Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Progres Ilmu Peternakan Terkini

Dosen : Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph. D.

Nama Mahasiswa : Nelly Kusrianty

NIM : 21/476417/SPT/214

Tugas : Papper tentang riset terkini di bidang peternakan yaitu Genome Editing

GENOME EDITING

1. Pengertian Genom Editing

Teknologi genome editing adalah rekayasa genetic berupa penyisipan,

penggantian dan penyambungan DNA pada genom suatu organisme hidup dengan

menggunakan enzim-enzim nuclease yang memiliki fungsi untuk memotong dan

menyambungnya. Pengertian lain dari genome editing adalah sebuah metode untuk

merakit genetic melalui sebuah sekuens DNA yang disisipkan, diganti, dihapus, dan

atau dipindahkan dari genom sebuah organism eke organisme yang lain dengan

dibantu oleh enzim. Genome editing memanipulasi gen melalui transgenic klasik dalam

menginduksi sifat baru dalam tanaman dan hewan dengan recombinasi genetik alami.

Tujuan yang akan dicapai pada genom editing ini adalah mengedit susunan basa DNA

genom sehingga pada saat proses penerjemahan asam amino dapat merubah sifat

pada organisme tersebut (Supatmi, 2016).

Produksi ternak transgenic melalui rekayasa genom untuk menambah atau

menghilangkan fungsi gen merupakan upaya penting. Pada tahap awal rekayasa
genom, DNA mikro diinjeksi ke dalam embrio tahap satu sel atau zygot diikuti dengan

transfer embrio ke ternak penerima dilakukan karena prosedur yang mudah. Akan

tetapi karena karena pendekatan ini menyebabkan keruskan dan efisiensi yang rendah.

Teknologi ini tidak disarankan pada ternak sebagai prioritas tetapi digunakan pada

tikus. Untuk mengatasi masalah tersebut dengan menginjeksi atau memasukkan mikro

pada ternak. Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT) diperkenalkan dan berhasil

dilaksanakan untuk memkproduksi ternak cloning. Aplikasi SCNT untuk tujuan produksi

ternak transgenic merupakan kemajuan yang signifikan. Tetapi kecepatan

perkembangannya relative lambat karena pemrograman ulang yang tidak normal dan

efisiensi gen yang menjadi target rendah (Yum S.Y., et al)

2. Perkembangan Genome Editing pada ternak dan pola kebijakan

Selama tiga dekade terakhir, teknologi genome editing baru terus berkembang,

dimulai dari ODM (Oligonucleotide Diregted Mutagenesis), ZFNs (Zinc Finger Nucleasis),

TALENs (Transription activator-Like Effector Nucleases) dan teknologi genome editing

terakhir adalah CRISPR-Cas (Clustered Regularly Interspaced Short Polidromic

Repeats). CRISPR-Cas disebut-sebut memiliki nilai termurah pada prosesnya dan tidak

membutuhkan waktu yang lama. pada tahun 2007 oleh Doudna dan Emmanuelle

Charpentier ahli dari Jerman membuat penelitian lebih lanjut tentang bagaimana

CRISPR dikaitkan dengan protein-protein lain untuk mengetahui bagaimana S

Thermopillus memakai DNA spacer dalam system pertahanan tubuh yaitu Cas9.

Sehingga lebih dikenal dengan CRISPR-Cas (Zhang D., et al, 2020)


Konsensus public tentang ternak yang mengalami Teknik rekayasa genom untuk

pengeditan genom telah berkembang pesat dari waktu ke waktu. Namun kebijakan

nasional dan consensus tentang teknologi ini belum mengikuti tren saat ini dan ada

perbedaan dalam kebijakan seputar topik genom editing diberbagai negara (Yum S.O.,

et al, 2018). Di Indonesia teknologi rekayasa atau metode edit genom sudah mulai

dilaksanakan utamanya pada produk tanaman pangan. Regulasi Indonesia yang

mengatur tentang teknologi ini masih dalam proses pembahasan sejak tahun 2019

(Subdit Keamanan Hayati, 2020)

Keberhasilan aplikasi penggunaan teknologi nuclease CRISPR-Cas9 pada

berbagai system biologi pada yeast/ragi, serangga, cacing, tanaman dan mamalia dari

hewan pengerat hingga pada monyet, menjadikan teknologi genome editing paling

popular dalam sejarah, karena dapat digunakan untuk mengubah genom yang beragam

mulai dari tumbuhan juga hewan. Sistem CRISPR-Cas9 juga memiliki kemampuan untuk

memodifikasi berbagai genom dengan efisensi dan akurasi yang lebih besar, akan tetapi

karena kecepatan sehingga ruang lingkup penelitian selanjutnya adalah untuk

mengetahui kemungkinan aplikasi klinis metode ini. Beberapa penelitian beranggapan

bahwa teknologi CRISPR-Cas9 ini sebagai teknologi pengganggu. Kelemahan sistem

CRISPR-Cas9 walaupun sangat efisien untuk perbaikan genetik hewan, sistem ini juga

menimbulkan resiko potensial dalam kasus-kasus tertentu (Zhang J.H., et all., 2016)

Masalah yang utama dalam system ini adalah pengeditan diluar target

eksperimen illegal atau yang tidak bertanggung jawab oleh beberapa komunitas ilmiah.

Untuk masalah pengeditan diluar target dibuktikan dengan beberapa penelitian yang
menunjukkan efek pengeditan genom diluar target, sehingga menyebabkan hilangnya

fungsi yang tepat pada gen seperti mengaktifkan gen yang tepat untuk pengobatan

dengan menginduksi gen yang mampu menghancurkan dan mengikat bagian lain pada

target sequen DNA. Akibat dari pengeditan diluar target adalah penyusunan Kembali

kromosom dan mutasi lainnya termasuk integrasi ketidak cocokan DNA (Zhang J.H., et

all., 2016).

3. Isu dan Regulasi di Beberapa Negara

Tahun 2017 di Uni Eropa dan Inggris, kebijakan dan pedoman GMO atau

Genetically Modified Organism terus memasukkan hewan, tumbuhan, jamur dan

mikroorganisme yang dimodifikasi memakai teknologi genome editing. Setiap makanan

yang diproduksi oleh GM harus diberi label khusus oleh pihak terkait. Di UE, European

Food Safety Authority (EFSA) diakreditasi untuk meninjau secara ilmiah dampak

keamanan dan lingkungan dari transgenic. Instansi-instansi yang berhubungan dengan

sumber makanan wajib berkoordinasi dengan EFSA untuk pengembangan produk

makanannya. Akan tetapi untuk keabsahan dan legal penggunaan bahan makanan yg

bersumber dar GM itu dikeluarkan oleh EFSA (Zhang D., et al, 2020).

Tahun 2001, China mengeluarkan “ Regulation on Administration of Agricultural

Genetically Modified Organism Safety” yang mendefinisikan GMO sebagai berikut,

tanaman, hewan, mikroorganisme dan produk mereka dengan struktur genetic yang

diubah menggunakan teknologi genome editing digunakan pada proses produksi

pertanian di China. Hingga produk turunan dari genome editing regulasinya juga diatur
oleh system regulasi GMO. Akan tetapi, sebuah kelompok pekerja yang tergabung

dalam The National Biosafety Comitee (NBC) tahun 2016 memberikan bantuan teknis

tentang penilaian resiko untuk teknologi baru termasuk genome editing namun belum

mengeluarkan peraturan formal (Zhang D., et al, 2020).

Teknologi genom editing termasuk juga CRISPR-Cas oleh pemerintah Australia

melarang hal tersebut. Dan penggunaan teknologi ini dengan tujuan penelitian diatur

dengan peraturan yang sama dengan regulasi yang mengatur modifikasi genetic secara

konvensional, yang memerlukan izin dari biosafety comitee pada Office of The Gene

Technology Regulator (OGTR). Pada tahun 2020 pemerintah Australia mereviuw

kembali tentang regulasi teknologi genetic tahun 2019. Dengan mengadopsi

penggunaan teknologi genome editing pada tumbuhan dan hewan dengan tidak

memasukkan materi genetic baru kedalam genom. Keputusan baru telah disetujui untuk

teknik genom editing dengan catatan perubahan yang dilakukan hampir mirip jika

terjadi perubahan secara alami (Zhang D., et al, 2020).

CTNBio atau The Brazilian Technical National Biosafety Commision membentuk

kelompok ahli pada tahun 2014 untuk menetapkan aturan baru untuk New Breeding

Technic (NBTs). Resolusi CTNBio No. 16 (RN16) telah disetujui pada Januari 2018.

Penilai normatif menyatakan bahwa berdasarkan system kasus perkasus menentukan

bahwa produk yang dibuat oleh BTs termasuk CRISPR-Cas9 akan dikenal sebagi

organisme konvensional atau transgenic organisme. Menurut aturan normative,

keturunan tanpa adanya DNA Recombinan juga RNA Rekombinan, maka keberadaan

komponen genetiknya dapat dikembangkan melalui pemuliaan konvensional. Mutasi


induksi yang juga dapat diciptakan melalui Teknik yang lebih tua dan adanya mutase

induk secara alami dievaluasi berdasarkan analisis kasus perkasus dan dianggap

sebagai produk atau organisme convensional (Zhang D., et al, 2020).

Sumber Referensi :

1. Supatmi, 2016. CRISPR-Cas9 Cara Terbaru Untuk “Memukul Jatuh Gen”. Biotrends

Vol 7. No. 2.

2. Subdit Keamanan Hayati, 2020. Regulasi Produk Genome Editing di Indonesia.

Indonesia Biosafety Clearing House.

http://indonesiabch.menlhk.go.id/category/perlu-diketahui/news/. Akses tgl

1.10.2021

3. Yum S.Y., K.Y. Youn, W.J. Choi, dan G. Jang, 2018. Development of Genome

Engineering Technologies In Cattle : From Random to Specifik. Journal of Animal

Science and Biotechnologi 9:16

4. Zhang D., A. Hussain, H. Manghwar, K. Xie, S. Xie, S. Zhao, R.M. Larkin, P. Qing,

S. Jin, and F.Ding, 2020. Genome editing with the CRISPR-Cas System: an art,

ethics, and global regulatory perspective. Plant Biotechnology Journal 18 PP 1651-

1669

5. Zhang J.H., P. Adikaram, M. Pandey, A. Genis, and W.F. Simonds, 2016.

Optimization of genome editing through CRISPR-Cas9 engineering. Bioengineered

Vol. 7 No. 3. 166-174

Anda mungkin juga menyukai