Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Domba

Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan tumbuhan)

karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

lebih menyukai rumput dibandingkan dengan jenis pakan yang lainnya. Domba

juga merupakan hewan mamalia karena menyusui anaknya. Sistem pencernaan

yang khas di dalam rumen, menyebabkan domba juga digolongkan sebagai

hewan ruminansia (Muttaqien, 2007). Menurut Sudarmono dan Sugeng (2011),

secara umum ternak domba dikelompokkan menjadi domba tipe potong, wol dan

dual purpose, yakni sebagai penghasil daging dan sekaligus penghasil wol.

Klasifikasi domba menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata (hewan bertulang belakang)

Class : Mammalia (hewan menyusui)

Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap)

Family : Bovidae (memamah biak)

Genus : Ovis

Species : Ovis aries

Sugeng (2000) menyatakan, domba merupakan salah satu jenis ternak

potong kecil yang memberikan beberapa keuntungan, seperti : a) mudah

beradaptasi dengan lingkungan, b) cepat berkembang biak, c) memiliki sifat

hidup berkelompok, d) modal yang dibutuhkan kecil.

4
5

Domba asli Indonesia disebut dengan bangsa domba lokal. Ternak

domba lokal memiliki beberapa keunggulan dan nilai ekonomis yang beragam

diantaranya :

1. Daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan (termasuk terhadap

pakan yang sangat jelek),

2. Menyukai hidup berkoloni sehingga memudahkan pengawasan,

3. Memiliki kemampuan reproduksi yang relatif tinggi,

4. Produk sampingan berupa kulit, bulu, tulang, dan kotoran ternak yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri.

5. Populasi ternak domba cenderung mengalami peningkatan yang cukup

tinggi (15,9 persen) yang merupakan ternak unggulan setelah kerbau

(Abidin dan Sodiq, 2002).

Domba Wonosobo

Di Kabupaten Wonosobo secara terbatas telah dikembangkan ternak

domba Texel. Domba ini merupakan domba jenis unggul penghasil daging dan

wool dengan kualitas yang cukup baik. Dukungan potensi wilayah yang

tersedia di Kabupaten Wonosobo, memungkinkan domba Texel berkembang

dengan hasil yang sangat baik, dengan pertumbuhan yang relatif cepat. Dengan

penampilan tersebut maka domba Texel banyak dipelihara masyarakat sebagai

ternak kesayangan (Dinas Peternakan Kabupaten Wonosobo, 2007)

Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan

domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis
6

(DET) dan kemudian menghasilkan keturunan yang biasa disebut dengan

Domba Wonosobo atau Dombos (Trisnawanto et al., 2012).

Direktorat Perbibitan Dan Produksi Ternak (2015) menyatakan bahwa

Domba Wonosobo merupakan salah satu rumpun domba lokal Indonesia yang

mempunyai sebaran asli geografis di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa

Tengah, dan telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor

2915/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penetapan Rumpun Domba Wonosobo

tanggal 17 Juni 2011. Populasi domba Wonosobo di Provinsi Jawa Tengah

semakin meningkat terhitung pada tahun 2006 sebesar 8.000 ekor dan 9.907

ekor di tahun 2010 (Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Wonosobo, 2011).

Akan tetapi menurut Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kab. Wonosobo

(2020) populasi domba Wonosobo mengalami penurunan, sehingga pada tahun

2020 populasi domba Wonosobo sebanyak 2700 ekor.

Produktivitas

Domba Wonosobo mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun

domba asli atau domba lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumber daya

genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Salah

satu keunikan yang dimiliki oleh domba Wonosobo ialah bulu wol yang

menutupi hampir seluruh bagian tubuh kecuali muka, perut bagian bawah dan

kaki. Bobot badan domba Wonosobo jantan dewasa dapat mencapai 108 kg,

sedangkan untuk domba Wonosobo betina sebesar 82 kg (Kementerian

Pertanian, 2011).
7

Domba Wonosobo mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar

dibandingkan dengan bangsa domba lainnya. Bentuk tubuh domba Wonosobo

besar dan panjang, serta mempunyai temperamen yang tenang. Berdasarkan

data dari Bobot badan domba Wonosobo dewasa dapat mencapai 100 kg untuk

domba jantan dan 80 kg untuk domba betina dengan karkas sebesar 55%.

Ukuran lingkar dada domba Wonosobo jantan dewasa (umur 1,5 – 2 tahun)

105 cm dan panjang badan 90 cm dengan tinggi badan 80 cm, sedangkan

ukuran lingkar dada domba betina dewasa 85 cm, panjang badan 70 cm dan

tinggi badan 65 cm (BPTP, 2009).

Sifat kualitatif

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (2009), kepala

domba Wonosobo jika dilihat dari samping tampak lebar dengan profil lurus,

mempunyai wol keriting halus berwarna putih yang menutupi sebagian besar

permukaan tubuh, kecuali muka, perut bagian bawah dan kaki, bentuk telinga

kecil mengarah ke samping. Domba jantan dan betina tidak bertanduk, garis

punggung lurus sampai agak cekung, bentuk ekor kecil dan pendek dengan

ujung ekor meruncing. Sifat kualitatif domba Wonosobo berdasarkan

Keputusan Mentri Pertanian No. 2915/Kpts/OT.140/6/2011 :

1. Warna :

a) Tubuh dominan : putih

b) Bulu : putih

c) Muka : totol hitam


8

d) Kuku : putih belang hitam.

2. Bulu : berupa wol halus sampai sedang yang menutupi sebagian besar

permukaan tubuh, kecuali muka, perut bagian bawah dan kaki

3. Tanduk : jantan dan betina tidak bertanduk

4. Bentuk telinga : kecil mengarah ke samping

5. Garis muka : cembung

6. Garis punggung : lurus sampai agak cekung

7. Bentuk ekor : kecil dan pendek dengan ujung ekor meruncing

8. Bentuk tubuh : besar dan panjang

9. Temperamen : tenang.

Hipotesis Penelitian

1. (H1) Tingkat kemurnian genetik domba Wonosobo dilihat dari sifat

kualitatif memiliki korelasi/hubungan dengan besarnya bobot badan domba

Wonosobo.

2. (H0) Tingkat kemurnian genetik domba Wonosobo dilihat dari sifat

kualitatif tidak berhubungan dengan besarnya bobot badan domba

Wonosobo.

vi

Anda mungkin juga menyukai