh dari bahan pakan yang
dapat digunakan ternak bila tersedia dalam bentuk yang telah siap digunakan oleh
sel, organ dan jaringan. Zat makan tersebut dapat di klasifikasikan menjadi 6
kelompok yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Masing-
masing kelompok diuraikan sebagai berikut:

 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting bagi unggas. Biji-


bijian semacam jagung, sorgum, gandum dan barley merupakan bahan
pakan sumber karbohidrat. Di Indonesia juga terdapat sumber karbohidrat
seperti gaplek, onggok, dedak dll Mayoritas karbohidrat dalam biji-bijian
berupa pati yang siap untuk dicerna unggas.
Unit dasar karbohidrat adalah gula sederhana, yaitu heksosa karena setiap
molekul mengandung enam atom karbon. Sedikit heksosa bebas dapat
dijumpai pada tanaman. Sebagian besar adalah bentuk disakarida, yang
merupakan kombinasi dua gula heksosa atau polisakarida-polimer
beberapa molekul heksosa. Disakarida yang paling penting dijumpai di
alam adalah sukrosa dan laktosa, lakstosa adalah gula yang dijumpai
pada air susu, sedang sukrosa terdapat pada sebagian besar tanaman.
Karbohodrat ini termasuk polisakarida seperti pati, selulosa, hemiselulosa
dan pentosan dan oligisakarida seperti stachyose dan raffinose yang sulit
dicerna unggas. Selulosa merupakan persenyawaan organik yang banyak
terdapat di alam. Hampir 50% bahan organik pada tanaman terdiri dari
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

selulosa. Pada ternak unggas tidak bisa mencerna selulosa karena tidak
memiliki enzim selulase, pada ternak ruminansia enzim selulase diproduksi
oleh mikroba didalam rumen sehingga mampu mencerna selulosa.
Karbohidrat yang berguna bagi unggas adalah gula heksosa, sukrosa,
maltosa dan amilum (pati). Laktosa tidak dapat dicerna karena saluran
pencernaan unggas tidak menghasilkan lactase. Bahan pakan sebagi
sumber energi yang baik bagi unggas adalah yang mengandung
karbohidrat yang mudah dicerna, yaitu bahan yang mengandung serat
kasar (selulosa, hemiselulosa dan lignin) rendah dan sebaliknya bahan
yang mengandung serat kasar tinggi memiliki nilai nutritif yang rendah bagi
unggas.

 Protein dan Asam Amino

Protein adalah persenyawaan organic komplek yang mengandung unsur


karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, forfor, dan sulfur. Protein tersusun
oleh lebih dari 20 persanyawaan organik yang disebut asam amino. Satu
molekul protein tersusun atas ikatan panjang beberapa asam amino yang
disebut ikatan peptida. Oleh karena suatu protein rata-rata mengandung
16% nitrogen maka kandungan protein dari bahan pakan atau karkas
dapat diduga dengan mengalikan kandungan nitrogen dengan 6,2, dan
akan menghasilkan kandungan protein kasar.
Kebutuhan protein sebenarnya lebih ditekankan pada kebutuhan asam
amino yang terdapat dalam pakan. Terdapat 20 asam amino dalam protein
dan semuanya penting bagi ternak. Asam amino tersebut dapat
dikategorikan menjadi asam amino esensial dan asam amino nonesensial.
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesa oleh
tubuh unggas, sedang asam amino non esensial dapat disintesa dari asam
amino lainnya oleh tubuh unggas.

Tabel 7. Asam Amino

Asam amino Asam amino non


esensial esensial

 Arginine  Alanine
 Cystein  Asam aspastat
 Cystine  Asam glutamat
 Histidine  Glysine
 Isoleucine  Hydroxyl proline
 Leucine  Proline
 Lysine  Serine
 Methionine
 Phenilalanin
 Threonine
 Tryptophan
 Tyrosine
 Valine
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Fungsi protein antara lain untuk membentuk jatingan, cairan tubuh, ensim,
produksi, cadangan energi, dll

 Membangun dan Membentuk Jaringan Tubuh


Protein berfungsi membentuk dan membangunan jaringan tubuh, misalnya
daging, pembentukan dan perkembangan organ-organ tubuh dan
pertumbuhan bulu. Kebutuhan terhadap protein untuk anak ayam lebih tinggi
daripada untuk ayam remaja. Ini disebabkan anak ayam yang sedang tumbuh
memiliki banyak bagian yang sedang tumbuh, bagian-bagian tersebut
memerlukan protein.

 Pembentukan Cairan tubuh dan System Enzim


Cairan tubuh dan enzim merupakan faktor terpenting bagi kehidupan ayam.
Untuk pembentukan kedua faktor tersebut memerlukan protein.

 Produksi
produksi telur membutuhkan protein karena telur ayam kaya akan protein.
Protein telur itu juga berasal dari tubuh ayam. Oleh sebab itu ayam yang
sedang bertelur membutuhkan protein yang tinggi, Jika tidak ada protein maka
yam tidak akan menghasilkan telur. Ini terbukti pada bila peternak ingin
melakukan force molting dalam dua hari setelah ayam puasa tidak akan
bertelur.

 Cadangan Energi
Protein juga berguna untuk cadangan energi. Walaupun prosesnya tidak
efisien, dalam keadaan tidak ada energi protein tubuh akan diubah menjadi
energi. Ini sebagai tanda betapa pentingnya energi, energi digunakan untuk
segala efektifitas tubuh.

Sintesa protein jaringan tubuh dan telur memerlukan asam amino esensial.
Defisiensi asam amino esensial didalam pakan menyebabkan pembentukan
protein jarngan dan tubuh trerhambat atau tidak terbentuk. Asam amino
esensial yang sulit terdapat dalam pakan adalah sistin, lisin dan triptofan
disebut sebagai asam amino kritis.

Idealnya semua asam amino dan protin dalam ransom pakan terpenuhi guna
sitesa asam amino nonesensial. Kekurangan asam amino esensial
menyebabkan terganggunya pertumbuhan terhambat, tingkat produksi
menurun, pertumbuhan bulu buruk, dan penimbunan lemak karkas meningkat.
Namun kandungan asam amino yang paling rendah dalam bahan pakan
adalah asam amino lisin dan methionin, sehingga dalam penyusunan ransum
unggas kedua asam amino tersebut dipertimbangkan sebagai aspek yang
penting. Kekurangan kedua asam amino bisa ditambahkan dengan asam
amino murni yang banyak dijumpai di pasaran pakan ternak.

 Lemak

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Lemak murni merupakan ester glycerol yang memiliki asam lemak rantai
panjang dan merupakan persenyawaan karbon, hydrogen dan oksigen.
Persenyawaan oksigennya lebih rendah dibanding karbohidrat sehingga
energi lebih tinggi (2,25 kali lipat) dari karbohidrat dan protein. Meskipun
energinya tinggi, pemberian lemak pada ternak unggas dibatasi 2-5%,
untuk menghindari diare dan ransum mudah tengik. Perbedaan lemak dan
minyak pada bentuknya, pada suhu normal lemak berbentuk padat sedang
minyak berbentuk cair.
Molekul lemak terdiri dari glycerol dan kombinasi dengan 3 asam lemak.
Asam lemak terdiri dari caprilyc, capric, laurat, miristat, palmitat,
palmitoleic, stearat, oleat, linoleat, linolenat, arachidic, gadoleic, behenic,
eurat, lignocerat. Komposisi kandungan lemak beberapa bahan seperti
tertera pada tabel 8.
Sebagian besar asam lemak dapat disintesakan oleh tubuh ternak unggas,
tetapi asam lemak linoleat dan arakhidonat tidak dapat disintesa sehingga
harus ada dalam pakan yang diberikan kepada ternak. Asam lemak
arakhidonat dapat disintesa dari asam linoleat. Defisiensi asal lemak
menyebabkan pertumbuhan tubuh terganggu, akumulasi lemak di hati dan
lebih mudah terserang saluran pernafasan. Kekurangan arakhidonat
menyebabkan telur kecil dan daya tetasnya rendah. Sumber minyak yang
baik adalah minyak sawit, minyak kelapa, minyak kacang tanah dan bunga
matahari.
Lemak biasanya ditambahkan pada pakan ayam pedaging untuk
meningkatkan konsentrasi energi dan meningkatkan produktifitas dan
efisiensi pakan. Sumber lemak adalah lemak binatang dan minyak nabati
(sawit atau kelapa).

Table 8. Komposisi Lemak Nabati

Asam Jagung Biji Minyak kernel Kedelai Minyak


lemak kapas Sawit sawit kelapa

1 caprilyc - - - 3 - 6

2 capric - - - 4 - 6

3 laurat - - - 51 - 44

4 miristat - 1 1 17 - 18

5 palmitat 13 24 48 8 12 11

6 palmitoleic - 1 - - - -

7 stearat 4 3 4 2 2 6

8 oleat 29 18 38 13 24 7

9 linoleat 54 53 9 2 54 2

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

10 linolenat - - - - 8 -

11 arachidic - - - - - -

12 gadoleic - - - - - -

13 behenic - - - - - -

14 eurat - - - - - -

15 lignocerat - - - - - -

Sumber: Norman, Food Science. Note : coba lihat nrc

 Mineral

Mineral merupakan bahan an organik dalam bahan pakan atau jaringan


tubuh. Fungsi mineral membantu proses metabolisme. Mineral esensial
terdapat 15 macam dan sering dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan pada
jumlah yang diperlukan dalam pakan. Mineral yang diperlukan dalam
jumlah banyak disebut mineral makro dan dinyatakan dalam persen dari
pakan. Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut minberal
mikro (trace) dan dinyatakan dalam ppm (part per million) atau milligram
per kilogram. Dengan berkembangnya ilmu makanan ternak beberapa
mineral diduga esensial bagi ternak, misalnya : flour (F), silikon (Si),
titanium (Ti), vanadium (V), chromium (Cr), nickel (Ni), arsenic (As),
bromine (Br), strontium (Sr), Cadmium (Cd) dan Tin (Sn). Masing-masing
kelompok mineral dijelaskan sebagai berikut:

 Mineral Makro

Mineral berfungsi membentuk tulang, merupakan komponen dari


organ tubuh, kofaktor enzyme, dan menjaga tekanan osmotic.
Kelompok mineral makro terdiri dari 7 jenis yaitu : calsium (Ca),
phospor (P), potasium (K), Magnesium (Mg), sulfur (S), natrium (Na)
dan Chlorida (Cl).

Fungsi masing-masing mineral makro dijelaskan sebagai berikut:

 Kalsium dan Pospor


Kalsium dan pospor diperlukan untuk pembentukan dan merawat
tulang. Rasio Ca-P pada ternak ruminansia dianjurkan 1:1 sampai 1:2,
rasio yang terlalu lebar misalnya 8:1 akan menurunkan produksi
ternak. Komposisi kasium dan pospor dari bagian minersl tubuh
sebersar 70%. Fungsi kalsium untuk membentuk tulang , translokasi
lemak dari darah ke kuning telur, proses pembekuan darah, kontraksi
otot-syaraf, keseimbangan asam-basa dan aktifitas sejumlah ensim.

Kebutuhan Ca-P pada ternak sapi dihitung berdasarkan kebutuhan


untuk hidup pokok dan produksi, Untuk kebutuhan hidup pokok 1,54 gr
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Ca dan 2,80 gr P untuk setiap 100 kg berat badan ternak. Untuk


pertumbuhan dihitung Ca sebanyak 7,1gr dan P sebanyak 3,9 gr untuk
setiap pertambahan protein 100 gram. Untuk produksi susu
dioperlukan Ca sebanyak 1,23gr dan P sebanyak 0,95 gr untuk setiap
Kg produksi air susu.
Pospor berfungsi untuk pembentukan tulang, penggunaan energi,
sistem ensim, kesimbangan asam basa, translokasi lemak dan struktur
sel. Pospor dalam tanaman hanya 30-40% yang bisa dicerna unggas
dan sisanya disekresikan dalam bentuk pitat pospor. Sumber P adalah
tepung ikan, tepung kerang, tepung tulang dan kapur.

 Garam
Sodium (Na), potassium magnesium dan klorida (Cl) berfungsi
bersama-sama dengan phopspat dan bikarbonat menjaga homestatis
proses osmosis dan pH badan.
Sodium dan clorine penting untuk semua ternak. Dalam pakan
ditambahkan garam untuk memaksimumkan tingkat pertumbuhan dan
produksi telur. Jika kandungan garam tinggi maka konsumsi air juga
akan meningkat. Sumber P dalam pakan adalah bungkil-bungkilan,
produk hewani (tepung tulang-daging), dan tepung ikan.

 Potasium (K)
Kalium (K) merupakan mineral intrasesuser yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat dan protein, kesimbangan asam-basa,
pengaturan tekanan osmose, dan kesimbangan air. Kekurangan
mineral ini akan mengganggu aktifitas ternak dan peran mineral makro
lainnya.

 Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan bagian dari jaringan tubuh dan cairan tubuh
lainnya. Bahan pakan yang mengandung Mg antara lain dedak
gandum (Pollard), konsentrat nabati sumber protein (Bungkil kedelai)
dll. Pada ayam broiler kebutuhan Mg sekitar 550mg per kg ransum.

 Belerang (S)
Sulfur merupakan bagian dari protein yang terdapat pada asam amino
cystine, cystein dan methionine. Disamping itu S juga terdapat pada
vitamin biotin, thiamin dan polisakarida yang banyak mengandung
sulfat. dan sebagian kecil dalam darah. Disamping sebgau materi
pembangun S juga berfungsi pada metabolisme protein, lemak dan
karbohidrat, pembentukan darah, endokrin, keseimbangan asam basa.
Kebutuhan ternak ruminansia akan S belum jelas diperkirakan 0,10-
0,32%.
Pakan alami biasanya sudah mencukupi kebutuhan ternak akan sulfur.
Sumber S pada pakan ternak adalah hijauan dan jagung atau silase
jagung. Namun dalam kasus dfisiensi S ternak menunjukan gejala
klinis penurunan nafsu makan, dan pertambahan berat badan,
kelemahan umum, lakrimasi, sampai dapat terjadi kematian. Sesuai
dengan fungsinya maka defisiensi S menyebabkan gangguan sintesis
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

protein mikroba, gejala kekurangan protein, penurunan kecernaan


selulosa, dan penimbunan asam laktat yang terlihat dalam darah dan
urin. Kadar S yang aman adalah 0,1-0,2% tergantung jenis makanan.

 Calsium (Ca)
Ca merupakan mineral yang paling banyak dalam tubuh. Mineral ini
dibutuhkan untuk pembentukan tulang, perkembangan gigi, produksi
air susu, telur, transmisi impuls syaraf, pemelihraraan eksitabilitas urat
daging yang normal (bersama-sama dengan K dan Na), regulasi
denyut jantung, gerakan urat daging, pembekuan darah dan
mengaktifkan-menstabilkan enzim (misalnya: amilase pankreas).

 Defisiensi Ca
Defisiensi Ca menyebabkan riketsia, pertumbuhan terhambat, tidak
ada koordinasi otot. Kekurangan Ca pada ternak dewasa akan
menyebabkan osteomalasia. Yaitu akibat demineralisasi dari tulang
hewan yang sudah dewasa. Kandungan Ca (dan P) dalam tulang
sifatnya dinamis, artinya pada saat produksi ternak tinggi akan
mengambil Ca dari tulang. Gejala klinis antara lain kelemahan tulang
dan gampang rusak kalau kena tekanan.
Kadar Ca bahan pakan sangat bervariasi yang disebabkan oleh jenis
tanaman, bagian dari tanaman dan umur tanaman. Hijuan pakan
ternak yang lebih tua kadar Ca- nya akan menurun. Leguminosa atau
kacang-kacangan lebih banyak mengandung Ca daripada rumput.
Biji-bijian untuk konsentrat kada Ca-nya rendah.
Sumber Ca adalah kalsium karbonat, batu kapur giling, tepung tulang,
dikalsium forpat, kalsium sulfat, tepung ikan, tepung kerang, tepung
tulang. Kalsium pada unggas muda diperlukan untuk pembentukan
tulang, sedangkan pada ayam petelur diperlukan untuk pembentukan
sel telur dan juga berfungsi pada darah dan kominikasi intraceluler.

 Trace Mineral

Trace mineral (mineral mikro) terdiri dari 8 jenis yaitu : cobalt (Co) , cooper
(Cu), Iodine (I), besi (Fe), mangan (Mg), selenium (Se), cobalt (Co) dan
zink (Zn). Cobalt juga diperlukan tetapi sudah terdapat pada vitamin B12.
tembaga dan besi sering sudah cukup pada bahan pakan sehingga tidak
perlu penambahan. Trace mineral merupakan bagian dari molekul organic.
Besi merupakan bagian dari hemoglobin dan citocrom. Yodium adalah
bagian dari thyroxine. Tembaga, mangan, selenium, dan zink membantu
proses enxime. Khusus untu zink merupakan bagian dari struktur DNA.
Kebutuhan trace mineral dipenuhi dari bahan pakan yang dikonsumsi
ternak. Pada kasus khusus tanah yang ditumbuhi bahan pakan defisiensi
trace mineral yang menyebabkan kandungan trace mineral dalam bahan
pakan rendah. Masing-masing mineral mikro dijelaskan sebagai berikut:

 Mangan (Mn)
Mn diperlukan untuk aktivator enzim, dan trasfer posphat dan
decarboxilase, mencegah pesrosis, dan pertumbuhan tulang.Kebutuhan
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Mn pada ayam broiler sebanyak 70mg/Kg pakan pada masal awal dan
100mg/kg ransum pada masa akhir. Sumber Mn adalah hijauan dan
bahan konsntrat seperti jagung.
Didalam tubuh ternak Mn dijumpai pada hati, ginjal, pankreas, dan
pituatary, dan sedikit pada jantung, urat daging dan tulang. Pada
ruminansia Mn berfungsi sebagai sintesa karbohidrat,
mucoplyssacharide, sistem ensim, misalnya pyruvate carboxylase,
arginine synthetase dll. Kebutuhan Mn pada ruminansia belum banyak
diketahui tetapi kekurangan Mn menyebabkan gejala klinis bentuk
tulang dan postur yang abnormal. Kelainan bentuk tulang antara lain
kaki bagian bawah, pembengkakan sendi, humerus yang relatif pendek,
dan tulang yang relatif rapuh. Defisiensi Mn juga dapat menggagu
proses reproduksi ternak jantan dan betina. Pada ternak jantan
menyebabkan gangguan spermatogenesis, degenerasi testis, dan
ekididimus, dan berkurangnya hormon kelamin yang menyebabkan
sterilitas. Pada ternak betina dapat terlihat ertrus yang tidak menentu
(tidak ada), dan tidak terjadi konsepsi (pembuahan) dan kalaupun terjadi
pembuahan dapat menyebabkan keguguran.
Didaerah tropis yang banyak terdapat gunung berapi bisanya jarang
terjadi kasus kekurangan Mn. Hal ini disebabkan Mn dalah hijauan dan
pakan konsentrat sudah cukup untuk kebutuhan ternak. Sumber Mn
adalah hijauan, konsentrat dan premix mineral buatan pabrik.

 Copper (Cu)
Copper berperan dalam enzim dan utilisasi besi dalam pigmentasi kulit
dan pembentukan hemoglobin. Beberapa enzim yang membutuhkan
copper antara lain ceruloplasmin, cytochrome, oxidase, lusine oksidase,
tryrosinase, plastocyanin, dan baemocyanin. Penyerapan copper
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keasaman lambung,
penggunaan calsium carbonat dan ferros sulfid akan menurunkan
penyerapan Copper. Copper yang tidak terserap akan dikeluarkan lagi
melalui tinja (feces), pada kenyataannya dari copper yang dikonsumsi
lebih dari 90% disekresikan kembali oleh ternak.
Kebutuhan copper pada ayam broiler sebesar 10 mg/kg ransum.
Sumber copper adalah pakan alami.
Fungsi esensial dalam tubuh antara lain:
 pembentukan hemoglobin, penyerapan Fe dan mobilisasi Fe dari
tempat penyimpannya.
 membantu metabolisme tenunan pengikat
 kofaktor enzim memerlukan Cu untuk aktifitas biologisnya. Enzim
tersebut antara lain: cytochrome oxidase, ascorbic acid axidase
dll.
Dalam tubuh ternak Cu dapat ditemui pada hati, otak, jantung, urat
daging, dan lemak. Pakan dengan kandungan Cu 10 ppm dianggap
cukup untuk sapi pedaging. Gejala defisiensi Cu antara lain:
terganggunya pigmentasi , menderita fibrosis miokardium, tulang
pipih dngan tulang rawan melebar, mudah mengalami fraktur atau
aoetoporosis. Hampir semua hijauan dapat mesuplai kebutuhan Cu
ternak sebanyak 3-4 kali yang dibutuhkan. Namun tanaman yang
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

banyak mengandung pitat dan lignin dapat menurunkan


penyerapan Cu. Preparat Cu yang dapat digunakan adalah CuCO3,
CuSO4 dll.

 Iodium (I)
Mineral iodium terdapat dalam tubuh ternak kelenjar tiroid, darah,
daging dan susu. Jaringan lain yang tmengandung I adalah lambung,
kelenjar saliva, ovarium, kelenjar pituatary, kulit, plasenta, dan rambut.
I diperlukan untuk sintesis hormon oleh kelenjar thyroid yang mengatur
metabolisme energi. Hormon tiroid memegang peran dalam
termoregulasi, proses metabolisme antara, reproduksi, pertumbuhan
dan perkembangan, sirkulasi dan fungsi urat daging. Penyerapan
iodium pada susu kecil dan dikonsentrasikan pada kelenjar thyroid.
Kebutuhan I belum jelas, diperkirakan sekitar 0,05-0,8 ppm. Defisiensi I
menyebabkan kelenjar gondok membengkak, kehilangan bulu,
kekuraga hromon tiroksin yang ditandai dengan kelemahan umum,
basal metabolisme menurun, pertumbuhan lambat, pedet lahir mati.
Pada hewan betina menyebabkan gangguan estrus sedang pada jantan
menyebabkan menurunnya libido. Sumber iodium adalah pakan alami
sepeti tepung ikan dan hijauan makanan ternak. . Pada ayam broiler
dibutuhkan kira-kira 1 mg per kg ransum.

 Zinz (Zn)
Zn (seng) berperan dalam pengaktif dan komponen beberapa enzim
seperti carbonic anhydrase, carboxys peptidase, alkohol dehidogenase
yang berperan dalam metabolisme asam nukleat, sintesis protein dan
metabolisme karbohidrat. Dalam kulit dan jaringan tubuh lainnya serta
tulang juga terdapat Zn.
Gejala klinis defisiensi Zn pada unggas adalah pertumbuhan lambat,
tulang lunak dan rapuh, bulu kusam, pernapasan tidak normal dan
keratosis pada kulit. Sedang gejala klinis pada ruminansia adalah tidak
perduli terhadap lingkungannya, pembengkakan kaki dan dermatitis
pada leher, kepala dan kaki, gangguan penglihatan, banyak bersalivasi
(ludah), penurunan fungsi rumen, luka sulit sembuh, dan gangguan
reproduksi ternak jantan.
Sumber Zn adalah dedak padi dan dedak gandum. Kebutuhan Zn pada
ransum ayam broiler sebesar 40mg per kg ransum. Namun demikian
defisiensi Zn jarang terjadi karena dalam pakan ternak sudah tersedia
cukup kandungan Zn. Didalam luminosa terdapat kandungan Zn 60
ppm, biji-bijian mengandung 10-30 ppm Zn, sumber protein nabati
mengandung 50-70 ppm Zn, sumper protein hewani mengandung 100
ppm.
Kebutuhan Zn ternak ruminansia sulit diperkirakan namun secara umum
kebutuhan tersebut 20-40 mg/kg berat kering pakan.

 Selenium (Se)
Se berperan pada proses metabolisme yang normal dan ada kaitannya
dengan vitamin E. Vitamin E dapat menggantikan kebutuhan mineral
Se. Kelebihan se akan menyebabkan keracunan ternak. Suplentasi Se
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

pada ayam broiler sebesar 0,1 mg per 1 kg ransum. Sumber pakan


yang mengandung Se antara lain jagung (20 ppm), dan dedak gandum
(55 ppm).
Dalam tubuh ternak berupa seleno-potein yang terdistribusi secara luas
dalam tubuh. Se juga berperan dalam penyerapan lipid dalam saluran
pecernaan, atau pengangkutan melalui dinding usus. Dalam tanaman
Se terdapat dalam bentuk selenium amino acid bersama-sama dengan
protein. Kandungan Se tanaman sangat tergantung dari kandungan Se
dalam tanah. Pada tanaman selenium terdapat pada leguminosa dan
rumput.
Kebutuhan Se pada sapi yang sedang tumbuh adalah 0,10 mg/kg
ransum kering, untuk sapi jantan dan induk yang sedang bunting 0,5-
0,10 mg/kg ransum kering. Kekurangan Se menyebabkan daging sapi
berwarna putih, gangguan jantung, dan paralisis. Kelebihan Se
menyebabkan keracunan dengan gejala bulu ekor rontok, hilangnya
nafsu makan, kuku coplok, dan bisa mati karena kelaparan, haus dan
gangguan pernafasan.

 Molibdenum (Mo)
Mo didapati pada seluruh urat daging-tulang dan sedikit pada hati, ginjal
dan bulu ternak. Fungsi dari Mo adalam komponen esensial dari
beberapa enzim misalnya: xanthine oksidase, aldehyda oksidase dll.
Kebutuhan Mo bagi ternak ruminansia belum diketahui ecara jelas.
Kekurangan Mo jarang ditemukan, tetapi kelebihan Mo justru
menyebabkan defisiensi Cu dan menjadi racun yang menyebabkan
diare, anoreksia, anemia, ataksia, dan kelainan bentuk tulang,
depegmintasi kulit atau bulu. Sumber pakan yang menganduk Mo
adalah hijauan segar, sedang pada hijauan kering kandungan Mo
menurun.

 Cobalt (Co)
Dalam tubuh ternak Co ditemukan pada hati, mata, ginjal, kelenjar
adrenal, limpa dan pankreas dan sedikit pada sumsum tulang darah,
susu dan empedu. Didalam rumen sapi Co digunakan mikroba untuk
pembentukan B12. pada makanan ternak kandungan Co pada rumput
lebih rendah daripada leguminoisa. Kebutuhan Co pada pakan sebesar
0.1 ppm dari bahan kering pakan.

 Fe
Dalam tubuh Fe didapai pada hati, limpa, ginjal, jantung, sumsum
tulang, darah dan sel-sel lainnya. Fungsi Fe dibutuhkan pada
pembentukan haemoglobin, miglobin, enzim satilase, dan peroksidase.
Fe berperan dalam tarnpor oksigen dalam sel dan respirasi sel.

 Vitamin

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Vitamin adalah senyawa organik biasanya tidak disentesis dalam tubuh,


dan diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Vitamin diklasifikasikan
menjadi dua kelompok. Vitamin bukan struktur utama tubuh, tetapi
diperlukan terutama sebagai ko enzim atau regulator metabolisme. Ternak
unggas memerlukan 13 vitamin yang harus terdapat dalam pakan, sebab
kecuali viatamin C, tubuh tidak dapat mesitesisnya.
Vitamin digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu vitamin yang larut dalam
lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak
terdiri dari vitamin A,D, E dan K. Sedangkan vitamin yang larut dalam air
terdiri dari tiamin, riboflavin, asam nikotenat, folasin, biotin, asam
pantotenat, pyridoxine, B 12, dan koline. Kebutuhan vitamin dinyatakan
dalam milligram per kilogram pakan, kecuali vitamin A,D dan E dinyatakan
dalam Internasional Unit (IU).

 Vitamin Yang Larut Dalam Lemak

 Vitamin A (Retinol)
Vitamin A terlibat dalam sistem penglihatan dan pengelolaan
jaringan epitel di seluruh permukaan tubuh bagian luar maupun
bagian dalam serta berbgai kelenjar endokrin/gonad. Pern vitamin
A juga membantu pembentukan protein.
Pakan ternak terdiri dari bahan nabati dan hewani. Pada bahan
hewani terdapat vitamin A sejati, sedang pada pakan nabati
terdapat provitamin A yang berawal dari caroten. Provitamin A
tersebut akan diubah menjadi vitamin A oleh ternak.
Kebutuhan vitamin A untuk ayam broiler di derah tropis untuk
masa awal sebesar 8.800 IU per kg ransom dan 8.000 IU pada
masa akhir. Untuk ternak ruminansia disaran kandungan vitamin A
dalam pakan sebesar 1200 IU/Kg ransom kering untuk ternak
yang sedang tumbuh, sedang untuk ternak betina laktasi dan
pejantan disarankan 3900 IU per kg ransum kering.
Gejala defisiensi vitamin A pada ayam adalah pertumbuhan
lambat, keluar cairan seperti keju pada ujung mata dan ujung
lubang hidung, bulu kusam, dan agak membotak, daya tahan
terhadap penyakit menurun pada masa musim yang sangat buruk.
Kejadian defisiensi akan terjadi secra sporadic artinya dalam satu
kelompok tidak mungkin hanya sebagian yang menderita
defisiensi, jika menderita defisiensi maka seluruh kelompok akan
terkena gejala tersebut.
Kelebihan vitamin A akan menyebabkan ternak keracunan. Pada
unggas keracunan terjadi pda dosis 33.000IU per kg ransom
kering sedang pada sapi 17.000 IU per kg ransom kering. Gejala
keracunan pada unggas adalah engurangi warna kulit dan kunig
telur, menurunya penyerappan nutrisi yang larut dalam lemak,
mengganggu penyerapan vitamin K yang penting bagi penutupan
luka. Keracunan pada ruminansia menyebabkan menurunnya
aktifitas enzim pada metabolisme energi sehingga mempengaruhi
proses pertumbuhan.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Sumber vitamin A adalah hijauan segar, silase, atau hay, jagung


kuning, dan vitamin sintetis (asetat sintetis). Minyak hati
merupakan sumber vitmin A yang terbaik tetapi jarang digunakan
pada peternakan.

 Vitamin D ( ergocalciferol)
Vitamin D memiliki banyak bentuk, tetapi yang penting bagi ternak
adalah D2 (ergocalciferol) dan D3 cholecalcifero). Vitamin ini
berfungsi dalam penyerapan vitamin Ca dan P dan proses
kalsifikasi dalam pertumbuhan tulang. Secara umum vitamin D
dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan Dengan bntuan sinar
ultraviolet matahari tubuh ternak dapat mengubah provitamin D
menjadi vitamin D. prinsip ni dimanfaatkan peternak dalam
membangun arah kandang yaitu agar dapat memanfaatkan sinar
matahari utnuk membantu proses pembentukan vitamin D. namun
dengan berkembangnya vitamin sintesis teori tersebut tidak selalu
mutlak diterapkan dan ditambah penemuan bahwa lampu listrik
(Neon) dapat mengganti peran sinar matahari.
Kebutuhan vitamin D pada pakan ayam broiler masa awal
disranakan sebesar 1.850 ICU per kg ransom kering dan 2.600
ICU pada ayam mas akhir. Ternak sapi membutuhkan vitamin D
sebanyak 275 IU per Kg berat kering pakan secara rinci untuk
anak sapi sebanyak 4 IU/kg berat badan, untuk sapi yang sedang
tumbuh 2,5 IU/kg berat badan, dan 10 IU /kg BB uantuk sapi
bunting/laktasi.
Pada ternak unggas kasus defisiensi vitamin D jarang terjadi di
Indonesia karena banyak makanan yan mengandung vitamin D.
pada unggas defisiensi D menyebabkan Riketsia.
Sumber vitamin D dalam pakan berasal dari hijauan pakan ternak
dengan kandungan provitamin D 11 IU dan premix mineral buatan
pabrik.

 Vitamin E (Alfa tokoferol)


Terdapat 7 vitamin E, tetapi alpha tokoferol adalah yang paling
banyak penyebarannya pada bahan pakan ternak. Vitamin E
berfungsi menjaga kesuburan ternak atau antisteril. Peran vitamin
E sebagai zat makanan yang vital dalam metabolisme urat
daging/syaraf, kontraksi urat daging, sirkulasi, respirasi,
pencernaan, ekskresi, pertumbuhan, konversi kanan dan
reproduksi.
Kebutuhan vitamin E pada anak sapi 15-60IU/Kg berat kering
pakan, untuk sapi yang seang tumbuh 6,8-27,3 IU/Kg ransom dan
untuk sapi dewasa 13600 IU/0,45 kg ransom, dan 54.600 IU/ton
ransum untuk sapi dara, laktasi dan bunting. Pada ternak unggas
jarang terjadi kekurangan vitamen E, namun demikian disarankan
dalam ransom terdapat 11 IU/KG untuk ayam broiler pada masa
awal dan 9 IU/Kg untuk ayam broiler pada masa akhir.
Sumber vitamin E adalah pakan hijuan dan biji-bijian. Hijauan
segar mengandung 100-200 mg/kg vitamin E, jagung kuning 25
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

mg/kg, juwawut 11 mg/kg, dn gandum 2-3 mg/kg. Nampak bahwa


hijuan lebih banyak mengandung vitamin E dibanding biji-bijian.
Karena vitamin E tidak stabil maka disarankan menambahkan
premix mineral untuk suplai vitamin E.

 Vitamin K
Vitamin K dikenal sebagai antihaemoragi karena dibutuhkan untuk
membentuk protombin yang penting dalam proses pembekuan
darah jika terjadi luka pada ternak. Fungsi lain adalah
menyediakan energi untuk fungsi sel.
Pada ternak ruminansia vitamin K dapat disintesa oleh mikroba
dalam rumen dan saluran pencernaan dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan. Vitamain K merupakan satu-satunya
vitamin yang larut dalam lemak yang dapat disintesa oleh ternak
ruminansia.
Pada kasus sapi mengkonsumsi zat anti koagulan (misal
dekumarol dari jamur, tanaman leguminosa/clover), yang
mencegah pembentukan protrombin yang akan menyebabkan
ternak defisiensi K.
Sumber vitamin K adalah bahan dari tanaman (K1), hewani (K2)
dan K3 dari vitamin sintetis. Vitamin K sintetis dikenal dengan
menadion. Kebutuhan vit K ayam broiler masa awal 2,5 mg per kg
dan masa akhir 2,4 mg/kg , kebutuhan terebut dipenuhi dari pakan
alami. Namun disarankan untuk emambah Vit K sintetis sebanyak
0,501 mg/0,5 kg ransum. Bahan pakan sebagai sumber alami vit
K adalah tepung ikan, bungkil kacang kedelai.

 Vitamin Yang Larut Dalam Air

 Vitamin B1 (Thiamin)
Dalam tubuh ternak vitamin B1 berfungsi ebagai koensim
kokarboxilase dqalam bentuk thiamin phyrophospahate.
Fugnsinya untuk proses enzimatis dekarbosilase asam alpha keto
atau dengan kata lain metabolisme asam piruvat menjadi asetat.
Secara sederhana diuraikan bahwa vitamin B1 membatu
metabolisme karbohidrat menjadi energi.

Kekurangan thiamin menyebabkan akumalasi asam asam piruvat


dan akan menurunkan produksi asam laktat di jaringan , dan
ternak menunjukan defisiensi vitamin B1. Gejala defisiensi pada
ayam yaitu polineuritis, kepala ayam tertarik keatas menengadah
seperti tertarik tali, dan pertumbuhan lambat. Pada ternak
ruminansia menunjukan gejala buta, urat daging tremor, gigi
gemeretak, opisthotonus dan konvulsi.

Sumber vitamin B1 bagi ternak unggas adalah dari pakan ternak


seperti bekatul, bungkil, jagung dan sorgum. Defisiensi pada
unggas jarang terjadi tetapi kadang vitamin dalam bahan pakan
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

rusak sehingga disarankan menambahkan dosis 2,5 mg/kg


ransum. Pada ruminansia sumber vitamin b1 dari pakan dqan
mikroba rumen. Mikroba rumen dapat mensintesis vitamin B1.
Pada anak sapi dimana mikroba rumen beklum berkembang maka
sumber B1 dari air susu yang diminumnya. Jika air susu diganti
milk replecement maka disarankan menambahan vitamin B1
menurut NRC sebanyak 65 µg/kg bobot badan.

 B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 berfungsi membantu tranportasi hidrogen,
metabolisme protein dan energi. B2 merupakan komponen
flavoprotein yang berfungsi sebagai konenzim.
Defisiensi vitamin B2 pada unggas menyebabkan penyakit curled
toe paralysis dengan gejala ayam berjalan dengan dengkul
(persendian kaki), kaki menjulur kedepan atau belakang, berdiri
tidak tegak bahkan tidak bisa berjalan. Penyebab kekurangan B2
karena kandungan vitamin dalam bahan pakan kurang dari
kebutuhan ayam tersebut. Kebutuhan diperkirakan sebanyak 4,8-
5,7 mgram per kg ransum. Untuk memenuhi kebutuhan dapat
ditambahkan vitamin sintetis. Sumber B2 adalah jagung kuning
dan bungkil kedelai.

 Niacin
Niacin berberan sebagai koensim yang membantu metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Bentuk koensim adalah
nicotinamide dinucleoide (NAD) dan nicotinamide dinucleoide
phosphate (NADP). Sumber niacian adalah bekatul, tepung ikan,
dedak padi, dedak gandum dan bungkil. Gejela defiensi pada
unggas ayam menjadi kerdil dan pertumbuhan lambat. Kebutuhan
ayam terhadap niacin 35-40 mg per kg ransum. Untuk mencegah
defieinsi ditampahkan niacin sintetis.
Pada ternak ruminansia niacin dapat dibentuk dari tryptopan.
Reaksi ini terjadi didalam mikroba dan jaringan rumen. Sehingga
niacin erat hubungannya dengan thryptophan. Jika kadar tryptopan
dalam pakan rendak (0,2%) maka baru ada kebutuhan minimal
niacin. Kandungan tryptopan 60 mg setara dengan 1 mg Niacin.
Anak sapi yang kandungan air susunya rendah akan menderita
defisiensi Niacin.

 Pyrodoxin (B6)
Vitamin B6 berfungsi sebagai koensim yang membantu proses
metabolisme protein. Sehingga perannya esensial dalam proses
pertumbuhan. Pada ternak unggas defisiensi ini dapat mengganggu
syaraf dan kematian. Sumber B6 adalah pakan berasal dari hewani,
bungkil kedelai, dan biji-bijian. Dalam kondisi normal jarang terjadi
defisiensi B6 kecuali jika pakan rusak atau bahan pakan
dipalsukan. Kebutuhan B6 dalam ransum unggas berkisar 3,3-3,5
mg per kg ransum.

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Biotin
Biotin sebagai kelompok prostetik berperan pada bebrapa ensim
yang memantapkan katalis CO2 kedlam jaringan organik. Ensim
yang mengandung Biotin adalah acetyl koensim A karbosilasi,
propionil koensim A karboxilasi dan methyl malonyl transkarbosilasi.
Pada ruminan bitoin dibutuhkan pada siklus urea, sintesis arginin,
pirimidin (asam nukleat penyusun DNA), lintasan ekstra
mitokondrial dan sitesis asam lemak, sehingga penting perannya
dalam proses pertumbuhan.
Sumber Biotin adalah dedak, bekatul, biji-bijian. Jarang dijumpai
defisiensi bitoin, namaun jika kasus terjadi gejalanya adalah
perosis, pertumbuhan lambat, kerdil dan dermatitis disekitar paruh
dan kaki. Penambahan pada ransum unggas disarankan 0,1-0,11
mg per kg ransum.

 Asam Folat
Vitamin ini memegang peranan penting dalam reaksi biokimia
dalam memindahkan unit C tunggal dalam berbagai reaksi.
Fungsinya antara lain dalam interkonversi serin dan glysin, dalam
sitesis purin, degradasi histidin atau dalam sitesis group methyl
tertentu. Purin penting dalam pertumbuhan dan reproduksi semua
jaringan tubuh karena purin merupakan bagian dari DNA. Defisiensi
asam folat maka pembentukan nucleo protein dalam proses
pendewasaan sel-sel darah tidak terjadi dan akan menyebabkan
gejala anemia yang spesifik. Oleh karena itu Folat juga dikenal
dengan anti anemia. Unggas memperoleh suplai asam folat dari
pakan yang dikonsumsi. Penambahan pada pakan unggas
disarankan 1,5- 1,8 mg/kg ransum. Sumber asam folat adalah
tepung ikan dan jagung.

 Cyanocobalalain (B12)
Fungsi B12 adalah sebagai koenzim pada bebrapa reaksi
metabolik. Dibutuhkan untuk sintesis grup metil dari karbon tunggal
sebagai prekusor, secara langsung dibutuhkan dalam metabolisme
asam amino dan sintesis protein.
Vitamin ini tidak terdapat dari sumber bahan pakan nabati, dan
hanya terdapat dari sumber pakan yang berasal dari hewani.
Tepung ikan dan daging-tulang merupakan sumber vitamin B12.
untuk ayam broiler kebutuhan B12 pada masa awal 0,013 mg per
kg ransum dan pada ayam dewasa 0,012 mg per kg ransum. Pada
ransum yang tidak mengandung bahwan hewani harus ditambah
dengan vitammin B12 sintesis. Kebutuhan B12 tergantung dari
kadar lemak dalam ransum, semakin tinggi kadar lemak maka
semakin tinggi kebutuhan B12. pada perubahan temperatur yang
ekstrim juga akan menyebabkan kebutuhan B12 meningkat.

 Kolin (Choline)
Kolin merukan sumbstansi esensial dalam pembentukan dan
pemeliharaan struktur sel dan metabolisme lemak dalam hati. Kolin
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

terdiri dari komponen asetil kolin yang berperan pada mediator


dalam aktivitas urat syaraf. Pembentukan asetil kolin yang penting
dalam transmisi impuls syaraf membutuhkan kolin.
Pada ayam kebutuhan kolin sebesar 780-800 mg per kg ransum.
Sumber kolin adalah bungkil kedelai dan bahan asal hewani seperti
tepung ikan dan daging-tulang.

 Vitamin C
Vitamin C secara kimiawi dikenal dengan L asam askorbat. Peran
vitamin C adalah pada mekanisme oksidasi dan reduksi di dalam
sel-sel hidup. Fungsi lain dari vitamin C adalah mengurangi tekanan
pada iklim tropis. Beberapa hasil penelitian penambahan vitamin C
pada ransum ayam dapat menurunkan kematian dan mengurang
gejala tekanan perubahan iklim. Pada ternak unggas dapat
mensintesis sendiri kebutuhan vitamin C. sedang pada ruminansia
vitamin C disintesa dalam rumen ternak.

Air

Air merupakan nutrisi yang penting bagi unggas. Kebutuhan air sangat tergantung
dari temperature lingkungan dan kelembaban relative dan komposisi pakan
ternak, tingkat pertumbuhan, atau produksi telur, dan efisiensi ginjal dalam.
Jumlah air yang dikonsumsi diperkirakan 2 kali lebih banyak dari pakan yang
dikonsumsi berdasarkan berat pakan, tetapi konsumsi air pada kenyataannya
sangat bervariasi.

 Fungsi Air

Fungsi air terdiri dari 4 komponen yang terintegrasi dalam system


pertumbuhan.

 Komponen jaringan
Air bebas yang terikat dalam jaringan daging merupakan contoh
yang baik. Perubahan keduanya (air bebas dan terikat) dapat
mengubah aktifitas enzim yang selanjutnya berpengaruh pada
tingkat pertumbuhan urat daging.jumlah air yang diikat dipengaruhi
oleh fase perkembangan jaringan urat daging. Sapi yang tua
kapasitas mengikat air lebih tinggi disbanding sapi yang lebih
muda.

 Media Fisik
Air berfunsi sebagai pengantar zat makanan dari saluran
pencernaan kedalan jaringan tertentu untuk sintesis komponen
tertentu guna pertumbuhan atau hidup poko sel tertentu.

 Mengatur Fungsi Osmosis Dalam Sel


Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Air berperan dalam memelihara keseimbangan konsumsi mineral


tertentu dalam urat daging. Konsentrasi kalsium dalam uran daging
penting untuk mengatur metabolisme energi dan kontraksi. Jika
kadar mineral tidak seimbang akan menyebabkan kontraksi dan
pertumbuhan urat daging terganggu.

 Air sebagai Pereaksi (Reagent).


Air berberan dalm fungsi reaksi kimia untuk sintesis (pembangunan)
jaringan. Contoh: reaksi hidrolisis untuk sintesa asam amino untuk
pembentukan protein.
Air yang digunakan oleh ternak dapat berasal dari air minum, air
yang terkandung dalam bahan pakan dan air hasil proses
metabolic. Air dari bahan pakan sangat bervariasi dari 3% s.d 80%
tergantung jenis bahan pakannya.air dari hasil oksidasi. Komponen
air dalam tubuh ternak mencapai 2/3 bobot badan (55-75%).

Table 9. Ringkasan Gejala Defisiensi Vitamin

No Vit Ternak Unggas

1 A pertumbuhan lambat, keluar cairan seperti keju pada ujung


mata dan ujung lubang hidung, bulu kusam, dan agak
membotak, daya tahan terhadap penyakit menurun pada
masa musim yang sangat buruk

2 D Penyakit riketsia, rakitis

Kombinasi dengan kekurangan Ca dan P menyebabkan


osteomalasi (dekalsifikasi tulang)

3 E Gangguan reproduksi (kesuburan), gila ayam

4 K Jika terjadi luka, pendarahan sulit membeku

5 B1 polineuritis, kepala ayam tertarik keatas menengadah


seperti tertarik tali, dan pertumbuhan lambat

6 B2 penyakit curled toe paralysis dengan gejala ayam berjalan


dengan dengkul (persendian kaki), kaki menjulur kedepan
atau belakang, berdiri tidak tegak bahkan tidak bisa berjalan.

7 Niacin Pertumbuhan terganggu

8 B6 Pertumbuhan terganggu

9 biotin Pertumbuhan terganggu

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

10 Asam folat Pertumbuhan terganggu

11 B12 Pertumbuhan terganggu

12 Kolin Sistem syaraf terganggu

13 C stress

 Kebutuhan Air

kebutuhan air dipengaruhi oleh kandungn bahan kering, dan


komponennya, temperatur lingkungan dll

 Lingkungan
Unggas jika tempertur berubah maka konsumsi bahan keringn atau nergi
akan menurun dan konsumsi air meningkat. Ditinjau dari segi
pertumbuhan, dalam keadaan panas meningkat maka pertumbuhan akan
menurun, namun sebagian penurunan dapat diganti dengan peningkatan
retensi air.

 Protein
Semakin tinggi konsumsi protein maka semakin tinggi konsumsi air. Air
tersebut diperlukan untuk mengeluarkan hasil metabolisme lewat urin.

 Na Cl
Semakin tinggi konsumsi NaCl maka semakin tinggi konsumsi air.
Perubahan 1% sainitas tidak mempengaruhi konsumsi air minum pada
unggas.

 Jenis Makanan
Pada pemberian silase akan meningkatkan konsumsi air dibanding
pemberian hay (rumput kering), makanan pelet dan campuran hay-biji-
bijian.

 Pengeluaran Air

Pengeluaran air pada unggas melalui panting (pernafasan mulut) dan


faecesn yang bercampur urin, hal ini karena ayam tidak memiliki kelenjar
keringat. Pada udara panas dapt mudah diamati ayam akan lebih banyak
panting dari pada udara sejuk.

 Defisiensi Air
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Tubuh tidak mempunyai mekanisme untuk menyimpan air seperti halnya


lemak depo dan sejenisnya. Kehilangan air akan terjadi secara terus
menerus sehingga harus diimbangi dengan konsumsi air minum.Dfesiiensi
air akan menyebabkan konsumsi pakan menurun. Pada suhu 40*C ternak
menunjukan gejala stress misalnya minum, penguapan, volume urin, dan
tingkat respirasi diperbanyak. Jika tidak tersedia jumlah air minum tidak
cukup maka bobot badan akan menurun drastis dan tanda-tanda dehidrasi.
Karena banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi air minum
maka disarankan untuk memberi minum secara adlibitum (tidak terbatas)
kepada ternak.

Bahan makanan

Bahan pakan yang digunakan berasal dari tumbuh-tumbuhan, sisa proses


produksi, hewan dan bahan pakan non konvensional.

 Tumbuh- tumbuhan
Bahan pakan dari tumbuh-tumbuhan terdiri dari jagung kuning. Jagung
putih, kedelai, rumput muda, daun turi muda, dn ubi kayu. Dalam
penggunaan baha pakan diusahakan tidak berkompetisi dengan konsumsi
manusia. Misal : beras tidak digunakan untuk pakan ternak karena
dikonsumsi oleh manusia.

 Sisa Proses Produksi


Sisa proses produksi hasil pertanian juga bisa digunakan untuk bahan
pakan. Bahan tersebut terdiri dari dedak, bungkil kelapa, bekatul, bungkil
sawit, ampas tahu, bungkil kedelai dll.

 Berasal Dari Hewan


Bahan pakan dari hewan teridiri dari tepung ikan, tepung darah, tepung
daging-tulang, tepung tulang, tepung bulu, sisa rumah potong tepung
kerang, dll.

 Bahan Pakan Non Konvensional


Pada bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum, hal yang
harus dipertimbangankan adalah asam amino methionin dan lisine. Jika
kedua asam amino ini kurang maka akan ditambahkan asam amino murni
yaitu asam amino methionin, lysine. Disamping itu juga dibuat bahan
vitamin buatan dan mineral yang sering dikenal dengan premix mineral.
Untuk ternak unggas kadang-kadang diberi bahan anti biotic dengan dosis
tertentu untuk membantu pertumbuhan ayam .

Klasifikasi Sumber Bahan Pakan

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Bahan pakan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu: sebagai sumber


protein, sumber energi, mineral dan vitamin. Pengelompokan tersebur digunakan
untuk menyusun ransum dengan harga termurah (Least cost formula). Faktor
utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan adalah kandungan
nutrisi bahan, tingkat kecernaan, ketersediaan, kontinuitas dan harga.

 Sumber Protein

Bahan pakan yang dikategorikan sebagai sumber protein adalah bahan


pakan yang kandungan proteinnya lebih tinggi dari yang dibutuhkan pada
formula ransum. Misalnya pada ransum ayam broiler kandungan proteinnya
22%, maka bahan pakan dengan kaandungan protein lebih dari 22%,
dikategorikan menjadi bahan pakan sumber protein.

Sumber protein dan asam amino bisa dri bahan asal tanaman (nabati) dan
bahan asal hewan (hewani). Bahan asal nabati relatif lebih murab dari
hewani, namun komposisinya terutama asam amino lebih rendah dari
hewani. Pada saat ini sudah ada asam amino tunggas seperti Methionin,
Lysine dan tryptophan. Pada fromulasi ransum dapat ditambahkan asam
amino tunggal tersebut untuk menyeimbangkan komposisi yang kita
kehendaki. Masing-masing kelompok bahan diuraikan sebagai berikut:

 Sumber Protein Asal Nabati

 Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan sumber protein utama pada ransum


ternak unggas. Bahan ini diimpor dari berbagai negara; India,
Amerika dll. Sebenarnya bahan ini adalah hasil limbah dari kedelai
yang diambil minyaknya untuk keperluan manusia. Setelah diambil
minyaknya dan dikeringkan maka konsentrasi kandungan protein
kasarnya menjadi meningkat sampai 40-50%. Pada kedelai utuh
kandungan minyaknya tinggi dan mengandung antitripsin yaitu
senyawa yang menghalangi penyerapan tripsin, sehingga kalau
akan digunakan harus disangrai terlebih dahulu. Namun
penggunaan secara kedelai secara utuh jarang dilakukan karena
berkompetisi dengan manusia. Kandungan energi bungkil kedelai
juga tinggi yaitu 2.240 kkal/kg. Penggunaan bungkil kedelai dibatasi
antara 15% -35% dari total ransum, hal ini karena ada substitusi
bahan lain. Penggunaan bungkil kedelai sebagai protein harus
dilihat dari harga protein perunitnya, bukan dari harga per kg
bahannya.

Misal :

 bungkil kedelai per kg 6000, kadar protein 45%, maka yang


dipetimbangkan harga perunit PK (protein Kasar) nya yaitu Rp6.000
/45 = Rp 133.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

 Tepung ikan per kg7500, kandungan protein 65%, maka


harga persatuan protein kasar adalah Rp7.500/65 = Rp115
Dari dua contoh diatas maka kita akan menggunakan tepung ikan
sampai batas maksimal baru menggunakan bungkil kedelai. Jadi
yang kita perhitungkan bukan harga per kg-nya tetapi harga
persatuan proteinnya. Tepung ikan walaupun harga per kg lebih
mahal tetapi harga perunit proteinnya lebih murah.

 Bungkil Kacang Tanah

Kandungan protein bungkil kacang tanah berkisar 24-47%, sedang


kandungan energi metabolismenya (ME) antara 2.210 sd 2376
Kkal/kg. Kandungan serat kasarnya (SK) sekitar 11-19%, sehingga
membatasi penggunaanya sampai 10%. Kelemahan dari bungkil
kacang adalah rendahnya kandungan asam amino, dan kadar
minyaknya masih tinggi sehingga bahan mudah tengik dan jamur
mudah tumbuh. Disamping itu jumlah ketersediannya juga terbatas.

 Bungkil Kelapa
Kandungan protein kasar bungkil kelapa antara 21-22%.
Kadnungan serat kasarnya cukup tinggi 12-18%, sehingga
penggunaan pada ayam broiler dibatasi. Penggunaan disarankan
tidak lebih dari 12-18%.

 Bungkil Biji Kapas


Kandungan protein kasarnya 41%, tetapi kandungan serat kasarnya
(SK) 13%. Bahan ini jarang digunakan pada ayam broiler karena
ktersediaanyya terbatas dan kandungan SK-nya tinggi. Ransum
pada yam broiler SKnya tidak boleh lebih dari 8%. Disarankan
penggunaan tidak lebih dari 5% dari total ransum.

 Bungkil Biji Matahari


Kandungan protein 41-43%, kandungan serat kasarnya tinggi yaitu
14%, energi metabolis (ME) 1.914 Kkal/kg. Penggunaan bahan ini
terkendala dengan ketersediannya dan kandungan SK-nya yang
tinggi, sehingga bahan ini jarang digunakan.

 Bungkil Sawit
Hampir sebagian besar pustaka dan penemuan-penemuan
terdahulu mengindikasikan bahwa bungkil kelapa sawit berkualitas
rendah karena kandungan serat kasarnya yang tinggi dalam bentuk
beta mannan, rendah kandungan asam amino essensial dan
‘texture’-nya yang agak berbatu akibat kontaminasi dari tempurung
kelapa sawit. Karena itu rekomendasi awal tentang penggunaan
bungkil kelapa sawit hanya berkisar 10-25%. Akan tetapi beberapa
temuan terbaru mengindikasikan bahwa sampai level 40% bungkil
kelapa sawit masih memberikan bobot badan optimal pada ayam
broiler, ketika ransum disupplementasi dengan asam amino lysin
dan methionine

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Pertimbangan pada kandungan asam amino tercerna dan energi


termetabolisme menjadi penting khususnya pada bahan makanan
yang mengandung serat kasar tinggi seperti bungkil kelapa sawit.
Kontaminasi bahan makanan ini dari tempurung kelapa sawit yang
berkisar 15%, menyebabkan makanan ini tampak seperti berbatu-
batu. Walaupun keberadaan tempurung kelapa sawit dalam ukuran
yang kecil ini akan menurunkan daya cerna makanan, tetapi dia
juga bisa bertindak sebagai grit untuk membantu proses
penggilingan bahan makanan di Gizzard. Tingginya nilai bulk
density pada bahan makanan ini memberikan peluang pada ternak
untuk bisa mengkonsumsi lebih banyak. Karena itu, walaupun nilai
cernanya rendah tetapi total konsumsi makanan tercerna cukup
tinggi sebagai akibat dari tingginya konsumsi pakan. Publikasi-
publikasi terbaru mengindikasikan bahwa tingginya pertambahan
bobot badan ayam pedaging yang mengkonsumsi bungkil kelapa
berhubungan secara linear dengan tingginya konsumsi pakan.
Penggunaan enzim pencerna beta mannan yang banyak di pasaran
akan meningkatkan daya cerna dan efisiensi makanan. Keunggulan
lain dari bahan makanan ini adalah kemungkinan digunakannya
sebagai prebiotik. Prebiotik diterjemahkan sebagai komponen
bahan makanan atau zat makanan yang tidak tercerna oleh enzim
pencernaan, akan memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan
mikroba yang bermanfaat bagi ternak. Zat yang paling sering
digunakan sebagai prebiotik adalah karbohidrat dalam bentuk
oligofruktosa, oligamanosa, beta mannan dan oligogalactosa.
Kajian pada dekade terakhir memberikan hasil yang
menggembirakan bahwa pemberian bungkil kelapa sawit pada
ayam pedaging menurunkan populasi mikroba pathogen seperti
Salmonella enteriditis dan meningkatkan populasi mikroba yang
bermanfaat buat ternak seperti bifidobakteria. Kondisi ini bisa
dijelaskan bahwa hampir 40% komponen yang terdapat dalam
bungkil kelapa sawit adalah beta mannan. Keampuhan beta
mannan sebagai prebiotik telah banyak dipublikasi, dan produknya
telah dipasarkan dalam bentuk BioMOS. Akan tetapi produk yang
ada di pasaran ini diekstrasi dari Yeast. Walaupun secara
enzymatik, beta mannan tidak tercerna oleh ternak unggas karena
ketiadaan enzyme mannanase, akan tetapi pencernaan secara fisik
akan terjadi melalui proses penghancuran beta mannan ke dalam
bentuk yang lebih sederhana yakni mannan oligosaccharida, atau
mungkin kedalam bentuk yang paling sederhana yakni manosa.
Zat-zat inilah yang bertanggungjawab dalam meningkatkan sistem
kekebalan tubuh ternak. Mekanismenya, mannan oligosachharida
yang tidak tercerna akan bergerak menuju caeca dan akan
difermentasi oleh mikroba yang spesifik memanfaatkan manose
sebagai komponen utama mannan, seperti salmonella yang bersifat
patogen. Keberadaan subtrat ini akan menarik mikroba patogen
(mematikan) ini untuk meninggalkan dinding usus dan menempel
pada substrat. Karena tidak tercerna, maka substrat ini akan
dibuang dalam bentuk feses, dan ini berati bakteri patogen juga ikut
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

terbuang. Mekanisme lain mungkin terjadi adalah karena substrat


mannan oligo saccharida juga ikut meningkatkan populasi
bifidobakteria. Bakteri ini akan mensekresi bactericidal yang akan
mempengaruhi pertumbuhan species Salmonella. Temuan-temuan
terbaru tentang penggunaan bungkil kelapa sawit sebagai makanan
ayam pedaging seharusnya mendorong peternak dan industri
perunggasan untuk mengurangi kalau tidak mengganti
ketergantungannya pada jagung dan kacang kedele. Dengan
melakukan itu, import jagung, kacang kedele dan limbah bungkil
kelapa sawit mampu kita kurangi. Dan lebih penting, produksi ayam
pedaging mampu kita pertahankan dan kekebalan ternak ayam
dapat kita tingkatkan.

Hasil limbah pengolahan sawit menghasilkan 3 produk yaitu:


bungkil sawit (palm kernel), serat sawit (palmpress fibre) dan
lumpur sawit (palm oil slude). kandungan nutrisi masing-masing
secara rinci terdapat pada tabel ….. kandungan nutrisi bahan
pakan, sdang secara garis besar dijelaskan sebb:

 Kandungan nutrisi palm kernel, prot 13%, lemak 8,7%, ME


2635 kkal/kg dan TDN 78%.
 serat sawit kadungan protein 10,20%, lemak 5,10%, ME 2.930
kkal/kg dan TDN 60,20%.
 Kandungan nutrisi lumpur sawit, protein 13,3%, , lemak
18,85%, ME 3,260 kkal/kg dan TDN 74%.

 Sumber Protein Asal Hewani

 Tepung Darah
Darah merupakan limbah pada pemotongan ternak. Bahan tersebut
tidak dikonsumsi manusia karena alasan agama dan kesehatan.
Darah yang dikeringkan diproses menjadi tepung darah. Kandungan
protein kasarnya tinggi yaitu 80% dan nergi netabolisme 2.882 kkal/kg.
penggunaan tepung darah dibatasi maksimum 2% dari total ransum
karena alasan kandungan lysine tinggi tetapi asam amino yang lain
rendah. Pemberian lebih dari 2% menyebabkan ayam menjadi kanibal.

 Tepung Bulu
Bulu ayam merupakan limbah pemotongan ayam. Manfaat dari bulu
adalah untuk kemoceng, pengisi bantal, bola badminton dan untuk
pakan ternak. Agar dapat dicerna ternak tepung bulu harus diproses
dengan hidrolisa, dikeringkan dan digiling menjadi tepung bulu.
Kandungan nutrisinya cebagai berikut Protein kasar 85%, enerbi
metabolis 2.475 kkal/kg. pemberian pada ransom dsarankan tidak
lebih dari 3% karena kaya akan asam amino lisin dan cystein tetapi
miskin methionin dan tryptophan. Penggunaan berlebihan akan
menyebabkan kesulitan menyeimbangkan kandungan asam amino.

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang lengkap komposisinya.
Dibuat dari ikan yang dikeringkan lalu digiling. Kualitas tepung ikan
dipengaruhi oleh jenis ikan dan dari bagian ikan yang diproses. Ikan
utuh merupakan yang terbaik, tetapi pada tepung ikan banyak
diproses dari limbah ikan yang berupa isi perut kepala, tulang, darah
dan sirip. Kandungan protein tepung ikan tinggi yaitu 46-75% dan
komposisi asam amino lengkap, serta mineral juga lengkap.
Penggunaan teapung ikan untuk menyeimbangkan protein dan asam
amino dalam menyusun ransum. Jumlah penggunaan tepung ikan
dibatasi karena factor harga yang mahal. Penggunaan untuk unggas
berkisar antara 5-12% , prosentase tersebut tergantung dari bahan
pakan lainnya yang digunakan.

 Meat Bone Meal (tepung Daging-Tulang)


Komposisi tepung daging tulang adalah protein 54,3%, TDN 68,8%,
ME 2.260 kkal/kg. Ca 10.5% dan P 5,98%. Penggunaan tepung
daging tulang biasanya pada ternak unggas. Pada ternak ruminansia
kadar protein dalam ransom rendah sekitar 14%, sehingga tidak
memerlukan bahan sumber ptotein yang tinggi.

 Sumber Energi

Energi merupakan kebutuhan nutrisi yang paling banyak bagi ternak. Untuk
itu pemenuhan energi harus dicarikan dari sumber bahan yang murah.
Kebanyakan sumber energi berasal dari tumbuhan pertanian dan limbah
pertanian. Bagi ternak unggas pemenuhan energi dari pakan konsentrat .
Konsentrat merupakan pakan yang dibuat dari campuran dari biji-bijian,
limbah pertanian, mineral, vitamin dan bahan hewani. Beberapa bahan
sumber energi yang penting diuraikan dibawah ini:

 Jagung Kuning
Kandungan nutrisi jagung adalah protein 8,7%, ME 3.340 kkal/kg,
TDN 80% dan lemak 3,6%. Kandungan energi yang tinggi
menyebabkan jagung banyak digunakan dalam pakan ternak. Jagung
terdiri dari beberapa jenis misalnya jagung kuning, putih dan merah.
Pada pakan ayam petelur diperlukan jagung kuning yang kaya akan
beta carotene untuk pigmen pada kuning telur. Pemberian jagung
pada pakan ternak dibatasi maksimum 60%, factor pembatasnya
adalah harga dari jagung itu sendiri.

 Dedak Padi
Proses penggilingan padi akan menghasilkan beras, sekam, dedak
dan bekatul. Bekatul lebih halus dari dedak dan juga sedikir bercampur
dengan menir beras sehingga kandungan energinya lebih tinggi.
Kandungan nutrisinya protein kasar 13%, lemak 8,4%, TDN 70% ME
2.670 kkal/kg dan serat kasar 13,90%. Kandungan serat kasar yang
tinggi menjadi factor pembatas penggunaanya pada ransom ayam
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

broiler. Ransom ayam broiler kandungan proetinnya 22% dan energi


3.200 kkal dengan kandungan serat kasar 8%. Pemberian dedak pada
ransom broiler karena dapat meningkatkan kadar serat kasar.

 Onggok
Onggok yang berasal dari ubi singkong merupakan limbah padat dari
pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati singkong yang
mengandung banyak karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi. Nilai gizi yang terkandung pada onggok adalah protein
3,6%; lemak 2,3%; air 20,31% dan abu 4,4%.

 Molases
Molases merupakan sisa hasil produksi pada industri pengolahan gula
yang berbentuk cair. Molases sudah banyak dimanfaatkan sebagai
bahan tambahan pakan ternak, karena kandungan gizinya cukup baik.
Nilai nutrisi molase adalah protein 4%, 1.800 kkal/kg dan TDN 54%.
Fungsi lain dari molase adalah untuk mengurangi sifat berdebu
konsentrat, memberikan aroma yang baik.

 Minyak Inti Sawit dan Ampas Minyak Sawit


Minyak inti sawit merupakan minyak murni hasil ekstraksi biji sawit.
Sedangkan sisa dari pembersihan/pemurnian tersebut diperoleh
ampas minyak sawit yang berbentuk padat. Sejauh ini sudah banyak
yang memanfaatkan limbah ini sebagai pakan ternak (sapi).
Penggunaan minyak sawit pada pakan dapat langsung dicampur
pada pakan siap, sedangkan ampas minyak sawit dapat dicampurkan
dengan bahan-bahan tambahan pakan lainnya.
Nilai gizi dari minyak inti sawit ini cukup baik yaitu kandungan protein
15,3%, lemak 57,2%; air 23,4%, ME 8.600 kkal/kg dan abu 11,3%.
Pemberian minyak sawit pada ransum dibatasi karena menyebabkan
mudah tengik (rancid) dan menurunkan kualitas daging ayam broiler.

 Ampas Tahu
Ampas Tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Untuk
menjadi bahan baku pakan, ampas tahu bisa langsung diberikan pada
ikan dengan tambahan sedikit ikan asin, atau dapat juga diolah lebih
dulu menjadi tepung dengan mengeringkannya dalam oven/dijemur
lalu digiling. Nilai gizi yang terkandung adalah protein 8,66%; lemak
3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%.

 AmpasTempe
Limbah pengolahan tempe yang berasal dari bahan baku kacang
kedelai, baik berupa kupasan kulit ari kacang kedelai juga limbah cair
berupa air rebusan dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ikan.
Nilai gizi limbah pengolahan tempe lebih tinggi dibanding ampas tahu,
sebagaimana pada tabel 10.

Tabel 10. Nilai Gizi Limbah Pengolahan Tempe


Nutrisi Protein Lemak Air Abu

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

Bahan

Kulit ari 4,24 5,45 7,18 8,60


kedelai

Air 5,29 0,54 72,08 3,38


rebusan

 Ampas Kecap
Ampas kecap merupakan limbah dari proses pembuatan kecap yang
berbahan dasar kedelai yang memiliki kandungan protein cukup tinggi.
Untuk menjadi bahan baku pakan,ampas kecap harus diolah menjadi
tepung dengan lebih dahulu dikeringkan dalam oven/dijemur. Nilai gizi
yang terkandung adalah protein 10,32%;lemak 6,93%;air 52,98% dan
abu 6,72%.

 Tepung Gaplek
Tepung gaplek merupakan singkong yang dikeringkan dan digiling.
Pada singkong mentah terdapat kandungan HCN (racun cianida).
Kandungan nutrisi tepung singkong dengan kadnungan pati 63%
adalah serat kasar (SK) 4,5%, calsium 0,12, Pospor 0,16%, protein
2,5%, ME 2.770 kakal/kg, dan TDN 73%. Pada pembuatan pakan
berbentuk pelet, tepung singkong diperlukan sebagai bahan perekat
(lem) dsiamping sebagai sumber energi.

 Pakan Tambahan

Bahan pakan sumber energi dan ptotein juga mengandung mineral


yang dibutuhkan oleh ternak. Kandungan mineral bahan tersebut
bervariasi tergantung dari sumber bahan aslinya. Pada waktu kita
menyusun ransum sering terjadi kekurangan asam amino, mineral dan
vitamin dalam ransum sehingga untuk mencukupinya ditambah bahan
makanan tambahan bail sumber mineral, vitamin dan asam amino
tunggal.

 Sumber Mineral

 Tepung Tulang
Kandungan nutrisi tepung tulang adalah calsium 24%, pospor 12%,
magnesium 0,64% , besi 840 ppm dan sengn 424 ppm. Tepung tulang
merupakan hasil pengolahan tulang ternak menjadi tepung.
Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan untuk
menyeimbangkan fromulasi pakan. Pada pakan ayam petelur dengan
kebutuhan kandungan mineral yang tinggi (3,2 – 5%) maka semakin
tinggi penambahan tepung tulang atau sumber mineral lainnya.

 Tepung Kerang
Tepung kerang mengandung calsium carbonat sebagai sumber Ca.
Kandungan Ca dalam tepung kerang 38%.

Direktorat Pembinaan SMK 2008


Agribisnis Teranak Unggas

 Kapur
Fungsi kapur sama dengan kerang yaitu sebagai sumber Ca.
Kandungan Ca berkisar 34-38%. Namun pada kenyataan di lapangan
kapur jarang digunakan karena bersifat “dusting/berdebu”

 Garam
Garam (NaCL) merupakan garam dapur yang digunakan sebagai
sumber Natrium dan chlorida. Pemberian garan pada unggas
disarankan 0,25% sedang pada sapi 0,5% pada ransum. Kebanyakan
garam menyebabkan konsumsi air meningkat dan faecesnya lebih
berair, hal ini akan menyebabkan litter menjadi basah dan bisa
menimbulkan penyakit lainnya. Pada ransum ayam yang ditambahkan
premix mineral, biasanya kebutuhan garamnya sudah tercukupi
sehingga tidak perlu lagi penambahan garam.

 Sumber Mineral dan Vitamin

Premix mineral merupakan campuran dari vitamin sintetis dan mineral.


Pada bebrapa produk premix mineral sudah dicampur dengan asam amino
esensial misal lisin dan methionin. Penggunaan premix mineral berkisar
2% dari total ransum yang kita susun.

 D.L Methionine dan Lisin HCL


Pada penyusunan ransum ternak unggas sering hasil yang kita peroleh
masih kurang kadungan asam methionin dan lisin. Hal ini terjadi jika bahan
pakan yang kita gunakan rendah kandungan kedua asam amino tersebut.
Jalan keluarnya adalah dengan menambah asam amino esensial murni.
Asam amino methionine dipasaran dikenal dengan DL Methionine dengan
kadungan metionin 98%. Asam amino lisin dikenal dengan Lisin HCL
dengan kandungan lisin sebanyak 71-77%. Mengingat harga asam amino
tunggal tersebut mahal maka penggunaannya harus hati-hati sebatas
sebagai pelengkap saja.

 Gula
Gula mengandung energi metabolisme sebanyak 3.700 kkal /kg. untuk
ternak unggas biasanya pemberian dilakukan pada saat anak ayam umur
sehari (DOC) datang. Tujuannya untuk mengurangi stress pada anak
ayam. Dosis yang disarankan adalah 5% kadar gula dalam air minum.

 Obat-obatan
Penambahan obat-obatan dapat meningkatkan performansi ternak. Pada
ternak unggas obat-obatan sebenarnya berfungsi mencegah penyakit,
contohnya erythrosin, hygromycin, monencin sodium, neomicyn, nicarbozin
dan nitro furazone. Pemberian obat pada ayam broiler harus dihentikan
minimal 6 hari sebelum ayam dipanen, hal ini untuk mencegah residu obat
yang dapat membahayakan jika dikonsumsi manusia.

 Hormon
Pemberian hormon tertentu juga bisa meningkatkan produktivitas ternak.
Namun perlu dipertimbangkan karena hormon yang dikonsumsi ternak
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

sedikit banyak akan meninggalkan sisa yang jika dikonsumsi manusia akan
merugikan. Bebrapa hormon yang digunakan pada sapi antara lain
estrogen, androgen, dan hormon pertumbuhan somatotropin (STH).

Sebenarnya pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan ternak bukan


merupakan hal yang baru bagi sebagian negara Eropa. Jauh hari
sebelumnya beberapa negara tertentu telah membatasi penggunaan zat
aditif tersebut dalam pakan ternak seperti di Swedia tahun 1986, Denmark
tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999. Akan tetapi
pelarangan tersebut tidak menyeluruh hanya terbatas pada jenis antibiotik
tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin,
tylosin, virginiamycin dan chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini hanya
tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam
ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin,
monensin-Na dan salinomycin-Na.

a. Antibiotik dan Pengaruhnya


Apa yang mendasari pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan
ternak? Sejak ilmuan berkebangsaan Rusia Metchnikoff (1908)
berhasil mengklasifikasi jenis mikro-organisma yang terdapat dalam
saluran pencernaan manusia, makin terkuak lebar peranan penting
akan berbagai genera mikroflora bagi kehidupan makhluk hidup.
Keseimbangan antara bakteri-bakteri yang menguntungkan dan
merugikan dalam saluran pencernaan sepatutnya menjadi perhatian
lebih demi terciptanya hidup yang sehat bagi manusia dan produksi
yang tinggi bagi ternak. Keseimbangan populasi bakteri dalam saluran
pencernaan (eubiosis) hanya dapat diraih apabila komposisi antara
bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli
dan yang merugikan seperti Clostridia setidaknya 85% berbanding
15%. Dengan komposisi tersebut fungsi “barrier effect“ mikroflora yang
menguntungkan dalam tubuh makhluk hidup dengan cara mencegah
terbentuknya koloni bakteri phatogen (colonisation resistence) bisa
teroptimalkan. Ketidakseimbangan populasi antara bakteri yang
menguntungkan dan merugikan (dysbiosis) berakibat turunnya
produksi ternak.
Salah satu cara memodifikasi keseimbangan bakteri di dalam saluran
pencernaan adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik
dipercayakan dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri phatogen
yang berakibat melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam
saluran pencernaan. Tingginya mikroflora menguntungkan tersebut
dapat merangsang terbentuknya senyawa-senyawa antimikrobial,
asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga terciptanya lingkungan
kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri phatogen.
Namun disayangkan penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi
ternak dikarenakan resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikro-
organisme phatogen tertentu. Hal ini telah terjadi pada peternakan
unggas di North Carolina (Amerika Serikat) akibat pemberian antibiotik
tertentu, ternak resisten terhadap Enrofloxacin yang berfungsi untuk
membasmi bakteri Escherichia coli. Dibagian lain residu dari antibiotik
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

akan terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan


susu dan akan berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsinya.
Seperti dilaporkan oleh Rusiana dengan meneliti 80 ekor ayam broiler
di Jabotabek menemukan 85% daging ayam broiler dan 37% hati
ayam tercemar residu antibiotik tylosin, penicilin, oxytetracycline dan
kanamycin (www.poultryindonesia.com). Oleh karena itu berbagai
upaya telah dilakukan bertahun-tahun untuk mencari bahan tambahan
dalam pakan ternak sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya
tersebut.

b. Bahan Aditif Pengganti Antibiotik


Konsep pakan ternak berdasarkan kualitas semata (kebutuhan energi
dan protein ternak) mulai ditinjau ulang oleh nutritionist akhir-akhir ini.
Tuntutan konsumen akan produk ternak yang sehat, aman dan
terbebas dari residu berbahaya telah mengajak ilmuan untuk mencari
alternatif sumber-sumber pakan baru sekaligus zat aditif yang aman.
“Feed quality for food safety“ merupakan slogan yang acap di
dengungkan dimana-mana pada masyarakat Eropa termasuk Jerman.
Produk pertanian dan peternakan alami tanpa menggunakan secuilpun
bahan kimia dalam bahasa Jerman dikenal “okologische produkte”
mulai mempunyai pasar tersendiri. Konsumen rela membayar dengan
biaya berlipat demi mendapat makanan yang sehat, aman dan
terbebas dari residu kimia.
Kerja keras ilmuan dalam usaha menemukan zat aditif pengganti
antibiotik telah membuahkan hasil yang tidak begitu mengecewakan.
Beberapa alternatif zat aditif pengganti antibiotik telah ditawarkan bagi
peternak untuk memicu produksi dan reproduksi seperti pro- dan
prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil) dan
berbagai jenis enzim. Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti
mampu meningkatkan produksi ternak tampa mempunyai efek
samping bagi ternak dan konsumen yang mengkonsumsinya.

c. Pro- dan Prebiotik


Penggunaan pro- dan prebiotik bukan merupakan hal baru dalam
dunia peternakan. Fungsi zat aditif ini tidak jauh berbeda dengan
antibiotik yaitu mengatur komposisi mikroflora dalam saluran
pencernaan. Bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgaricus,
Lactobacilus acidophilus, Bifidobacteria thermophilum dan jenis fungi
seperti Saccharomyces cerevisiae adalah contoh-contoh probiotik
yang telah diproduksi secara komersial. Lingkungan menyenangkan
untuk pertumbuahan bakteri menguntungkan (penurunan pH dengan
memproduksi asam laktat) akan tercipta dengan mensuplai probiotik
pada ransum ternak. Probiotik juga dapat mengurangi produksi racun
dan menurunkan produksi amonium dalam saluran pencernaan.

Prebiotik adalah oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh hewan


monogastrik (ayam dan babi). Senyawa ini digunakan sebagai substrat
untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang menguntungkan seperti
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

Bifidobacteria dan Lactobacilli. Pemberian 0,1 – 0,5% dalam ransum


dapat meningkatkan bakteri yang menguntungkan dan menurunkan
populasi bakteri yang merugikan.

d. Asam-asam Organik
Asam-asam organik sebenarnya diproduksi secara otomatis dalam
tubuh ternak melalui proses fermentasi selanjutnya digunakan sebagai
sumber energi. Perkembangan biotekhnologi yang begitu pesat
mengilhami industri-industri pakan ternak untuk memproduksi asam-
asam organik dalam bentuk komersial seperti asam asetat, propionat
laktat dan citrat yang dikemas dalam bentuk cair. Penambahan asam-
asam organik dalam pakan ternak dapat menigkatkan produktifitas
ternak. Peningkatan performance ternak terjadi melalui penciptaan
lingkungan yang serasi bagi perkembangan mikroflora
menguntungkan. Dengan lingkungan yang menguntungkan bagi
pertumbuhan bakteri tertentu (melalui penurunan keasaman) dapat
mengaktifkan serta merangsang produksi enzim-enzim endegenous
dan berakibat meningkatnya absorbsi nutrisi dan konsumsi pakan
untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi.

e. Minyak Esensial (Essential oil)


Saat ini dikenal lebih kurang 2600 jenis minyak esensial yang
dihasilkan melalui ekstraksi berbagai jenis tanaman. Jamak diketahui
bahwa setiap tanaman mempunyai komponen bioaktif yang spesifik.
Di dalam tubuh makhluk hidup senyawa bioaktif tersebut mempunyai
aktifitas microbial, sebagai antioksidan, bersifat antibotik dan juga
meningkatkan kekebalan tubuh. Beberapa contoh minyak esensial
yang terdapat pada tanaman misalnya cinnamaldehyde (cinnamon),
eugenol (clove), allicin (garlic) dan methol (peppermint).
Dari hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan minyak
esensial dalam pakan ternak dapat memperbaiki performance ternak
melalui meningkatnya nafsu makan ternak, meningginya produksi
enzim-enzim pencernaan serta stimulasi antiseptik dan antioksidan
dari minyak atsiri tersebut. Indonesia merupakan negara yang sangat
kaya akan keaneka ragaman sumber daya alam hayati. Hal ini menjadi
suatu tantangan sekaligus harapan bagi ilmuan untuk menggali
berbagai potensi yang tersedia untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan kemakmuran rakyat.

f. Enzim
Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator
untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa yang
komplek menjadi sederhana. Saat ini telah terindentifikasi lebih kurang
3000 enzim. Walaupun dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat
diproduksi sendiri sesuai dengan kebutuhan, penambahan enzim pada
ransum kadang kala masih dibutuhkan. Hal ini disebabkan beberapa
faktor seperti antinutrisi faktor pada bahan pakan (lekctins dan trypsin
inhibitor), rendahnya efesiensi kecernaan bahan pakan, dan ketidak
tersediaan enzim tertentu dalam tubuh ternak. Xylanase dan ß-
Direktorat Pembinaan SMK 2008
Agribisnis Teranak Unggas

glucanase adalah contoh-contoh enzym yang digunakan pada ternak


monogastrik untuk meningkatkan daya cerna ternak. Rendahnya
kemampuan ternak muda untuk mencerna protein pada kacang kedele
(glycin dan ß-conglycin) dapat diatasi dengan penambahan enzim
protease.

Phytase sebagai enzim yang mampu meningkatkan penyerapan


posphor mendapat perhatian cukup besar para peneliti saat ini.
Bahan-bahan basal pakan yang kaya karbohidrat seperti gandum,
barley, jagung dan lainnya, mengikat unsur phosphor dalam bentuk
asam phytat (myo-inositol hexaxy dihidrogen phosphat) sehingga tidak
mampu dicerna oleh ternak. Dengan mensuplai phytase yang berasal
dari Aspergillus atau Trichoderma strains dalam ransum ternak dapat
meningkatkan ketersediaan phospor, Ca, Zn dan asam amino bagi
ternak. Polusi lingkungan melalui Eutropication juga dapat dicegah
dengan penambahan phytase dalam pakan ternak.

Penelitian bahan aditif alternatif sebagai pengganti antibiotik terus


dilakukan tidak hanya terbatas pada lembaga penelitian, universitas,
institut tapi juga merambah ke berbagai industri makanan ternak. Bagi
industri pakan masih terbuka peluang bisnis yang cukup besar dengan
menciptakan produk-produk zat aditif baru dengan nilai ekonomis
tinggi serta mampu bersaing di pasar.

Kesadaran para konsumen akan produk ternak yang terbebas dari residu kimia
(antibiotik, alfatoksin, dioxin) dan mikrobiologi berbahaya (salmonella,
enterobacteriaceae dan BSE-carriers) semakin meningkat di negara-negara maju.
Kualitas kontrol bahan pakan terus dilakukan oleh pemerintah secara berkala
melalui system HACCP (hazard analyis and critical control points) sesuai dengan
tahapan-tahapan yang telah tersusun secara sistematis dan disepakati bersama.
Kapankah Indonesia ada suatu jaminan pasti bagi konsumen untuk
mengkonsumsi produk-produk ternak yang terbebas dari residu antibiotik dan
sejenisnya? Bukankah makanan adalah salah satu faktor yang bisa meningkatkan
angka harapan hidup (life expectation) suatu negara.

Direktorat Pembinaan SMK 2008

Anda mungkin juga menyukai