Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

TEKNOLOGI REKOMBINAN DNA (GENETIC ENGINEERING)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

ANDI FADHILAH MGB : 211430


EVELINT AURELYA BATO : 211430749
FEBRINA ANGGRAINI :211430750

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkaan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga pembuatan makalah dengan judul “Teknologi Rekombinan
DNA/Genetic Engineering” ini dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas matakuliah Bioteknologi. Tak ada
gading yang tak retak, maka kami menyadari bahwa makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu atas saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
yang bersifat membangun dan berguna untuk pembenahan dan penyempurnaan serta
memotivasi kami dalam pemulihan karya ilmiah selanjutnya.

Kolaka, maret 2024

Kelompok III
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alcohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis
suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa
gen pada organisme tersebut. Selain itu, bioteknologi juga memanfaatkan sel
tumbuhan atau sel hewan yang biakkan sebagai bahan dasar sebagai proses
industry (Sardjoko, 1991).
Rekayasa genetika terdiri dari dua kata yaitu rekayasa atau manipulasi dan
genetika yang artinya ilmu yang mempelajari tentang bagaimana sifat dari
makhluk hidup yang diturunkan dari induk ke keturunannya. Rekayasa genetika
bertujuan untuk mendapatkan organisme yang unggul. Gen atau yang sering
dikenal dengan DNA merupakan materi genetik yang bertanggung jawab terhadap
semua sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup (Sutarno, 2014). Mekanisme dalam
rekayasa genetika menggunakan mikroorganisme dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu isolasigen, pemecahan DNA, pemindahan DNA, memasukkan DNA
rekombinan dan mengidentifikasi DNA baru. Rekayasa genetika memiliki prinsip
dasar yaitu memanipulasi susunan Asam Nukleat dari sebuah gen (DNA) atau
menyelipkan suatu gen baru ke dalam struktur DNA suatu organisme.
DNA yang disisipkan dapat berasal dari bakteri, fungi, hewan, bahkan dari
manusia (Herman 2016). Berdasarkan pengertian dan penjelasan diatas bahwa
tujuan dari rekayasa genetica yang dilakukan oleh para peneliti yaitu untuk
mendapatkan tanaman varietas dengan bibit unggul tahan terhadap penyakit, hama
dan virus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu juga untuk
mendapatkan tanaman yang superior yaitu tanaman yang tahan kondisi optimum.
Manfaat dari adanya rekayasa genetika dari adanya rekayasa genetika ini
menurunkan Tingkat ketidakberhasilan dalam suatu perbanyakan tanaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari genetic engineering?
2. Apa definisi dari teknologi rekombinan DNA?
3. Apa definisi stain improvement?
4. Apa definisi dari aplikasi rekayasa genetika?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan genetic engineering.
2. Mendeskripsikan teknologi rekombinan DNA.
3. Mendeskripsikan stain improvement.
4. Mendeskripsikan aplikasi rekayasa genetika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Genetic Engineering


Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya
meliputi manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi
genetik, dan genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi,
replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ.
Sebagian besar teknik yang dilakukan adalah memanipulasi langsung DNA dengan
orientasi pada ekspresi gen tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik
melibatkan penanda atau marker yang sering disebut sebagai Marker-Assisted
Selection (MAS) yang bertujuan meningkatkan efisiensi suatu organisme
berdasarkan informasi fenotipnya.
Salah satu aplikasi dari rekayasa genetik adalah berupa manipulasi genom
hewan. Hewan yang sering digunakan menjadi uji coba adalah mamalia. Mamalia
memiliki ukuran genom yang lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan
virus, bakteri, dan tanaman. Sebagai konsekuensinya, untuk memodifikasi genetik
dari hewan mamalia harus menggunakan teknik genetika molekular dan teknologi
rekombinan DNA. Rekayasa genetika dengan teknologi rekombinasi DNA
merupakan proses dimana gen organisme di kombinasikan ulang dimodifikasi
sedemikian rupa untuk meningkatkan karakteristiknya digunakan untuk
menghasilkan tanaman yang memiliki tingkat ketahanan atau nilai gizi lebih.
Rekayasa genetika adalah ilmu mengkombinasikan kembali susunan DNA
(rekombinasi DNA) menjadi susunan DNA yang baru dengan cara merubah
susunan DNA (menghilangkan dan atau menambahkan DNA) untuk
menambahkan karakter yang baru pada tanaman yang sebelumnya tidak ada di
dalam tanaman. Pada teknik rekayasa genetika pembuatan DNA rekombinan
melalui cara memotong, memindahkan, dan menyambung atau menyisipkan suatu
gen dari yang kita harapkan kepada lingkungan genetic yang baru. Teknik
rekombinasi DNA memungkinkan peneliti memanipulasi gen asing organisme lain
ke dalam genom tanaman sekalipun secara seksual inkompatibel. Adapun Gen
yang disisipkan dapat berasal dari bakteri, fungi, hewan, bahkan dari
manusia (Herman 2016). Dalam DNA rekombinan ini merupakan DNA yang
mempunyai urutannya telah dimodifikasi agar menghasilkan sifat atau fungsi lebih
didambakan sehingga dalam organisme penerima tersebut bisa mengekspresikan
sifat dan fungsi yang diharapkan.
B. Pengertian Teknologi Rekombinan DNA
Bioteknologi saat ini bukan hanya terbatas pada suatu kata saja, tetapi telah
menjadi salah satu simbol perkembangan mutakhir dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penerimaan terhadap bioteknologi juga bersifat mendunia.
Perkembangan yang pesat dapat dilihat dari tumbuhnya berbagai perusahaan kecil
sampai raksasa yang berdasarkan bioteknologi sejalan dengan pembentukan
komite-komite bioteknologi dalam berbagai sistem pemerintahan. Pada umumnya
mereka mengharapkan agar kesejahteraan masyarakat dapat dipercepat dan
ditingkatkan dengan bantuan bioteknologi. Banyak aspek bioteknologi yang telah
membuahkan hasil berupa produk yang mempunyai nilai komersial tinggi. Dalam
bidang kedokteran, bioteknologi akan membawa cara-cara untuk diagnosis,
pengobatan, dan pencegahan penyakit. Dalam bidang pertanian, setiap aspeknya
mulai dari penempatan benih di dalam tanah sampai makanan siap di meja makan
akan terpengaruh oleh teknologi ini. Selain itu, bioteknologi juga menjadi
sandaran untuk penyelamat lingkungan karena menawarkan berbagai alternatif
untuk membersihkan lingkungan dari pencemaran yang sulit dibersihkan dengan
cara-cara lain. Meskipun banyak dari kita yakin bahwa bioteknologi itu penting,
tetapi kebanyakan dari kita tidak mengetahui dengan tepat apa yang dimaksud
dengan bioteknologi.
Rekayasa genetika (Genetic Engineering) dalam arti paling luas adalah
penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Rekayasa genetika merupakan
kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi, demikian
pula penerapan mutasi buatan tanpa target (Russo dan Cove, 1995).Walaupun
demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan pengertian
Rekayasa Genetika yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi
molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah
sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu (Russo dan
Cove, 1995). Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi yang
dapat didefinisikan sebagai teknik in vitro asam nukleat, termasuk teknologi
manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan dan injeksi langsung
DNA ke dalam sel atau organel (Suryo, 2008).
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel
pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli
yang bertujuan untuk mendapatkan insulin (Suryo, 2008). Secara umum, proses
penggunaan plasmid bakteri untuk mengklon gen meliputi tahap isolasi DNA,
penyelipan DNA ke dalam vektor, pemasukan vektor pengklon ke dalam sel,
pengklonan sel beserta gen asing, dan identifikasi klon sel (Campbell, dkk., 2002).
Isolasi DNA bertujuan untuk mendapatkan DNA murni, pemasukan vektor
pengklon ke dalam sel bertujuan untuk membuat DNA rekombinan, pengklonan
sel beserta sel asing bertujuan untuk mendapatkan sel dengan sifat yang sama, dan
identifikasi klon sel bertujuan mengetahui sel-sel yang membawa gen yang
diingikan. DNA murni yang dimaksud dalam tahap isolasi yaitu DNA tanpa
protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan.
Proses isolasi DNA diawali dengan proses ekstraksi DNA. Hal ini
bertujuan untuk memisahkan DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan.
Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak menyebabkan
kerusakan pada DNA. Untuk mengeluarkan DNA dari sel, dapat dilakukan dengan
memecahkan dinding sel, membran plasma dan membran inti baik dengan cara
mekanik maupun secara kimiawi (Susanto, 2008). Selanjutnya penyelipan DNA ke
dalam vektor dilakukan dengan pemotongan plasmid dan DNA tumbuhan
menggunakan enzim restriksi. Ujung komplementer yang terbentuk akibat
aktivitas enzim restriksi pada DNA maupun plasmid akan saling melengket satu
sama lain melalui ikatan hidrogen. Kemudian, enzim ligase mengkatalisis ikatan
kovalen yang menyambung ujung-ujungnya. Kombinasi tersebut disebut Plasmid
rekombinan. Plasmid rekombinan memiliki pengertian yang sama dengan DNA
rekombinan yaitu kombinasi materi genetik baru yang diperoleh dengan cara
penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya
untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain
yang berperan sebagai sel inang. Plasmid rekombinan yang terbentuk kemudian
masuk ke sel bakteri baik melalui konjugasi, transformasi, maupun transduksi
(Susanto, 2008).
Sel bakteri kemudian ditumbuhkan dalam kultur sehingga membentuk
klon sel. Sampai pada tahap ini, telah dihasilkan banyak klon fragmen DNA yang
berbeda, tidak hanya fragmen yang diinginkan. Langkah berikutnya penyaringan
koloni untuk gen yang diharapkan yang merupakan tahap paling sulit. Untuk
mendeteksi DNA suatu gen secara langsung tergantung pada pembuatan pasangan
basa antara gen dan urutan komplementer pada urutan asam nukleat lain. Proses
ini disebut hibridisasi asam nukleat. Teknik ini bergantung pada kenyataan bahwa
urutan nukleotida komplementer akan berpasangan basa terikat menjadi satu oleh
ikatan hidrogen (Campbell, dkk., 2002). Proses rekayasa genetika untuk membuat
pisang Abaka dengan serat berwarna dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu,
pengklonan gen pembawa warna, persiapan tanaman yang dilakukan dengan kultur
jaringan (kultur in vitro), dan transformasi DNA ke sel dalam jaringan pisang
Abaka. Keunggulan serat yang dihasilkan pisang Abaka (Musa textilis Nee)
melalui teknologi rekayasa genetika yaitu serat yang dihasilkan berwarna alami
sehingga ramah lingkungan dan lebih tahan lama dengan keragaman
sifat yang kompleks.
C. Pengertian Stain Improvement
Perbaikan strain adalah strategi bioteknologi canggih di mana berbagai
jalur seluler dimodifikasi dengan teknologi DNA rekombinan untuk meningkatkan
hasil produk metabolisme yang bermanfaat bagi umat manusia.

Topik yang dipilih dalam Kumpulan paper ini adalah Strai Improvement
Bakteri Asam Laktat untuk Industri Pangan. Beberapa teknik telah digunakan
untuk meningkatkan kemampuan bakteri asam laktat dibidang industri, agar
potensi yang diinginkan dapat ditingkatkan, baik melalui rekayasa metabolisme
maupun teknologi DNA rekombinan. Namun dalam paper ini juga dibahas hal
yang menarik, adalah peran bakteriofag (virusbakteri) atau disebut fag didalam
kegagalan proses fermentasi menggunakan BAL. Penggunaan bakteri asam laktat
untuk produksi pangan sudah ada sejak puluhan tahun hingga ratusan tahun lalu.
Pada mulanya bakteri asam laktat digunakan untuk fermentasi secara tradisional
untuk beberapa produk makanan, seperti produk susu, daging, sayur, kedelai, dll.
Contoh produk pangan tradisional terfermentasi yang hingga saat ini masih banyak
dipasaran, antara lain adalah tape, tempe, dan acar. Dikarenakan hasil fermentasi
produk makanan menggunakan bakteri asam laktat mempunyai nilai gizi yang
bagus untuk kesehatan tubuh serta bersifat GRAS (Generally Recognized as Safe),
maka proses yang mulanya dijalankan secara tradisional dikembangkan menjadi
skala industry dengan adanya pemilihan strain bakteri asam laktat yang terbaik
hingga dilakukan strain improvement dengan tujuan menghasilkan produk yang
mempunyai nilai gizi lebih, yield tinggi, dan terkontrol proses fermentasinya.
Karakteristik bakteri asam laktat diantaranya adalah bakteri Gram positif,
berbentuk rod atau cocci dan menghasilkan formasi tetrad, tidak menghasilkan
spora, bereaksi negative pada enzim katalase, bersifat toleran terhadap kadar asam
yang tinggi, fastidious (hanya dapat tumbuh apabila mediumnya mengandung
nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya), non-motile, facultative anaerob/micro-
aero-tolerant, dengan produk akhir utama dari fermentasi gula adalah asam laktat
(Marco et al, 2017). Pemanfaatan bakteri asam laktat tidak hanya dalam industry
pangan saja, tetapi juga pada indsutri farmasi maupun kimia (biodegradable
plastic). Jenis bakteri asam laktat yang banyak digunakan pada industry adalah
Lactobacillus, Streptococcus, Lactoccoccus, Leuconostoc, dan Pediococus.
Pada bidang pangan, bakteri asam laktat juga dapat berperan sebagai
bio-preservative dengan menghasilkan bakteriosin sehingga mencegah tumbuhnya
mikroorganisme pembusuk makanan. Proses fermentasi bakteri asam laktat dapat
terjadi melalui berbagai pathway, seperti central carbon metabolism, secondary
carbon metabolism, bioconversion, maupun sintesis de novo sehingga
menghasilkan berbagai jenis komponen organic sebagai produk akhirnya.
Berikut merupakan komponen organic yang dihasilkan proses metabolism oleh
bakteri asam laktat dalam Siedler et al (2019) :Sifat anti mikroorganisme yang
dihasilkan bakteri asam laktat berasal dari sinergesis antar komponen yang
dihasilkan. Berdasarkan penelitian Corsetti et al dalam Siedler et al (2019),
menunjukkan bahwa terjadi sinergesis antar asam organic dalam menghambat
fungi. Asam organic tersebut dihasilkan oleh bakteri asam laktat strain
Lactobacillus sanfranciscensis CB1yang diisolasi dari sourdough. Asam-asam
organik yang saling bersinergi tersebut adalah asam asetat, asamkaproat,asam
format, asam propionat, asam butirat, dan n-asam valerat. Dalam melakukan
percobaan ini, dilakukan dengan cara menguji asam organik secara individu
terhadap Fusarium.
Graminearum didapatkan hasil bahwa tidak terjadi efek inhibitory,
sedangkan apabila semua asam organik tersebut melakukan sinergesis maka
didapatkan efek inhibitory terhadap Fusarium graminearum. Selain sebagai
antimikroorganisme, bakteri asam laktat juga berperan dalam menghasilkan
komponen flavor sehingga mampu meningkatkan sensori suatu bahan pangan,
salah satunya adalah dalam biji kopi. Bakteri asam laktat mampu menghasilkan
komponen bioaktif, sepert ester, keton, alkohol, aldehida yang mampu
mempengaruhi atribut sensori kopi yaitu munculnyaflavor flora, fruity, dan
buttery. Fungsi bakteri asam laktat pada kopi juga berpera dalam degradasi lapisan
mucilage (lendir) yang terdiri atas gula sederhana, karbohidrat komplek dan
protein sehingga proses post-harvest yang diperlukan berkurang dan 21hari
menjadi 7 hari (Pereira et al, 2020).
Bakteri asam laktat mampu menghasilkan eksopolisakarida (EPS), yang
menurut Xuet a (2019) EPS ini akan di sekresi kelingkungan eksternal dalam
bentuk slime EPS maupun menempel pada permukaan bakteri sehingga
membentuk kapsul EPS. Status bakteri asam laktat adalah GRAS sehingga EPS
yang dihasilkan pun juga bersifat GRAS sehingga komponen ini banyak
digunakan dalam industri pangan. EPS dapat berfungsi sebagai thickener alami,
emulsifier, maupun stabilizer dalam meningkatkan sebagai antioksidan,
antihipertensi, menurunkan kolesterol, dan mampu meningkatkan populasi
bakteri baik dalam usus sehingga mencegah kanker kolon dengan adanya
polisakarida dengan ikatan β-(1-6) yang lebih rendah (Ji et al, 2018). Efek anti
kanker juga didukung dengan adanya komponen asam uronat, gugus sulfat,
glukosa, dan ikatan glikosida dengan tipe β (Li et al, 2015). Aplikasi EPS banyak
digunakan dalam produk es krim, keju, roti, yoghurt, minuman, dan daging.

D. Pengertian Aplikasi Rekayasa Genetika

Anda mungkin juga menyukai