Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sapi Bali merupakan plasma nutfah asli dari Indonesia yang dijadikan sebagai aset sumber
daya genetic nasional dan telah menjadi asset dunia sebagai salah satu bangsa sapi dunia yang
tercatat berdasar catatan FAO yang perlu dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya
terutama di Indonesia (Hikmawaty et al., , 2014).
Di Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo sapi Bali (Bos
Sondaicus) merupakan ternak yang diidolakan oleh masyarakat peternak, sehingga hampir
72% peternak didaerah ini memelihara sapi Bali (BPS Gorontalo utara, 2018). Pemiliharaan
ternak sapi Bali yang baik yaitu terletak pada penggunaan bibit yang baik, atau telah melalui
proses seleksi yang baik, sehingga diharapkan dapat menghasilakan turunan yang baik pula.

1.2. Tujuan

a. Untuk mengetahui asal usul dari sapi Bali


b. Untuk mengetahui karakteristik sapi Bali
c. Untuk mengetahui pemeliharaan sapi Bali
d. Untuk mengetahui populasi sapi Bali
e. Untuk mengetahui keunggulan sapi Bali

1.3. Manfaat

a. Mengetahui asal usul dari sapi Bali


b. Mengetahui karakteristik sapi Bali
c. Mengetahui pemeliharaan sapi Bali
d. Megetahui populasi sapi Bali
e. Mengetahui keunggulan sapi Bali
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Asal Usul Sapi Bali
Sapi bali merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang sudah diakui sebagai sapi potong
dengan berbagai keunggulan yang dapat diandalkan dan sudah seharusnya dilestarikan.
Dilihat dari segi fisik, sapi Bali sulit dibedakan dari banteng (Bibos Banteng), namun
kebanyakan sumber menyatakan bahwa sapi Bali memang benar berasal dari golongan bos
banteng, hanya saja dari segi genetic sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang pasti.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Matsuda et al., (1980) disimpulkan bahwa jumlah
dan struktur kromosom sapi bali memang lebih mirip dengan sapi Eropa (taurus) yakni 2N =
60, 29 pasang autosom akrosentrik, kromosom X besar dan sebmetasentrik, sedangkan
kromosom Y submetasentrik juga hanya saja bentuknya kecil.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mustandi dalam jurnal (Hemera Zoa Vol 76 No.2)
dengan menggunakan sapi-sapi Jantan Bali (48 ekor), Madura (29), Rambon (6 ekor) Bali-
Taurus (11) dan Bos taurus murni, didapatkan jumlah pasangan kromosom yang terbanyak
(11 pasang) terhadap Bos taurus. Hal tersebut mengingat pada bahwa anak keturunan yang
normal didapatkan dari persilangan sapi-sapi local dengan Bos Taurus, maka jumlah
pasangan kromosom yang jauh berbeda antar sapi Bali dengan Bos Taurus telah memperkuat
pendapat bahwa sapi Bali berada diluar rumpun genus Bos. Ditambah lagi dengan keadaan
fisik yang sangat mirip antara sapi Bali dengan Banteng, maka dapat disimpulkan bahwa
pendapat yang menyatakan bahwa sapi Bali memang berasal dari banteng yang mengalami
domestikasi.

2.2. Karakteristik Sapi Bali


Sapi Bali mempunyai keunggulan spesifik sumberdaya genetic asli Indonesia yang memiliki
ciri khas tertentu dan mempunyai kemampuan yang mampu berkembang dengan baik pada
segala keadaan lingkungan tropic yang ditempati di Indonesia. Selain itu sapi Bali memliki
performa produksi yang bervariasi dan bereproduksi yang selalu stabil (Syaiful et al., ,
2020)l.
Sapi Bali umumnya dipelihara oleh masyarakat setempat masih dengan system pemeliharaan
tradisional dengan salah satu resikonya adalah penurunan kualitas bibit yang dihasilkan oleh
sang induk (Handiwira dan Subandriyo, 2004).
Warna Bulu
Melalui penelitian yang dilakukan oleh (Rajab, 2021), menyayatakan bahwa warna bulu sapi
merupakan sifat kualitatif yang umumnya hanya dikontrol oleh satu atau dua pasang gen,
namun factor lingkungan juga dapat mempengaruhi.
Sapi Bali memiliki ciri khas pada pola warna tubuhnya, terutama pada sapi jantan,waran
tubuhnya akan berubah sesuai perkembangan usia. Umumnya warna pada sapi Bali baik pada
jantan maupun yang betina yaitu berwarna merah bata, namun pada jantan warna merah bata
dapat berubah menjadi cokelat tua atau hitam setelah Sapi menjangkau dewasa kelamin yaitu
berumur 1,5 tahun dan akan menjadi hitam mulus ketika berumur 3 tahun. Namun dapat pula
berubah kembali menjadi warna bata jika dikebiri, ditamabah karena pengaruh hormon
testosterone.
Pada umumnya karakteristik berdas arkan sifat genetic (bangsa) sapi Bali berwarna merah
bata, namun jika ditemukan sapi dengan warna yang berbeda dapat dipastikan bahwa telah
terjadi penyimpangan (Soekardono et al., , 2009).
Pada bagian belakang paha, pinggir bibir atas, dan kaki mulai dari tarsus dan capus sampai
batas pinggir atas kuku, maupun bulu di bagian dalam telanga berwarna putih. Sedang bulu
pada ujung ekor dan garis pada belut pada punggung berwarna hitam (Sampurna, 2011;
Alamsyah, 2015)
Ukuran Tubuh Sapi Bali Jantan
Kecepatan pertumbuhan seekor ternak dapat dilihat dari kempuannya dalam berproduksi
(Chamdi, 2005). Karena dikorelasikan berdasarkan ketika pertambahan umur sejalan dengan
peningkatan dimensi ukuran tubuh.
Berdasarkan ketentuan pemerintah umumnya lingkar dada, tinggi badan (tinggi Pundak atau
tinggi gumba), panjang badan, dan bobot badan digunakan sebagai ukuran kriteria pemilihan
bibit sapi potong di Indonesia, dengan begitu dibawah ini merupakan data ukuran tubuh sapi
Bali Jantan dengan perbandingan umur yang berbeda yaitu umur kurang dari 1 tahun sampai
diatas 2 tahun yang mana baru memasuki tahap awal pertumbuhan menuju dewasa kelamin.
Dengan begitu akan diperoleh gambaran calon pejantan dengan produktivitas tinggi dan
berkualitas.
Indikator Katogeri Umur
< 1 tahun (Io) 1-2 tahun (I1) >2 tahun (I2)
Lingkar Dada (cm) 108,47 -+ 14,18 120,62 -+ 10,56 144,75 -+ 13,91
Tinggi Pundak (cm) 86,92 -+ 8,62 96,98 -+ 4,61 116,93 -+ 20,05
Panjang Badan 84,07 -+ 6,18 96,61 -+ 6,56 112,22 -+ 9,77
Pada kondisi tersebut dapat penyebabkan perbedaan ukuran lingkar dada disebebkan adanya
pengaruh genetic (Cam et al., 2010), umur (Lukuyu et al., 2016). Hasil pengukuran pada
peternakan rakyat tersebut masih tergolong rendah (kurang umur) disbanding dengan ukuran
vital bibit calon pejantan sapi Bali pada umur 1,5 sampai 2 tahun dengan Panjang badan yaitu
122 cm. Dari ketiga kategori tersebut masih belum memenuhi kualitas bibit yang ditetapkan
Direktorat Jenderal Peternakan Departement Pertanian (Deptan,2006).

Anda mungkin juga menyukai