Anda di halaman 1dari 36

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahunnya kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani semakin bertambah,
hal tersebut dilihat dari meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya. Maka
dari itu dibutuhkan sebuah solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya ialah
menyediakan bahan makanan yang berkualitas khususnya dalam pemenuhan protein hewani.
Protein hewani yang baik dan berkualitas dapat diperoleh dari ternak yang unggul dan
berkualitas . oleh sebab itu pemerintah harus menyediakan ternak yang unggul melalui usaha
peternakan atau usaha yang bergerak dibidang peternakan. Untuk menyediakan ternak yang
unggul memerlukan sebuah teknologi, salah satu teknologi yang dapat digunakan ialah
inseminasi buatan. Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas sapi dengan memanfaatkan potensi pejantan
unggul agar dapat mengawini lebih dari satu induk dan dapat meningkatkan mutu genetk dari
ternak tersebut ( Susilawati, 2013). Perkembangan teknologi salah satunya inseminasi buatan
memiliki keuntungan dan kerugian, hal tersebut dapat terjadi apabila tidak didasarkan atas
perencanaan dan penerapan yang baik di lapangan. Faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan inseminasi buatan ialah penampungan dan konsentrasi semen, inseminator dan
lain-lain.
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang merupakan Unit Pelaksan Teknis
(UPT) Direktorat Jenderal Peternakan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
:681/Kpts/OT.140/11/2004 tanggal 25 November 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BBIB Singosari dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
54/KMK.05/2010 tanggal 5 Februari 2010 tentang penetapan Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari pada Kementrian Pertanian sebagai Instansi Pemerintahan yang menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
memiliki tugas utama yaitu melaksanakan produksi, pemasaran dan pemantauan mutu semen
unggul ternak serta pengembangan Inseminasi Buatan. Oleh karena itu, Magang Kerja
Mahasiswa di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang penting dilakukan dengan
tujuan untuk mempelajari bagaimana manajemen pemeliharaan sapi pejantan yang baik, proses
menghasilkan dan distribusi semen beku berkualitas serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1.2 Tujuan

Tujuan dari Magang Kerja Mahasiswa ini adalah

1. Mengembangkan Wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa atau mahasiswi dalam hal
manajemen pemeliharaan sapi pejantan.
2. Mendalami manajemen pemeliharaan sapi pejantan mulai dari produksi, pakan dan
kesehatan.
3. Mahasiswa dapat membandingkan ilmu teori di kampus dengan ilmu praktek langsung
dilapang.
4. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara pihak Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari dengan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
5. Sebagai prasarat untuk bisa mengikuti Praktek Kerja Lapangan .
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat membandingkan atau menganalisa tentang teori yang didapatkan selama
proses perkuliahan dengan kegiatan dilapangan secara langsung khususunya dalam hal
manajemen pemeliharaan sapi pejantan .
2. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja sebelum turun langsung kemasyarakat
ataupun di dunia kerja yang sebenarnya ,karena dengan adanya pengalaman mahasiswa
diharapkan akan bisa lebih terampil dalam bekerja ketika sudah lulus dari bangku kulliah.
3. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan baru yang didapatkan dari Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari Malang tentang manajemen pemeliharaan sapi pejantan yang
digunakan sebagai produksi semen.
BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bangsa-bangsa Sapi dan Kambing

2.2. Sistem Perkandangan

2.3. Kesehatan Hewan

Kesehatan termak merupakan hal penting yang harus dilaksanakan pada pemeliharaan
pejantan untuk menghasilkan semen yang berkualitas. Adapun kegiatan- kegiatan tersebut
antara lain :
2.3.1. Pengamatan Kesehatan Pejantan Harian
Kesehatan ternak merupakan hal yang harus dilaksanakan pada pemeliharaan pejantan
untuk menghasilkan semen yang berkualitas. Pengamatan kesehatan pejantan setiap pagi pukul
06.30 WIB sampai dengan 08.00 WIB dan siang hari puukul 14.00 WIB sampai dengan 15.00
WIB sesuai jadwal yang ditentukan. Desinfeksi kandang dan pejantan.
Kegiatan desinfeksi kandang dan ternak dilakukan seminggu sekali, hal tersebut
bertujuan untuk pencegahan penyakit, membasmi kuman dan virus. Penyemprotan desinfektan
menggunakan sprayer dengan Benzalkonium Clhoride dengan dosis pemakaian 60 ml/10 liter
air.
2.3.2. Kontrol Ektoparasit
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan sprayer yang berisi obat ( cipermetrin) 60 ml/ 10
liter air yang disemprotkan ke seluruh bagian tubuh ternak.
2.3.3. Perawatan Kuku
Sapi yang sering berjalan (exercise) pada tanah atau padang penggembalaan yang lunak
kukunya cenderung akan cepat tumbuh. Bila dibiarkan, kuku ini akan bertambah panjang
membengkok atau melebar keatas. Keadaan tersebut menyebabkan ketegangan otot kaki dan
akan membuat sapi menjadi lemah, jalannya pincang serta kaki menjadi sakit. Dampak
lanjutnya akan terjadi gangguan terhadap pertumbuhan sapi tersebut. Oleh karena itu,
pemeliharaan kuku sangat penting untuk di perhatikan, terutama pemotongan kuku apabila
tampak telah memanjang.
Pemotongan kuku sapi ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak dengan
menghindari atau mencegah kemungkinan terjadinya peradangan akibat dari kotoran yang
melekat pada celah-celah kuku. Pemeriksaan dan pemotongan kuku dilakukan setiap 6 bulan
sekali, terutama pada ternak-ternak yang dipeliharan secara terus menerus dalam kandang.
Namun apabila dipelihara di padang penggembalaan tidak sepenting pada ternak yang
dipelihara di dalam kandang. Perawatan dan pemotongan kuku sebagai berikut:
Sebelum pemotongan kuku sebaiknya ternak dibiarkan di tempat yang agak basah agar
kuku menjadi lunak.
Bersihkan bagian kuku yang kotor.
Peralatan yang diperlukan :
- Pahat untuk meratakan/membentuk kuku.
- Palu untuk memukul pahat.
- Tang pemotong kuku.
- Alat kikir untuk menghaluskan tepi kuku.
- Pisau pemotong kuku untuk membersihkan celah-celah kuku.
- Alat untuk membersihkan kuku bagian bawah.
- Balok kayu untuk ganjal memotong kuku.
Kaki yang akan dipotong kukunya diangkat dan digantung dengan tali.
Pemotongan kuku dimulai dari pinggir atas terus ke ujung.
Pemotongan dengan pahat, sebaiknya ternak berdiri di atas balok kayu agar pahat tidak
menjadi tumpul karena kerasnya lantai.
Pemeliharaan kuku merupakan salah satu yang perlu diperhatian, karena kuku yang
tumbuh memanjang dan mengganggu sapi saat berjalan dan berdiri secara normal. Disamping
itu pejantan yang mempunyai masalah pada kukunya, akan mengalami kesulitan dalam
perkawinan (tidak bisa menaiki betina). Kondisi kuku normal menyebabkan kedudukan berat
badan sapi terbagi secara rata pada keemmpat kakinya.
2.3.4. Penanganan atau pengobatan Pejantan yang Sakit

Kegiatan ini merupakan suatu tindakan pengobatan pejantan yang sakit menggunakan beberapa
cara pengobatan, seperti pengobatan secara topical, pengobatan secara oral dan pengobatan
secara parenteral.

2.3.5. Sistem Biosecurity

Menurut jeffrey (2006), biosecurity merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit
pada suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Tujuan
biosecurity adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu kawasan sehingga
membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi Biosecurity terdiri dari dua
elemen penting yaitu bioxlusion dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada
tidak keluar atau menyebar ( WHO 2008).

Biosecurity merupakan tindakan perlindungan terhadap ternak dari berbagai penyakit (bakteri
dan virus) melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan orang atau individu yang terlibat
dalam siklus pemeliharaan. Tujuannya yaitu agar bibit penyakit ( bakteri dan virus) yang
terbawa dari luar tidak menyebar dan menginfeksi ternak. Sistem biosecurity di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari meliputi:

a. Lokasi peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar yang dapat merugikan.
b. Melakukan desinfeksi dan menyemprotkan insektisida terhadap serangga, lalat,
nyamuk, dan belalang disetiap kandang secara berkala.
c. Setiap kendaraan yang akan masuk ke area peternakan harus melewati bak biosecurity
dan disemprot, yang dimana cairan yang digunakan adlah cairan desinfektan
d. Setiap petugas yang akan masuk ke kandang diharuskan mencelepkan sepatu boot ke
dalam bak biosecurity yaitu wadah berisi desinfektan yang sudah disediakan.
e. Segera mengeluarkan ternak yang mati untuk diotopsi lalu dikubur atau dimusnahkan.
f. Selain petugas dilarang mamasuki area kandang
g. Membatasi kendaraan yang memasuki are kandang
h. Menyediakan kendaraan khusus bagi tamu yang berkunjung
i. Untuk aktivitas di dalam laboratorium harus menggunakan pakaian khusus berupa jas
dan alas kaki khusus untuk laboratorium.

2.3.6. Pemerikasaan Penyakit Secara Laboratoris

Pemeriksaan kesehatan secara laboratorium dilakukan dengan cara pengambilan sampel.


Sampel yang diambil berupa:

1. Feses, diambil secara steril di dalam rectum dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
lalu diberi label dengan tujuan agar mengetahui adanya endoparasit.
2. Preputium washing, dengan NaCL fisiologis. Preputium dicuci dengan NaCL cairan
diambil dan dimasukkan ke dalam tabung kemudian diberi label. Tujuan dari
pegambilan sampel ini untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri pada organ
reproduksi pejantan.
3. Serum dan whole blood, serum diambil pada vena jugularis dengan menggunakan
vaccum venojeck tidak berheparin 10 ml. Kemudian diberi label dan dibiarkan selama
2 jam. Setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan 1000 rpm selama 5 menit. Serum
dipindahkan ke tabung venojeck dan diberi label. Sedangkan untuk whole blood,
diambil pada vena jugolaris dengan menggunakan vaccum venoject yang berheparin.

Pemeriksaan penyakit secara laboratorium ini dilakukan satu tahun dua kali kemudian sampel
dikirim ke laboratorium BBVet,BBVet Denpasar, BBALITUFT dan B2P2VRP Salatiga.
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium ini adalah untuk memonitoring kondisi kesehatan ternak
terhadap 12 penyakit untuk sapi impor atau lokal dan 13 penyakit untuk sapi bali yaitu :

a. Brucellosis

Brusellusis adalah penyait ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing,
babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit ini
dikenal sebagai penyakit Kluron atau penyakit Bang. Brucellosis pada sapi atau keluron
menular adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Brucella abortus . penyakit
ini dapat mengakibatkan keguguran.

b. Champylobacteriosis

Champylobacteriosis adalah infeksi oleh bakteri Campylobacter, jenis yang paling sering
menginfeksi adalah C. Jejuni. Campylobacteriosis termasuk dalam infeksi bakteri yang
paling umum menyerang manusia, khususnya melalui makanan yang terkontaminasi
bakteri. Umumnya menyebabkan peradangan pada perut, terjadang berdarah, sindrom diare
/disentri, kebanyakan menyebabkan kram, demam dan rasa sakit.

Campylobacteriosis disebabkan oleh organisme Campylobacter. Berbentuk lengkung atau


spiral, selalu bergerak, non-spora-forming,dan batang gram- negatif.hal ini sering
disebabkan oleh C.jejuni, suatu bentuk bakteri normal seperti koma dan spiral. Biasanya
ditemukan pada sapi, babi, dan unggas. Selain karea C.jejuni, penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh C.coli ( juga ditemukan pada sapi, babi dan burung)

c. Trichomoniasis

Trichomoniasis pada sapi adalah penyakit veneral yang ditandai dengan sterilitas, abortus
muda dan pyometra, yang disebabkan oleh Trichomonasfetus. Abortus terjadi antara
minggu pertama dan minggu ke 16 umur kebuntingan. Penularan dari sapi betina ke betina
lainnya dapat melalui pejantan yang mengawininya. Pada tingkatan lanjut penyakit ini
menyebabkan peradangan pada preputium sapi jantan.
d. Bovine Viral Diarhea (BVD)
Bovine Viral Diarhea (BVD) atau diare ganas sapi (DGS) adalah penyakit hewan
menular yang akut dan sering berakibat fatal, disebabkan oleh virus dari genus
Pestivirus dari famili Togaviridae. Mencret/diare pada sapi adalah tanda bahwa telah
terjadi perubahan fisiologis normal pada tubuh sapi atau tanda bahwa sapi telah
terinfeksi penyakit. Untuk itu harus dibedakan gejala yang terjadi karena
pengobatannya pun akan berbeda. Penyakit Bovine Viral Diarhea (BVD) merupakan
penyakit yang mempunyai dampak sosial dan ekonomi cukup besar. Penyakit ini mulai
dari subklinis sampai kondisi fatal yang disebut mucosal disease. Kondisi akut
menimbulkan gejala diare, pneumonia, dan mortalitas tinggi. Infeksi secara
transplasenta menyebabkan abosri,stillbirths, efek teratogenik atau infeksi persisten
pada pedet baru lahir.
e. Infectious Bovine Rhinotracheitis ( IBR)

Infectious Bovine Rhinotracheitis ( IBR) adalah penyakit yang tergolong menular yag
menyerang semua ternak ruminansia terutama pada sapi dan kerbau. Penyakit ini
disebabkan oleh virus Bovine herpesvirus-1 (BHV-1) yang menyebabkan gangguan pada
sistem pernafasan, gejala syaraf , gangguan reproduksi, dan mastitis. Virus Bovine
herpesvirus-1 (BHV-1) merupakan virus yang berukuran relative besar, mempunyai inti
DNA serabut ganda yang bernucleocapsid.

Virus ini mampu bertahan hidup relative lama pada suhu -60 derajat c. Virus ini sangat
menyukai tempat-tempat yang tidak bersuhu tinggi seperti pada organ paru-paru, ginjal,
organ reproduksi. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui batuk sehingga udara
menjadi tercemar, melalui dahak, leleran hidung, air mata, dan plasenta, selain itu melalui
perkawinan alami serta inseminasi buatan (IB).

f. Antraks

Antraxs adalah penyakit menular akut yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dan
snagat mematikan dalambentuknya yang paling ganas. Penyakit antraks atau radang
limpa merupakan penyakit yang disertai bakteriemia pada kebanyakn spesies hewan.
Gejala yang mencirikan aibat serangan antras adlah gejala septisemia yang ditandai
adanya kematian mendaddak dan pendarahan bersifat siaonit dari lubang-lubang alami.
g. Enzootic Bovine Leukosis (EBL)
Leukosis sapi menular (enzootic bovine leukosis) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Famili Retroviridae yang biasa juga disebut sebagai virus
leukemia pada sapi ( Bovine leukemia virus, A .BLV merupakan A agen penyebab
enzootic leukosis pada sapi yang dapat menginduksi limfositosis persisten pada sapi
dan domba.
h. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira
spp. Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga
bakteri akan banyak dieluarkan hewan lewat air kencingnya. Hewan yang terinfeksi
akan menularkan bakteri dalam urinenya yang bertahan selama berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun. Kuman Leptospira dapat memasuki tubuh lewat luka atau
kerusakan kulit lainnya atau melalui selaput lendir (seperti bagian dalam mulut dan
hidung). Setelah melewati bagian kulit, bakteri memasuki aliran darah dan dengan cepat
menyambar ke seluruh tubuh. Infeksi menyebabkan kerusakan pada lapisan dalam
pembuluh darah, hari, ginjal, jantung, paru-paru, sistem saraf pusat dan juga
mempengaruhi mata.
i. Anaplasmosis
Merupakan penyakit menular yang tidak ditularkan secara kontak ( non contagious)
yang dapat bersifat peakut sampai kronis. Ditandai dengan demam tinggi dan anemia.
Di dalam eritrosit hewan penderita terdapat agen penyakit yang bentuknya seperti
titik yang disebut Anaplasma, biasanya yang patogen adalah anaplasma marginal.
Penyakit ini lebih sering menyerang ternak sapi dan kerbau. Anaplasma maupun
Piroplasma termasuk dalam golongan rikettsia yang ditularkan oleh lalat penghisap
darah.
j. Babesiosis
Babesiosis merupakan penyakit ruminansia yang diakibatkan Babesia bagemina yang
bersifat patogen. Sering ditemukan pada sel darah merah. Babesiosis lebih banyak
menyerang sapi dewasa yang dapat menyebabkan kematian ( mortilitas) hingga 90%.
k. Theileriosis
Theleriosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Theileria spp. Penularan utama dilakukan oleh caplak spesies Rhipicephalus yang
membawa bibit penyakit dari ternak yang terinfeksi ke ternak yang sehat melalui
gigitan.
l. Para TB
Paratuberkulosis atau Johns Disease adalah penyakit mycobacterial pada sapi yang
disebabkan oleh Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis (MAP). Penyakit
ini, pertama kali ditemukan pada sapi perah oleh Dr. Heinrich A.Johne pada tahun 1895,
di Jerman. Sehingga dikenal dengan nama Johns Disease yang hingga saat ini
penyebarannya sudah meluas di berbagai belahan dunia. gejala klinik padaa stadium
ahir berupa diare kronik dan kehilangan berat badan. Gejala tersebut baru mencul
setelah sapi berumur dua sampai 10 tahun, meskipun infeksinya terjadi sejak anak sapi
dilahirkan (nepnatal).
m. Jembrana ( khusus untuk sapi bali)
Penyakit jembrana adalah penyait unik di Indonesia karena menyrang sapi bali, sapi
asli Indonesia. Sapi bali yang bernama Latin Bos Javanicus atau Bos sondaicus adalah
keturunan banteng ( Bos banteng). Ciri yang khas, yang membedakan dengan sapi
madura, misalnya adalah bagian kaki dan pantat yang berwarna putih. Di kalangan
peminat sapi bali biasanya disebut sapi yang berkaos kaki putih.
Pemeriksaan kesehatan ternak secara laboratorium dilakukan denga pengambilan
sampel. Sampel yag diambil berupa:
1. Feses, diambil secara steril di dalam rectum dan dimasukkan ke dalam kantong
plastik lalu diberi label dengan tujuan agar mengetahui adanya ektoparasit, cacing
dan protozoa.
2. Preputium washing dengan NaCL fisiologis. Preputium dicuci dengan NaCL cairan
diambil dan dimasukkan dalam tabung diberi label. Tujuan pengambilan sampel ini
untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri pada organ reproduksi.
3. Darah, serum diambil pada vena jugularis dengan menggunakan vaccum venoject
tidak berheparin sebanyak 10 ml. Kemudian diberi label dan dibiarkan selama 2
jam. Setelah itu, dilakukan sentrifugasi dengan 1000 rpm selama 5 menit. Serum
dipindahkan ke taabung venoject dan diberi label. Sedangkan untuk Whole blood,
diambil pada vena jugalaris dengan menggunakan vaccum venoject yang
berheparin. Pengambilan sampel darah ini untuk pemeriksaan 13 penyakit menlar
yang telah disebutkan diatas. Apabila hasil pemeriksaan labboratorium positif
terhadap salah satu penyakit tersebut, maka :
1. Ternak diusulkan isolasi
2. Ternak diisolasikan, ternak diistirahatkan/tidak ditampung semennya, seemen
bekunya tidak ditisbusikan, dilakukan pengobatan, diamati timbulnya gejala
klinis dan dilaporkan kondisinya setiap bulan
3. Ternak diusulkan untuk afkir.

2.4. Hijauan Pakan Ternak

Hijauan Pakan Ternak (HPT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat
diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak, sehingga
hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk
mendukung peternakan ternak ruminansia. Hijauan pakan ternak merupakan faktor utama
dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana.
Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi
ternak (Anggorodi, 1985). Tillman et al (1989) mengatakan bahwa pakan atau makanan ternak
adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna, dan dapat digunakan oleh ternak.

Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari untuk menunjang produktivitas pejantan


sebagai penghasil semen memiliki lahan untuk hijauan makanan ternak sebesar 47,80 hektar
dengan jenis tanaman sebagai berikut:

a. Rumput Gajah a : 19,95 hektar


b. Kaliandra : 1,2 hektar
c. Brachiara Decumben : 10,9 hektar
d. Jagung : 14,2 hektar
e. Gamal : 0,4 hektar
f. Indigofera : 0,75 hektar
g. Kebun Koleksi : 0,4 hektar

Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari pemberian pakan menggunakan metode


Total Mixed Ratio (TMR) merupakan pola penyediaan pakan yang tercampur menjadi satu :
Rumput gajah, Silase, Konsentrat, Mineral organik, yang dimixing menjadi satu dan diberikan
kepada ternak pejantan satu hari dua kali, untuk ternak lokal 15 kg/ekor dan untuk ternak non
lokal 20 kg/ekor.
BAB 3. KEADAAN UMUM

3.1. Profil Umum Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari


3.1.1. Diskripsi Lokasi
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Terletak di Dusun Glatik, Desa Toyomarto,
Kecamatan Singosari, 20 km sebelah Utara kota Malang, dengan ketinggian 800-1.200 m diatas
permukaan laut, rataan suhu udara berkisar antara 16-22C dengan kelembaban berkisar antara
70-90% dan curah hujan 2.233 mm/tahun. Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari memiliki
area seluas 67,72 hektar dilengkapi dengan bangunan perkantoran, asrama, gedung, gedung
belajar, auditorium, guest house, kandang sapi, kandang kambing, laboratorium, area
penampungan, kebun rumput, gudang, garasi, perumahan dinas, kereta biosecurity dan alat
mesin pertanian.
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian no. 40/Permentan/OT.140/6/2012, Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis eselon 2b yang bertanggung jawab kepada Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
memproduksi semen beku dari dua belas bangsa sapi (Frisian Holstein, Bali, Brahman, Ongole,
Madura, Brangus, Limousin, Angus, Wagiyu, Simental, Bali Cross, dan Galekan) dan empat
bangsa kambing (P.E, Boer, Sanen, dan Senduro).
Balai Besar Inseminsi Buatn Singosari memiliki motto Setetes Mani Sejuta Harapan
yang telah teregistrasi pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia No. IDMO0001
38723. Dengan motto tersebut Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari senantiasa
memproduksi semen beku berkualitas sesuai SNI 01-4869,1-2008 dengan menggunakan
metode yang valid dan bahan pengencer bermutu tinggi serta didukung oleh peralatan yang
modern dan terkalibrasi.
3.1.2. Sejarah Perkembangan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
Pada tahun 1976, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan
Pemerintah Belgia (AB 05 DAN ata 73) mendirikan Laboratorium semen beku di Wonocolo
Surabaya. Laboratorium tersebut diambil alih dan ditetapkan sebagai cabang Balai Besar
Inseminasi Buatan Wonocolo dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
314/Kpts/Org/5/1978, taggal 25 mei 1978. Pada tahun 1982 Laboratorium tersebut dipindah ke
Singosari, Malang dan pada tahun 1984 ditetapkan sebagai cabang Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari oleh Direktur Jenderal Peternakan. Pada tahun 1986 Balai Besar Inseminasi
Butan Singosari bekerja sama dengan Pemerintah Jepang dalam proyek pengembangan BIB
Singosari (The Strengthening of Singosari AICenter-ATA 233) melalui Japan Internasional
Cooperation Agency (JICA), sejak saat itu dikembangkan program Uji Zuriat (Progeny Test).
Status BIB kemudian meningkat menjadi Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari pada
tanggal 29 februari 1988 dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.193/Kpts/OT.212/2/1988 dan pada tahun 1996 ditetapkan sebagai Pusat Pelatihan
Inseminasi Buatan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan No.
52/OT.210/Kpts/0896, tanggal 29 Agustus 1996. Walaupun sebenarnya pelatihan sudah mulai
dilaksanakan sejak tahun 1987. Pada tahun 2004, status BIB Singosari meningkat menjadi
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
681/Kpts/OT.140/11/2004. Pada tanggal 25 November 2004. Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari di tetapkan menjadi PK BLU berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan
No:54/KMK.05/2010, tanggal 5 Fenruari 2010. Pada tahun 2012 perubahan struktur organisasi
sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No:40/permentan/OT.140/6/2012 pada tanggal 5
juni 2012.
3.1.3. Tugas dan Fungsi Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian no.681/Kpts/OT.140/11/2004
tanggal 25 November 2004 . Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari memiliki tugas pokok
sebagai berikut: Produksi, Pemasaran dan Pemantauan mutu semen unggul ternak serta
Pengembangan Inseminasi Buatan. Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari memiliki Fungsi
sebagai berikut:
1. Penyusunan program kegiatan produksi, pemasaran, dan pemantauan mutu semen unggul
ternak serta pengembangan inseminasi buatan
2. Pelaksanaan pemeliharaan ternak pejantan unggul
3. Pelaksanaan pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul
4. Pelaksanaan produksi dan penyimpanan semen unggul ternak
5. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan mutu semen unggul ternak yang beredar
6. Pelaksanan pengembangan teknis dan metode inseminasi buatan
7. Pemberian saran teknis produksi semen unggul ternak
8. Pemberian pelayanan teknis kegiatan produksi dan pemantauan semen unggul ternak dan
pengembangan inseminasi buatan
9. Pelaksanaan pemasaran dan distribusi semen unggul ternak
10. Pemberian informasi dan pelaksanaan dokumentasi hasil kegiatan inseminasi buatan
11. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari.
3.1.4. Visi dan Misi
Visi : Menjadi BLU yang Handal, Akuntabel dan Inovatif Berbasis Teknologi Peternakn
Bertaraf Internasional.
Misi :
1. Meningkatkan produksi dan diversifikasi semen beku serta produk layanan penunjang
yang berkualitas.
2. Melaksanakan replacement pejantan dan produksi bibit unggul secara
berkesinambungan yang ditunjang oleh optimalisasi pakan ternak dan biosecurity.
3. Meningkatkan profesionalisme SDM melalui pendidikan dan pelatihan serta promosi
dan penempatan berdasarkan kompetensi guna tercapainya kesejahteraan.
4. Mengoptimalkan fasilitas serta meningkatkan nilai tambah aset fisik dan intelektual
dengan pengembangan teknologi dan pendaftaran hak paten merk.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan, pemasaran dan penjualan produk, monitoring dan
evaluasi.
6. Meningkatkan tertib administrasi dan keuangan, efisiensi dan akuntabilitas, koordinasi
dan komunikasi serta pelayanan guna mewujudkan manajemen bisnis modern.
BAB 4. METODE DAN PELAKSANAAN

4.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan magang kerja mahasiswa ini dilaksanakan di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari Malang, Jawa Timur selama satu bulan atau empat minggu kerja yang dimulai pada
tanggal 01 Februari 2017 sampai dengan 28 Februari 2017. Alamat instansi : Dusun Glatik,
Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Kotak Pos 08 Singosari,Malang
65153. Telp (0341) 458359,454331 Fax.(0341) 458359, 454331. E-mail :
bbib.singosari@gmail.com.Website:bbibsingosari.com,bbibsingosari.ditjennak.pertanian.go.i
d.Hotline Service : (0341) 458574.

4.2. Metode Pelaksanaan

3.2.1. Orientasi

Kegiatan orientasi bertujuan untuk memperkenalkan sekaligus mengetahui kegiatan-


kegiatan yang akan dilaksanakan selama magang di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
Malang. Orientasi meliputi pengarahan dan pengenalan kegiatan yang akan dilaksanakan
sekaligus berbagai peraturan yang harus diperhatikan selama proses magang berlangsung.

3.2.2. Metode Magang dan Pengambilan Data

Metode pengumpulan data yang kami gunakan sebagai bahan literatur sekaligus kajian
dilakuakan dengan mengumpulkan data yang bersifat primer dan sekunder. Data primer kami
ambil dengan cara :

3.2.2.1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pihak atau koordinasi masing-
masing bagian terkait, seperti koordinator pemeliharaan, dokter hewan ataupun pihak yang
bekaitan denagan pemeliharaan ternak, pakan dan hasil dari ternak.

3.2.2.2. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data dengan cara melihat secara langsung,


mendengar dan mengamati objek yang akan dijadikan bahan laporan untuk mendapatkan data
yang sebenarnya. Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat kegiatan yag
dilakukan selama magang berlangsung tentang manajemen pemeliharaan sapi pejantantan
unggul, manajemen pakan yang diberikan, manajemen kesehatan hewan yang diterapkan di
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang.

Data sekunder diperoleh dengan cara melihat data-data yang ada, serta studi literatur
dari buku, jurnal, serta penelusuran lain dengan menggunakan dan memanfaatkan teknologi
internet .

4.3. Pelaksanaan Magang

Magang kerja mahasiswa yang kami lakukan memiliki prosedur yaitu mahasiswa
secara langsung terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan sesuai dengan jadwa
yang sudah ditentukan oleh pihak instansi yaitu Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
Malang. Berikut adalah jadwal kegiatan magang di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
2017:

Tabel .............Jadwal kegiatan magang di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari

Jadwal Magang Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana


Tunggadewi Malang Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang tanggal 01-28
Februari 2017

No Jenis Kegiatan Tanggal


1. Orentasi 01 Februari 2017
2 Pemeiliharaan dan Peningkatan Mutu Genetik Ternak 2-15 Februari 2017
3 Pemasaran dan Informasi 16-21 Februari 2017
4 Produksi dan Pengembangan IB 22-26 Februari 2017
5 Presentasi dan Revisi 27-28 Februari 2017

Tabel...........Jadwal Magang Kerja Mahasiswa di Bidang Pemeliharaan dan Peningkatan Mutu


Genetik Ternak

No Nama Kandang Sapi Kesehatan Hijauan Kandang


Hewan Pakan Kambing
Ternak
1. Indah Syetia Wuni 2-6 Februari 7-9 Februari 10-13 14-15
2017 2017 Februari Februari2017
2017
2. Fitri Dwi Lestari 4-8 Feruari 2017 9-11 13-15 2-3
Februari2017 Februari2017 Februari2017
3. Adriana Mai 11-15 Februari 2-4 Februari 6-8 9-10
Jeliarti 2017 2017 Februari2017 Februari2017
4. Karolina Inya 8-11 Februari 13-15 2-4 6-7
Paha 2017 Februari Februari2017 Februari2017
2017
5. Dorkas Kalanda 2-6 Februari 7-9 Februari 10-13 14-15
2017 2017 Februari2017 Februari2017
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Manajemen Pemeliharaan Ternak
5.1.1. Bangsa- bangsa pejantan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
5.1.2. Perkandangan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
5.1.3. Manajemen Kesehatan Hewan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari

Segala urusan yang berkaitan dengan perlindungan sumber daya hewan, kesejahteraan
hewan, dan ketahanan pangan asal hewan merupakan bunyi dari Undang-Undang Peternakan
dan Kesehatan Hewan No. 18 Tahun. 2009. Manajemen kesehatan hewan dapat diartikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor
produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat
dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan
sandar yang diinginkan.

Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan,


diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat diminimalkan. Penyakit-penyakit yang
dapat dijadikan prioritas untuk diatasi adalah penyakit parasiter, terutama scabies dan parasit
saluran pencernaan (nematodiasis). Untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain
antrax, dan pneumonia. Penyakit yang disebabkan oleh virus dan penyakit lainnya (penyakit
non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare, timpani (kembung rumen) dan
keracunan sianida dari tanaman. Pengenadalian penyakit parasit secara berkesinambungan
perlu diterapkan agar infestasi parasit dapat diminamilis terutama yang dapat mengganngu
produktivitas ternak. Manajemen kesehatan hewan yang dilakukan di Balai Besar Inseminasi
Buatan singosari. Malang meliputi :

5.1.3.1. Tindakan Karantina

Setiap calon pejantan yang masuk ke Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari,
sebelumnya telah lulus dari sdari tahapan seleksi pejantan. Setiap calon pejantan unggul yang
harus bebas dari 12 penyait dan 13 penyakit menular untuk sapi Bali. Serta dilengkapi dengan
surat keterangan kesehatan hewan dan surat kebebasan karantina yang dikeluarkan oleh Balai
Karantina dan Kesehatan Hewan Wilayah III Surabaya. Calon pejantan yang baru masuk
langsung ditempatkan di kandamg karantina yang terletak di bagian depan Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari atau tepatnya di depan gerbang pintu masuk area Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari, kandang karantina terletak jauh dari kadang pemeliharaan, hal
tersebut supaya calon pejantan baru dapat mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan dan
juga pakan yang terdapat di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari.

Pada masa karantina ini dilakukan pemeriksaan kesehatan calon pejantan yang meliputi
: pemberian vitamin , pengambilan sampel untuk tahap screening yang ke 2 dimana sampel (
pengambilan sampel darah, serum, feses) tersebut akan di kirim ke Laboratorium di Wates,
penyemprotan anti ektoparasit, penyemprotan disinfeksi untuk kandang calon pejantan, calon
pejantan diberikan obat cacing yang terahir dilakukan vaksinasi. Calon pejantan berada
dikandang karantina selama 14-21 hari. Setelah calon pejantan dinyatakajn bebas dari penyakit
menular dan mendapat surat bebas dari karantina maka calon pejantan sapi ataupun kambing
bisa dipindahkan kedalam kandang pemeliharaan yang ada di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari, Malang.

(Gambar....: Kandang Karantina)

5.1.3.2. Pengamatan Kondisi Kesehatan Hewan

Pengamatan kondisi kesehatan ternak adalah upaya pencegahan yang dilakukan


terhadap seluruh ternak agar kondisi tetap optimal dan terhindar dari virus atau bakteri yag
akan menjadi penyakit pada tubuh ternak. Pengamatan kondisi kesehatan ternak di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari, dilakukan setiap hari, pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada
sore hari pukul 14.30 WIB. Pengamatan kondisi kesehatan ternak bertujuan untuk memantau
kondisi kesehatan ternak dan mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada ternak sehingga jika
ditemukan ternak yang sakit atau mengalami kelainan dapat segera ditagani.

Pengamatan kondisi kesehatan ternak yang dilakukan terhadap pejantan antara lain
mengamati nafsu makan ternak, ekstremitas (pergerakan) atau cara berdiri ternak, abses ( ada
atau tidaknya luka), kondisi feses. Setelah dilakukan pengamatan kondisi kesehatan ternak
dicatat abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang lengkap mengenai riwayat
penyakit yang pernah dialami oleh pejantan. Adanya pengontrolan kondisi kesehatan ternak
secara rutin bertujuan apabila terjadi abnormalitas pada ternak dapat segera diobati dan sebagai
data riwayat penyakit yang pernah dialami pejantan.

Pengobatan yang dilakukan di Balai Besar Inseminasi Buatan singosari, Malang


dilakuakn dengan cepat dan tepat sesuai dengan gejala klinis yang terlihat pada pejantan sapi
yang dinyatakan sakit. Setelah diagnosa dan telah diketahui penyakitnya maka segera
dilakukan pengobatan yang sesuai dengan gejala. Langkah terahir adalah memasukkan ternak
kedalam kandang isolasi jika ternak mengalami penyakit yang menular.

5.1.3.3. Penyemprotan Anti Ektoparasit

Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang dibagian luar dari tempatnya
bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya. Agar ternak sapi yang ada di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari, Malang bebas dari ektoparasit, Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari, Malang melakuan pencegahan yang berupa penyemprotan tindakan pengendalian
terhadap parasit -parasit dari luar tubuh, seperti : serangga yang terbang dan serangga yang
merayap contoh lalat, kutu, caplak dan pinjal yang dapat mengganggu kesehatan ternak.

Penyemprotan anti ektoparasit menggunakan cyperkiller. Cara menyemprotkan anti


ektoparasit yaitu dengan menyeprotkan suprayer yang berisi campuran cyperkiller dan air pada
pagi hari sebelum sapi dimandikan pada bagian punggung, kaki, pantat dan perut serta tidak
boleh mengenai bagian kepala, tempat pakan dan air minum agar sapi tidak mengalami
keracunan. Cyperkiller ini digunakan dengan dosis 60 gms / 10 liter air ,10 liter per 180-300
m2 direkomendasikan untuk serangga yang merayap sedangkan untuk serangga yang terbang
dosis yang digunakan ialah 30 gms/10 liter air , 10 liter air untuk 180 m2. Penyemprotan
cyperkiller dilakukan............................per bulan . Cyperkiller juga digunakan untuk
menyemprot luka yang disebabkan oleh serangga pada kulit sapi, hal tersebut supaya serangga
tidak hinggap kembali ke tubuh atau kulit sapi sehingga luka tidak mengalami pelebaran atu
bertambah parah.

5.1.3.4. Pemberian Obat Cacing

Pemberian obat cacing di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang dilakukan
terhadap seluruh ternak dalam kurun waktu 6 bulan sekali. Dosis yang diberikan sesuai dengan
Bobot Badan (BB), yaitu : untuk sapi 1ml/10 kg BB sedangkan untuk dosis kambing yaitu
1ml/12 kg BB, pemberian obat cacing ini menggunakan dosis tertinggi dengan tujuan agar sapi
lebih tahan akan penyakit cacingan. Obat yang digunakan dalam pemberian obat cacing ini
jenis albenplus. Pemberian obat cacing dilakukan secara per oral ( melalui mulut) dengan
menggunakan spuit ukuran 50 ml untuk sapi dan menggunakan spuit kecil ukuran 10 ml untuk
kambing. Ternak yang mengidap parasit cacing sulit diprediksi apabila dilihat dari kondisi
fisiknya sehingga untuk mengantisipasi terjadinya infeksi dan berkembangbiaknya cacing
dalam tubuh ternak maka diperlukan pemberian obat cacing. Prosedur pemberian obat cacing
pada ternak sapi di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari :
......................................................................................................................................................

5.1. 3.5. Desinfeksi Kandang

Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak
hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi dilakuakan dengan
menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci dan merendam dengan tujuan
mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai, akhmat (
2011).

Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh organisme patogen pada benda atau
instrument dengan menggunakan campuran zat kimia cair. Sedangkan disinfektan adalah
bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad
renik atau obat untuk mebasmi kuman penyakit. Desinfeksi kandang ternak dilakukan secara
rutin selama satu minggu sekali. Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk mengendalikan
populasi mikroorganisme parasit seperti ( virus, bakteri dan jamur) yang berpotensi
menimbulkan penyakit sehingga merugikan kesehatan ternak atau bersifat patogen. Kegiatan
desinfeksi dapat menggunakan desinfektan Bestadest dengan dosis 1:400 s/d 200 atau 2,5 s/d
5 ml / liter ( untuk 4 m2) sedangkan untuk wabah penyakit : 0,75 liter 4 liter air / 1000 m,
untuk sterilisasi air minum 1: 4000-6000 . Cara menggunakan bestadest :

1. Petugas menyiapkan alat dan bahan yang meliputi


- Spayer manual
- Timba kapasitas 10 liter
- Gelas ukur
- Desinektan ( bestadest)
- Alat pelindung diri (wearpek, sepatu but,sarung tangan dan masker)
2. Petugas memakai alat pelindung diri, alat pelindung diri ini harus selalu dikenakan
selam proses disinfeksi.
3. Petugas membersihkan kandang dari kotoran.
4. Petugas melarutkan disinfektan (bestadest) sesuai dosis yang telah ditentukan.
5. Petugas memasukkan disinfektan (bestdest) ke dalam tabung sprayer.
6. Petugas menyemprotkan disinfektan ke seluruh area kandang yang meliputi lantai,
dinding, tempat pakan dan halaman kandang serta kuku ternak.
7. Petugas mencuci peralatan yang telah digunakan menggunakan air bersih.
8. Petugas mencatat desinfeksi secara check list .
( Gambar.....: Kegiatan Desinfeksi Kandang )

5.1.3.6. Pemotongan Kuku Rutin

Pemontongan kuku pada setiap ternak di Balai Besar Inseminasi Buatan singosari,
Malang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah seperti ternak yang
kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya tidak seimbang maka
pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak tersebut. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengembalikan posisi normal kuku, membersihkan kotoran pada celah kuku,
menghindari pincang, mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini terhadap
laminatis dan kemungkinan terjadinya infeksi pada kuku.

Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet pertumbuhan kukunya
lebih cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di lantai semen. Hal ini karena setiap hari
ternak berpijak pada permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan
terkikis dengan sendiriannya.

Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata teito (pisau pemotong kuku)
,rennet (membersihkan lubang pada kuku), gerinda (membentuk pola dan meratakan kuku),
mistar ukur dan tali hirauci. Obat yang bisa digunakan meliputi desinfektan (sebagai
pembersih), clow pasta ( penutup luka), berupa pasta yang akan dimasukkan ke dalam lubang
luka kemudian diperban) dan povidon (antiseptic). Langkah-langkah dalam pemotongan kuku
yaitu sebagai berikut :

a. Menuangkan cairan bestadest pada air yang disiapkan ,fungsinya untuk proses dipping
setelah dilakukan pemotongan selam 15-20 menit
b. Mengeluarkan ternak dari dalam kandang menuju tempat pemotongan kuku
c. Ternak dimasukkan ke tempat atau alat pemotongan kuku kemudan diikat dan
dipakaikan sabuk pada perutnya berguna untuk memposisikan ternak 90 derajat ( dalam
posisi berbaring)
d. Kemudian dilakukaan pembersihan kuku sapi dengan disikat dan disiram dengan
menggunakan air sampai bersih
e. Dilanjutkan dengan pemotongan kuku dengan menggunakan gerenda dan dibersihkan
dengan enggunakan pinset, ranet, setelah dibersihkan dilakukan penyemprotan
antiseptik dengan menggunaan bitadin
f. Apabila pemotongan kuku sudah selesai, selanjutnya mengembalikan posisi sapi
kembali (berdiri tegak) dan membuka ikatan( sabuk ) pada perutnya.
g. Setelah semua ikatan dibuka dilanjutkan dengan proses dipping (pencelupan) ternak ke
air yang sudah dicampurkan bestadest selama 15-20 menit.
h. Setalah 15-20 menit dilanjutkan dengan mengembalikan ternak pada kandangnya.

5.1.3.7. Pemberian vitamin A,D E

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki
fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dihasilkan oleh tubuh. Pemberian
vitamin pada ternak dilakukan secara rutin setiap 2 bulan sekali. Vitamin yang diberikan antara
lain adalah vitamin A,D dan E. Pemberian vitamin dilakukan secara intramuscular ( injeksi ke
dalam otot tubuh). Pemberian vitamin bertujuan untuk menjaga kondisi kesehata ternak
sehingga produktifitasnya terjaga. Pemberian vitamin ini dengan dosis untuk sapi 5 ml/ekor,
pedet 3 ml/ekor sedangkan untuk kambing 2 ml/ekor. Tujuan pemberian yaitu untuk
meningkatkan kualitas semen.

Pemberian Cell Pro juga dilakukan pada ternak pejantan yang mengalami sisa pakan
yang banyak ,hal tersebut digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme serta
sebagai probiotik, diosis 3 sendok (90 gram). Selain Cell Pro pejantan juga diberikan jamu
Curcuma berguna untuk meningkatkan nafsu makan pada pejantan tersebut, dosis dari curcuma
..............

Cara pemberian cell pro yaitu ambil cell pro 3 sendok (90 gram), dituangkan ke pakan Total
Mixed Ratio (TMR) , kemudian di aduk merata pada pakn tersebut.

Cara pemberian curcuma : larutkan bubuk curcuma ke dalam air hangat , diaduk hingga rata
jangan sampai kental ,masukkan jamu curcuma ke dalam spuid 50 ml , untuk satu ekor ternak
sekali pemberian 100 ml, diberikan secara peroral dalam 3 hari berturut-turut, jika dalam 3 hari
nafsu makan masih berkurang maka pemberian curcuma dihentikan.

...................................................

5.1.3.8. Pengambilan sampel atau Survaillance

Pengambilan sampel bertujuan untuk melakukan pemerikasaan atu uji secara


laboratorium. Pengambilan sampel di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari di lakukan 2
kali setiap tahun. Hal tersebut dilakukan untuk memeriksa sekaligus mengantipasi dan
mencegah terjadinya penyebaran 12 penyakit dan 13 penyakit ( khusus sapi bali), penyakit
tersebut antara lain :
1. Brucellosis
2. Champylobacteriosis
3. Trichomoniasis
4.

5.1.4. Manajemen Pemberian Pakan dan Jenis Hijauan Pakan Ternak di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari

5.1.4.1. Hijauan Pakan Ternak (HPT)


Hijauan pakan ternak (HPT) merupakan salah satu bahan pakan ternak yang sangat
diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan populasi ternak. Kebutuhan hijauan akan
semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang ada di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari. Pada musim penghujan, produksi hijauan pakan ternak akan
melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksi hijauan akan rendah, atau
bahkan dapat berkurang sama sekali (Sumarno, 1998). Hijauan pakan ternak (HPT) di Balai
Besar Inseminasi Buatan Singosari yaitu penyediaan bahan baku pakan untuk ternak
ruminansia sebagai penambah nutrisi bagi pakan yang akan diberikan kepada ternak seperti
mineral, protein, serat kasar, dan lain-lain.

Untuk menunjang produktivitas pejantan yang ada, Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari memiliki lahan untuk hijauan pakan ternak sebesar 47,80 hektar dengan jenis
tanaman sebagai berikut:

a. Rumput gajah seluas 19,95 hektar


b. Rumput BD (Brachiaria decumbens) seluas 10,9 hektar
c. Kaliandra seluas 1,2 hektar
d. Jagung seluas 14,2 hektar
e. Gamal seluas 0,4 hektar
f. Indigofera seluas 0,75 hektar
g. Kebun koleksi seluas 0,4 hektar
Kegiatan Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang ada di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari yaitu:

5.1.4.2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan yang baik di lakukan pada akhir musim kemarau. Hal ini disebabkan
karena tanaman yang baru tumbuh sangat memerlukan air. Tahap-tahap di dalam pengolahan
tanah sebagai lahan hijauan pakan ternak meliputi: pembersihan lahan (Land Clearing),
pembajakan (Plouging) dan penggaruan (Harrowing).
Tujuan dari pengolahan lahan adalah untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya sistem
perakaran tanaman, menjamin peredaran udara dan air di dalam tanah yang baik,
memungkinkan banyaknya unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dari dalam tanah, serta
mengendalikan tanaman pengganggu seperti Gulma.

Tahap-tahap pengolahan lahan sebagai berikut:

1. Pembersihan lahan (Land Clearing)


Pembersihan Lahan adalah membersihkan tanah dari tanaman liar yang tumbuh di lahan
tersebut seperti pepohonan, semak-semak ,alang-alang atau tumbuhan lain yang merugikan
bagi tanaman pokok. Pembersihan Lahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Manual dan
menggunakan mesin. Namun dengan cara manual membutuhkan waktu yang lebih lama dari
pada menggunakan mesin. Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Mesin yang digunakan
adalah Dozer.
2. Pembajakan (Ploughing)
Pembajakan adalah proses pemecahkan lapisan tanah menjadi bongkahan-bongkahan.
Pembajakan dilakukan agar proses mineralisasi bahan-bahan organik berlangsung cepat .Tanah
dengan tekstur ringan dapat dibajak satu kali dan tanah dengan tekstur berat harus dibajak dua
kali dengan jarak waktu satu minggu. Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Pembajakan
dilakukan dengan menggunakan alat Disk Plow.

Gambar 1. Disk Plow


3. Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan adalah proses pengahancuran bongkahan-bongkahan padat melalui tekstur yang
remah dan sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran dari tanaman liar . Penggaruan
dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu lama dari pembajakan, hal ini bertujuan untuk............
pemupukan awal dengan pupuk organik atau anorganik (P dan K) sehingga saat penggaruan
dapat teraduk secara merata pada lapisan tanah. Alat yang di gunakan untuk penggaruan di
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari di sebut Disk Harrow.

Gambar 2. Disk Harrow

5.1.4.3. Penanaman Dan Perawatan

1. Pembenihan

Dilihat dari sistem pengadaan benih, Maka benih dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:

a. Benih generatif adalah benih atau bahan tanaman yang berasal dari biji.
b. Benih vegetatif adalah benih atau bahan tanaman yang berasal dari tanaman atau
bagiannya yang dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman baik secara alami maupun
buatan (pols, stek, stolen).

2. Penanaman

Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah selesai
diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan
luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan
(mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah
dikembangbiakan dan nilai gizi cukup tinggi (Suyitman, 2003).
Gambar 3. Penanaman Indigofera

3. Pemupukan
Pemupukan merupakan upaya untuk mempertahankan ketersediaan unsur hara
bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan bagi tanaman
tumbuh dengan baik. Pupuk yang digunakan di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari adalah pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik menggunakan
pupuk kandang yang berasal dari feses ternak yang ada di Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari dilakukan bersamaan pada saat pengelolaan tanah dengan
menggunakan alat yang disebut manure spider dan untuk pupuk anorganik bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan daun yang biasa digunakan adalah urea, dan SP36.

Gambar 4. Manure spider


4. Irigasi atau Pengairan

Sistem pengairan yang ada di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari yaitu
sistem pengairan secara langsung dan sistem pengairan secara tidak langsung. Sistem
pengairan secara langsung yaitu sistem pengairan secara langsung dari kandang
kelahan. Sistem pengairan secara tidak langsung adalah sistem pengair..............
5. Pendangiran

Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan


maksud memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Sebab
tanah yang kurang subur dapat menurunkan produksi hijauan, sehingga menyebabkan
kurangnya pakan dalam produksi.

6. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman


pengganggu dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh liar disekeliling tanaman,
agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal.
Selain itu penyiangan juga bertujuan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit
yang biasanya menjadi rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya,
sekaligus untuk memutus daur hidupnya.

7. Penyulaman

Penyulaman adalah penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman
yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam,
penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum
tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan
tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.

8. Peremajaan

Peremajaan adalah peggantian tanaman karena sudah rusak atau tidak


menghasilkan dengan tanaman yang sama dan dapat dilakukan secara selektif maupun
penyeluruh.

1.3.3. Produksi Dan Awetan

1. Jenis Pakan Hijauan Yang Ada Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari:

a. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yaitu rumput yang memiliki


kandungan nutrisi tinggi, memiliki ukuran yang besar pada umumnya digunakan
sebagai pakan ternak. Ciri-ciri rumput gajah yaitu: tumbuh tegak dan lebat, batang
diliputi perisai daun yang berbulu dan perakaran dalam. Tinggi batang mencapai 2-3
meter, lebar daun 2,25-2,50 cm serta panjang 60-90 cm. Rumput gajah termasuk
tanaman tahunan membentuk rumpun yang terdiri 20-50 batang dengan diameter lebih
kurang 2-3 meter (Kismono dan Susetyo. 2007). Di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari rumput gajah dipanen setelah mencapai 40-60 hari, dan diberikan kepada
ternak dengan pencampuran pada Total Mixed Ratio (TMR) atau total campuran
ransum.

b. Rumput Gajah Odot (Pennisetum ourpureum cv. Mott)

Rumput Gajah Odot merupakan rumput yang sangat mudah dibudidayakan dan
sangat disukai kambing. Rumput ini hampir mirip dengan rumput gajah, perbedaannya
daun lembut, ruas batang pendek, dan tidak gatal.

c. Gamal (Gliricidia maculata)

Gamal merupakan jenis pohon, Batangnya tegak dengan permukaan berkulit


dan halus, beralur dan berwarna coklat keabu-abuan, warna daun hijau tua, daun
berjajar bulat-bulat besar, mempunyai kandungan zat gizi anti nutrisi (Sutopo, 1985).
Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari tanaman ini digunakan sebagai pakan
kambing.

Gambar 5. Gamal

d. Kaliandra (Calliandra sp)

Kaliandra(Calliandra sp) merupakan tanaman leguminosa berupa pohon kecil


yang termasuk kedalam keluarga leguminosa. Kaliandra adalah pohon kecil bercabang
yang tumbuh mencapai tinggi maxsimum 12 m dengan diameter batang 20 cm, kulit
batang berwarna merah keabu-abuan yang ditutupi tenti sel kecil, pucat berbentuk oval.
Sistem perakaran terdiri atas beberapa akar tunjang dan akar yang lebih halus dengan
jumlah cukup banyak memanjang sampai keluar permukaan tanah (Herdiawan, 2011).
Jenis kaliandra ini memiliki bentuk daun yang kecil-kecil seperti umumnya keluarga
mimosidae, bertekstur lebih lunak berwarna hijau tua. Di Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari tanaman kaliandra digunakan sebagai pakan ternak kambing.

Gambar 6. Kaliandra

e. Tarum (Indigofera sp.)

Tanaman Indigofera sp. merupakan tanaman yang tergolong jenis tanaman


Leguminosa dari kelompok kacangan dengan genus indigofera berbentuk pohon
dengan ukuran sedang. Indigofera dikembangkan dengan metode penanaman biji
maupun stek. Ciri-ciri indigofera yaitu: Tumbuh tegak, jumlah cabang banyak, akar
dapat menembus tanah cukup dalam, warna daun hijau terang pada bagian permukaan
dan umur 12 bulan sudah berbunga denga bunga berwarna ungu. Di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari tanaman Indigofera sp. Digunakan sebagai pakan untuk
ternak sapi dan kambing.

f. Rumput BD (Brachiaria decumbens)

Rumput BD (Brachiaria decumbens) disebut juga rumput signal atau BD


berasal dari Afrika timur. Ciri-ciri rumput BD yaitu: Tumbuh dengan cara stolon atau
rumpun, batang tegak dan panjang 30-45 cm, lebar daun 8-10 mm, memiliki bungan
dengan panjang 2-5 cm, Berdaun kaku, berbulu halus, bertekstur agak kasar, mampu
tumbuh pada tanah yang kurang subur dan kadar asam rendah (Kismono dan Susetyo,
1977). Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari rumput BD (Brachiaria decumbens)
digunakan sebagai pakan awetan berupa Hay.

g. Jagung (Zea mays)


Jagung (Zea mays) merupakan jenis tanaman biji-bijian. Ciri-ciri tanaman
jagung yaitu: Biji tunggal karena hanya memiliki satu daun lembaga, memiliki akar
serabut, daun berseling, tumbuhan biji berkeping satu, tulang daun sejajar dan
berbentuk pita. Tanaman jagung di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dipanen
setelah mencapai 70-80 hari dan tanaman jagung tidak diberikan langsung pada ternak
akan tetapi dibuat pakan awetan yag disebut silase tebon jagung yang kemudian
dicampurkan pada TMR (Total Mixed Ration) atau pakan komplit yang diberikan pada
ternak.

Gambar .jagung

f. Rumput Koleksi
1. Rumput Setaria (Setaria sphacelata)
Rumput Setaria (Setaria sphacelata) memiliki ciri-ciri yaitu: berdaun halus
lebar dan lembut, berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah
keungu-unguan, pangkal batang pipih, pelepah daun pada pangkal batang tersusun
seperti kipas.

Gambar . Rumput Setaria


2. Rumput Raja (King Grass)
Rumput Raja (King Grass) merupakan rumput hasil persilangan dari rumput
gajah, produksinya lebih tinggi dari rumput gajah dan tidak berbunga. Ciri-ciri
rumput raja yaitu: Berasal dari bibit unggul, tumbuh tegak dan berumpun, batang
tebal dan keras serta berbulu halus, jika dipotong akan tumbuh lagi.

3.Rensonii (Desmodium rensonii)

Rensonii (Desmodium rensonii) memiliki tipe tumbuh tegak dan berdaun


trifoliate. Desmodium rensonii memiliki sifat perennial yang artinya tumbuhan
tahunan. Untuk mengatasi tantangan, tumbuhan ini menggugurkan daunnya atau
menghasilkan senyawa tertentu agar dapat meneruskan kehidupannya terutama
setelah bereproduksi. Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Rensonii
(Desmodium rensonii) digunakan sebagai pakan ternak kambing.

Gambar . Rensonii (Desmodium rensonii)

4. Sentro (Centrosema pubescens)


Sentro (Centrosema pubescens) merupakan tanaman yang dapat tumbuh
didaerah tropis dengan ketinggian 60 dengan curah hujan berkisar 800-1.500
mm.Sentro pada dasarnya dapat tumbuh pada tipe tanah yang berpasir dan pada
tanah yang tingkat keasamannya relative. Taman ini dapat tumbuh didaerh yang
kering namun hanya berlangsung selama 3-4 bulan, melebihi itu maka akan mati
(Reksohadiprodjo, 1994). Ciri-ciri sentro yaitu, Tumbuh menjalar, memanjat dan
melilit, daun berbentuk elips panjang 1-7 cm dan lebar 4,5 cm dan ujungnya
meruncing tajam serta berwarna hijau, panjang tangkai daun 5,5 cm. Tanaman
Sentro (Centrosema pubescens) Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
digunakan sebagai tanaman koleksi.
Gambar .Sentro

2. Pakan Awetan

a. Silase

Silase merupakan hijauan pakan segar yang diawetkan dengan kadar air 60-
70%. Biasanya hijauan yang digunakan untuk pembuatan silase berasal dari hijauan
yang memiliki batang tebal seperti rumput raja, rumput gajah, tebon jagung,dll. Silase
dapat juga diartikan sebagai hijauan pakan ternak proses melalui fermentasi yang
dibantu oleh jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen) baik dengan
penambahan atau tanpa penambahan bahan pengawet. Di Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari dalam pembuatan silase menggunakan silo jenis trent silo yang
berjumlah 7 silo dengan 2 kapasitas yang berbeda, 5 diantara silo berkapasitas 120 ton
dan 2 diantaranya berkapasitas 110 ton. Di Balai Besarseminasi Buatan Singosari
terdapat dua jenis silase yaitu silase tebon jagung yang berasal dari batang jagung
beserta jagungnya dan silase rumput gajah.

1. Silase tebon jagung


Proses pembuata silase tebon jagung dengan bahan yang digunakan
adalah batang jagung dan jagung. Umur jagung yang siap dipanen untuk silase
adalah 70-80 hari, setelah dipanen kemudian diangkut menggunakan truk,
setelah diangkut ditempatkan pada tempat yang telah tersedia dan dilayukan
terlebih dahulu selama 1 hari dengan tujuan mengurangi kadar air dan N2 yang
dapat menyebabkan kembung pada ternak, keesokan harinya batang jagung dan
jagung dipotong atau dicacah menggunakan mesin chopper dengan ukuran
sekitar 3-5 cm, setelah dilakukan pemotongan atau pencacahan dimasukan
kedalam tempat fermentasi yang disebut silo. Silo yang digunakan di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari adalah Trent silo, maka langkah selanjutnya yaitu
pemadatan, kemudian dilakukan proses penutupan silo dengan plastik dan terpal.
Untuk memastiakn kondisi tetap padat dan anaerob maka bagian atas yang
ditutup plastik dan terpal ditimpa menggunakan karung berisi pasir atau ban
bekas. Setelah waktu fermentasi mencukupi yaitu 40 hari maka silase tebon
jagung dapat dicampurkan kedalam TMR (Total Mixed Ration) atau pakan
komplit. Ciri- ciri silase yang baik adalah berbau harum, agak kemanis-manisan,
tidak berjamur, tidak menggumpal, dan berwarna kehijau-hijauan serta memiliki
Ph= 4-4,5.

Gambar . Silase tebon jagung


2. Silase Rumput Gajah
Proses pembuatan silase rumput gajah, rumput gajah dipanen setelah
berumur 40-60 hari sebelum berbunga. Setelah dipanen kemudian dilayukan
terlebih dahulu 1 hari hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar air hijauan
dari 80% menjadi 60-70%. Hijauan tersebut kemudian dipotong dengan
menggunakan mesin copper dengan ukuran panjang antara 3-5 cm. Semakin
kecil ukuran pemotongan maka semakin memudahkan untuk proses pemadatan.
Setelah pemotongan maka hijauan tersebut dimasukan kedalam silo sambil
dipadatkan, selanjutnay diberi molases. Pemberian molases dilakukan secara
bertahap atau berlapis, setiap ketebalan 20-25 cm ditambah dengan molases
sebanyak 3% ditabur secara merat, begitu juga selanjutnya sampai silo penuh.
Setelah silo penuh, maka silo tersebut ditutup menggunakan plastik,
terpal atau bahan lain yang kedap udara. Kemudian diberikan beban diatasnya
dengan menggunakan karung berisi pasir atau ban bekas. Silase rumput gajah
dapat diberikan pada ternak setelah mencapai 40 hari. ............................
b. Hay

Hay merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan
hingga memiliki kadar air 15-20%. Jenis rumput yang biasa digunakan sebagai bahan
pembuatan hay adalah rumput Brachiaria decumbens dan Star grass yang berumur 40-
60 hari. Langkah- langkah pembuatan hay yaitu:

1. Bahan hay adalah rumput berbatang kecil (40-60 hari sebelum berbunga)
2. Pemanenan dengan menggunakan alat Disk Mover
3. Penjemuran menggunakan sinar matahari selama 3-5 hari (tergantung cuaca)
4. Pembalikan dilakukan 2 kali dalam sehari, setelah hijauan tampak hijau
kekuning-kuningan maka proses pembalikan dilakukan 1 kali dalah 2 hari
dengan alat Gyro Tedder
5. Pengumpulan dilakukan setelah hijauan berwarna kuning, hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mempermudahkan dalam proses pengepakan.
6. Pengepakan menggunakan alat Hay Baller
7. Penyimpanan
8. Pemberian hay ke ternak sapi dilakukan setiap hari sebanyak 5 ons- 1 kg/ekor
(sesuai dengan bangsa ternak)

Gambar . Hay

3. Konsentrat

Pakan konsentrat merupakan bahan pakan yang memiliki nilai gizi tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Konsentrat berfungsi sebagai
pakan pelengkap yang kaya akan energi dan protein. Kosentrat yang digunakan di Balai
Besar Inseminasi Buatan Singosari adalah konsentrat dalam bentuk pellet.
Gambar . Konsentrat

Kandungan konsentrat................................................................................

4. Mineral

Mineral merupakan feed supplement yang diberikan untuk tambahan nutrisi dan
memberikan palatabilitas pada pakan. Selain itu mineral juga berguna untuk menambah
nafsu makan, mencegah gangguan reproduksi, mencegah defisiensi mineral seperti
penurunan bobot badan. Mineral yang digunakan di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari adalah mineral bubuk yang dicampurkan pada Total Mixed Ratio(TMR) atau
pakan komplit dan mineral blok yang diletaka dipalung pakan yang tersedia secara
adlibitum.

Gambar . Mineral bubuk Gambar . Mineral Blok

1.3.4. Pemberian pakan

Pemberian pakan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari menggunakan Total


Mixed Ratio (TMR). Total Mixed Ratio (TMR) merupakan pola penyedia pakan yang
menyajikan sember pakan serat, protein, energi, mineral, vitamin dan feed additive yang
disajikan dalam campuran yang merata. Tingkat efisiensi pemberian pakan dengan Total
Mixed Ratio (TMR) lebih tinggi dari pada pemberian pakan dengan cara terpisah tanpa di mix
(Lamers et al, 1994).

Pemberian pakan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari 2 Kali dalam sehari
yaitu pagi dan siang. Untuk pemberian pakan Total Mixed Ratio (TMR) pada pagi hari
diberikan pada pukul 08:00 WIB, Sedangkan pada siang hari diberikan pada pukul 14:00 wib.

Tabel 1. Manajemen Pemberian Pakan

Total Mixed Ratio (TMR) Pemberian

Hijauan(kg) Konsentrat(kg) Silase(kg) Mineral(kg) Lokal(kg) Non Lokal(kg)

Pagi 2600 500 450 5 15 20

Siang 2600 400 400 5 15 20

Gambar . Total Mixed Ratio (TMR)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai