Anda di halaman 1dari 33

keadaan umum Peternakan

a Sejarah Singkat Usaha


Usaha Peternakan milik Bapak Max Manorek merupakan usaha peternakan babi
tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Usaha peternakan
babi ini adalah usaha sampingan dalam rumah tangga dengan usaha pokoknya yaitu
penjual pakan ternak.

Usaha ini diawali dengan pembelian babi stater untuk dijadika induk sejak tahun


2001 yang bentuk kelompok mandiri..

 membangun kandang sendiri tanpa melalui kelompok dengan


populasi awal ternak sebanyak 10 ekor, tahun tahun 2021 bertambah menjadi 115
ekor   yang terdiri dari pre stater 31 ekor, starter 18 ekor,grower 50 ekor, induk kosong
5 ekor, induk menyusui 4 ekor, induk bunting 5 ekor, dan pejantan 2 ekor. Peternak
memiliki niat dan bakat untuk membantu dan mengembangkan usaha ternak babinya.

b. Ketenaga kerjaan

Usaha Peternakan ini hanya memiliki satu orang karyawan saja dengan latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Karyawan ini bertugas untuk menangani
segala sesuatu yang berkaitan dengan aspek pemeliharaan ternak babi

TATALAKSANA PETERNAKAN

Populasi Ternak

Populasi ternak babi pembibitan terdiri dari babi pre starter, starter, induk,
induk bunting, induk menyusui, dan pejantan. Adapun populasi ternak babi
pembibitan tertera pada Tabel 1

Ekor
No
Prestater stater grower Induk Jantan
1 31 18 50 14 2

Tota 115
l
Data ini merupakan data yang diambil pada saat penulis melaksanakan
magang, namun sebenarnya data ini dapat berubah karena akan ada
penambahan anak babi dari induk bunting bahkan anak babi yang mati pada
saat melahirkan

Litter size per induk adalah 10 ekor anak babi . Kawin alami yang
dilakukan selama kegiatan magang adalah dilakukan dua kali, Hasil dari
perkawinan tersebut anak yang lahir lebih dominan pada bangsa atau jenis
induknya.

jenis ternak babi  yang dipelihara di Peternakan ini 


   Landrance
Babi landrace merupakan babi unggul yang berasal dari Denmark,
dengan ciri-ciri tubuh panjang dan dalam, kepala kecil  agak panjang,
telingga terkulai rebah kedepan, warna putih halus dan bulu halus (Prasetya,
2012).

Ternak babi yang ada di peternakan ini memiliki ciri-ciri seperti yang


dikemukakan Prasetya yaitu, telingga terkulai, tubuh panjang dan dalam,
memiliki, dan warna bulu putih dan halus.

Tatalaksana Rutin

Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan air


minum, pembersihan kandang, mengenal tanda-tanda birahi, perkawinan,
penanganan kelahiran, dan pencegahan serta penanganan penyakit.

Pemberian Pakan dan Air Minum

Ternak stater,grower,induk dan jantan diberikan dua kali


sehari yaitu pagi pukul 09.40 WITA dan sore pukul 05.00 WITA masing-
masing sebanyak 1,5 kg/ekor setiap kali pemberian dan utuk pemeberian
pakan untuk stater dilihat dari kemampuan ternak. Menurut Sihombing
(1991), konsumsi ransum per hari (kg) untuk induk bunting 2,0 - 2,5 kg,
induk laktasi 3,0 - 4,5 kg, pejantan 2,0 - 2,5 kg, sedangkan induk kering
2,5-3,5 kg.
Pemberian pakan yang dilakukan dalam bentuk kering. Prasetya
(2012) menyatakan bahwa pemberian pakan babi secara kering dapat
memberikan rangsangan agar bisa memperoleh berat hidup yang
maksimal.  

 Tabel 2. Sedangkan  pemberian air minum secara ad libitum (selalu


tersedia) dengan dibuatnya saluran air

Formula ransum pengemukan


No Pakan Jumlah
1 Jagung 250
2 Dedak padi 150
3 Kosentrat 100
4 Pigmix 5 bungkus
5 Pignox 1 bungkus
Tota
503 kg
l
Formula ransum induk dan jantan
No Pakan Jumlah
1 Jagung 150
2 Dedak padi 100
3 Pigmix 2 bungkus
Tota
251 kg
l

Pembersihan Kandang dan Memandikan Ternak


Pembersihan kandang dilakukan untuk menjaga kebersihan
kandang dan kesehatan ternak babi. Pembersihan kandang dilakukan pada
pagi hari setelah kegiatan pemberian pakan yaitu pagi pukul 08.00
WITA dan untuk pembersihan sore hari dilakukuan pukul 03: 00 . Kegiatan
pembersihan kandang ini dilakukan setiap hari 
Kegiatan memandikan  ternak ini menggunakan mesin semprot. Ternak
dimandikan dengan cara air disemprot keseluruh bagian tubuhnya kemudian
pembersihan lantai
Perkandangan
Untuk mencapai kesuksesan dalam suatu usaha Peternakan babi,
kandang yang baik merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Wheindrata (2013) menyatakan bahwa kandang merupakan
syarat utama untuk dapat beternak babi karena kandang mempunyai peranan
sangat penting untuk perkembangan dan keberhasilan Peternakan babi.

Perkandangan di Peternakan Bapak Max adalah kandang terbuka yang


berbentuk ganda. Tipe kandang ini adalah tipe kandang ganda yang letaknya
saling berhadapan satu dengan yang lain. Prasetya (2012) menyatakan
bahwa, kandang ganda yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris
yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak belakang. Atap
kandang tersebut terbuat dari seng, lantai kandang dari semen dan
tiangnya terbuat dari semen dan beton.

vinsensiusventi
Senin, 15 September 2014
laporan praktik kerja lapang tentang prosesing semen beku sapi bali
dan semen cair ternak babi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Praktik Kerja Lapang (PKL) yang wajib diikuti mahasiswa/i semester VI
Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Kupang (PPNK) merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam
kegiatan kurikuler. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan
kemampuan dan wawasan mahasiswa/i yang mencakup budidaya atau
produksi, manajemen dan pemasaran dalam usaha di bidang Peternakan.
Berdasarkan hal tersebut, setiap mahasiswa/i peserta PKL diberi
kesempatan untuk melakukan praktik kedua lokasi yang dianggap layak
oleh PPNK. Khusus untuk mahasiswa/i Jurusan Peternakan, Program Studi
Produksi Ternak, komoditi yang dipilih dalam kegiatan PKL adalah bukti
minat mahasiswa dan kelayakan lokasi.
Dalam kegiatan PKL ini mahasiswa/i Program Studi Produksi
Ternak berkesempatan untuk mempelajari lebih dalam tentang komoditi
ternak yang diminati sehingga diharapkan nantinya setelah menyelesaikan
pendidikan di PPNK, mahasiswa/i bersangkutan dapat mengaplikasikan
pengalamannya tersebut. Laporan ini berisi paparan hasil kegiatan PKL
yang telah dilakukan sesuai dengan komoditi yang dipilih yaitu Manajemen
Pemeliharaan Ternak Babi.
Ternak  babi  merupakan  salah  satu  komoditi  Peternakan yang cukup
potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat
mengkonsumsi makanan dengan efisien, sangat prolifik yakni beranak dua
kali setahun dan sekali beranak antara 10 – 14 ekor. Untuk memperoleh
hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari
segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang
meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk,
anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil
produksi.
Hal lain yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam suatu usaha
Peternakan babi adalah tenaga yang terampil dalam mengelola usaha
tersebut. Keterampilan yang handal dapat diperoleh secara formal melalui
pendidikan dan pengalaman praktis. PPNK merupakan sebuah lembaga
pendidikan yang berorientasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
keterampilan  dan wawasan yang luas mengenai sektor pertanian maupun
sub sektor Peternakan melalui pelaksanaan PKL.

1.2     Tujuan dan Kegunaan


1.2.1  Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai dalam kegiatan PKL ini yaitu agar mahasiswa
dapat:
1.      Memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen
pembibitan ternak babi secara baik dan benar
2.      Memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha.
3.      Mengetahui sistem pemeliharaan pembibitan ternak babi
1.2.2     Kegunaan
Adapun kegunaan dalam PKL ini yaitu:
1.      Dapat memperluas luas wawasan dan keterampilan di bidang usaha
pembibitan ternak babi
2.      Sebagai sumber informasi tentang manajemen pembibitan ternak babi
bagi mahasiswa maupun peternak babi.
3.      Menanamkan sikap mandiri mahasiswa dalam berwirausaha.

1.3     Lokasi dan Waktu


Kegiatan PKL ini berlokasi di Dusun Banjar Kuda, Desa Sekan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Usaha ini bergerak dalam
bidang pembibitan dan penggemukan ternak babi yang bekerja sama dengan
PT. Karya Prospek Satwa (KPS). Dalam kegiatan PKL ini, mahasiswa
difokuskan pada bidang pembibitan ternak babi. PKL ini berlangsung
selama 45 hari dari tanggal 11 Maret 2014 Sampai 26 April 2014.

1.4     Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKL ini adalah pengamatan
langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan petugas kandang,
terlibat langsung dalam kegiatan tatalaksana pemeliharaan ternak babi, dan
studi pustaka/literatur.

BAB II
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1     Sejarah Singkat Usaha


Usaha Peternakan milik Bapak Tantra merupakan usaha penggemukan dan
pembibitan tenak babi yang bekerja sama antara PT. KPS dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Usaha pembibitan ternak
babi ini adalah usaha sampingan dalam rumah tangga dengan usaha
pokoknya yaitu berkebun.
Usaha ini diawali dengan penggemukan ternak babi sejak tahun 2000 yang
bekerja sama dengan PT. KPS di Bali dalam bentuk kelompok
mandiri. Namun seiring berjalannya waktu usaha ini mengalami kerugian
karena menurunnya harga daging babi sehingga usaha ini ditutup pada tahun
2007.
Pada tahun 2012 usaha peternakan ini didirikan kembali dalam bidang
pembibitan ternak babi dengan  membangun kandang sendiri tanpa melalui
kelompok mandiri lagi dengan populasi awal ternak sebanyak 93 ekor
(induk 90 ekor dan jantan 3 ekor), tahun
2014 bertambah menjadi 471 ekor  yang terdiri dari pre stater 210 ekor,
starter 150 ekor, induk kosong 83 ekor, induk menyusui 14 ekor, induk
bunting 10 ekor, dan pejantan 4 ekor.
Peternak memiliki niat dan bakat untuk membantu dan mengembangkan
usaha ternak babinya. Pada kesempatan ini dia juga kembali bermitra
dengan PT. KPS seperti sebelumnya. Dalam kerja sama ini PT. KPS
menyediakan induk babi, ternak babi jantan, semen cair ternak babi, pakan,
transportasi, obat-obatan, vaksin, dan spoit, sedangkan peternak sendiri
mempersiapkan kandang serta peralatan kandang yang berkaitan dengan
aspek pemeliharaan. Salah satu keuntungan kerja sama ini adalah peternak
memperoleh kepastian dalam hal pemasaran hasil dan pembayaran setelah
penyapihan anak babi setiap bulan.

2.2     Lokasi
Lokasi usaha Peternakan pembibitan babi di Desa Banjar Kuda Kecamatan
Kintamani Kabupaten Bangli Propinsi Bali memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:
1.      Sebelah timur berbatasan dengan Desa Padpadan
2.      Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Malet
3.      Sebelah barat berbatasan dengan Desa Perian
4.      Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bayunggede

2.3         Organisasi
2.3.1   Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada usaha pembibitan ternak babi sangat sederhana
yakni hanya terdiri dari satu orang karyawan. Namun demikian Peternakan
ini memiliki bentuk kerja sama yang jelas dengan PT. KPS. Adapun struktur
organisasi dan bentuk kerja sama antara PT. KPS dengan
peternak tertera pada gambar 1.

Keterangan:                 Garis Komando
Gambar 1. Struktur organisasi dan bentuk kerja sama antara PT. KPS
dengan Peternak dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      PT. KPS: Sebagai pengawas dan  penyedia induk, jantan, semen,
pakan, obat-obatan, vaksin, spoit, dan transportasi untuk distribusi anak babi
sapihan.
2.      Bapak Tantra: Sebagai pemilik kandang dan menyediakan peralatan
kandang yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan ternak
3.      Karyawan: Melaksanakan tanggung jawab dalam pemeliharaan ternak
babi

2.3.2   Ketenagakerjaan
Usaha Peternakan ini hanya memiliki satu orang karyawan saja dengan latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Karyawan ini bertugas
untuk menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan aspek pemeliharaan
ternak babi khususnya pembibitan.
                                                                                      
2.3.3   Jaminan Sosial
Jaminan sosial bagi pekerja di Peternakan ini adalah dengan
pemberian upah/gaji kepada karyawan sebesar Rp
1.000.000/bulan. Peternak memberikan bonus kepada karyawan sebesar Rp
7.000/ekor setiap anak babi sapihan. Selain itu juga karyawan
bisa mendapatkan pinjaman uang tanpa bunga kepada pemilik peternakan.
2.3.4   Fungsi sosial
Usaha ini memiliki fungsi sosial sebagai berikut:
1.      Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat
2.      Feses atau limbah ternak babi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk dijadikan pupuk
3.      Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
kegiatan PKL, magang atau penelitian.

2.4     Lingkungan Peternakan
2.4.1   Kondisi Fisik
Usaha pembibitan babi yang terletak di Desa Banjar Kuda Kecamatan
Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali berada di ketinggian 1003 meter
diatas permukaan laut (DPL) dengan topografi yang rata.

2.4.2   Kondisi Non Fisik


Dilihat dari aspek sosial masyarakat sekitar usaha Peternakan, terdapat
kecenderungan keberatan akan keberadaan peternakaan karena letaknya
yang terlalu dekat dengan pemukiman sehingga bau feses sangat menggangu
masyarakat sekitar. Hasil diskusi dengan pemilik peternakan bahwa belum
ada niat untuk memindahkan usaha Peternakannya karena besarnya modal
yang sudah diinvestasi dalam bentuk pembuatan kandang yakni
sebesar                      Rp 203.450.000.

BAB III
TATALAKSANA PETERNAKAN

3.1     Populasi Ternak
Populasi ternak babi pembibitan terdiri dari babi pre starter, starter, induk,
induk bunting, induk menyusui, dan pejantan. Adapun populasi ternak babi
pembibitan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ternak Babi Pembibitan Tahun 2014
Fas
e Ju
Pe ml
YS LDR DR PTN LY
No mel ah
(ekor) (ekor) (ekor) (eko) (ekor)
iha (ek
raa or)
n
Pre
1 sta 21 50 65 20 40 35
ter
Sta
2 15 40 50 15 20 25
rter
Ind
uk
3 83 15 35 - 23 10
kos
ong
Ind
uk
4 me 14 4 5 - 3 3
nyu
sui
Ind
uk
5 10 2 4 - 4 -
bun
ting
Pej
6 ant 4 1 - 3 - -
an
Tota
471
l
Sumber: Peternakan Bapak Tantra Tahun, 2014
Keterangan: YS: Yorkshire, LDR: Landrace, DR: Duroc, PTN: Pitrain, LY:
Landrance-Yorkshire

Data ini merupakan data yang diambil pada saat penulis melaksanakan PKL,
namun sebenarnya data ini dapat berubah karena akan ada penambahan anak
babi dari induk bunting bahkan anak babi yang mati pada saat melahirkan.
Induk menyusui yang sudah beranak lima kali diafkir. Dari 14 ekor induk
menyusui yang sudah beranak tiga kali sebanyak 10 ekor dan yang beranak
dua kali sebanyak 4 ekor. Mortalitas anak babi dari fase pre-starter sampai
pada fase starter adalah 17%. Tabel 1 menunjukkan bahwa sex ratio dari
jumlah pejantan yang digunakan untuk mengawini induk adalah 1:27 artinya
1 ekor pejantan dapat mengawini 27 ekor induk.
Litter size  per induk adalah 15 ekor anak babi hal ini karena perkawinan
ternak dilakukan 2-4 kali baik secara alami maupun IB. Kawin alami yang
dilakukan selama kegiatan PKL adalah dilakukan dua kali, sedangkan untuk
kawin IB dilakukan tiga kali. Hasil dari perkawinan tersebut anak yang lahir
lebih dominan pada bangsa atau jenis induknya.
Beberapa jenis ternak babi  yang dipelihara di Peternakan ini antara lain:
1.      Yorkshire (Large white)
Yorkshire (Large white) berasal dari Inggris dengan ciri-ciri kepala/muka
berbentuk seperti mangkuk, telinga tegak, badan besar, panjang dan dalam,
warna seluruh tubuh putih, bersifat sebagai induk yang baik dan air susunya
banyak (Prasetya, 2012).
Berdasarkan ciri di atas, ternak babi yorkshire yang ada
di Peternakan memiliki ciri yang sama yakni warna bulu putih, muka agak
cekung, telinga tegak, memiliki sifat keibuan yang baik, tubuh panjang dan
dalam, dan puting susu 6 −7 pasang.
2.      Landrance
Babi landrace merupakan babi unggul yang berasal dari Denmark, dengan
ciri-ciri tubuh panjang dan dalam, kepala kecil  agak panjang, telingga
terkulai rebah kedepan, warna putih halus dan bulu halus (Prasetya, 2012).
Ternak babi yang ada di peternakan ini memiliki ciri-ciri seperti yang
dikemukakan Prasetya yaitu, telingga terkulai, tubuh panjang dan dalam,
memiliki, dan warna bulu putih dan halus.

3.      Duroc
Ternak babi ini berasal dari Amerika dengan ciri-ciri kepala panjang dan
lebar, profil muka cekung, telinga sedang dan cenderung terkulai kedepan,
mata besar berwarna coklat muda, hidung pendek serta moncongnya lebar
dan panjang, badan yang kompak dan memanjang, warna bulu coklat
kemerahan (Wheindrata, 2013).
Ternak babi yang ada memiliki ciri-ciri  yang sama dikemukakan oleh
Wheindrata yakni badan yang kompak dan panjang, warna bulu coklat
kemerahan, hidung pendek serta moncongnya lebar dan panjang, dan telinga
terkulai ke depan.
4.      Pitrain
Ternak babi ini berasal dari Belgia dengan ciri-ciri memiliki warna bulu
putih, tubuh besar, memiliki perototan pada bagian pantat, kaki kuat,
memiliki 7 pasang puting susu dan telinga tegak.
5.      Landrance-Yorkhsire (LY)
Babi Ly merupakan persilangan antara Landrance dan Yorkshire yang
dilakukan oleh PT. KPS. Babi Ly ini membawa ciri-ciri kedua babi
persilangan tersebut yakni warna bulu putih , telinga terkulai ke
depan, memiliki sifat keibuan, puting susu 6 − 7 pasang serta tubuh panjang
dan besar.

3.2     Tatalaksana Rutin
Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan air minum,
pembersihan kandang, mengenal tanda-tanda birahi, perkawinan,
penanganan kelahiran, dan pencegahan serta penanganan penyakit.
3.2.1     Pemberian Pakan dan Air Minum
Ternak babi menyusui dan induk bunting yang akan melahirkan diberikan
dua kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 WITA dan sore pukul 03.00
WITA masing-masing sebanyak 2,5 kg/ekor setiap kali pemberian.
Ternak babi pejantan dan induk kosong diberikan satu kali dalam sehari
yaitu pagi hari pukul 07.00 WITA sebanyak 2 kg/ekor. Bagi ternak babi
dengan kondisi badan kurus diberikan satu kali sehari dengan jumlah 3
kg/ekor. Menurut Sihombing (1991), konsumsi ransum per hari (kg) untuk
induk bunting 2,0 - 2,5 kg, induk laktasi 3,0 - 4,5 kg, pejantan 2,0 - 2,5 kg,
sedangkan induk kering 2,5-3,5 kg.
Pemberian pakan yang dilakukan dalam bentuk kering. Prasetya (2012)
menyatakan bahwa pemberian pakan babi secara kering dapat memberikan
rangsangan agar bisa memperoleh berat hidup yang maksimal. Pakan
yang diberikan bagi ternak selama PKL yaitu pakan jadi dalam bentuk pelet
dengan merek NP 56.  Komposisi bahan pakan NP 56 tertera pada Tabel 2.
Sedangkan  pemberian air minum secara ad libitum (selalu
tersedia) dengan menggunakan nippel melalui saluran pipa sehingga ternak
babi dapat minum sendiri.
Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan dengan Merek NP56
No Komposisi %
1 Kadar air Max 13,00
2 Protein 15,50-17,50
3 Lemak Min 4,0
4 Serat Max 9,0
5 Abu Max 8,0
6 Calcium Min 0,90
7 Phosphor Min 0,70
Sumber: PT.Charoen Pokphand Indonesia Tahun 2014

3.2.2     Pembersihan Kandang dan Memandikan Ternak


Pembersihan kandang dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang dan
kesehatan ternak babi. Pembersihan kandang dilakukan pada pagi
hari setelah kegiatan pemberian pakan yaitu pagi pukul 09.00 WITA khusus
untuk kandang induk menyusui dan kandang individu.
Sedangkan pembersihan kandang untuk induk menyusui dilakukan
pada sore hari yaitu pada pukul 03.00 WITA. Kegiatan pembersihan
kandang ini dilakukan setiap hari yang dimulai dengan
membersihkan feses terlebih dahulu pada sela-sela saluran pembuangan air
kencing dengan menggunakan belahan bambu.
Feses yang berceceran dan melekat dilantai kandang disapu serta  pakan
yang tumpah dari tempat pakan dibersihkan. Selanjutnya feses dan sisa
pakan yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam gerobak
dorong untuk dibuang pada tempat penampungan. Setelah membersihkan
kandang kemudian dilakukan penyemprotan lantai kandang yang dimulai
dengan menyemprot cela-cela lantai kandang agar fesesnya tidak
tersumbat, kemudian dilakukan kegiatan memandikan ternak.
Kegiatan memandikan  ternak ini menggunakan mesin semprot dengan cara
air dituangkan dalam wadah yang berukuran 300 liter dan dicampur dengan
deterjen (rinso) 100 gram. Ternak dimandikan dengan cara air
disemprot keseluruh bagian tubuhnya kemudian disikat  agar feses yang
melekat pada tubuh dapat dikeluarkan.
3.3         Penanganan Induk dan Kelahiran
3.3.1  Penanganan Induk
Penanganan induk memerlukan perhatian khusus terutama induk bunting,
induk yang akan melahirkan, dan induk sehabis melahirkan (Prasetya,
2012).  Penanganan induk di Peternakan ini secara khusus dilakukan untuk
menjaga induk agar tidak mudah terserang penyakit yang dapat
menyebabkan kematian.
Kegiatan ini diawali dari perkawinan sampai melahirkan. Salah satu hal
penting yang diperhatikan dalam penanganan induk ini adalah pakan yang
diberikan harus berkualitas dan dalam jumlah 2,5 kg/ekor/hari.

3.3.2     Penanganan Induk Bunting


Penanganan induk bunting yang dilakukan yaitu memindahkan induk
bunting dari kandang individu ke kandang melahirkan.  Salah satu hal
yang sangat diperhatikan dalam penanganan induk bunting adalah
pemenuhan kebutuhan pakan.  Ardana dan Putra (2008), menyatakan bahwa
pemberian pakan yang cukup dalam penanganan induk bunting adalah untuk
menjamin kondisi tubuh induk tetap bagus pada saat melahirkan anak dan
dihasilkannya jumlah anak lahir seperindukan (litter size) yang tinggi.
Pemindahan induk bunting ke kandang melahirkan dilakukan 10 hari
menjelang melahirkan. Perlakuan ini dilakukan terhadap semua induk, baik
induk yang sudah pernah beranak maupun babi dara yang belum pernah
beranak. Prasetya (2012) menyatakan bahwa pemindahan induk yang pernah
beranak dilakukan 2-3 hari sebelum melahirkan, sedangkan babi dara yang
belum pernah melahirkan lebih awal yaitu 4-5 hari.
3.3.3     Penanganan Kelahiran
Penanganan kelahiran bertujuan untuk membantu induk yang mengalami
kesulitan atau gangguan serta kelelahan ketika melahirkan dengan tujuan
untuk menyelamatkan induk yang akan melahirkan tersebut dan anak
yang akan lahir. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penanganan kelahiran adalah mengenal tanda-tanda babi yang akan
melahirkan dan membantu proses kelahiran.
Prasetya (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda induk yang akan
melahirkan yaitu: perut turun ke bawah, urat daging sekitar vulva
mengendor, vulva membengkak, berwarna merah dan keluar lendir, ambing
mengeras, puting berwarna kebiruan, dan nafsu makan
menurun. Penanganan kelahiran dilakukan pada saat mengetahui beberapa
tanda spesifik sesuai dengan pendapat Prasetya (2012). Apabila beberapa
tanda tersebut tampak maka mulai dilakukan persiapan alat dan bahan untuk
membantu proses kelahiran.
Dalam hal penanganan kelahiran, karyawan/petugas kandang melakukan
beberapa hal diantaranya adalah:
1)      Membersihkan lendir yang masih menempel pada bagian hidung dan
mulut anak babi yang baru lahir menggunakan kain agar pernapasannya
lancar kemudian bagian tubuhnya ditaburi dengan serbuk kayu lalu
dibersihkan.
2)      Anak babi langsung diberi zat besi Pig-Ironject 20% + B12 dan
D.I.R.P.D dengan dosis 1 cc/ekor. Komposisi Pig-Ironject 20% + B12
yaitu iron in dextran complex 200 mg dan vitamin B12 200
mg . Sedangkan D.I.R.P.D yaitu iron dextran complex equivalent to iron 10
mg
3)      Dilakukan pemotongan ekor, gigi, dan tali pusar
4)      Anak babi yang lemah didekatkan ke induk agar bisa menyusu
5)      Anak babi yang kedinginan dimasukkan ke dalam boks pemanas
yang telah dilengkapi dengan lampu penghangat berukuran 60 watt
6)      Apabila induk mengalami kesulitan atau gangguan pada saat
melahirkan maka dilakukan pertolongan dengan memasukkan
tangan ke dalam vagina. Terlebih dahulu olesi tangan dengan sabun dan
dibasahi dengan air yang sudah dicampur dengan Lodosept atau
obat merah. Selanjutnya tangan dimasukkan ke dalam vagina
secara perlahan-lahan sambil memutar secara bolak-balik,
kemudian memeriksa posisi anak babi dalam rahim dan dilanjutkan dengan
memegang anak babi tersebut untuk ditarik keluar pelan-pelan agar
induknya tidak merasa sakit.

3.4           Pemeliharaan Anak Babi


3.4.1     Pemeliharaan anak babi pre-starter
Anak babi pre-stater yang ada di Peternakan ini adalah anak babi yang
berumur 1-10 hari. Anak babi yang lemah saat dilahirkan langsung dituntun
ke puting induk agar mendapatkan puting yang air susunya
lancar sedangkan anak babi yang kuat berdiri langsung didekatkan pada
induk dengan sendirinya mencari puting yang air susunya lancar. Hal ini
sesuai dengan pendapat  Prasetya (2012) bahwa, anak babi yang kuat akan
memperoleh puting yang air susunya lancar, tetapi sebaliknya yang lemah
akan terdesak dan akan memperoleh puting yang jelek yang air susunya
sedikit. Pemeliharaan babi pre-stater yang dilakukan antara lain:
a.        Pemotongan gigi, ekor dan tali pusar
Pemotongan gigi yang dilakukan adalah pada anak babi yang baru lahir
dengan cara anak babi  dipegang pada bagian belakang telinga kemudian jari
telunjuk dimasukkan ke dalam mulut agar mulut terbuka dengan baik.
Setelah mulut terbuka dilakukan pemotongan pada gigi taring
dengan menggunakan tang pemotong. Gigi yang dipotong serata dengan
gusi dengan tujuan untuk menghindari anak babi melukai puting susu
induk maupun anak babi yang lain. Sihombing (2006) menyatakan bahwa
dalam melakukan pemotongan gigi dilakukan secara hati-hati agar
tidak melukai gusi atau lidah.
Setelah dilakukan pemotongan gigi dilanjutkan dengan pemotongan ekor
menggunakan gunting dengan ukuran 2−3 cm dari pangkal ekor. Tujuan
pemotongan ekor untuk memudahkan saat perkawinan apabila anak babi
akan dijadikan bibit. Apabila pemotongan ekor selesai kemudian
dilakukan pemotongan tali pusar menggunakan gunting dengan cara anak
babi dipegang sambil diangkat kemudian dilakukan pemotongan dengan
ukuran 5 cm dari perut. Sesuai dengan pendapat Sihombing (2006), tali
pusar dipotong segera setelah lahir dengan ukuran 5 cm dari pangkalnya.

b.      Pemberian Zat Besi


Pemberian zat besi pada anak babi dilakukan pertama kali pada peternakan
ini sekitar 5 – 10 menit setelah lahir dengan cara Intramuscular yaitu
dengan menggunakan obat Pig-Ironjec 20% + B12 dan obat D.I.R.P.D
dengan dosis 1 cc/ekor. Tujuan pemberian  zat besi untuk mencegah
terjadinya anemia.
Mekanisme kerja zat besi pada anak babi adalah membentuk haemoglobin
atau pigmen pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut 02
(oxyagen) ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini berbeda dengan
pendapat Sihombing (2006) menyatakan bahwa zat besi diberikan dalam
waktu 48-72 jam yang pertama setelah melahirkan.

3.4.2     Pemeliharaan Anak Babi Fase Starter


Pemeliharaan babi fase starter dimulai dari anak babi umur 11 − 20
hari. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan anak babi fase
starter adalah:
a.      Kastrasi
Kastrasi atau pengebirian adalah tindakan mematikan produksi sel kelamin
jantan dengan memotong tes-tes atau memutuskan saluran vas deferens yang
berfungsi menyalurkan sperma ke penis. Menurut Prasetya (2012)  kastrasi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara tertutup dan cara terbuka. Cara
tertutup dilakukan dengan mengikat saluran yang menuju tes-tes sehingga
sel-sel jantan akan mati. Kastrasi cara terbuka dilakukan dengan
pembedahan untuk mengeluarkan tes-tes. Lebih lanjut Prasetya (2012)
menyatakan bahwa tujuan dari kastrasi adalah untuk mempertahankan
kualitas daging, agar pejantan tidak dapat dipergunakan lagi jadi bibit atau
pemacek, menghindari babi jantan yang berkualitas jelek mengawini calon-
calon induk yang bagus dan untuk menjinakan ternak babi yang mempunyai
sifat buas atau kanibalisme. Sebaiknya anak babi dikastrasi sebelum umur
10 hari, terkecuali anak yang akan dicalonkan atau dijadikan bibit
(Sihombing, 2006).
Kastrasi yang dilakukan di Peternakan tersebut sesuai dengan pernyataan
yang dikemukaan oleh Sihombing, (2006) yakni sebelum berumur 10
hari atau tepatnya pada umur 7 hari dengan cara
terbuka.  Sebelum dikastrasi, anak babi terlebih dahulu disuntik dengan obat
Alamycin LA dengan dosis ½ cc/ekor untuk mencegah terjadinya White
Scours (berak putih).
Hal-hal yang perlu disiapkan dalam proses kastrasi adalah:
1.        Siapkan alat dan bahan yaitu silet atau pisau dan Lodosept 100 ml,
2.        Anak babi dipegang oleh seorang petugas dengan cara kedua kaki
belakangnya menghadap ke atas, kemudian petugas yang lain
yang memegang silet meremas scrotum agar tes-tes muncul dan mudah
dibedah
3.        Tes-tes ditekan dengan ibu jari kiri ke atas dan jari telunjuk ke bawah
supaya mudah dibedah dengan silet
4.        Skrotum dibedah untuk mengeluarkan tes-tes.
5.        Tes-tes yang sudah keluar dipotong tepat pada saluran vas deferens
6.        Bekas luka ditetesi dengan Lodosept atau obat merah.
Untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan sebaiknya luka
akibat bekas potong (kastrasi) dijahit, terkecuali untuk babi yang berumur 4
- 5 minggu tidak perlu dijahit (Prasetya, 2012). Hal ini sesuai dengan
praktek di Peternakan ini dimana karena umur babi yang
dikastrasi berumur 7 hari sehingga pada bekas lukanya tidak dijahit
tetapi hanya ditetesi dengan Lodosept atau obat merah.
b.      Penyapihan
Penyapihan adalah tindakan memisahkan anak dari induk babi. Tindakan ini
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi tubuh induk dan produksi air
susu. Tujuan dari penyapihan ini agar induknya dapat dikawinkan lagi
dalam waktu singkat. Prasetya (2012) menyatakan bahwa penyapihan anak
babi lebih cepat agar induknya dapat dikawinkan dalam waktu singkat
sehingga bisa beranak tiga kali setahun.
Penyapihan anak babi dilakukan pada umur 21 - 27 hari dengan kategori
anak babi yang disapih memiliki kondisi tubuh yang sehat, lincah, dan kuat.
Penyapihan dilakukan dengan cara anak babi diangkat dari dalam kandang
melahirkan lalu dimasukan dalam gerobak dorong, kemudian didorong
mendekati mobil pengantar anak babi sapihan ke kandang penggemukan
milik PT. KPS. Setelah mendekati mobil anak babi diangkat satu persatu
dari dalam gerobak untuk di masukkan dalam mobil. Khusus untuk anak
babi yang kondisi tubuhnya kurang bagus atau kerdil dilakukan
pemeliharaan lanjutan dengan cara menitipkan anak babi pada induk lain.

3.5     Pemeliharaan Induk Bunting


Pemeliharaan induk bunting yang dilakukan merupakan salah satu hal
penting yang selalu diperhatikan, terutama makanannya
yang harus mengandung protein dan mineral. Kebuntingan diawali pada saat
terjadinya pembuahan sampai kelahiran. Ternak babi dikatakan bunting
apabila  setelah 21 hari dikawinkan tidak menunjukan gejala birahi lagi.
Umur kebuntingan ternak babi umumnya adalah 114 hari dari waktu
terjadinya pembuahan. Lama kebuntingan dapat bervariasi antara 111 hari
dan 120 hari (Ardana dan Putra, 2008). Sementara menurut Wheindrata
(2013), kebuntingan pada ternak babi berkisar antara 111 hari sampai 117
hari, tergantung sifat genetik induknya.
Umur kebuntingan ternak di lokasi PKL variasi sejalan dengan pendapat
Ardana dan Putra yaitu 111 hari dan 120 hari. Ternak yang
bunting  dipindahkan di kandang individu 10 hari menjelang
melahirkan dengan tujuan agar dapat menyusaikan diri dengan tempat yang
baru sebelum melahirkan.
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan pada pemeliharaan induk
bunting adalah kesehatan dan pakan yang berkualitas serta kondisi kandang
yang harus selalu bersih. Kondisi ini bertujuan agar ternak babi selalu dalam
keadaan sehat dan anak yang akan lahir juga sehat.
3.6     Pemeliharaan Induk Menyusui
Induk menyusui dipelihara dalam kandang melahirkan selama 36
hari dimulai dari induk sebelum melahirkan sampai anaknya disapih.
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari
sebanyak 5 kg/ekor/hari dalam bentuk kering. Sedangkan air minum
diberikan secara ad libitum dengan menggunakan nippel.
Penanganaan kesehatan pada Induk menyusui yang dilakukan selama PKL
disesuaikan dengan kondisi kesehatan induk tersebut. Induk yang mencret
(scours) dengan dengan tanda-tanda feses encer, kurang makan, kondisi
tubuh lemah, dan apabila diraba pada bagian bawah perut tubuh ternak
terasa panas, maka dilakukan pengobatan menggunakan obat Kolamox LA
dengan dosis 4 cc/ekor.

3.7     Pemeliharaan Pejantan
Pejantan dipelihara dalam kandang individu dengan ukuran panjang 161 cm,
lebar 72 cm dan tinggi besi pembatasnya 51 cm. Perawatan
pejantan dilakukan dengan tujuan pejantan dapat megawini induk yang
birahi sebelum semen dari PT. KPS didatangkan. Pemberian pakan
dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 Wita sebanyak
2 kg/ekor. 

3.8     Perkembangbiakan
Kunci utama dalam suatu usaha pembibitan babi dalam
rangka meningkatkan produtivitas adalah menajemen perkawinan dan
seleksi bibit.
3.8.1  Perkawinan Ternak
Perkawinan ternak babi dilakukan secara alami dan menggunakan
teknologi Inseminasi Buatan (IB). Hal yang penting untuk diperhatikan
dalam perkawinan adalah mendeteksi birahi. Pendeteksian birahi di
Peternakan ini dilakukan dengan cara ternak jantan dikeluarkan dari dalam
kandang kemudian dipertemukan dengan induk. Apabila ternak jantan
menaiki induk itu maka dapat disimpulkan bahwa induk tersebut sedang
mengalami birahi sehingga selanjutnya karyawan dapat menentukan waktu
yang tepat untuk mengawinkannya agar tercapainya pembuahan yang tinggi.
Berkaitan dengan perkembangbiakan yang penting untuk diperhatikan
adalah menentukan masa birahi dan waktu mengawinkan babi.
1.      Masa birahi
Masa birahi pada induk hanya berlangsung selama 2 – 5 hari yang
ditandai dengan sikap diam (siap mau dikawin), vulva membengkak dan
berwarna merah serta nafsu makan berkurang (Wheindrata, 2013).
Massa birahi pada babi di peternakan ini sesuai dengan
pendapat  Wheindrata yakni 2 – 5 hari bervariasi antara induk yang
sudah pernah beranak dan yang belum pernah beranak. Tanda-tanda babi
birahi di Peternakan ini adalah vulva membengkak dan berwarna merah,
nafsu makan berkurang, mengeluarkan lendir putih dari vulva, dan jika
ditekan pada bagian punggung babi  akan diam.
2.      Waktu mengawinkan babi
Perkawinan ternak babi di Peternakan tersebut adalah pada saat babi dara
berumur  6 − 7 bulan dengan bobot badan 90 − 100 kg untuk ternak
babi yang baru pertama kali dikawinkan, sedangkan babi jantan dapat
dikawinkan pada umur 8 − 10 bulan dengan bobot badan 110 −120
kg. Lama birahi untuk  induk dara yang pertama kali dikawin adalah 60
jam. Sedangkan untuk induk babi yang pernah beranak 40 jam (Ardana dan
Putra, 2008).
Dalam kegiatan PKL yang dilakukan apabila ternak babi birahi pada pagi
atau sore hari maka langsung dikawinkan baik secara alami maupun
dengan IB. Perkawinan dilakukan 2-4 kali untuk memungkinkan beranak
banyak dengan menggunakan pejantan yang sama atau dikawinkan secara
IB setelah dikawinkan secara alamiah. Sesuai hasil pengamatan, penentuan
waktu perkawinan secara alamiah menunjukkan hasil
yang sangat baik dimana dari 20 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, 15
ekornya tidak menunjukan gejala-gejala birahi lagi atau
bunting. Sedangkan penentuan waktu perkawinan secara IB menunjukkan
hasil yang kurang baik dimana dari 10 ekor induk yang
birahi dan di kawinkan, hanya 3 ekor yang bunting.
3.8.2  Seleksi Bibit
Seleksi atau memilih bibit pejantan dan induk sangat penting untuk
menentukan hasil pembibitan yang diperoleh karena pejantan dan induk
yang berkualitas akan menghasilkan bibit yang unggul (Wheindrata, 2013).
Pelaksanaan seleksi ternak babi yang akan dijadikan bibit yang dilakukan
oleh petugas dari PT. KPS di kandang penggemukan dengan melihat
beberapa kriteria: 1) Induk, dilihat dari kesehatannya (sehat), memiliki sifat
keibuan yang diturunkan dari induknya, kaki lurus dan kuat, paha lebar dan
tebal, tubuh memanjang, jumlah puting susu minimal 14 pasang,
pertumbuhan cepat menjadi besar; 2) Ternak babi jantan, kaki kuat,
(terutama kaki belakang) dengan tumit yang kuat, kuku rapat, testes
simetris, memiliki sifat agresif, tubuh panjang, punggung agak melengkung
dan kuat. Selanjutnya hasil seleksi diserahkan kepada Peternakan yang
bermitra dengan PT. KPS yang memerlukan pejantan dan induk baru.

3.9     Perkandangan
Untuk mencapai kesuksesan dalam suatu usaha Peternakan babi, kandang
yang baik merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Wheindrata (2013) menyatakan bahwa kandang merupakan
syarat utama untuk dapat beternak babi karena kandang mempunyai peranan
sangat penting untuk perkembangan dan keberhasilan Peternakan babi.
Perkandangan di Peternakan Bapak Tantra adalah kandang terbuka yang
berbentuk ganda. Tipe kandang ini adalah tipe kandang ganda yang letaknya
saling berhadapan satu dengan yang lain. Prasetya (2012) menyatakan
bahwa, kandang ganda yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris
yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak belakang. Atap
kandang tersebut terbuat dari seng, lantai kandang dari semen dan
tiangnya terbuat dari semen dan beton.
Dinding kandang induk dan pejantan terbuat dari besi beton dan alas
kandang terbuat dari semen yang sengaja dibuat lubang agar air kencing dan
fesesnya tidak tertimbun di atas lantai. Pada  kandang induk menyusui,
lantai dilapisi dengan karet yang berlubang sehingga air kencing dan
fesesnya tidak tertimbun serta dindingnya terbuat dari besi beton.
Jenis dan ukuran kandang yang ada di peternak Bapak Tantra dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan ukuran kandang di Peternakan Bapak Tantra
Ukuran kandang
L T
P
e i
a
K b n
n
N an a g
ja
o da r g
n
ng i
g
( (
(c
c c
m
m m
)
) )
1 B 1 7 5
ok 6 2 1
s 1
pe
m
an
as
In
du
k
2 1
m 7
2 1 7
en 4
9 9
yu
su
i
In 2 1
6
3 du 1 0
2
k 7 2
Pe
2 1
ja 6
4 1 5
nt 5
7 0
an
Sumber: Peternakan Bapak Tantra (2014)
Bangunan kandang yang ada di peternakan selama PKL adalah menghadap
arah Timur – Barat. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetya
(2012) bahwa kandang sebaiknya dibangun menghadap ke timur untuk
memperoleh sinar matahari pagi yang cukup, sebab sinar matahari pagi tidak
begitu panas dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari
berfungsi untuk membantu proses pembentukan vitamin D, desinfektan, dan
mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air.

3.10    Pencegahan dan Pengobatan Penyakit


Ardana dan Putra (2008), menyatakan bahwa untuk meghindari kerugian
akibat kematian yang disebabkan penyakit sebaiknya dilakukan
pencegahan  dan pengobatan penyakit.
Selama kegiatan PKL, terdapat beberapa jenis penyakit yang menyerang
ternak babi antara lain:
1.      White scours (mencret putih)
Penyakit ini merupakan suatu penyakit endemik di Peternakan ini sehingga
semua anak babi tidak luput dari penyakit tersebut. Penyakit ini sering
menyerang anak babi umur 1-2 minggu. Prasetya (2012) menyatakan
bahwa penyebab penyakit white scours ini adalah Escherichia coli, yaitu
bakteri yang bisa masuk lewat tali pusar anak babi yang sakit. Biasanya babi
kecil mudah menderita mencret putih jika kedinginan, lantai lembab,
makanan induk jelek, atau anak terlampau banyak menyusu. Tindakan yang
dilakukan pada peternakan ini untuk mencegah dan mengobati penyakit
tersebut adalah dengan melakukan sanitasi kandang dan memberikan obat
trimoxal suspension dengan dosis 0,5 ml/ekor secara oral. Pada anak babi
yang sudah terinfeksi, jika pengobatan ini tidak memberikan
kesembuhan maka akan diberikan obat Alamycin LA dengan dosis 1-2
cc/ekor. Pemberian obat ini dengan cara injeksi intramusculer sampai anak
babi bebas dari white scours. Apabila obat ini tidak ada bisa digantikan
dengan obat  Oktacin-En 5% diberikan secara injeksi intramusculer dengan
dosis 1 cc/ekor..
2.      Anemia
Anemia adalah penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin dan mineral. Penyakit ini sering menyerang anak babi di bawah
umur 1 bulan terutama babi yang kandangnya berlantai beton (Wheindrata,
2013). Pencegahan dan pengobatan penyakit Anemia yang dilakukan selama
kegiatan PKL yaitu dengan memberikan verdex melalui injeksi
secara Intaramusculer dengan dosis 2 cc/ekor untuk anak babi umur 3-7
hari dan Pig-Ironject + 20% Vitamin B12 dengan doisis 2 cc/ekor pada anak
babi umur 2-10 hari. Pencegahan dilakukan dengan cara membersihkan
kotoran dalam kandang dan selalu memperhatikan kondisi kotoran, apabila
tidak normal maka segera dilakukan pengobatan.
3.      Scours (Mencret)
Scours adalah suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada
alat pencernaan atau usus (Prasetya, 2012). Pencegahan penyakit scours
di Peternakan ini yaitu dengan cara sanitasi kandang dan memberikan obat
Kolamox LA dengan dosis 1-2 cc/ekor.

BAB IV
PENANGANAN HASIL
4.1     Produksi Perusahaan
Tujuan dari suatu usaha Peternakan adalah mendapatkan hasil yang
memuaskan atau mendapatkan keuntungan.
Hasil usaha yang diperoleh Peternakan Bapak Tantra yakni adalah bukan
dari hasil penjualan ternak babi fase finiser atau induk yang diafkir maupun
jantan tetapi hasil dari anak babi sapihan. Berdasarkan hasil
pengamatan selama kegiatan PKL, dari 90 ekor induk menghasilkan anak
babi sapihan sebanyak 150 ekor/bulan.
Selama kegiatan PKL berlangsung induk yang melahirkan sebanyak 14 ekor
dari 98 ekor induk yang dipelihara. Dari semua Anak babi yang dilahirkan
tersebut ada yang mati sebelum proses penyapihan, 150 ekor berhasil di
sapih dan ada pula yang belum disapih karena kondisi tubuh anak babi yang
tidak layak disapih (kurus, tidak lincah, lemah). Anak babi yang belum
disapih selanjutnya dipindahkan ke induk menyusui yang lain.

4.2     Pemasaran
Penghasilan yang didapatkan di Peternakan tersebut bersumber dari hasil
penyapihan anak babi. Anak babi yang berumur 21 - 28 hari diserahkan ke
PT. KPS. Sesuai kesepakatan  kerjasama dengan KPS, dengan jumlah
produksi 150 ekor maka Peternak menerima kompensasi sebesar Rp
85.000/ekor. Jika produksi jumlah anak babi sapihan kurang dari 125 ekor
maka kompensasi yang diterima hanya sebesar Rp 72.000/ekor, sedangkan
jika jumlah produksi anak babi sapihan di bawah 100 ekor maka kompensasi
yang akan diterima sebesar Rp 65.000/ekor. Selama kegiatan PKL jumlah
produksi anak babi sapihan sebanyak 150 ekor.

4.3     Analisis Usaha
Analisis usaha perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
keuntungan dan kelayakan ekonomi perusahaan tersebut. Beberapa analisis
usaha yang dilakukan adalah input output (IO), Revenue cost ratio (R/C),
Benefit cost ratio (B/C), dan Break event point (BEP).

A.    Analisis Input-output
Dalam analisis ini diperlukan informasi perhitungan biaya, baik biaya
variabel maupun biaya tetap dan penerimaan yang diperoleh suatu usaha.
Biaya variabel yaitu biaya yang dikeluarkan secara proposional sesuai
dengan volume kegiatan, sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang tidak
berubah karena perubahan kegiatan dalam rentang yang relevan, (Rohani,
2011).
Perhitungan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan di Peternakan Bapak
Tantra selama kegiatan PKL berlangsung tertera pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Biaya di Peternakan Bapak Tantra periode 11 Maret – 26 April
2014
1.      Biaya Tetap
Peny
usut
an
Uraia HS TH
NO Vol UE 1,5
n (Rp) (Rp)
Tahu ulan
n (45
hari)

Kand
ang 200.0 200.0 2.50
20.00
1 dan 1 00.00 00.00 10 0.00
0.000
Fasilit 0 0 0
asnya

2.50
Jumlah 0.00
0
Keterangan: Vol: Volume, HS: Harga Satuan, TH: Total Harga, UE: Usia
Ekonomi

2.      Biaya Variabel
No U P H T
r e a o
ai r r t
a b g al
n u a (
l S R
a a p
n t )
u
a
n
(
R
p
)
2 3
L 5 7
is 1, 0. 5.
1
tr 5 0 0
ik 0 0
0 0
1 1
0 5
A 1, 0. 0.
2
ir 5 0 0
0 0
0 0
1.
K 5
ar 0
y 0.
a 0 2.
w 0 5
a 0 5
1,
3 n + 0.
5
+ 1. 0
b 0 0
o 5 0
n 0.
u 0
s 0
0
3.
0
7
Jumlah 5.
0
0
0

Total biaya  di Peternakan Bapak Tantra selama periode 1,5 bulan


adalah sebesar Rp 5.575.000
Tabel 6. Penerimaan di Peternakan Bapak Tantra periode 11 Maret – 26
April 2014
K
a
p
a
s
i
U
t
p
a J
a
s u
h
m
U /
P l
r e
r a
a k
No o h
i o
d
a r
u (
n
k R
(
s p
R
i )
p
)
(
e
k
o
r
)
1 A 1 8 1
n 5 5 2
a 0 . .
k 0 7
B 0 5
a 0 0
b .
i 0
S 0
a 0
p
i
h
a
n
1
2
.
7
5
Jumlah
0
.
0
0
0

Jadi total keuntungan di Peternakan Bapak Tantra selama periode 1,5 bulan


adalah sebesar Rp 7.175.000.

B.      Revenue dan cost ratio (R/C)


R/C adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk menganalisis
layak tidaknya suatu usaha dengan membandingkan jumlah penerimaan
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi.
1 = Biaya
1,28 = Untung = 128% dari biaya

C.    Benefit cost ratio (B/C)


B/C adalah salah satu penilaian untuk membandingkan antara tingkat
keuntungan yang diperoleh dengan biaya produksi.
Untung 128% dari modal/biaya yang dikeluarkan

D.    Break event point (BEP)


BEP adalah suatu penilaian untuk mengetahui titik impas dalam suatu usaha.
Untung Rp 85.000 – Rp 37.166 = Rp 47.834/ekor

Untung dari 150 ekor – 66 ekor = 84 ekor.

BAB V
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Peternakan
milik Bapak Tantra telah melakukan tatalaksana pemeliharaan ternak
babi dengan cukup baik. Hal ini terlihat pada penanganan perkawinan,
perkandangan, kebuntingan, kelahiran, kesehatan dan pemberian pakan.
Penghasilan yang diperoleh Bapak Tantra perbulan dari usaha kerja sama
dengan PT. KPS dalam bidang usaha pembibitan babi adalah Rp 7.175.000.

3.2     Saran
Disarankan agar dalam pemeliharaan ternak babi khususnya tatalaksana
pemeliharaan, pencegahan terhadap penyakit dan sanitasi kandang tetap
diperhatikan dan ditingkatkan ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I. B dan Putra, H. D. K. (2008). Manajemen Reproduksi, Produksi,


dan Penyakit. Udayana University Press. Denpasar.

Prasetya, H. (2012). Semakin Hoki Dengan Beternak Babi. Pustaka Baru


Press. Yogyakarta.

Rohani. (2011). Pengelolaan
Usaha Peternakan. http://www.google.co.id. (27 Juli 2014).

Sihombing, D. T. H. (2006). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Sihombing, D. T. H. (1991). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Wheindrata. (2013). Cara Mudah Untung Besar dari Beternak Babi. Lily


Publisher. Surakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Penanganan kelahiran (pemotongan gigi, ekor, dan pemberian
zat besi).

Gambar b. Membersihkan anak babi setelah lahir


Gambar a. Penanganan Kelahiran
a     a                            b                       
                      
Gambar d. Pemotongan gigi
Gambar c. Pemotongan tali pusar
                           c                                   d
e
f

Gambar e. Pemotongan ekor


Gambar f. Pemberian zat besi pada anak babi setelah lahir
                                                e

Lampiran 2. Sanitasi kandang dan memandikan ternak


                               
Gambar b. Mengumpulkan feses ke dalam gerobak
Gambar a. Pembersihan kandang
a                                a                                     b
                                
d
c
                            
Gambar c. Memandikan ternak
Gambar d. Setelah babi
dimandikan
 

Lampiran 3. Bentuk kandang induk dan kandang melahirkan

Gambar a. Kandang induk dan pejantan


Gambar b. Kandang
melahirkan
b
a
 

Lampiran 4. Obat Oktacin-EN, Alamicyn LA, Trimoxal Suspension, dan


Lodosept
Gambar a. Obat Oktacin-EN
Gambar c. Obat Trimoxal Suspensional
a
c
d
b
Gambar d. Obat Lodacept atau obat merah
Gambar b. Obat Alamycin LA

Diposting oleh Dhedy003 di 19.11 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ▼  2014 (3)
o ▼  September (2)

 laporan praktik kerja lapang tentang prosesing sem...


 laporan praktik kerja lapang tentang ternak babi
o ►  Januari (1)

 ►  2013 (3)
Mengenai Saya
Dhedy003
Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai