ACARA I
MANAJEMEN PETERNAKAN DAN KEWIRAUSAHAAN RUMINANSIA
OLEH
NAMA : Dyah Vetina Setyowati
NIM. : 21/477672/KH/10901
KELOMPOK: 13
ASISTEN : Faisa Alroy Ansori
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui jenis-jenis sapi perah, sapi potong, kambing, dan domba.
2. Mengetahui data fisiologis sapi, kambing, dan domba.
3. Mengetahui cara memilih bibit unggul sapi, kambing, dan domba.
4. Mengetahui cara handling dan restrain pada sapi, kambing, dan domba.
5. Mengetahui cara menghitung umur sapi, kambing, dan domba.
6. Mengetahui cara menghitung BCS pada sapi, kambing, dan domba.
7. Mengetahui manajemen pakan dan pengolahan pakan pada sapi, kambing,
dan domba.
8. Mengetahui manajemen kandang sapi, kambing, dan domba.
9. Mengetahui manajemen penyakit sapi, kambing, dan domba.
10. Mengetahui aspek kewirausahaan pada sapi, kambing, dan domba.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Peternakan Sapi
1. Jenis-jenis sapi perah dan potong (ciri-ciri spesifik (3) , asal,
produksi susu/Daging, berat badan) 3 gambar
SAPI PERAH
a. Sapi Friesian Holstein (FH)
Ciri-ciri : Warna tubuh belang hitam dan
putih; Cukup baik untuk dijadikan sapi
pedaging; Tidak tahan panas, tetapi mudah
beradaptasi
Asal : Belanda Utara dan provinsi Friesland
Barat
Produksi susu : Rata-rata 10 liter/ekor atau Gambar 1. Sapi Perah Friesian Holstein
30050 kg/laktasi dengan kadar lemak (Setiawan, 2019)
3,65%
Berat badan : Jantan sekitar 1000 kg,
betina dewasa sekitar 682 kg
(Noor, 2016; Setiawan, 2019)
b. Sapi Jersey
Ciri-ciri : Warna tubuh beragam, yang
paling umum berwarna cokelat;
Memiliki badan paling kecil diantara
sapi perah lainnya; Bersifat nervous
atau gelisah dan bereaksi cepat
terhadap rangsangan → tidak begitu
jinak
Asal : Pulau Jersey di Inggris Selatan, Gambar 2. Sapi Perah Jersey (Setiawan, 2019)
tepatnya di selat Channel
Produksi susu : Rata-rata 8319 pon/tahun
dengan kadar lemak 5,2%
Berat badan : Jantan 625 kg, betina 425 kg
(Noor, 2016; Setiawan, 2019))
c. Sapi Guernsey
Ciri-ciri : Warna tubuh cokelat
muda dengan belang putih;
Tergolong sangat jinak; Ukuran
badan lebih besar dibandingkan
jenis sapi Jersey
Asal : Pulau Guernsey, Inggris
Selatan
Produksi susu : Rata-rata 9179 Gambar 3. Sapi Perah Guernsey (Setiawan, 2019)
pon dengan kadar lemak 4,7%
Berat badan : Jantan mencapai 1700 pon,
betina 1100 pon
(Noor, 2016; Setiawan, 2019)
SAPI POTONG
a. Sapi Brangus
Ciri-ciri : Persilangan antara sapi
Brahman betina dan sapi Aberdeen
Angus jantan; Berbulu hitam;
Memiliki punuk dan tidak bertanduk
Asal : Amerika Serikat
Berat badan : Kisaran 900 kg
Gambar 4. Sapi Potong Brangus
(Ngadiyono, 2012)
(Ngadiyono, 2012)
b. Sapi Brahman Cross
Ciri-ciri : Bentuk spesifik ada kelasa
yang besar melampaui bahu;
Gelambir yang panjang; Beradaptasi
baik di daerah tropis, banyak
serangga, dan curah hujan rendah
Asal : Australia
Berat badan : Dengan rata-rata 300 Gambar 5. Sapi Potong Brahman Cross
kg (Ngadiyono, 2012)
(Ngadiyono, 2012)
c. Sapi Hissar
Ciri-ciri : Berdaya reproduksi
cukup baik; Tahan terhadap
panas dan penyakit; Bersifat
multiguna
Asal : Pulau Sumbawa, Nusa
Tenggara Barat, Indonesia Gambar 6. Sapi Potong Hissar (Ngadiyono, 2012)
Berat badan : Jantan 400-450 kg, betina 350-400 kg
(Ngadiyono, 2012)
Grade 3 Grade 4
Grade 5
Gambar 9. Grade BCS pada Sapi (Pujiastuti, 2016)
7. Manajemen pakan dan pengolahan pakan (+ gambar)
Sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan,
konsentrat, limbah industri, dan pakan tambahan. Pakan hijauan
berupa rerumputan dan limbah pertanian, sedangkan konsentrat dapat
berupa dedak, bekatul, dan lain-lain. Selain itu, peternak juga dapat
menambahkan vitamin dan mineral sebagai pakan tambahan dan
pemenuh nutrisi (Ngadiyono, 2012).
Gambar 16. Produk susu segar sapi (Usmiati dan Abubakar, 2009)
c. Kambing Ettawa
Ciri-ciri : Badan besar; Kepala
tegak; Tanduk mengarah ke
belakang; Berat badan jantan 65-
120 kg, betina 45-80 kg
DOMBA
a. Domba Ekor Gemuk
Ciri-ciri : Berwarna putih abu-abu;
Cukup cepat mencapai dewasa
kelamin; Mampu berkembang biak
pada musim hujan dan daerah curah
hujan tinggi; Mudah terserang
penyakit sehingga mortalitas tinggi;
Berat badan jantan 24-51 kg, betina
19-49 kg
Gambar 22. Domba Ekor Gemuk (Nurhakim, 2018)
Asal : Arab
(Nurhakim, 2018)
b. Domba Priangan
Ciri-ciri : Warna bermacam-macam;
Masa birahi cukup cepat,
berhubungan dengan musim; Bobot
karkas dan kandungan lemak
kambing betina tinggi; Berat badan
jantan 60-80 kg, betina 30-40 kg
Asal : Jawa Barat
(Nurhakim, 2018) Gambar 23. Domba Priangan (Rukmana, 2010)
c. Domba Ekor Tipis
Ciri-ciri : Ekor besar, lebar, dan
panjang; Jantan dan betina
bertanduk; Dalam ekornya
tersimpan lemak sebagai cadangan
makanan; Berat badan jantan 30-60
kg, betina 20-35 kg
Asal : Asia Tengah
(Rukmana, 2010)
Gambar 24. Domba Ekor Tipis (Rukmana, 2010)
2. Perbedaan kambing dan domba (4 Dalam bentuk tabel)
Kambing Domba
Siklus birahi 14 – 21 hari Siklus birahi 17 hari
Dewasa tubuh 18 – 20 bulan Dewasa tubuh 18 – 24 bulan
Kebiasaan merumput sepanjang Kebiasaan merumput pagi dan
hari sore
Lama bunting 147 hari Lama bunting 141 – 159 hari
(Sarwono, 2011)
3. Pemilihan bibit unggul kambing dan domba
Pada dasarnya, pemilihan bibit unggul dapat dilakukan dengan
cara mengamati keturunan (silsilah) dan sifat umum yang dimilikinya
(Rukmana, 2010). Selain itu, Nurhakim (2018) juga menuturkan
bahwa seleksi indukan kambing atau domba dapat dilakukan dengan
mengamati fenotip dan riwayat catatan produksinya. Berikut beberapa
sifat fenotip yang dapat diamati dalam pemilihan bibit unggul :
• Indukan betina → bentuk tubuh bagus; mempunyai sifat keindukan
yang baik; indukan dengan keturunan kembar dapat menjadi bibit
unggul (Rukmana, 2010).
• Pejantan → bentuk tubuh besar dan kokoh; memiliki catatan produksi
yang baik; berumur 1,5 – 3 tahun (Nurhakim, 2018).
• Melihat keadaan gigi seri → gigi seri susu bersifat sementara dan
tanggal (rontok), digantikan oleh gigi seri tetap
(Rukmana, 2010)
Gambar 28. Penghitungan umur kambing dan domba berdasarkan gigi (Rukmana, 2010)
d. HASIL PRAKTIKUM
A. Soal 1
Lukman adalah mahasiswa kedokteran hewan, suatu saat dia pergi ke
peternakan domba dan ingin mengukur berat badan salah satu domba
sebagai bahan penelitian. Diketahui domba tersebut memiliki panjang
dada 0,75 m, lingkar dada 0,80 m dan panjang badan 65 cm. berapakah
berat badan dari domba tersebut dan hitunglah menggunakan rumus
lambourne !!!
Diketahui :
- Panjang dada 0,75 m
- Lingkar dada 0,80 m = 80 cm
- Panjang badan 65 cm
Ditanya : Berat badan domba dengan rumus Lambourne
Jawab :
𝐿𝐺 2
𝑤=
10840
(65)(80)2
𝑤=
10840
(65)(6400)
𝑤=
10840
416000
𝑤=
10840
𝑤 = 38,376 𝑘𝑔
Kesimpulan : Berat badan domba yang diteliti Lukman dengan data-data
terlampir di atas adalah 38,376 kg (dihitung menggunakan rumus
Lambourne).
B. Soal 2
Pak Panut memiliki seekor sapi jantan jenis Simmetal. Karena Pak Panut
ingin menjual sapinya tersebut, maka ia harus mengukur berat sapi untuk
menentukan harga. Sapi tersebut memiliki tinggi 2,4 m, lebar dada 1,8 m,
lingkar dada 2,2 m, dan panjang badan 1,8 m. Apabila harga pasaran sapi
simmetal dengan bobot 500 kg berada di kisaran harga Rp 30.000.000,-
maka berapakah harga sapi Pak Panut tersebut?
Diketahui :
- Tinggi 2,4 m
- Lebar dada 1,8 m
- Lingkar dada 2,2 m = 220 cm
- Panjang badan 1,8 m
- Harga pasaran sapi simmetal dengan bobot 500 kg berada di kisaran
Rp30.000.000,-
Ditanya : Harga sapi Pak Panut
Jawab :
(𝐿𝐷 + 22)2
𝑤=
100
(220 + 22)2
𝑤=
100
(242)2
𝑤=
100
58564
𝑤=
100
𝑤 = 585,64
Sehingga, harga sapi dapat dihitung sebagai berikut :
585,64
× 30.000.000 = Rp35.138.400,-
500
Kesimpulan : Berat badan sapi Pak Panut berdasarkan data-data terlampir di
atas adalah 585,64 kg sehingga apabila harganya dihitung dengan patokan 500
kg, harga sapi Pak Panut sebesar Rp35.138.400,-
C. Soal 3
Di suatu peternakan, dilakukan seleksi 1 domba yang akan diafkir dari 2
domba A dan B. Domba yang akan diafkir adalah domba dengan berat
badan terkecil. Saat dihitung menggunakan rumus Lambourne, berat
badan domba A adalah 20 kg. Jika diketahui lingkar dada domba B adalah
66 cm dan panjang badannya 53 cm, maka domba manakah yang akan
diafkir ?
Diketahui :
- Berat badan domba A 20 kg
- Lingkar dada domba B 66 cm
- Panjang badan 53 cm
Ditanya : Domba yang akan diafkir
Jawab :
𝐿𝐺 2
𝑊𝑏 =
10840
(53)(66)2
𝑊𝑏 =
10840
(53)(4356)
𝑊𝑏 =
10840
230868
𝑊𝑏 =
10840
𝑊𝑏 = 21,29 𝑘𝑔
Kesimpulan : Berat badan domba B adalah 21,29 kg sehingga apabila domba
yang diafkir adalah domba dengan berat badan terkecil, maka yang diafkir
adalah domba A.
e. PEMBAHASAN
A. Sapi (Manajemen kandang, jenis sapi, manajemen pakan, data
fisiologis, dan manajemen penyakit)
• Manajemen kandang → Rasyid dan Hartati (2007); Ngadiyono (2012);
dan Sudarmono dan Sugeng (2019) menjelaskan terkait syarat kandang
yang baik, tipe kandang, dan perlengkapan kandang, sesuai dengan video
praktikum.
• Jenis sapi → Noor (2016) dan Setiawan (2019) menjelaskan jenis sapi
meliputi sapi perah dan sapi potong (subtropis dan tropis), sesuai dengan
video praktikum.
• Data fisiologis → Sudarmono dan Sugeng (2019) dan Adiarto (2012)
menjelaskan mengenai dewasa kelamin, dewasa tubuh, masa sapih,
interval kebuntingan, dan data fisiologis lain, sesuai dengan video
praktikum.
• Manajemen penyakit → Sudarmono dan Sugeng (2019) dan Setiawan
(2019) menjelaskan beberapa penyakit pada sapi, seperti antraks, foot rot,
dan penyakit mendekur, sesuai dengan video praktikum.
B. Kambing (Manajemen kandang, jenis domba, manajemen pakan,
data fisiologis, dan manajemen penyakit)
• Manajemen kandang → Fanani (2019) menjelaskan tipe kandang kambing
yaitu kandang panggung dan kandang beserta kelebihan dan kekurangan,
sesuai dengan video praktikum.
• Jenis kambing dan domba → Hikmawan (2010); Nurhakim (2018); dan
Rukmana (2010) menjelaskan jenis kambing dan domba meliputi kambing
perah, kambing potong, dan kambing dwiguna, sesuai dengan video
praktikum.
• Data fisiologis → Sarwono (2011) menjelaskan mengenai dewasa
kelamin, dewasa tubuh, masa sapih, interval kebuntingan, dan data
fisiologis lain, sesuai dengan video praktikum.
• Manajemen penyakit → Fanani (2019) dan Rukmana (2010) menjelaskan
beberapa penyakit pada kambing, seperti bloating, mastitis, dan kudis,
sesuai dengan video praktikum
f. KESIMPULAN
1. Jenis-jenis sapi perah dan sapi potong ada sapi dari daerah
subtropis dan tropis. Untuk jenis kambing ada tiga, yaitu kambing
perah, kambing potong, dan kambing dwiguna.
2. Data fisiologis sapi, kambing, dan domba meliputi dewasa
kelamin, dewasa tubuh, masa sapih, interval kelahiran, lama
bunting, dan lain-lain.
3. Cara memilih bibit unggul sapi, kambing, dan domba dapat
dilakukan dengan memilih pejantan dan indukan yang berasal
dari keturunan baik, kemampuan reproduksinya tidak
bermasalah, dan mempunyai fenotip unggul.
4. Cara handling dan restrain pada sapi, kambing, dan domba ada
beberapa cara. Pada sapi, ada restrain dan casting. Sedangkan
pada kambing dan domba, terdapat cara untuk menangkap,
mengendalikan, dan mendudukkan hewan.
5. Cara menghitung sapi, kambing, dan domba secara umum ada
dua cara, yaitu mencatat kelahiran anak (recording) dan
memantau perkembangan gigi hewan.
6. Cara menghitung BCS sapi, kambing, dan domba dengan melihat
bagian-bagian yang menjadi patokan. Tiap tingkatan BCS
memiliki kriteria yang berbeda.
7. Manajemen pakan dan pengolahan pakan pada sapi, kambing,
dan domba tidak memiliki banyak perbedaan. Pada umumnya,
makanan dapat berupa hijauan, konsentrat, dan makanan
tambahan. Selain itu, pakan pokok tersebut dapat diolah menjadi
hay, silase, dan makanan fermentasi.
8. Manajemen kandang sapi, kambing, dan domba memiliki syarat
yang tidak jauh berbeda. Perbedaannya terletak pada tipe
kandang, dimana tipe kandang sapi ada individu dan kelompok,
sedangkan tipe kandang kambing dan domba ada kandang
panggung dan kandang litter/leprak.
9. Penyakit pada sapi, kambing, dan domba beragam dan beberapa
memiliki kesamaan, baik penyebab maupun penanganannya.
10. Aspek kewirausahaan sapi, kambing, dan domba meliputi produk
susu dan karkas (daging).
g. DAFTAR PUSTAKA
Adiarto. 2012. Beternak Sapi Perah Ramah Lingkungan. Klaten : PT
Citra Aji Parama.
Awaludin, A., Nugraheni. Y.R., Nusantoro, S. 2017. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Peternakan. Teknik Handling dan
Penyembelihan Hewan Qurban, Vol. 2(2) : 84-97.
Dwiyanto, M. 1995. Penanganan Domba & Kambing. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Fanani, A. 2019. Sukses Beternak Kambing. Temanggung : Desa
Pustaka Indonesia.
Hikmawan, A.A. 2010. Beternak Kambing dan Domba. Bekasi : CV
Mitra Utama.
Kuswati dan Susilawati, T. 2016. Industri Sapi Potong. Malang : UB
Press.
Ngadiyono, N. 2012. Beternak Sapi Potong Ramah Lingkungan.
Klaten : PT Citra Aji Parama.
Noor, M. 2016. Beternak Sapi Perah. Bekasi : CV Mitra Utama.
Nurhakim, Y.I. 2018. Cara Memelihara Kambing dan Domba.
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Pujiastuti, R. 2016. Body Scoring Condition pada Ternak Sapi Perah.
Perhitungan Body Scoring Condition (BCS) pada Sapi Perah : 1-
5.
Purwantiningsih, T.I., Kia, K.W. 2018. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Peternakan. Identifikasi dan Recoding Sapi Perah di
Peternakan Biara Novisiat Claretian Benlutu, Timor Tengah
Selatan, Vol. 3(1) : 42-56.
Rasyid, A., dan Hartati, G. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan
Sapi Potong. Pasuruan : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan.
Rukmana, H.R. 2010. Beternak Domba. Semarang : CV Aneka Ilmu.
Rukmana, H.R. 2015. Wirausaha Ternak Kambing PE Secara
Intensif. Yogyakarta : Lily Publisher.
Santosa, U. 2003. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Sarwono, B. 2011. Beternak Kambing Unggul. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Setiawan, F. 2019. Menuai Untung dengan Beternak Sapi Perah.
Yogyakarta : Laksana.
Sonatha, P., Samsudewa, D., Purbowati, E. 2016. Agromedia.
Pengaruh Body Condition Score (BCS) Terhadap Kualitas Semen
Domba Wonosobo di Kabupaten Wonosobo, Vol. 34(2) : 27-34.
Sudarmono, S., dan Sugeng, B. Y. 2019. Usaha Ternak Sapi Potong.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Usmiati, S., dan Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Bogor
: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian.
Wahyuni, E., dan Amin, M. 2020. Jurnal Peternakan Lokal.
Manajemen Pemberian Pakan Sapi Bali, Vol. 2(1) : 1-7.
h. LAMPIRAN