net/publication/355338659
Article in Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) · October 2021
DOI: 10.25077/jpi.23.3.219-229.2021
CITATIONS READS
3 236
4 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Adi Tiya Warman on 17 October 2021.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja induk kambing Peranakan Etawah dan Bligon
masa laktasi. Penelitian menggunakan 14 ekor induk kambing yang terdiri dari tujuh ekor kambing
Peranakan Etawah dan tujuh ekor kambing Bligon. Parameter yang diamati adalah litter size, bobot lahir,
mortalitas prasapih, konsumsi susu, perubahan bobot badan harian induk, body condition score (BCS),
bobot sapih, post partum estrus (PPE), post partum mating (PPM), dan konsumsi pakan. Data dianalisis
menggunakan rancangan acak lengkap pola searah ANOVA. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
PPE dan PPM induk kambing Bligon berbeda nyata (P<0,05) berturut-turut yaitu (83,28±9,65 vs 93,71±7,69
; 101,57±9,55 vs 112,42±7,32) hari, sedangkan litter size, bobot lahir, mortalitas prasapih, konsumsi susu,
perubahan bobot badan harian, BCS, konsumsi pakan induk kambing PE dan Bligon tidak berbeda nyata.
Disimpulkan bahwa PPE dan PPM kambing Bligon lebih baik daripada kambing PE, tetapi kedua bangsa
kambing tersebut memiliki kinerja induk yang relatif sama.
Kata kunci: kinerja induk, kambing Peranakan Etawah, kambing Bligon, masa laktasi
ABSTRACT
This research was conducted to observe the performance of Etawah Crossing and Bligon does
during lactating period. This study used 14 goats consisting of 7 Etawah Crossing and 7 Bligon does. The
parameters observed were litter size, birth weight, pre-weaning mortality, milk consumption, body weight
change, body condition score (BCS), weaning weight, postpartum estrus (PPE), postpartum mating (PPM),
and feed intake. Data were analyzed using completely randomized design ANOVA. The statistical analysis
indicated that PPE and PPM of Bligon were better than those of Etawah doe (P<0.05), respectively, namely
(83,28±9,65 vs. 93,71±7,69; 101,57±9,55 vs. 112,42±7,32) days, while litter size, birth weight, pre-weaning
mortality, milk consumption, body weight daily gain doe, BCS, dry matter intake, crude protein intake,
and total digestible nutrients of Etawah Crossing and Bligon goats were not significantly differed. It is
concluded that the PPE and PPM of Bligon doe is better than Etawah Crossing; however, both goat breeds
have relatively a similar performance.
Keywords: doe performance, Etawah Crossing does, Bligon does, lactating periodd
sosial budaya serta perayaan keagamaan. terdahulu tentu saja memiliki catatan khusus
Walaupun dari segi populasi kambing relatif bahwasanya penelitian tersebut dilakukan
mengalami peningkatan, akan tetapi dari dengan karakteristik ternak (umur, status
segi produktivitas kambing, perlu dilakukan fisiologis, kondisi kesehatan reproduksi)
peningkatan kualitas. dan kondisi pemeliharaan (latar belakang
Sumber daya genetik (SDG) ternak peternak, kandang, pakan, iklim lingkungan)
kambing yang ada di Indonesia memiliki yang beragam, sehingga hasilnya cukup
keanekaragaman yang tinggi, yang tersebar bervariasi.
di seluruh daerah di Indonesia. Diperkirakan Sejauh pengamatan penulis, sampai
kambing domestik di Indonesia berasal dari dengan saat ini belum menemukan laporan
satu spesies yang sama yaitu kambing Kacang. dan penelitian terhadap kedua bangsa
Hal ini dibuktikan dengan kesamaan fenotip. kambing PE dan Bligon dalam kondisi laktasi
Semua ras kambing Indonesia mengarah pada lingkungan dan sistem pemeliharaan
pada fenotip kambing Kacang dan telah yang sama (on-laboratory research). Dengan
beradaptasi dengan lingkungan dalam jangka dukungan lingkungan dan sistem pemeliharaan
waktu yang lama (Pakpahan et al., 2016). yang sama maka diperkirakan bahwa
Kambing Peranakan Etawah dan Kambing potensi genetik kedua bangsa tersebut dapat
Bligon merupakan dua bangsa kambing lokal diekspresikan dengan optimal. Berdasarkan
yang cukup berkembang dan dominan di kondisi dan permasalahan di atas, oleh karena
Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kambing itu penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian
PE berasal dari kawin silang antara kambing ini bertujuan untuk mengetahui kinerja induk
lokal Indonesia dengan Kambing Jamnapari kambing PE dan Bligon pada masa laktasi
atau Kambing Etawah dari India (Budisatria yang dipelihara pada sistem pemelihaaraan
dan Santoso, 2009; Budisatria et al., 2018). dan lingkungan yang sama.
Kambing Bligon juga merupakan kambing
lokal yang saat ini banyak dipelihara oleh
METODE
peternak terutama di pulau Jawa. Kambing
Bligon adalah sebutan untuk kambing silangan
Lokasi dan Waktu Penelitian
dari kambing lokal (kambing Kacang)
dengan Kambing PE (Murdjito et al., 2011). Penelitian dilaksanakan di kandang
Kedua bangsa kambing tersebut mempunyai Unit Pelaksana Teknis (UPT), Fakultas
karakteristik dan produktivitas yang beragam Peternakan, Universitas Gadjah Mada pada
dan berbeda. bulan Juni sampai dengan Oktober 2019.
Kambing PE dan Bligon sangat Materi Penelitian
popular dan banyak dikembangkan oleh Ternak yang digunakan pada penelitian
peternak rakyat di wilayah Jawa Tengah dan ini adalah induk Kambing Bligon dan
Yogyakarta, mengingat kedekatan asal usul Kambing PE dengan kriteria umur 2 sampai 4
kedua kambing tersebut berasal dari tetua tahun (berdasarkan pergantian gigi seri/poel 2
yang sama yaitu kambing Kacang dan Etawah sampai 4), kisaran bobot badan awal 24 sampai
maka produktivitas keduanya menarik untuk 44 kg, minimal telah pernah beranak satu kali.
dikaji, khususnya pada kinerja reproduksi. Jumlah induk kambing yang digunakan yaitu
Penelitian tentang kinerja induk dari kedua 14 ekor, dengan rincian induk kambing PE 7
bangsa kambing tersebut sudah banyak ekor dan induk kambing Bligon 7 ekor.
dilakukan secara terpisah pada skala usaha Pakan yang diberikan pada penelitian
peternakan rakyat (on-farm research) pada ini adalah hijauan tunggal berupa rumput
kambing PE (Zurahman, 2018; Atmoko et al., gajah (Pennisetum purpureum) dan konsentrat
2018) dan pada kambing Bligon (Murdjito yang merupakan campuran antara dedak
et al., 2011; Widi et al., 2016). Penelitian padi, kleci dan kopra dengan perbandingan
65%:15%:20%. Kandungan nutrien hijauan mendata jumlah anak yang lahir pada setiap
dan konsentrat yang diberikan, seperti tersaji kelahiran. Data bobot lahir cempe diperoleh
pada Tabel 1. dengan menimbang cempe setelah kelahiran
Alat yang digunakan terdiri dari sebelum cempe berumur 24 jam, kemudian
kandang dengan ukuran 200x100x125 cm3 pencatatan tanggal beranak, tipe kelahiran
yang dilengkapi dengan tempat pakan dan dan jenis kelamin. Data mortalitas prasapih
tempat minum. Kandang yang digunakan diperoleh dengan mendata jumlah cempe
berupa kandang beranak dan timbangan yang mati sebelum disapih. Data konsumsi
gantung merk WeiHeng© kapasitas 50 kg susu cempe diperoleh dengan menimbang
dengan akurasi 10 g untuk menimbang cempe, anak kambing sebelum dan sesudah menyusu.
timbangan gantung digital merk Crane Scale© Data PBBH diperoleh dengan melakukan
akurasi 100 g dengan kapasitas 300 kg untuk penimbangan kambing setiap 2 minggu sekali
menimbang induk, timbangan digital SF400© secara berturut-turut selama 12 minggu sejak
akurasi 1 g dengan kapasitas 10 kg untuk beranak sampai sapih dan PBBH dihitung
menimbang bahan pakan. dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Pemeliharaan PBBH (kg/ekor/hari) =
Penelitian ini dimulai dengan
mengamati induk kambing yang telah bunting
tua, dan menunggu sampai adanya kelahiran.
Kambing sebelum beranak ditempatkan Pengamatan body condition score
dikandang kelompok. Setelah beranak (BCS) induk dilakukan setiap bulan selama
kambing bersama cempe yang baru dilahirkan laktasi. Penilaian BCS menggunakan skala 1,0
dipindahkan ke kandang individu yang sampai 5,0. Penilaian dilakukan secara visual
berukuran 200x100x125 cm3. Pemeliharaan dan dirasakan dengan tangan untuk merasakan
dilakukan secara intensif dengan pemberian otot dan lemak yang menutupi tulang daerah
pakan hijauan dan konsentrat secara bebas. pinggang. Pertulangan yang dijadikan untuk
Induk kambing dipelihara di kandang individu penilaian BCS yaitu bagian spinous process,
selama 180 hari pemeliharaan. transverse process, flank, dan sternum (Ghosh
et al., 2019). Data bobot sapih diperoleh
Pengambilan data dengan cara bobot anak kambing ditimbang
Pengamatan dan pengukuran langsung pada umur sapih (90 hari). Post-partum estrus
yang dilakukan meliputi pengambilan dihitung berdasarkan saat induk kambing
data kinerja induk dan konsumsi pakan. mengalami estrus kembali setelah beranak.
Variabel yang diamati meliputi litter size, Post-partum mating dihitung berdasarkan saat
bobot lahir, mortalitas prasapih, konsumsi induk kambing kawin pertama kali setelah
susu cempe, perubahan bobot badan harian beranak.
(PBBH) induk, BCS induk, bobot sapih, post- Pengamatan konsumsi pakan dilakukan
partum estus (PPE), dan post-partum mating selama 3 bulan. Pengamatan dilakukan sejak
(PPM). Data litter size diperoleh dengan
beranak sampai sapih. Pengamatan konsumsi dan Paseh meiliki litter size masing-masing
dilakukan sampling 7 hari di setiap bulannya. 2,13±0,5 dan 1,75±0,62 ekor. Litter size induk
Konsumsi pakan dihitung dengan mengurangi kambing Bligon pada penelitian ini juga
jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah berada di bawah hasil penelitian Murdjito et
sisa pakan. Pakan ditimbang sebelum al. (2011) pada kambing Bligon di Gunung
diberikan dan sisa pakan ditimbang pada hari Kidul yaitu 1,74 ekor.
berikutnya. Litter size pada kedua bangsa kambing
Untuk mengetahui kualitas pakan PE dan Bligon pada penelitian ini berbeda
dilakukan analisis proksimat pada pakan tidak nyata, hal ini dapat terjadi karena tingkat
hijauan dan konsentrat berupa. Bahan Kering kesuburan reproduksi dan genetik keduanya
(BK), Protein Kasar (PK), Serat Kasar (SK), yang berasal dari bangsa kambing yang sama
Lemak Kasar (LK), dan abu. Konsumsi yaitu Etawah dengan Kacang. Disamping itu,
nutrien yang diamati yaitu BK, PK, dan TDN. kesuburan reproduksi juga dipengaruhi oleh
Konsumsi BK dihitung dengan cara konsumsi asupan nutrien dari pakan yang dikonsumsi.
pakan (kg/ekor) dikalikan dengan kandungan Oleh karena pakan yang digunakan sama,
BK pakan (%). Konsumsi PK dihitung dengan maka kesuburan reproduksi antar bangsa
cara konsumsi BK (kg/ekor) dikalikan dengan juga sama. Elieser et al. (2012) menyatakan
kandungan PK pakan (%). Perhitungan TDN bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah
menggunakan rumus Hartadi et al. (1980). anak sekelahiran yaitu banyaknya ovum yang
diovulasikan, jumlah ovum yang dibuahi,
Analisis Data
kemampuan ovum yang telah dibuahi dalam
Data litter size, bobot lahir, konsumsi mengimplantasikan diri serta mampu bertahan
susu cempe, PBBH induk, BCS induk, hidup. Genetik dan kecukupan nutrien sangat
bobot sapih, PPE, PPM, konsumsi BK, mempengaruhi banyaknya ovum yang
konsumsi PK, dan konsumsi TDN dianalisis diovulasikan.
menggunakan One way-ANOVA untuk
Bobot Lahir
mengetahui perbedaan antara kedua bangsa
dengan bantuan program SPSS®version 25. Rata-rata bobot lahir pada kambing PE
dan Bligon adalah 3,15±0,70 dan 2,97±0,35
kg. Bobot lahir antar bangsa kambing berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak nyata (P >0,05). Bobot lahir kambing PE
pada penelitian ini diatas rata-rata bobot lahir
Data kinerja induk kambing pada anak kambing PE hasil penelitian Zurahmah
kambing PE dan Bligon terdiri dari litter size, (2018) pada kelahiran tunggal 3,01±0,44 dan
bobot lahir, mortalitas prasapih, konsumsi kembar-2 yaitu 2,76±0,46 kg. Bobot lahir
susu, perubahan bobot badan, body condition kambing Bligon pada penelitian ini diatas
score, bobot sapih, post partum estrus, dan rata-rata bobot lahir hasil penelitian Widi et
post partum mating disajikan pada Tabel 2. al. (2016) yaitu 2,69±0,19 kg pada jantan dan
Sedangkan data konsumsi pakan disajikan 2,61±0,22 kg pada betina.
pada Tabel 3.
Bobot lahir pada penelitian ini
Litter Size tidak berbeda nyata, hal ini terjadi karena
Litter size kambing PE dan Bligon tipe kelahiran kedua bangsa juga sama
memiliki rata-rata 1,14±0,37 dan 1,00±0,00 yaitu 90% kelahiran tunggal. Menurut
ekor. Litter size kambing PE dan Bligon pada Kaunang et al. (2013) keragaman bobot
penelitian ini menunjukkan perbedaan yang lahir ternak dipengaruhi oleh faktor genetik
tidak nyata (P>0,05). Litter size kambing PE dan lingkungan. Herumawati et al. (2015)
masih di bawah hasil penelitian Kurniasih et bahwa bobot lahir dipengaruhi oleh banyak
al. (2013) kambing PE di kecamatan Cimalaka faktor yaitu bangsa ternak, komposisi darah,
kambing berbeda tidak nyata, hal ini diduga 30 sampai 120 hari. Sedangkan PPE kambing
karena konsumsi pakan induk, konsumsi susu PE berdasarkan Budisatria et al. (2018) yaitu
dan litter size anak. Konsumsi pakan induk 91 sampai 99 hari.
pada penelitian berbeda tidak nyata sehingga Perbedaan yang nyata pada capaian
asupan nutrien untuk produksi susu juga sama. PPE antar bangsa berhubungan dengan
Konsumsi susu dan litter size anak menjadi hal terjadinya penurunan bobot badan dan BCS
penting yang mempengaruhi bobot sapih, litter yang lebih besar serta konsumsi BK yang
size yang lebih dari satu ekor menyebabkan lebih rendah pada kambing PE dibandingkan
adanya persaingan dalam memperoleh susu. pada kambing Bligon (Tabel 3). Konsumsi BK
Litter size dan konsumsi yang berbeda tidak yang rendah menyebabkan tidak terpenuhinya
nyata menjadikan bobot sapih pada penelitian kebutuhan pokok sehingga produksi menurun
berbeda tidak nyata, karena asupan nutrien dan efisiensi reproduksi rendah. Kecukupan
dari susu untuk pertumbuhan juga berbeda nutrien akan mempengaruhi proses
tidak nyata. Dugaan tersebut diperkuat oleh perkembangan dan pematangan sel telur. PPE
pernyataan Kaunang et al. (2013) faktor yang menjadi faktor penting yang mempengaruhi
mempengaruhi bobot sapih yaitu lingkungan efisiensi reproduksi pada kambing. Makin
diantaranya manajemen pemeliharaan pendek jarak estrus pertama setelah kelahiran,
dan produksi susu induk. Pemberian dan akan semakin pendek pula jarak kelahiran, dan
konsumsi pakan mempengaruhi kemampuan sebaliknya. Post partum estrus yang panjang
induk dalam memproduksi susu selama masa pada kambing PE sesuai dengan pernyataan
pertumbuhan pra-sapih. Zurahmah (2018) Dewi et al. (2011) bahwa kekurangan nutrien
yang menyatakan bahwa bobot sapih kambing akan berakibat rendahnya sekresi estradiol.
bervariasi tergantung pada faktor genetik dan Aspek nutrien yang terdiri dari energi, protein,
umur saat disapih. mineral, dan vitamin dapat mempengaruhi
Post Partum Estrus reproduksi dan kekurangan nutrien berkaitan
Rata-rata post-partum estrus pada dengan penampilan reproduksi ternak.
kambing PE dan Bligon adalah 93,71±7,69 Post Partum Mating
hari dan 83,28±9,65 hari. Post-partum estrus Rata-rata post partum mating kambing
pada kambing PE dan Bligon berbeda nyata PE dan Bligon yaitu 112,42±7,32 hari dan
(P <0,05), namun demikian PPE kedua bangsa 101,57±9,55 hari. Post-partum mating antar
kambing masih normal dan standard sesuai bangsa kambing berbeda nyata (P<0,05).
dengan pernyataan Sutama (2009) menyatakan Utomo (2013) menerangkan bahwa kambing
bahwa post partum estrus kambing berkisar 3 PE yang dipelihara di wilayah pantai dan
sampai 5 bulan. Post partum estrus kambing penggunungan mempunyai PPM berturut-
Bligon pada penelitian ini lebih lama turut yaitu 4,2 bulan dan 4,6. Berdasarkan hasil
dibandingkan post partum estrus kambing penelitian Murdjito et al. (2011) mengenai
Bligon hasil penelitian Murdjito et al. (2011) kinerja reproduksi kambing Bligon diperoleh
yaitu 63,16±39,56 hari yang berkisar antara
hasil rerata PPM kambing adalah 95,0±45,5 Konsumsi BK berbeda tidak nyata
hari dengan kisaran 45 sampai 180 hari. (P>0,05), akan tetapi konsumsi bahan kering
Menurut Utomo (2013) PPM membuktikan kambing Bligon lebih banyak dari kambing PE.
kemampuan seekor induk untuk timbulnya Konsumsi bahan kering pakan yang rendah
keinginan kawin setelah beranak. PPM pada kambing PE menyebabkan terjadinya
merupakan indikator tata kelola reproduksi perombakan cadangan nutrien didalam
yang baik. tubuh sehingga ternak mengalami penurunan
Pencapaian post partum mating bobot badan yang banyak. Penurunan bobot
dipengaruhi oleh estrus kembali setelah badan yang banyak menyebabkan ternak
beranak dan manajemen pemeliharaan. kekurangan cadangan nutrien dalam tubuh
PPE yang berbeda nyata antara kedua sehingga mempengaruhi sistem hormon
bangsa kambing menyebabkan PPM juga reproduksi dan mengakibatkan PPE menjadi
berbeda nyata. Budisatria et al. (2018) lebih lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan
PPM atau kawin pertama sesudah beranak Murti (2014) pakan merupakan penyebab non
merupakan hari dilakukannya perkawinan genetik utama yang berpengaruh terhadap
setelah induk beranak. Secara umum, PPM produksi susu disamping manajemen lainnya.
sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang Konsumsi pakan yang rendah selain akan
diberikan selama masa laktasi dan waktu berpengaruh pada penampilan produksi susu,
penyapihan anak. Induk-induk kambing juga akan berpengaruh pada penampilan
setelah beranak membutuhkan waktu untuk reproduksinya.
mengembalikan status dan proses reproduksi. Konsumsi PK kambing PE dengan
Konsumsi Pakan Bligon berbeda tidak nyata (P>0,05), akan
tetapi konsumsi PK kambing Bligon lebih
Konsumsi pakan segar hijauan beserta
tinggi dari kambing PE. Konsumsi PK yang
konsentrat, dan konsumsi nutrien yang
tinggi dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering
terdapat di dalam pakan yaitu bahan kering,
yang lebih banyak pada kambing Bligon.
protein kasar, dan total digestible nutrien
Konsumsi PK masih sesuai dengan Nurlaha
(TDN) terdapat pada Tabel 3.
et al. (2015) yang melaporkan konsumsi PK
Konsumsi pakan harian induk kambing kambing PE yaitu 123,71 sampai 0,22 kg/
PE dengan rerata bobot badan 33 kg yaitu ekor/hari. Lebih sedikit dari Nuraini et al.
1,23 kg/ekor/hari rumput gajah dan 0,94 kg/ (2014) yang mendapatkan konsumsi PK induk
ekor/hari konsentrat. Sedangkan, konsumsi kambing Bligon adalah 0,23±0,06 kg/ekor/
BK, PK, TDN berturut-turut yaitu 1,02 kg/ hari. Amrudin et al. (2014) melaporkan bahwa
ekor/hari, 0,17 kg/ekor/hari, 0,62 kg/ekor/ konsumsi PK yang meningkat sangat berguna
hari. Konsumsi pakan harian induk kambing bagi ternak ruminansia, di mana ternak yang
Bligon dengan rerata bobot badan 30 kg berproduksi tinggi selain membutuhkan
adalah 1,00 kg/ekor/hari hijauan dan 1,00 kg/ protein yang berasal dari mikrobia, ternak
ekor/hari konsentrat. Sedangkan, konsumsi juga membutuhkan asam amino yang sebagian
BK, PK, TDN berturut turut yaitu 1,05 kg/ besar berasal dari protein pakan yang tidak
ekor/hari, 0,18 kg/ekor/hari, 0,64 kg/ekor/ terfermentasi di dalam rumen, sehingga
hari. Persentase konsumsi BK berdasarkan penyediaan asam amino untuk diserap didalam
bobot badan (BB) yaitu kambing PE 3% usus halus menjadi lebih banyak.
BB dan Bligon 3,5% BB. Konsumsi BK
Total digestible nutrients (TDN) pakan
induk kambing pada penelitian ini dibawah
induk kambing PE dengan Bligon berbeda
PERMENTAN RI Nomor 102/Permentan/
tidak nyata (P>0,05). TDN pakan induk
OT.140/7/2014 yang menyatakan bahwa
kambing PE pada penelitian ini sama dengan
kebutuhan nutrisi induk kambing laktasi yaitu
hasil penelitian Hamdan et al. (2018) yang
berkisar 3,5 sampai 4% BB.
memperoleh TDN induk kambing Peranakan