DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Puji Syukur kami panjatkaan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga pembuatan makalah dengan judul “Teknologi Rekombinan
DNA/Genetic Engineering” ini dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas matakuliah Bioteknologi. Tak ada
gading yang tak retak, maka kami menyadari bahwa makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu atas saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
yang bersifat membangun dan berguna untuk pembenahan dan penyempurnaan serta
memotivasi kami dalam pemulihan karya ilmiah selanjutnya.
Kelompok III
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alcohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis
suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa
gen pada organisme tersebut. Selain itu, bioteknologi juga memanfaatkan sel
tumbuhan atau sel hewan yang biakkan sebagai bahan dasar sebagai proses
industry (Sardjoko, 1991).
Rekayasa genetika terdiri dari dua kata yaitu rekayasa atau manipulasi dan
genetika yang artinya ilmu yang mempelajari tentang bagaimana sifat dari
makhluk hidup yang diturunkan dari induk ke keturunannya. Rekayasa genetika
bertujuan untuk mendapatkan organisme yang unggul. Gen atau yang sering
dikenal dengan DNA merupakan materi genetik yang bertanggung jawab terhadap
semua sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup (Sutarno, 2014). Mekanisme dalam
rekayasa genetika menggunakan mikroorganisme dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu isolasigen, pemecahan DNA, pemindahan DNA, memasukkan DNA
rekombinan dan mengidentifikasi DNA baru. Rekayasa genetika memiliki prinsip
dasar yaitu memanipulasi susunan Asam Nukleat dari sebuah gen (DNA) atau
menyelipkan suatu gen baru ke dalam struktur DNA suatu organisme.
DNA yang disisipkan dapat berasal dari bakteri, fungi, hewan, bahkan dari
manusia (Herman 2016). Berdasarkan pengertian dan penjelasan diatas bahwa
tujuan dari rekayasa genetica yang dilakukan oleh para peneliti yaitu untuk
mendapatkan tanaman varietas dengan bibit unggul tahan terhadap penyakit, hama
dan virus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu juga untuk
mendapatkan tanaman yang superior yaitu tanaman yang tahan kondisi optimum.
Manfaat dari adanya rekayasa genetika dari adanya rekayasa genetika ini
menurunkan Tingkat ketidakberhasilan dalam suatu perbanyakan tanaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari genetic engineering?
2. Apa definisi dari teknologi rekombinan DNA?
3. Apa definisi stain improvement?
4. Apa definisi dari aplikasi rekayasa genetika?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan genetic engineering.
2. Mendeskripsikan teknologi rekombinan DNA.
3. Mendeskripsikan stain improvement.
4. Mendeskripsikan aplikasi rekayasa genetika.
BAB II
PEMBAHASAN
Topik yang dipilih dalam Kumpulan paper ini adalah Strai Improvement
Bakteri Asam Laktat untuk Industri Pangan. Beberapa teknik telah digunakan
untuk meningkatkan kemampuan bakteri asam laktat dibidang industri, agar
potensi yang diinginkan dapat ditingkatkan, baik melalui rekayasa metabolisme
maupun teknologi DNA rekombinan. Namun dalam paper ini juga dibahas hal
yang menarik, adalah peran bakteriofag (virusbakteri) atau disebut fag didalam
kegagalan proses fermentasi menggunakan BAL. Penggunaan bakteri asam laktat
untuk produksi pangan sudah ada sejak puluhan tahun hingga ratusan tahun lalu.
Pada mulanya bakteri asam laktat digunakan untuk fermentasi secara tradisional
untuk beberapa produk makanan, seperti produk susu, daging, sayur, kedelai, dll.
Contoh produk pangan tradisional terfermentasi yang hingga saat ini masih banyak
dipasaran, antara lain adalah tape, tempe, dan acar. Dikarenakan hasil fermentasi
produk makanan menggunakan bakteri asam laktat mempunyai nilai gizi yang
bagus untuk kesehatan tubuh serta bersifat GRAS (Generally Recognized as Safe),
maka proses yang mulanya dijalankan secara tradisional dikembangkan menjadi
skala industry dengan adanya pemilihan strain bakteri asam laktat yang terbaik
hingga dilakukan strain improvement dengan tujuan menghasilkan produk yang
mempunyai nilai gizi lebih, yield tinggi, dan terkontrol proses fermentasinya.
Karakteristik bakteri asam laktat diantaranya adalah bakteri Gram positif,
berbentuk rod atau cocci dan menghasilkan formasi tetrad, tidak menghasilkan
spora, bereaksi negative pada enzim katalase, bersifat toleran terhadap kadar asam
yang tinggi, fastidious (hanya dapat tumbuh apabila mediumnya mengandung
nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya), non-motile, facultative anaerob/micro-
aero-tolerant, dengan produk akhir utama dari fermentasi gula adalah asam laktat
(Marco et al, 2017). Pemanfaatan bakteri asam laktat tidak hanya dalam industry
pangan saja, tetapi juga pada indsutri farmasi maupun kimia (biodegradable
plastic). Jenis bakteri asam laktat yang banyak digunakan pada industry adalah
Lactobacillus, Streptococcus, Lactoccoccus, Leuconostoc, dan Pediococus.
Pada bidang pangan, bakteri asam laktat juga dapat berperan sebagai
bio-preservative dengan menghasilkan bakteriosin sehingga mencegah tumbuhnya
mikroorganisme pembusuk makanan. Proses fermentasi bakteri asam laktat dapat
terjadi melalui berbagai pathway, seperti central carbon metabolism, secondary
carbon metabolism, bioconversion, maupun sintesis de novo sehingga
menghasilkan berbagai jenis komponen organic sebagai produk akhirnya.
Berikut merupakan komponen organic yang dihasilkan proses metabolism oleh
bakteri asam laktat dalam Siedler et al (2019) :Sifat anti mikroorganisme yang
dihasilkan bakteri asam laktat berasal dari sinergesis antar komponen yang
dihasilkan. Berdasarkan penelitian Corsetti et al dalam Siedler et al (2019),
menunjukkan bahwa terjadi sinergesis antar asam organic dalam menghambat
fungi. Asam organic tersebut dihasilkan oleh bakteri asam laktat strain
Lactobacillus sanfranciscensis CB1yang diisolasi dari sourdough. Asam-asam
organik yang saling bersinergi tersebut adalah asam asetat, asamkaproat,asam
format, asam propionat, asam butirat, dan n-asam valerat. Dalam melakukan
percobaan ini, dilakukan dengan cara menguji asam organik secara individu
terhadap Fusarium.
Graminearum didapatkan hasil bahwa tidak terjadi efek inhibitory,
sedangkan apabila semua asam organik tersebut melakukan sinergesis maka
didapatkan efek inhibitory terhadap Fusarium graminearum. Selain sebagai
antimikroorganisme, bakteri asam laktat juga berperan dalam menghasilkan
komponen flavor sehingga mampu meningkatkan sensori suatu bahan pangan,
salah satunya adalah dalam biji kopi. Bakteri asam laktat mampu menghasilkan
komponen bioaktif, sepert ester, keton, alkohol, aldehida yang mampu
mempengaruhi atribut sensori kopi yaitu munculnyaflavor flora, fruity, dan
buttery. Fungsi bakteri asam laktat pada kopi juga berpera dalam degradasi lapisan
mucilage (lendir) yang terdiri atas gula sederhana, karbohidrat komplek dan
protein sehingga proses post-harvest yang diperlukan berkurang dan 21hari
menjadi 7 hari (Pereira et al, 2020).
Bakteri asam laktat mampu menghasilkan eksopolisakarida (EPS), yang
menurut Xuet a (2019) EPS ini akan di sekresi kelingkungan eksternal dalam
bentuk slime EPS maupun menempel pada permukaan bakteri sehingga
membentuk kapsul EPS. Status bakteri asam laktat adalah GRAS sehingga EPS
yang dihasilkan pun juga bersifat GRAS sehingga komponen ini banyak
digunakan dalam industri pangan. EPS dapat berfungsi sebagai thickener alami,
emulsifier, maupun stabilizer dalam meningkatkan sebagai antioksidan,
antihipertensi, menurunkan kolesterol, dan mampu meningkatkan populasi
bakteri baik dalam usus sehingga mencegah kanker kolon dengan adanya
polisakarida dengan ikatan β-(1-6) yang lebih rendah (Ji et al, 2018). Efek anti
kanker juga didukung dengan adanya komponen asam uronat, gugus sulfat,
glukosa, dan ikatan glikosida dengan tipe β (Li et al, 2015). Aplikasi EPS banyak
digunakan dalam produk es krim, keju, roti, yoghurt, minuman, dan daging.