Disusun oleh :
NELLY KUSRIANTY
No. Mhs : 21/476417/SPT/214
Program Studi : Doktoral Peternakan
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
LATAR BELAKANG
Warna tubuh sapi Donggala adalah merupakan salah satu ciri morfologinya.
Warna badannya yang terbanyak adalah putih keabuan, putih kemerahan, merah
bata dan coklat muda kekuningan. Sapi Donggala terbentuk dari hasil campuran
persilangan acak antara sapi PO, Madura dan Bali. Berdasarkan performans
eksteriornya, bahwa sapi Donggala sebenarnya merupakan sapi Ongole yang
kemurnian genetiknya relative masih terjaga, tetapi telah beradaptasi secara
fisiologis dan genetis dengan kondisi agroekosistem wilayah dan pola pemeliharaan
oleh peternaknya. Warna tubuh putih pada sapi Donggala ternyata tidak dominan
hal ini merupakan salah satu ciri sapi PO yang warna tubuhnya hampir selalu
resesif dengan warna tubuh sapi yang disilangkan dengannya (Pratiwi et al., 2009).
ANALISIS KEBERLANJUTAN
Sapi Donggala dilapangan mampu bertahan pada suhu yang ekstrim, karena
kondisi Sulawesi Tengah yang dilalui garis khatulistiwa sehingga membuat suhu
lebih tinggi dibanding daerah yang tidak dilalui garis khatulistiwa. Sapi Donggala
karena memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga berpotensi untuk dikembangkan
melalui teknologi reproduksi. Salah satu teknologi yang sering digunakan untuk
peningkatan populasi dan produktivitas ternak adalah IB atau Inseminasi Buatan.
Kualitas semen sangat mempengaruhi keberhasilan IB. Sapi Donggala merupakan
hasil persilangan sapi PO dengan bangsa sapi yang lain seperti sapi Bali dan sapi
Madura sehingga karakteristik semennya juga memiliki kesamaan dengan tetuanya.
Kualitas semen sapi PO jantan pada umur 2,5 sampai 3,5 tahun mempunyai
fertilitas yang baik, yaitu motilitas individu 60% dan viabilitas 70% (Luthfi M., dkk.,
2020).
Usaha pembibitan ternak sapi potong Donggala belum menjadi usaha pokok
bagi petani, tetapi masih sebagai usaha sambilan. Peternak dengan mata
pencaharian utama adalah sebagai petani. Proporsi tingkat umur peternak rata-rata
berumur 40 - 50 tahun dengan tingkat pendidikan SMP – SMA. Ditinjau dari aspek
usia termasuk kisaran produktif dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA. Oleh
karennya dimungkinkan dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi usaha
tani menuju perubahan baik perubahan secara individu maupun kelompok. Hal ini
merupakan gambaran umum penduduk di perdesaan, dimana Sebagian besar
bergantung pada sektor pertanian dan didukung oleh peternakan.
Tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam pengelolaan ternak sapi rata rata 2
orang dimana peran bapak/kepala keluarga sangat dominan (92,82%). Sedangkan
keterlibatan anggota keluarga lainnya (ibu, anak) dalam pengelolaan usaha ternak
relatif lebih sedikit. Hal ini terlihat dari curahan waktu yang diberikan dalam
pemeliharaan ternak tersebut. Semakin banyak waktu yang dicurahkan maka
semakin dominan peranannya didalam pengelolaan usaha. Semua peternak tidak
menggunakan tenaga kerja luar untuk mengelola usaha ternaknya, hal ini
merupakan salah satu ciri dari usaha yang bersifat usaha sambilan dimana
pengeluaran biaya (cost) produksi ditekan seminimal mungkin.
PROSPEK PENGEMBANGAN
Hasil penelitian bahwa induk sapi Donggala mempunyai BCS rata-rata 3,09.
Hal ini menunjukkan bahwa induk sapi tersebut kondisi baik secara eksterior
sehingga dimungkinkan tingkat keberhasilan reproduksi yang tinggi. anoestrus post
partum (APP) atau birahi setelah melahirkan bagi induk sapi sebesar 2,78 bulan,
sedangkan induk dikawinkan pada birahi kedua dengan ratarata 3,44 bulan setelah
melahirkan. Sistem perkawinan secara kawin alam menggunakan pejantan lokal
yang tersedia di kandang kelompok. Disamping itu inseminasi buatan mulai
dikenalkan bagi responden yang tidak memiliki ternak jantan. Tingkat keberhasilan
perkawinan ditinjau dari service per conception bahwa induk sapi Donggala nilai S/C
rata-rata 1,28 untuk sampai terjadi kebuntingan dan tergolong baik. Dengan asumsi
lama kebuntingan Sembilan bulan maka jarak lahir induk sapi potong rata-rata 16,50
bulan. Soeharsono et al., (2010) melaporkan bahwa S/C sapi potong lokal sebesar
1,9 kali dengan calving interval 14,08 bulan. Panjang pendeknya CI ini kemungkinan
dipengaruhi oleh periode kosong atau days open periode. Jarak lahir yang panjang
panjang, lebih banyak disebabkan karena mempunyai APP dan DO yang cukup
Panjang dan akan menyebabkan CI panjang. Pratiwi et al., (2009) melaporkan
bahwa performans reproduksi induk sapi Donggala mencapai birahi pertama umur
20-24 bulan dengan beranak pertama umur 29 - 33 bulan, APP 12 - 18 minggu,
siklus estrus 3-4 minggu dan calving interval 12-16 bulan pada kondisi system
pemeliharaan secara ekstensif.
MODEL PENGEMBANGAN
Bahri, S., B. Setiadi, dan I. Inounu. 2004. Arah penelitian dan pengembangan
peternakan tahun 2005-2009. hlm. 6-10. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Soeharsono, M. Takdir, dan F.F. Munier, 2014. Performan Induk Sapi Lokal
Donggala Yang Dipelihara Secara Ekstensif Di Lembah Palu Sulawesi
Tengah. Prosiding, Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan. Balitbang
Pertanian.