Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BUDIDAYA SAPI POTONG


(MERAH)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran

PRAKARYA

DIBIMBING OLEH

PUTRI ESTUANDARI, S.pd


DISUSUN OLEH

ADITIYA WISNU PRATAMA (01)


RICO DWI SAPUTRA (27)

KELAS
8.F

SMPN 2 SUMBERPUCUNG (TGP)


ABSTRAK

Menurut Dirjen Bina Produksi Peternakan saat ini setiap


masyarakat Indonesia baru mampu mengkonsumsi daging sapi kurang
lebih 1,7 kg/orang/tahun, yang disupply dari sapi lokal 1,5 juta ekor sapi
setara dengan 350.000 ton daging, impor sapi bakalan 300.000 ekor dan
daging impor 30.000 ton. Sehingga masih kekurangan sapi potong, untuk
memenuhi kebutuhan nasional. Adapun penyebabnya tidak terpenuhinya
daging sapi adalah produktivitas ternak yang rendah dengan jumlah
penduduk Indonesia yang terus meningkat. Salah satu alternatif untuk
memenuhi konsumsi hasil ternak terutama daging adalah dengan
mengembangkan dan meningkatkan usaha ternak sapi potong dan
memberbaiki manajemen pengembangan sapi potong. Peternakan yang
dikunjungi adalah Kelompok Bina Sarana Karya Sejahtera, desa
Banjaranyar, Purbalingga, Banyumas. Peternakan ini telah berdiri selama
5 tahun. Bangsa sapi yang dipelihara adalah bangsa PO (Peranakan
Ongole) dan BX (Brahman Cross) atau sapi lokal. Bibit yang dipelihara
diperoleh dari pasar. Dengan cara pemilihan bibit berdasarkan genetik
baik, pinggul besar/lebar, ambing normal dan besar, tidak cacat, sehat,
punggung rata. Jenis hijauan yang di berikan adalah limbah pertanian,
rumput gajah, dan legume. Hijauan berasal dari perkebunan. Selain diberi
hijauan sapi juga diberi konsentrat yang terdiri dari onggok, tetes tebu,
bungkil, dan mineral. Sistem perkawinan yang digunakan menggunakan
metode Inseminasi Buatan. Semen beku yang digunakan berasal dari
bangsa PO, Simental, dan BX. Status kepemilikan ternak adalah gaduhan
bantuan pihak lain. Sapi dimandikan dua kali sehari. Perwatan anak yang
baru lahir adalah dengan di lap dan di bantu untuk menyusui.
Pemeliharaan jantan dan betina dipisah. Bentuk penjualan ternak
dilakukan pada masa telah di sapih pada umur 6 bulan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Dirjen Bina Produksi Peternakan saat ini setiap
masyarakat Indonesia baru mampu mengkonsumsi daging sapi kurang
lebih 1,7 kg/orang/tahun, yang disupply dari sapi lokal 1,5 juta ekor sapi
setara dengan 350.000 ton daging, impor sapi bakalan 300.000 ekor dan
daging impor 30.000 ton. Sehingga masih kekurangan sapi potong, untuk
memenuhi kebutuhan nasional. Adapun penyebabnya tidak terpenuhinya
daging sapi adalah produktivitas ternak yang rendah dengan jumlah
penduduk Indonesia yang terus meningkat. Salah satu alternatif untuk
memenuhi konsumsi hasil ternak terutama daging adalah dengan
mengembangkan dan meningkatkan usaha ternak sapi potong dan
memberbaiki manajemen pengembangan sapi potong.
Makalah ini akan mengulas tentang manajemen pengadaan bibit
sapi, manajemen pemberian pakan, manajemen perkawinan, manajemen
perkandangan, manajemen pemeliharaan, manajemen penanganan
kesehatan dan manajemen pemasaran sapi. Dengan memperbaiki
manajemen tersebut diharapkan meningkatkan produktivitas dan
menambah populasi sapi potong di Indonesia.
1.2. Tujuan
Mengetahui manajemen bibit, manajemen pemberian pakan,
manajemen perkawinan, manajemen perkandangan, manajemen
pemeliharaan, manajemen kesehatan dan manajemen pemasaran dari
suatu peternakan sapi potong.
1.3. Metode
Cara kerja pada praktikum Manajemen Ternak Potong pada
komoditas babi adalah
1. Membuat kartu praktikum
2. Mengunjungi peternakan Kelompok Bina Karya Sejahtera, Desa
Banjaranyar, Purbalingga.
3. Mencatat informasi manajemen bibit, manajemen pemberian pakan,
manajemen perkawinan, manajemen perkandangan, manajemen
pemeliharaan, manajemen kesehatan dan manajemen pemasaran.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil
A. Identitas Peternak
Peternakan sapi potong di desa Banjaranyar, Purbalingga,
Banyumas yaitu Kelompok Bina Sarana Karya Sejahtera. Peternakan ini
telah berdiri selama 5 tahun. Tujuan dibentuknya kelompok ini yaitu untuk
menghasilkan pedet. Sistem yang digunakan adalah program SMD
dengan modal awal Rp 368.000.000.
B. Data Sekunder
Luas desa 5 hektar
Jumlah ternak 250 ekor
Kelompok peternak 18 orang
Tahun dibentuk 2008
Jumlah anggota 18 orang
Struktur organisasi Ketua: tohidin, Bendahara: Sukarno

C. Identitas Ternak
Bangsa sapi yang dipelihara adalah bangsa PO (Peranakan Ongole)
dan BX (Brahman Cross) atau sapi lokal.

Umur Jumlah Satuan Ternak (ST)


Dewasa jantan 5 ekor 5
Dewasa betina 25 ekor 25
Muda jantan 5 ekor 2,5
Muda betina 14 ekor 7
Pedet Jantan 5 ekor 1,25
Pedet Betina 4 ekor 1
D. Manajemen Pengadaan Bibit
Bibit yang dipelihara diperoleh dari pasar dengan harga tergantung
bobot badan sekitar Rp 12.000.000. Dengan cara pemilihan bibit
berdasarkan genetik baik, pinggul besar/lebar, ambing normal dan besar,
tidak cacat, sehat, punggung rata. Tujuan pemeliharaan adalah untuk
memproduksi anak, namun sebagian untuk digemukkan. Lama
penggemukan 6 bulan.
E. Manajemen Pemberian Pakan
Jenis hijauan yang di berikan adalah limbah pertanian, rumput gajah,
dan legume. Hijauan berasal dari perkebunan. Pemberian hijauan dengan
frekuensi 2 kali/hari dengan cara penyajian hijauan segar. Selain diberi
hijauan sapi juga diberi konsentrat yang terdiri dari onggok, tetes tebu,
bungkil, dan mineral. Jumlah air minum yang diberikan adalah 30
liter/ekor/hari secara adlibitum.
F. Manajemen Perkawinan
Sistem perkawinan yang digunakan menggunakan metode
Inseminasi Buatan dengan biaya Rp 70.000 sampai sapi bunting. Semen
beku yang digunakan berasal dari bangsa PO, Simental, dan BX. Semen
tersebut berasal dari Dinas. Umur pertama pejantan dikawinkan adalah 15
bulan, sedangkan betina pada usia 13 bulan.Tanda-tanda birahi adalah
gelisah, menaiki ternak lain. Tanda betina akan melahirkan adalah keluar
lendir, menyendiri dan nafsu makan turun. Sapi biasa disapih pada umur
3-4 bulan dengan cara penyapihan dipisah dari induk menggunakan sekat
tapi masih berdekatan. Jarak beranak sapi adalah 12-15 bulan.
G. Manajemen Perkandangan
Jenis lantai kandang berasal dari tanah dengan kemiringan 5 derajat.
Jumlah kandang yang ada di peternakan Kelompok Bina Karya Sejahtera
ada 6 unit. Bahan-bahan kandang adalah kayu,semen , pasir, bata, abses,
besi, kayu Ukuran kandang adalah P=2,5 m L=2,2 m luas 27,5 m 2.
Kemiringan atap 45 derajat. Ukuran tempat pakan P=1,5 m L=0,5 m
dalam= 0,35 m. Tempat penyimpanan tersedia. Tempat penampungan
kotoran tersedia. Menggunakan sistem kandang kelompok. Jarak kandang
dengan pemukiman rakyat sekitar 300 m. Biaya pembuatan kandang
adalah Rp 70.000.000.
H. Manajemen Pemeliharaan
Status kepemilikan ternak adalah gaduhan bantuan pihak lain. Sapi
dimandikan dua kali sehari. Perawatan anak yang baru lahir adalah
dengan di lap dan di bantu untuk menyusui. Pemeliharaan jantan dan
betina dipisah. Pada peternakan ini tidak terdapat padang
penggembalaan. Jenis usaha peternakan ini adalah tradisional, sifat
usaha kelompok dengan tipe usaha campuran.
I. Manajemen Penanganan Kesehatan
Pencegahan penyakit dengan cara memandikan ternak dan
vaksinasi 2x setahun dan vaksinasi cacing 3 bulan sekali. Biaya vaksinasi
sebesar Rp 10.000/ekor. Sanitasi kandang dilakukan tiap hari. Penyakit
yang biasa ditemui adalah cacingan, bloat, diare. Pengobatan dilakukan
oleh mantri hewan dan biaya pengobatan Rp 50.000/unit.
J. Manajemen Pemasaran Sapi Dan Pupuk Kandang
Bentuk penjualan ternak dilakukan pada masa telah di sapih pada
umur 6 bulan. Hasil penjualannya maro bathi sekitar 70%:30%. Alasan
ternak dijual adalah untuk memenuhi kebutuhan. Biasanya pembeli
datang langsung ke peternak. Penjualan pupuk kandang seharga Rp
200/kg.
2.2. Pembahasan
2.2.1. Manajemen Pengadaan Bibit Sapi
Yulianto (2010) menyatakan bahwa bibit yang dibesarkan harus
sehat dan tidak cacat. Untuk itu, saat akan membeli bibit perlu
memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut yaitu tidak ada cacat fisik. Kulit
tidak rusak atau luka. Ada tanda di telinga yang menunjukkan bahwa
anakan sapi tersebut telah didaftar dan lengkap silsilahnya. Mata tampak
cerah dan bersih (tidak berair dan kotor) Tidak sering batuk atau
gangguan pernapasan serta tidak keluar lendir dari hidungnya. Tidak
ditemui adanya eksternal parasit di tubuh dan kulit. Tidak ada gejala
bengkak pada kuku. Bila diraba, kukunya tidak terasa panas.
2.2.2. Manajemen Pemberian Pakan
Untuk penggemukan sapi dalam waktu yang relative singkat maka
ransum yang diberikan haruslah terdiri dari hijauan dan konsentrat.
Penggemukan sapi dalam waktu yang relative singakt berarti
pertambahan bobot badan yang akan disapai harus tinggi (Sugeng, 2000).
Pada umumnya ternak sapi lebih menyukai rumput hijauan ini dikarenakan
sapi adalah hewan herbivore (pemakan rumput). Rumput memiliki
berbagai jenis dan spesies. Pada umunya rumput yang sering dikondumsi
oleh ternak sapi ialah rumput gajah, rumput benggala dll.
2.2.3. Manajemen Perkawinan
Metode perkawinan yang digunakan pada Peternakan Kelompok
Bina Karya Sejahtera adalah dengan metode Inseminasi Buatan (IB).
Inseminasi Buatan adalah penyampaian atau pemasukan semen ke
dalam saluran kelamin betina dengan dengan alat buatan manusia.
Adapun tahapan IB adalah  penampungan semen, pemeriksaan kualitas,
pengenceran, pembuatan semen beku, pelaksanaan inseminasi,
rekording dan penilaian hasil inseminasi (Ihsan, 1997). Inseminasi Buatan
mempunyai beberapa keunggulan yaitu meningkatkan kualitas genetik,
efektifitas biaya perawatan pejantan, kontrol penyakit menular, aman,
fleksibel dan memugkinkan menyusun catatan atau rekording dalam
manajemen pemeliharaan (Hafez, 1993; Peters and Ball, 1995; Ihsan,
1997). Kerugian akibat IB muncul apabila inseminator kurang terampil
dalam pelaksanaan IB, akan terjadi  inbreeding, apabila tidak dilakukan
pergantian pejantan yang digunakan (Toelihere, 1993).
Estrus adalah saat ternak betina bersedia untuk menerima pejantan
untuk kopulasi (kawin). Lama estrus adalah waktu yang diperlukan dalam
satu kali ternak betina menjalani estrus atau bersedia dikawini oleh
pejantan (Riyanto, 2000). Pada saat estrus terjadi hal pokok yakni nampak
tanda-tanda estrus, pada sapi dikenal dengan  tiga  A yaitu abang (labia
minor memerah), aboh (vulva membengkak) dan anget (suhu tubuh
meningkat sedikit, lebih hangat dari   biasanya), berlendir yakni  mucus 
yang berasal dari cervix nampak keluar dari vulva, seperti berwarna
bening atau jernih, transparan yang sering kali melilit pada ekor atau
menempel pada kaki-kaki belakangnya dan sering nampak betina
menaiki temannya sewaktu di padang penggembalaan (Nuryadi, 2000).
Hafez (1993), menyatakan bahwa rata-rata panjang siklus estrus untuk
sapi adalah 21 hari, meskipun panjang siklus estrus yang normal adalah
17-21 hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus adalah umur,
pakan, system pemeliharaan dan lingkungan (Toelihere, 1993).
Umur pertama kawin betina adalah 13 bulan sedangkan umur kawin
jantan adalah 15 bulan, dengan calving interval 1 tahun. Biasanya
umurnya penyapihan pada peternakan Kelompok Bina Karya Sejahtera
adalah pada usia 6 bulan dengan cara penyapihan di sekat dengan
induknya tetapi masih berdekatan. Asal semen beku berasal dari dinas
dan biasanya semen beku yang digunakan adalah dari bangsa Simental
atau PO.
Pelaksanaan perkawinan yang tepat sekitar 10-14 jam sejak tanda-
tanda birahi. Apabila sapi birahi pada pagi hari, maka paling lambat sapi
dikawinkan pada sore hari, sedangkan apabila sapi birahi pada sore hari,
maka paling lambat sapi dikawinkan pada pagi hari pada hari berikutnya.
Kebuntingan dapat diamati 21 hari setelah perkawinan. Kalau tidak ada
tanda-tanda birahi, maka kebuntingan telah terjadi, namun apabila tanda-
tanda birahi muncul lagi, maka perkawinan perlu diulang. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah dengan perabaan, yang hanya dapat dilakukan
oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman. Setelah anak sapi lahir,
induk sapi dapat dikawinkan lagi 3 (tiga) bulan setelah melahirkan. Sapi
bunting harus dipisahkan dari sapi yang lain. Kondisi ini dilakukan untuk
menjaga kebuntingan. Pakan yang diberikan harus dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi untuk sapi bunting.
Beberapa hari menjelang melahirkan, induk yang bunting akan
menunjukkan tanda-tanda ambing membesar dan kencang, urat daging di
sekitar vulva mengendor dan di kanan-kiri pangkal ekor kelihatan legok,
beberapa saat menjelang melahirkan, sapi gelisah. Apabila tanda-tanda
tersebut muncul, kadang harus dibersihkan dari kotoran dan diberi alas
dengan jerami kering. Setelah melahirkan, induk sapi akan membersihkan
linder yang menempel pada pedet yang baru dilahirkan dengan lidah.
Apabila induk lemah dan tidak mapu, maka kita dibantu membersihkan,
terutama yang mengganggu lubang pernafasan. Supaya kelahiran
berjalan lancar, induk sapi yang akan beranak diberi kesempatan
bergerak kira-kira 2-3 minggu menjelang melahirkan.
2.2.4. Manajemen Perkandangan
Pembuatan kandang harus sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan
dalam pemeliharaan sapi potong antara lain yaitu kandang penggemukan,
kandang isolasi ternak sakit, gudang pakan dan peralatan, unit
penampungan dan pengolahan lahan. Konstruksi kandang harus kuat dan
nyaman serta memiliki daya tampung dan pertukaran udara harus
terjamin, lantai kandang harus kuat dan tidak licin, untuk bangunan
gudang pakan harus terjamin kebersihan dan kehygienisan gudang agar
pakan tetap sehat dan hygienis.
Tata letak kandang dan bangunan lain harus diperhatikan.
Peternakan harus mempunyai satu pintu keluar masuk yang dilengkapi
kolam desinfektan. Letak kandang dan bangunan lain harus diperhatikan
guna mempermudah dalam pengerjaan dan kegiatan sehari-hari. Letak
kandang isolasi harus di belakang dan agak jauh dari bangunan lainnya.
Jarak antar bangunan yang bukan kandang minimal 25 meter. Bangunan
untuk pekerja (tempa tinggal) serta hal-hal pekerjaan yang berhubungan
dengan administratif harus terpisah dari kandang.
Menurut AAK (1991) yang menyatakan bahwa konstruksi kandang
yang dibangun dengan perencanaan dan teknis yang benar akan
menjamin kenyamanan hidup ternak, sebab bangunan kandang erat
hubungannya dengan kehidupan ternak. Konstruksi bangunan kandang
yang benar ialah yang dirancang sesuai dengan iklim setempat, jenis
ternak dan tujuan usaha peternakan itu sendiri.
Oleh karena itu, di dalam bangunan konstruksi kandang perlu
diperhatikan yaitu tinggi bangunan, kandang didaerah dataran rendah
lebih tinggi daripada dipegunungan. Hal ini dimaksud agar udara panas
didalam ruang kandang lebih bebas bergerak atau berganti. Atap
berfungsi untuk menghindarkan air hujan dan terik matahari. Menjaga
kesehatan sapi dimalam hari. Dinding Diding berfungsi menahan angin
langsung yang datang dari arah luar, agar pada malam hari sapi tidak
kedinginan. Mengurangi keluarnya panas di dalam ruangan kandang yang
dihasilkan oleh tubuh hewan. Ventilasi kandang harus dibuat dan diatur
sesuai dengan tempat dan kebutuhan ternak. Kebutuhan ventilasi
kandang didataran rendah harus dibuat lebih lebar dan lebih banyak di
dataran tinggi pegunungan. Sebab di dataran rendah umumnya udaranya
lebih panas daripada didataran tinggi/pegunungan. Lantai kandang, baik
lantai tanah, adukan semen, aspal, batu-batu dan sebagainya harus
dibiuat agak miring. Kemiringan lantai kandang cukup di buat 5 derajat
saja. Kemiringan lantai ini bertujuan agar air kencing sapi tidak berhenti
dan bercampur dengan kotoran dan tilam yang dipakai sebagai alas
ternak sehingga kesehatan sapi tetap terjamin.
2.2.5. Manajemen Pemeliharaan
Sedapat mungkin diupayakan agar sapi dimandikan minimal satu kali
dan maksimal dua kali dalam sehari. Apabila air tidak begitu tersedia
maka sapi cukup dimandikan satu kali sehari pada pagi hari sebelum
pemberian pakan. Sebaliknya, apabila air cukup tersedia dan
memungkinkan sapi dimandikan dua kali sehari maka hal itu dilakukan
pada pagi hari dan sore hari (Siregar, 2002). Sapi sangat perlu
dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari sapi itu telah
penuh dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya. Sapi yang selalu
bersih akan terhindar dari berbagai penyakit dan nafsu makannya
meningkat (Siregar, 2002) Pada peternakan ini sapi dimandikan sehari
dua kali.
Perawatan anak yang bru lahir adalah dengn di bantu kelahirannya,
di lap, di bantu untuk menyusu. Pemeliharaan jantan dan betina di pisah
namun masih berdekatan. Pada peternakan ini tidak memiliki tempat
untuk penggembalaan. Jadi sapi selalu berada di dalam kandang.
2.2.6. Manajemen Penanganan Kesehatan
Penyakit merupakan ancaman yang harus diwaspadai peternak.
Walaupun serangan penyakit tidak langsung mematikan ternak, tetapi
dapat merusak citra, menimbulkan masalah kesehatan yang
berkepanjangan, menghambat pertumbuhan, dan mengurangi
pendapatan atau keuntungan. Untuk mengetahui sapi sakit secara umum
bisa dilakukan dengan memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah
laku.
Pencegahan terhadap penyakit sapi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain pemilihan sapi bakalan yang betul-betul sehat.
Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk
memandikan sapi. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan
segera dilakukan pengobatan. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai
petunjuk. Pemilihan lokasi dan kandang yang memenuhi syarat.
Pemberian pakan yang baik. Vaksinasi dan pengobatan (Darmono, 1993).
Tindakan higiene meliputi usaha kebersihan lingkungan kandang,
seperti lantai yang bersih dan kering, drainase sekitar bangunan kandang
yang baik, pengapuran dinding kandang yang teratur, pengaturan ventilasi
kandang yang sempurna, dan mampu membentengi dari serangan
berbagai jenis infeksi penyakit. Kebersihan sapi harus pula diikuti dengan
kebersihan kandang. Karena frekuensi pemberian pakan, terutama
hijauan, pada penggemukan sapi relatif tinggi maka kotoran sapi yang
dikeluarkan oleh sapi itu cukup banyak pula. Kebersihan kandang harus
selalu dijaga, kotoran sapi harus selalu dibuang pada tempat yang telah
disediakan. Genangan-genangan air dalam kandang harus dikeringkan
dan diupayakan tidak ada lalat atau serangga lainnya yang dapat
mengganggu sapi dalam kandang. Vaksinasi pada sapi-sapi yang
digemukan perlu pula dilakukan terutama terhadap penyakit-penyakit yang
menular. (Siregar, 2002)
Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop,
sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut
adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan
penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
2.2.7 Manajemen Pemasaran Sapi
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dimana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan
kelompok lainnya. Pemasaran juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan
yang bersangkutan dengan berpindahnya barang dari produsen pertama
ke konsumen terakhir. Pemasaran diartikan sebagai suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang digunakan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dalam bisnis sapi memang petani cenderung menjadi pihak yang
mempunyai margin yang relatif kecil jika di bandingkan dari margin
keuntungan yang di dapatkan oleh pedagang. Sehingga harus ada
semacam asosiasi yang dapat memproteksi harga dan melindungi petani.
Petani harus mau membuat kelompok/asosiasi agar harga dapat
dikendalikan maupun bekerja sama baik dari segi pemasaran, pengadaan
pakan dll, sehingga biaya produksi dapat effisien.
KESIMPULAN

Dilihat dari segi manajemen pemilihan bibit, manajemen pemberian


pakan, manajemen perkawinan, manajemen perkandangan, manajemen
pemeliharaan, manajemen penanganan kesehatan, serta produk dan
pemasaran peternakan Kelompok Bina Karya Sejahtera masih tergolong
peternakan rakyat yang sudah modern dan perlu adanya pegembangan
pemasaran sehingga peternakan ini dapat berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.

Darmono. 1993. Manajemen Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.


Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animals. 6th edition. Lea and
Febinger. Philadelphia.

Ihsan, M.N., 1997. Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan.


Universitas Brawijaya. Malang.

Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan.


Universitas Brawijaya. Malang.

Peters. A. R., and Ball. P. J. H. 1995. Reproduction in Cattle..


Butterworths, London.

Riyanto, J. 2000. Reproduksi Ternak. Angkasa. Bandung.

Siregar , S. B. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta


Sugeng, Y. B., 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Toelihere, M.R., 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Edisi ke-2.
Angkasa, Bandung.
.
Yulianto, Purnawan. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai