Anda di halaman 1dari 5

PERKANDANGAN

Perkandangan merupakan suatu lokasi atau lahan khusus yang diperuntukkan sebagai
sentra kegiatan peternakan yang di dalamnya terdiri atas bangunan utama (kandang), bangunan
penunjang (kantor, gudang, pakan, kandang isolasi) dan perlengkapan lainnya (Sugeng, 1998).
Sudono et al (2003) mengatakan kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang
sesuai dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Persyaratan umum
kandang untuk sapi perah yaitu sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari sehingga
kandang tidak lembab (kelembaban ideal 60%-70%), lantai kandang selalu kering, tempat pakan
yang lebar dan tempat air dibuat agar air selalu tersedia sepanjang hari. Produktivitas sapi perah
akan optimal, apabila dipelihara pada suhu berkisar antara 18 – 21°C (Sutar, 1981)
Sistem perkandangan sapi perah ada 3, yaitu
1. Conventional type/stanchion barn dimana kandang diberi penyekat diantara sapi sehingga
ternak tidak bisa bergerak dengan bebas,
2. Loose housing dimana ternak dilepas di kandang yang luas dan dapat bergerak bebas
kemana-mana,
3. Sistem kandang freestall pada prinsip nya sama dengan kandang loose housing. Pada
kandang freestall diberikan tempat untuk istirahat sapi yang disekat – sekat untuk tiap
satu ekor sapi (Muljana, 1985). Ukuran kandang seharusnya memberikan luas daerah
sekitar 3 m2 untuk satu sapi. Kandang freestall baik loose housing untuk sapi yang
berproduksi tinggi karena sapi dapat selalu bergerak bebas yang menjaga kesehatan
tulang dan mencegah kelumpuhan pada sapi (Anderson,2008).
Berbagai macam kandang menurut kegunaannya dibagi menjadi enam, yaitu 1) kandang
sapi perah laktasi; 2) kandang pejantan; 3) kandang dara; 4) kandang sapi kering kandang; 5)
kandang pedet; 6) Kandang Karantina (Makin, 2011)
Kandang yang berada di PT Karya Anugerah Rumpin terdiri dari kandang sapi potong
jantan, kandang sapi potong betina, kandang kerbau, kandang sapi perah dan kandang pedet.
Sugeng, Y. B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
KESEHATAN
Tujuan utama menjaga kesehatan ternak perah adalah (1) Menjamin pasokan ke
masyarakat dengan susu yang aman dan sehat, dan (2) Mengontrol dan keadaan penyakit ternak
yang timbul baik membahayakan ternaknya sendiri ataupun manusia.
Ciri – ciri sapi sehat adalah sebagai berikut
 Mata agak basah dan bersinar
 Cuping hidung selalu basah
 Bulu halus mengkilat, kulit tidak terdapat luka-luka
 Sapi berdiri tegak pada keempat kakinya.
 Nafsu makan dan minum baik.
 Tenang (tidak gelisah)
 Kotoran agak lunak.
Pengontrolan kesehatan di PT Karya Anugerah Rumpin dilakukan secara berkala oleh
dokter hewan dan petugas kandang dengan melihat bak pakan, cairan di sekitar mulut, dan mata.
Bak pakan berperan penting terhadap indikator kesehatan karena apabila bak pakan masih berisi
pakan yang telah diberikan kemarin maka ada kemungkinan sapi tersebut sakit, karena biasanya
pengecekan dilakukan rutin dari pagi hari hingga malam hari.
Kesehatan ternak merupakan hal yang harus di perhatikan oleh para peternak, karena hal
ini sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah yang dimiliki. Salah satu
penyakit yang paling umum mengganggu produksi dan kualitas susu pada sapi perah adalah
mastitis.
Kasus penyakit hewan yang terjadi di PT Karya Anugerah Rumpin :
 Mastitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada ambing dimana hal tersebut
disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menular pada ternak yang sehat (Safangat et
al.,2013; Winarso, 2008). Infeksi kelenjar ambing disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus. Gejala sesuai dengan tingkat radang. Kasus akut menunjukkan
ambing bengkak dan sakit dan sering menyebabkan sapi tidak mau makan. Kasus khronik
menimbulkan kuartir jelas bengkak dan gumpalan kecil di susu.
Pengobatan untuk mastitis klinis yaitu dengan injeksi intramamari dengan penstrapp 10-
15 ml. Sedangkan pengobatan untuk mastitis subklinis yaitu diberi alcohol 70%, jumlah
sel somatis dan jumlah bakteri di susu.
 Retensio Secundinae merupakan suatu keadaan dimana tertahannya membrane fetus
(plasenta) dalam kandungan setelah fetus lahir, baik fetus lahir normal, abortus atau
prematur selama 8 – 12 jam atau lebih. Patogenesa (perjalanan penyakit) dimulai dari
plasenta tidak keluar dengan sempurna, serviks masih membuka, bakteri masuk ke uterus,
mengakibatkan pembusukan plasenta, terjadi nanah menyebabkan bau busuk. Cara
pengobatan yaitu memberikan antibiotic kolibact bolus sebanyak 2 bolus dan injeksi
menggunakan antibiotic penstrapp 20 ml.
 Diare disebabkan pedet meminm susu yang mengandung banyak bakteri dan mencerna
pakan yang tidak sesuai (tidak cocok). Pengobatan yaitu dengan injeksi antibiotic
penstrapp 1 ml/20 kg, injeksi obat cacig albendazol dan infus dengan ringer laktat
 Miasis penyakit yang terjadi karena luka terbuka yang tidak kering dan sanitasi kandang
yang tidak baik, menyebabkan luka tersebut dihinggapi lalat. Pengobatannya yaitu
dengan ivermektin, cyper killer, nex spray dan oksitetracylin (dosis = 1 ml/20 kg berat
badan)
Jenis Injeksi Pada Sapi :
 Intramuskular, disuntikan di otot contohnya antibiotic, vitamin, hormone
 Subkutan, disuntikan di antara kulit dan otot contohnya vaksin dan obat
 Intradermal, disuntikan di kulit contohnya pengecekan alergi
 Intravena, disuntikan di pembuluh darah contohnya infus
 Intramamari, disuntikan di kelenjar mammae contohnya pada kasus mastitis
PAKAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan peternakan
sapi perah karena biaya untuk pakan mencapai 60 – 70% dari total biaya. Tujuan utama
pemberian pakan pada sapi perah pada sapi perah adalah menyediakan ransum yang ekonomis,
tetapi dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan, produksi susu induk, serta
kebutuhan untuk pertumbuahn bagi ternak yang masih muda. Agar produksi dapat terpenuhi
secar optimal, perlu ketersediaan pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Salah satu
penyebab produktivitas menurun adalah faktor kekurangan pakan atau pemberian hijauan dan
konsentrat tidak sesuai dengan kebutuhannya (Ako, 2013).
Pemberian pakan di PT Karya Anugerah Rumpin dilakukan pada pagi hari dan sore hari.
Pakan yang diberikan berupa hijauan, konsentrat dan ampas bir. Pakan hijauan diberika setelah
pakan konsentrat. Pemberian pakan diberikan menurut estimasi bobot badan. Rata-rata
pemberian pakan tergantung bobot badan, umur dan sisa pakan.
Konsentrat
Tillman dkk (1984) menyatakan bahwa konsentrat ruminansia adalah bahan pakan ternak
yang mengandung serat kasar kurang dari 18 persen banyak mengandung BETN (karbohidrat
yang mudah dicerna), termasuk golongan biji-bijian dan sisa hasil penggilingan, umbi-umbian
dan bahan berasal dari hewan. Umumnya, kualitas pakan konsentrat sangat bervariatif,
tergantung pada jenis bahan baku, musim, dan tempat asal sumber konsentrat tersebut. Kualitas
konsentrat yang sangat tinggi memiliki nilai TDN > 75% dengan kandungan protein kasar > 16%
(Ako, 2013). Di dalam konsentrat terkandung asam propionat yang berfungsi untuk
pembentukan daging
Pakan konsentrat sapi perah di PT KAR terdiri dari pakan kode pedet, pakan kode kerbau
dan pakan kode FH. Pemberian kode dilakukan untuk memudahkan dalam mengklasifikasi
pakan dengan jumlah nutrisinya. Pakan tersebut memiliki kandungan dan campuran yang
berbeda. Pakan dengan kode pedet memiliki berbagai macam bahan campuran, yaitu molases,
palm meal, gandum, kulit kopi, gaplek, copra, onggok, soybean meal, pollard, jagung, fish meal,
karuk, zeolit, dan ampas kecap. Pakan dengan kode FH memiliki kandungan bahan pakan,
diantaranya molases, palm meal, gandum, dedak, gaplek, copra, onggok, soybean meal, jagung,
fish meal, peanut meal, wafer, karuk, dan zeolit. Sementara pakan dengan kode kerbau memiliki
kandungan bahan baku pakan, yaitu molases, palm oil, kulit kopi, copra, onggok, jagung, peanut
meal, wafer, karuk, zeolit, ampas kecap, dan awul jagung. Bahan-bahan yang digunakan tersebut
berasal dari berbagai daerah.
Tilman, A. D., S, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S. Lebdosoekojo. 1984.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ako, Ambo. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Topis. Bogor (ID): IPB Press.
Hijauan
Pakan hijauan yang diberikan di PT KAR merupakan rumput gajah (Pennisetum
purpureum). Rumput gajah merupakan salah satu pakan hijauan yang berkualitas, tumbuh relatif
cepat dan banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak (Yulianto dan Saparinto, 2010). Menurut
Rukmana (2005) kandungan nutrien rumput gajah antara lain: 19,9% BK, 10,2% PK, 1,6%
lemak, 34,2% SK, 11,7 abu dan 42,3% BETN.
Rumput gajah sangat potensial dimanfaatkan sebagai sumber pakan hijauan pada ternak
sapi karena mampu tumbuh dengan baik pada daerah tropis dengan tingkat produksi hijauan
pakan yang cukup tinggi dan mempunyai nilai gizi yang cukup baik. Rumput gajah yang
diberikan terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 5 cm dengan menggunakan mesin chooper.
Hijauan yang dipotong-potong tersebut dapat meningkatkan kecernaan hijauan tersebut.
Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisisus, Yogyakarta.
Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penerbar
Swadaya, Jakarta.
Ampas Bir
Ampas bir adalah bahan pakan yang merupakan limbah pengolahan gandum menjadi bir
yang mengandung nutrien yang cukup baik terutama protein dan energi. Kandungan protein
ampas bir dapat mencapai > 30% dengan kandungan TDN > 70%. Karena kandungan nutrien
yang cukup tinggi, ampas bir dapat digunakan sebagai pakan sapi perah laktasi maupun untuk
penggemukan sapi potong. Ampas bir juga tidak mengandung antri nutrisi, namun demikian
perlu diperhatikan kandungan serat kasarnya. Di PT KAR berat masing-masing ampas bir per
karung 20 – 25 kg.
http://dairyfeed.ipb.ac.id/feeds/detail/22
REPRODUKSI
Sistem reproduksi jantan
1. Skrotum, sebagai pembungkus testis, mengontrol temperatur dan melindungi testis
2. Testis, untuk memproduksi spermatozoa dan hormone androgen
3. Epididimis, sebagai transpor dan penyimpanan spermatozoa
4. Vas deferens, sebagai transpor spermatozoa
5. Penis, alat kopulasi jantan
6. Uretra, transpor sperma dan jalan keluarnya urin
7. Spermatik kord, penggantung testis dan mengontrol suhu testis
8. Kelenjar vesikularis, menghasilkan cairan tambahan dan energi serta sebagai buffer
sperma
9. Kelenjar prostat, menghasilkan cairan dan ion organik pada sperma
10. Kelenjar bulbourethralis, membersihkan sisa-sisa urin di dalam uretra
11. Prepusium, alat penutup ujung penis
Sistem reproduksi betina
1. Vulva, lubang luar keluarnya urine, feses, mucus saat terjadi berahi, anak saat dilahirkan,
plasenta dan sisa-sisa jaringan setelah beranak, serta lubang masuknya penis atau pipet
inseminasi saat kawin
2. Vagina, alat kopulasi betina, tempat menumpahkan sperma saat kawin
3. Serviks, tempat menyimpan dan transpor spermatozoa. Membuka saat berahi dan saat
melahirkan, jalannya anak saat dilahirkan
4. Uterus, tempat menempelnya embrio dan berkembangnya fetus (anak) sebelum
dilahirkan
5. Oviduct, transpor gamet dan tempat terjadinya fertilisasi
6. Ovarium, memproduksi ovum dan hormone estrogen serta hormone progesterone
7. Fimbray, menangkap/jalannya sel telur (ovum) dan ovarium menuju oviduk
Kriteria untuk mengetahui tingkat efisiensi reproduksi betina :
1. Umur puberitas
Umur saat dimana ternak sapi potong betina sistem reproduksinya mulai berfungsi
(bulan).
2. Service per Conception (S/C)
Service per conception (S/C) adalah jumlah ternak yang kawin yang diperlukan untuk
menghasilkan kebuntingan seekor sapi.
Perhitungan nilai S/C menurut Hafez (2000) yaitu dengan menggunakan rumus jumlah
perkawinan dibagi jumlah betina bunting.
3. Conception Rate (CR)
Conception rate (CR) adalah jumlah induk yang positif bunting dibagi jumlah ternak
betina yang dikawinkan dikali 100%.
4. Lama kebuntingan
Lama kebuntingan dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan kelahiran anak yang
hidup (hari).
5. Calving Interval (CI)
Calving interval (CI) adalah selang waktu dari beranak sampai beranak berikutnya (hari).
Perhitungan nilai CR menurut Ball dan Peters (2004) yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Calving Interval (bulan) = kelahiran ke-i – kelahiran ke (i-1)
Calving Interval (hari) = periode kebuntingan + days open
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/zootek/article/download/18537/18064
https://repository.ugm.ac.id/137845/1/Buku%20Bioteknologi%20IB%20%28Ismaya-1%29.pdf

Anda mungkin juga menyukai