PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahunnya kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani semakin bertambah,
hal tersebut dilihat dari meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya. Maka
dari itu dibutuhkan sebuah solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya ialah
menyediakan bahan makanan yang berkualitas khususnya dalam pemenuhan protein hewani.
Protein hewani yang baik dan berkualitas dapat diperoleh dari ternak yang unggul dan
berkualitas . oleh sebab itu pemerintah harus menyediakan ternak yang unggul melalui usaha
peternakan atau usaha yang bergerak dibidang peternakan. Untuk menyediakan ternak yang
unggul memerlukan sebuah teknologi, salah satu teknologi yang dapat digunakan ialah
inseminasi buatan. Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas sapi dengan memanfaatkan potensi pejantan
unggul agar dapat mengawini lebih dari satu induk dan dapat meningkatkan mutu genetk dari
ternak tersebut ( Susilawati, 2013). Perkembangan teknologi salah satunya inseminasi buatan
memiliki keuntungan dan kerugian, hal tersebut dapat terjadi apabila tidak didasarkan atas
perencanaan dan penerapan yang baik di lapangan. Faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan inseminasi buatan ialah penampungan dan konsentrasi semen, inseminator dan
lain-lain.
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang merupakan Unit Pelaksan Teknis
(UPT) Direktorat Jenderal Peternakan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
:681/Kpts/OT.140/11/2004 tanggal 25 November 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BBIB Singosari dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
54/KMK.05/2010 tanggal 5 Februari 2010 tentang penetapan Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari pada Kementrian Pertanian sebagai Instansi Pemerintahan yang menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
memiliki tugas utama yaitu melaksanakan produksi, pemasaran dan pemantauan mutu semen
unggul ternak serta pengembangan Inseminasi Buatan. Oleh karena itu, Magang Kerja
Mahasiswa di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang penting dilakukan dengan
tujuan untuk mempelajari bagaimana manajemen pemeliharaan sapi pejantan yang baik, proses
menghasilkan dan distribusi semen beku berkualitas serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1.2 Tujuan
1. Mengembangkan Wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa atau mahasiswi dalam hal
manajemen pemeliharaan sapi pejantan.
2. Mendalami manajemen pemeliharaan sapi pejantan mulai dari produksi, pakan dan
kesehatan.
3. Mahasiswa dapat membandingkan ilmu teori di kampus dengan ilmu praktek langsung
dilapang.
4. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara pihak Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari dengan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
5. Sebagai prasarat untuk bisa mengikuti Praktek Kerja Lapangan .
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat membandingkan atau menganalisa tentang teori yang didapatkan selama
proses perkuliahan dengan kegiatan dilapangan secara langsung khususunya dalam hal
manajemen pemeliharaan sapi pejantan .
2. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja sebelum turun langsung kemasyarakat
ataupun di dunia kerja yang sebenarnya ,karena dengan adanya pengalaman mahasiswa
diharapkan akan bisa lebih terampil dalam bekerja ketika sudah lulus dari bangku kulliah.
3. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan baru yang didapatkan dari Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari Malang tentang manajemen pemeliharaan sapi pejantan yang
digunakan sebagai produksi semen.
BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bangsa-bangsa Sapi dan Kambing
Kesehatan termak merupakan hal penting yang harus dilaksanakan pada pemeliharaan
pejantan untuk menghasilkan semen yang berkualitas. Adapun kegiatan- kegiatan tersebut
antara lain :
2.3.1. Pengamatan Kesehatan Pejantan Harian
Kesehatan ternak merupakan hal yang harus dilaksanakan pada pemeliharaan pejantan
untuk menghasilkan semen yang berkualitas. Pengamatan kesehatan pejantan setiap pagi pukul
06.30 WIB sampai dengan 08.00 WIB dan siang hari puukul 14.00 WIB sampai dengan 15.00
WIB sesuai jadwal yang ditentukan. Desinfeksi kandang dan pejantan.
Kegiatan desinfeksi kandang dan ternak dilakukan seminggu sekali, hal tersebut
bertujuan untuk pencegahan penyakit, membasmi kuman dan virus. Penyemprotan desinfektan
menggunakan sprayer dengan Benzalkonium Clhoride dengan dosis pemakaian 60 ml/10 liter
air.
2.3.2. Kontrol Ektoparasit
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan sprayer yang berisi obat ( cipermetrin) 60 ml/ 10
liter air yang disemprotkan ke seluruh bagian tubuh ternak.
2.3.3. Perawatan Kuku
Sapi yang sering berjalan (exercise) pada tanah atau padang penggembalaan yang lunak
kukunya cenderung akan cepat tumbuh. Bila dibiarkan, kuku ini akan bertambah panjang
membengkok atau melebar keatas. Keadaan tersebut menyebabkan ketegangan otot kaki dan
akan membuat sapi menjadi lemah, jalannya pincang serta kaki menjadi sakit. Dampak
lanjutnya akan terjadi gangguan terhadap pertumbuhan sapi tersebut. Oleh karena itu,
pemeliharaan kuku sangat penting untuk di perhatikan, terutama pemotongan kuku apabila
tampak telah memanjang.
Pemotongan kuku sapi ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak dengan
menghindari atau mencegah kemungkinan terjadinya peradangan akibat dari kotoran yang
melekat pada celah-celah kuku. Pemeriksaan dan pemotongan kuku dilakukan setiap 6 bulan
sekali, terutama pada ternak-ternak yang dipeliharan secara terus menerus dalam kandang.
Namun apabila dipelihara di padang penggembalaan tidak sepenting pada ternak yang
dipelihara di dalam kandang. Perawatan dan pemotongan kuku sebagai berikut:
Sebelum pemotongan kuku sebaiknya ternak dibiarkan di tempat yang agak basah agar
kuku menjadi lunak.
Bersihkan bagian kuku yang kotor.
Peralatan yang diperlukan :
- Pahat untuk meratakan/membentuk kuku.
- Palu untuk memukul pahat.
- Tang pemotong kuku.
- Alat kikir untuk menghaluskan tepi kuku.
- Pisau pemotong kuku untuk membersihkan celah-celah kuku.
- Alat untuk membersihkan kuku bagian bawah.
- Balok kayu untuk ganjal memotong kuku.
Kaki yang akan dipotong kukunya diangkat dan digantung dengan tali.
Pemotongan kuku dimulai dari pinggir atas terus ke ujung.
Pemotongan dengan pahat, sebaiknya ternak berdiri di atas balok kayu agar pahat tidak
menjadi tumpul karena kerasnya lantai.
Pemeliharaan kuku merupakan salah satu yang perlu diperhatian, karena kuku yang
tumbuh memanjang dan mengganggu sapi saat berjalan dan berdiri secara normal. Disamping
itu pejantan yang mempunyai masalah pada kukunya, akan mengalami kesulitan dalam
perkawinan (tidak bisa menaiki betina). Kondisi kuku normal menyebabkan kedudukan berat
badan sapi terbagi secara rata pada keemmpat kakinya.
2.3.4. Penanganan atau pengobatan Pejantan yang Sakit
Kegiatan ini merupakan suatu tindakan pengobatan pejantan yang sakit menggunakan beberapa
cara pengobatan, seperti pengobatan secara topical, pengobatan secara oral dan pengobatan
secara parenteral.
Menurut jeffrey (2006), biosecurity merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit
pada suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Tujuan
biosecurity adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu kawasan sehingga
membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi Biosecurity terdiri dari dua
elemen penting yaitu bioxlusion dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada
tidak keluar atau menyebar ( WHO 2008).
Biosecurity merupakan tindakan perlindungan terhadap ternak dari berbagai penyakit (bakteri
dan virus) melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan orang atau individu yang terlibat
dalam siklus pemeliharaan. Tujuannya yaitu agar bibit penyakit ( bakteri dan virus) yang
terbawa dari luar tidak menyebar dan menginfeksi ternak. Sistem biosecurity di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari meliputi:
a. Lokasi peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar yang dapat merugikan.
b. Melakukan desinfeksi dan menyemprotkan insektisida terhadap serangga, lalat,
nyamuk, dan belalang disetiap kandang secara berkala.
c. Setiap kendaraan yang akan masuk ke area peternakan harus melewati bak biosecurity
dan disemprot, yang dimana cairan yang digunakan adlah cairan desinfektan
d. Setiap petugas yang akan masuk ke kandang diharuskan mencelepkan sepatu boot ke
dalam bak biosecurity yaitu wadah berisi desinfektan yang sudah disediakan.
e. Segera mengeluarkan ternak yang mati untuk diotopsi lalu dikubur atau dimusnahkan.
f. Selain petugas dilarang mamasuki area kandang
g. Membatasi kendaraan yang memasuki are kandang
h. Menyediakan kendaraan khusus bagi tamu yang berkunjung
i. Untuk aktivitas di dalam laboratorium harus menggunakan pakaian khusus berupa jas
dan alas kaki khusus untuk laboratorium.
1. Feses, diambil secara steril di dalam rectum dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
lalu diberi label dengan tujuan agar mengetahui adanya endoparasit.
2. Preputium washing, dengan NaCL fisiologis. Preputium dicuci dengan NaCL cairan
diambil dan dimasukkan ke dalam tabung kemudian diberi label. Tujuan dari
pegambilan sampel ini untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri pada organ
reproduksi pejantan.
3. Serum dan whole blood, serum diambil pada vena jugularis dengan menggunakan
vaccum venojeck tidak berheparin 10 ml. Kemudian diberi label dan dibiarkan selama
2 jam. Setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan 1000 rpm selama 5 menit. Serum
dipindahkan ke tabung venojeck dan diberi label. Sedangkan untuk whole blood,
diambil pada vena jugolaris dengan menggunakan vaccum venoject yang berheparin.
Pemeriksaan penyakit secara laboratorium ini dilakukan satu tahun dua kali kemudian sampel
dikirim ke laboratorium BBVet,BBVet Denpasar, BBALITUFT dan B2P2VRP Salatiga.
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium ini adalah untuk memonitoring kondisi kesehatan ternak
terhadap 12 penyakit untuk sapi impor atau lokal dan 13 penyakit untuk sapi bali yaitu :
a. Brucellosis
Brusellusis adalah penyait ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing,
babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit ini
dikenal sebagai penyakit Kluron atau penyakit Bang. Brucellosis pada sapi atau keluron
menular adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Brucella abortus . penyakit
ini dapat mengakibatkan keguguran.
b. Champylobacteriosis
Champylobacteriosis adalah infeksi oleh bakteri Campylobacter, jenis yang paling sering
menginfeksi adalah C. Jejuni. Campylobacteriosis termasuk dalam infeksi bakteri yang
paling umum menyerang manusia, khususnya melalui makanan yang terkontaminasi
bakteri. Umumnya menyebabkan peradangan pada perut, terjadang berdarah, sindrom diare
/disentri, kebanyakan menyebabkan kram, demam dan rasa sakit.
c. Trichomoniasis
Trichomoniasis pada sapi adalah penyakit veneral yang ditandai dengan sterilitas, abortus
muda dan pyometra, yang disebabkan oleh Trichomonasfetus. Abortus terjadi antara
minggu pertama dan minggu ke 16 umur kebuntingan. Penularan dari sapi betina ke betina
lainnya dapat melalui pejantan yang mengawininya. Pada tingkatan lanjut penyakit ini
menyebabkan peradangan pada preputium sapi jantan.
d. Bovine Viral Diarhea (BVD)
Bovine Viral Diarhea (BVD) atau diare ganas sapi (DGS) adalah penyakit hewan
menular yang akut dan sering berakibat fatal, disebabkan oleh virus dari genus
Pestivirus dari famili Togaviridae. Mencret/diare pada sapi adalah tanda bahwa telah
terjadi perubahan fisiologis normal pada tubuh sapi atau tanda bahwa sapi telah
terinfeksi penyakit. Untuk itu harus dibedakan gejala yang terjadi karena
pengobatannya pun akan berbeda. Penyakit Bovine Viral Diarhea (BVD) merupakan
penyakit yang mempunyai dampak sosial dan ekonomi cukup besar. Penyakit ini mulai
dari subklinis sampai kondisi fatal yang disebut mucosal disease. Kondisi akut
menimbulkan gejala diare, pneumonia, dan mortalitas tinggi. Infeksi secara
transplasenta menyebabkan abosri,stillbirths, efek teratogenik atau infeksi persisten
pada pedet baru lahir.
e. Infectious Bovine Rhinotracheitis ( IBR)
Infectious Bovine Rhinotracheitis ( IBR) adalah penyakit yang tergolong menular yag
menyerang semua ternak ruminansia terutama pada sapi dan kerbau. Penyakit ini
disebabkan oleh virus Bovine herpesvirus-1 (BHV-1) yang menyebabkan gangguan pada
sistem pernafasan, gejala syaraf , gangguan reproduksi, dan mastitis. Virus Bovine
herpesvirus-1 (BHV-1) merupakan virus yang berukuran relative besar, mempunyai inti
DNA serabut ganda yang bernucleocapsid.
Virus ini mampu bertahan hidup relative lama pada suhu -60 derajat c. Virus ini sangat
menyukai tempat-tempat yang tidak bersuhu tinggi seperti pada organ paru-paru, ginjal,
organ reproduksi. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui batuk sehingga udara
menjadi tercemar, melalui dahak, leleran hidung, air mata, dan plasenta, selain itu melalui
perkawinan alami serta inseminasi buatan (IB).
f. Antraks
Antraxs adalah penyakit menular akut yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dan
snagat mematikan dalambentuknya yang paling ganas. Penyakit antraks atau radang
limpa merupakan penyakit yang disertai bakteriemia pada kebanyakn spesies hewan.
Gejala yang mencirikan aibat serangan antras adlah gejala septisemia yang ditandai
adanya kematian mendaddak dan pendarahan bersifat siaonit dari lubang-lubang alami.
g. Enzootic Bovine Leukosis (EBL)
Leukosis sapi menular (enzootic bovine leukosis) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Famili Retroviridae yang biasa juga disebut sebagai virus
leukemia pada sapi ( Bovine leukemia virus, A .BLV merupakan A agen penyebab
enzootic leukosis pada sapi yang dapat menginduksi limfositosis persisten pada sapi
dan domba.
h. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira
spp. Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga
bakteri akan banyak dieluarkan hewan lewat air kencingnya. Hewan yang terinfeksi
akan menularkan bakteri dalam urinenya yang bertahan selama berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun. Kuman Leptospira dapat memasuki tubuh lewat luka atau
kerusakan kulit lainnya atau melalui selaput lendir (seperti bagian dalam mulut dan
hidung). Setelah melewati bagian kulit, bakteri memasuki aliran darah dan dengan cepat
menyambar ke seluruh tubuh. Infeksi menyebabkan kerusakan pada lapisan dalam
pembuluh darah, hari, ginjal, jantung, paru-paru, sistem saraf pusat dan juga
mempengaruhi mata.
i. Anaplasmosis
Merupakan penyakit menular yang tidak ditularkan secara kontak ( non contagious)
yang dapat bersifat peakut sampai kronis. Ditandai dengan demam tinggi dan anemia.
Di dalam eritrosit hewan penderita terdapat agen penyakit yang bentuknya seperti
titik yang disebut Anaplasma, biasanya yang patogen adalah anaplasma marginal.
Penyakit ini lebih sering menyerang ternak sapi dan kerbau. Anaplasma maupun
Piroplasma termasuk dalam golongan rikettsia yang ditularkan oleh lalat penghisap
darah.
j. Babesiosis
Babesiosis merupakan penyakit ruminansia yang diakibatkan Babesia bagemina yang
bersifat patogen. Sering ditemukan pada sel darah merah. Babesiosis lebih banyak
menyerang sapi dewasa yang dapat menyebabkan kematian ( mortilitas) hingga 90%.
k. Theileriosis
Theleriosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Theileria spp. Penularan utama dilakukan oleh caplak spesies Rhipicephalus yang
membawa bibit penyakit dari ternak yang terinfeksi ke ternak yang sehat melalui
gigitan.
l. Para TB
Paratuberkulosis atau Johns Disease adalah penyakit mycobacterial pada sapi yang
disebabkan oleh Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis (MAP). Penyakit
ini, pertama kali ditemukan pada sapi perah oleh Dr. Heinrich A.Johne pada tahun 1895,
di Jerman. Sehingga dikenal dengan nama Johns Disease yang hingga saat ini
penyebarannya sudah meluas di berbagai belahan dunia. gejala klinik padaa stadium
ahir berupa diare kronik dan kehilangan berat badan. Gejala tersebut baru mencul
setelah sapi berumur dua sampai 10 tahun, meskipun infeksinya terjadi sejak anak sapi
dilahirkan (nepnatal).
m. Jembrana ( khusus untuk sapi bali)
Penyakit jembrana adalah penyait unik di Indonesia karena menyrang sapi bali, sapi
asli Indonesia. Sapi bali yang bernama Latin Bos Javanicus atau Bos sondaicus adalah
keturunan banteng ( Bos banteng). Ciri yang khas, yang membedakan dengan sapi
madura, misalnya adalah bagian kaki dan pantat yang berwarna putih. Di kalangan
peminat sapi bali biasanya disebut sapi yang berkaos kaki putih.
Pemeriksaan kesehatan ternak secara laboratorium dilakukan denga pengambilan
sampel. Sampel yag diambil berupa:
1. Feses, diambil secara steril di dalam rectum dan dimasukkan ke dalam kantong
plastik lalu diberi label dengan tujuan agar mengetahui adanya ektoparasit, cacing
dan protozoa.
2. Preputium washing dengan NaCL fisiologis. Preputium dicuci dengan NaCL cairan
diambil dan dimasukkan dalam tabung diberi label. Tujuan pengambilan sampel ini
untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri pada organ reproduksi.
3. Darah, serum diambil pada vena jugularis dengan menggunakan vaccum venoject
tidak berheparin sebanyak 10 ml. Kemudian diberi label dan dibiarkan selama 2
jam. Setelah itu, dilakukan sentrifugasi dengan 1000 rpm selama 5 menit. Serum
dipindahkan ke taabung venoject dan diberi label. Sedangkan untuk Whole blood,
diambil pada vena jugalaris dengan menggunakan vaccum venoject yang
berheparin. Pengambilan sampel darah ini untuk pemeriksaan 13 penyakit menlar
yang telah disebutkan diatas. Apabila hasil pemeriksaan labboratorium positif
terhadap salah satu penyakit tersebut, maka :
1. Ternak diusulkan isolasi
2. Ternak diisolasikan, ternak diistirahatkan/tidak ditampung semennya, seemen
bekunya tidak ditisbusikan, dilakukan pengobatan, diamati timbulnya gejala
klinis dan dilaporkan kondisinya setiap bulan
3. Ternak diusulkan untuk afkir.
Hijauan Pakan Ternak (HPT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat
diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak, sehingga
hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk
mendukung peternakan ternak ruminansia. Hijauan pakan ternak merupakan faktor utama
dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana.
Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi
ternak (Anggorodi, 1985). Tillman et al (1989) mengatakan bahwa pakan atau makanan ternak
adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna, dan dapat digunakan oleh ternak.
Kegiatan magang kerja mahasiswa ini dilaksanakan di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari Malang, Jawa Timur selama satu bulan atau empat minggu kerja yang dimulai pada
tanggal 01 Februari 2017 sampai dengan 28 Februari 2017. Alamat instansi : Dusun Glatik,
Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Kotak Pos 08 Singosari,Malang
65153. Telp (0341) 458359,454331 Fax.(0341) 458359, 454331. E-mail :
bbib.singosari@gmail.com.Website:bbibsingosari.com,bbibsingosari.ditjennak.pertanian.go.i
d.Hotline Service : (0341) 458574.
3.2.1. Orientasi
Metode pengumpulan data yang kami gunakan sebagai bahan literatur sekaligus kajian
dilakuakan dengan mengumpulkan data yang bersifat primer dan sekunder. Data primer kami
ambil dengan cara :
3.2.2.1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pihak atau koordinasi masing-
masing bagian terkait, seperti koordinator pemeliharaan, dokter hewan ataupun pihak yang
bekaitan denagan pemeliharaan ternak, pakan dan hasil dari ternak.
3.2.2.2. Observasi
Data sekunder diperoleh dengan cara melihat data-data yang ada, serta studi literatur
dari buku, jurnal, serta penelusuran lain dengan menggunakan dan memanfaatkan teknologi
internet .
Magang kerja mahasiswa yang kami lakukan memiliki prosedur yaitu mahasiswa
secara langsung terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan sesuai dengan jadwa
yang sudah ditentukan oleh pihak instansi yaitu Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
Malang. Berikut adalah jadwal kegiatan magang di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
2017:
Segala urusan yang berkaitan dengan perlindungan sumber daya hewan, kesejahteraan
hewan, dan ketahanan pangan asal hewan merupakan bunyi dari Undang-Undang Peternakan
dan Kesehatan Hewan No. 18 Tahun. 2009. Manajemen kesehatan hewan dapat diartikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor
produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat
dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan
sandar yang diinginkan.
Setiap calon pejantan yang masuk ke Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari,
sebelumnya telah lulus dari sdari tahapan seleksi pejantan. Setiap calon pejantan unggul yang
harus bebas dari 12 penyait dan 13 penyakit menular untuk sapi Bali. Serta dilengkapi dengan
surat keterangan kesehatan hewan dan surat kebebasan karantina yang dikeluarkan oleh Balai
Karantina dan Kesehatan Hewan Wilayah III Surabaya. Calon pejantan yang baru masuk
langsung ditempatkan di kandamg karantina yang terletak di bagian depan Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari atau tepatnya di depan gerbang pintu masuk area Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari, kandang karantina terletak jauh dari kadang pemeliharaan, hal
tersebut supaya calon pejantan baru dapat mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan dan
juga pakan yang terdapat di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari.
Pada masa karantina ini dilakukan pemeriksaan kesehatan calon pejantan yang meliputi
: pemberian vitamin , pengambilan sampel untuk tahap screening yang ke 2 dimana sampel (
pengambilan sampel darah, serum, feses) tersebut akan di kirim ke Laboratorium di Wates,
penyemprotan anti ektoparasit, penyemprotan disinfeksi untuk kandang calon pejantan, calon
pejantan diberikan obat cacing yang terahir dilakukan vaksinasi. Calon pejantan berada
dikandang karantina selama 14-21 hari. Setelah calon pejantan dinyatakajn bebas dari penyakit
menular dan mendapat surat bebas dari karantina maka calon pejantan sapi ataupun kambing
bisa dipindahkan kedalam kandang pemeliharaan yang ada di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari, Malang.
Pengamatan kondisi kesehatan ternak yang dilakukan terhadap pejantan antara lain
mengamati nafsu makan ternak, ekstremitas (pergerakan) atau cara berdiri ternak, abses ( ada
atau tidaknya luka), kondisi feses. Setelah dilakukan pengamatan kondisi kesehatan ternak
dicatat abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang lengkap mengenai riwayat
penyakit yang pernah dialami oleh pejantan. Adanya pengontrolan kondisi kesehatan ternak
secara rutin bertujuan apabila terjadi abnormalitas pada ternak dapat segera diobati dan sebagai
data riwayat penyakit yang pernah dialami pejantan.
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang dibagian luar dari tempatnya
bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya. Agar ternak sapi yang ada di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari, Malang bebas dari ektoparasit, Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari, Malang melakuan pencegahan yang berupa penyemprotan tindakan pengendalian
terhadap parasit -parasit dari luar tubuh, seperti : serangga yang terbang dan serangga yang
merayap contoh lalat, kutu, caplak dan pinjal yang dapat mengganggu kesehatan ternak.
Pemberian obat cacing di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang dilakukan
terhadap seluruh ternak dalam kurun waktu 6 bulan sekali. Dosis yang diberikan sesuai dengan
Bobot Badan (BB), yaitu : untuk sapi 1ml/10 kg BB sedangkan untuk dosis kambing yaitu
1ml/12 kg BB, pemberian obat cacing ini menggunakan dosis tertinggi dengan tujuan agar sapi
lebih tahan akan penyakit cacingan. Obat yang digunakan dalam pemberian obat cacing ini
jenis albenplus. Pemberian obat cacing dilakukan secara per oral ( melalui mulut) dengan
menggunakan spuit ukuran 50 ml untuk sapi dan menggunakan spuit kecil ukuran 10 ml untuk
kambing. Ternak yang mengidap parasit cacing sulit diprediksi apabila dilihat dari kondisi
fisiknya sehingga untuk mengantisipasi terjadinya infeksi dan berkembangbiaknya cacing
dalam tubuh ternak maka diperlukan pemberian obat cacing. Prosedur pemberian obat cacing
pada ternak sapi di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari :
......................................................................................................................................................
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak
hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi dilakuakan dengan
menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci dan merendam dengan tujuan
mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai, akhmat (
2011).
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh organisme patogen pada benda atau
instrument dengan menggunakan campuran zat kimia cair. Sedangkan disinfektan adalah
bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad
renik atau obat untuk mebasmi kuman penyakit. Desinfeksi kandang ternak dilakukan secara
rutin selama satu minggu sekali. Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk mengendalikan
populasi mikroorganisme parasit seperti ( virus, bakteri dan jamur) yang berpotensi
menimbulkan penyakit sehingga merugikan kesehatan ternak atau bersifat patogen. Kegiatan
desinfeksi dapat menggunakan desinfektan Bestadest dengan dosis 1:400 s/d 200 atau 2,5 s/d
5 ml / liter ( untuk 4 m2) sedangkan untuk wabah penyakit : 0,75 liter 4 liter air / 1000 m,
untuk sterilisasi air minum 1: 4000-6000 . Cara menggunakan bestadest :
Pemontongan kuku pada setiap ternak di Balai Besar Inseminasi Buatan singosari,
Malang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah seperti ternak yang
kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya tidak seimbang maka
pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak tersebut. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengembalikan posisi normal kuku, membersihkan kotoran pada celah kuku,
menghindari pincang, mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini terhadap
laminatis dan kemungkinan terjadinya infeksi pada kuku.
Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet pertumbuhan kukunya
lebih cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di lantai semen. Hal ini karena setiap hari
ternak berpijak pada permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan
terkikis dengan sendiriannya.
Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata teito (pisau pemotong kuku)
,rennet (membersihkan lubang pada kuku), gerinda (membentuk pola dan meratakan kuku),
mistar ukur dan tali hirauci. Obat yang bisa digunakan meliputi desinfektan (sebagai
pembersih), clow pasta ( penutup luka), berupa pasta yang akan dimasukkan ke dalam lubang
luka kemudian diperban) dan povidon (antiseptic). Langkah-langkah dalam pemotongan kuku
yaitu sebagai berikut :
a. Menuangkan cairan bestadest pada air yang disiapkan ,fungsinya untuk proses dipping
setelah dilakukan pemotongan selam 15-20 menit
b. Mengeluarkan ternak dari dalam kandang menuju tempat pemotongan kuku
c. Ternak dimasukkan ke tempat atau alat pemotongan kuku kemudan diikat dan
dipakaikan sabuk pada perutnya berguna untuk memposisikan ternak 90 derajat ( dalam
posisi berbaring)
d. Kemudian dilakukaan pembersihan kuku sapi dengan disikat dan disiram dengan
menggunakan air sampai bersih
e. Dilanjutkan dengan pemotongan kuku dengan menggunakan gerenda dan dibersihkan
dengan enggunakan pinset, ranet, setelah dibersihkan dilakukan penyemprotan
antiseptik dengan menggunaan bitadin
f. Apabila pemotongan kuku sudah selesai, selanjutnya mengembalikan posisi sapi
kembali (berdiri tegak) dan membuka ikatan( sabuk ) pada perutnya.
g. Setelah semua ikatan dibuka dilanjutkan dengan proses dipping (pencelupan) ternak ke
air yang sudah dicampurkan bestadest selama 15-20 menit.
h. Setalah 15-20 menit dilanjutkan dengan mengembalikan ternak pada kandangnya.
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki
fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dihasilkan oleh tubuh. Pemberian
vitamin pada ternak dilakukan secara rutin setiap 2 bulan sekali. Vitamin yang diberikan antara
lain adalah vitamin A,D dan E. Pemberian vitamin dilakukan secara intramuscular ( injeksi ke
dalam otot tubuh). Pemberian vitamin bertujuan untuk menjaga kondisi kesehata ternak
sehingga produktifitasnya terjaga. Pemberian vitamin ini dengan dosis untuk sapi 5 ml/ekor,
pedet 3 ml/ekor sedangkan untuk kambing 2 ml/ekor. Tujuan pemberian yaitu untuk
meningkatkan kualitas semen.
Pemberian Cell Pro juga dilakukan pada ternak pejantan yang mengalami sisa pakan
yang banyak ,hal tersebut digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme serta
sebagai probiotik, diosis 3 sendok (90 gram). Selain Cell Pro pejantan juga diberikan jamu
Curcuma berguna untuk meningkatkan nafsu makan pada pejantan tersebut, dosis dari curcuma
..............
Cara pemberian cell pro yaitu ambil cell pro 3 sendok (90 gram), dituangkan ke pakan Total
Mixed Ratio (TMR) , kemudian di aduk merata pada pakn tersebut.
Cara pemberian curcuma : larutkan bubuk curcuma ke dalam air hangat , diaduk hingga rata
jangan sampai kental ,masukkan jamu curcuma ke dalam spuid 50 ml , untuk satu ekor ternak
sekali pemberian 100 ml, diberikan secara peroral dalam 3 hari berturut-turut, jika dalam 3 hari
nafsu makan masih berkurang maka pemberian curcuma dihentikan.
...................................................
5.1.4. Manajemen Pemberian Pakan dan Jenis Hijauan Pakan Ternak di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari
Untuk menunjang produktivitas pejantan yang ada, Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari memiliki lahan untuk hijauan pakan ternak sebesar 47,80 hektar dengan jenis
tanaman sebagai berikut:
Pengolahan lahan yang baik di lakukan pada akhir musim kemarau. Hal ini disebabkan
karena tanaman yang baru tumbuh sangat memerlukan air. Tahap-tahap di dalam pengolahan
tanah sebagai lahan hijauan pakan ternak meliputi: pembersihan lahan (Land Clearing),
pembajakan (Plouging) dan penggaruan (Harrowing).
Tujuan dari pengolahan lahan adalah untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya sistem
perakaran tanaman, menjamin peredaran udara dan air di dalam tanah yang baik,
memungkinkan banyaknya unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dari dalam tanah, serta
mengendalikan tanaman pengganggu seperti Gulma.
1. Pembenihan
Dilihat dari sistem pengadaan benih, Maka benih dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
a. Benih generatif adalah benih atau bahan tanaman yang berasal dari biji.
b. Benih vegetatif adalah benih atau bahan tanaman yang berasal dari tanaman atau
bagiannya yang dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman baik secara alami maupun
buatan (pols, stek, stolen).
2. Penanaman
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah selesai
diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan
luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan
(mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah
dikembangbiakan dan nilai gizi cukup tinggi (Suyitman, 2003).
Gambar 3. Penanaman Indigofera
3. Pemupukan
Pemupukan merupakan upaya untuk mempertahankan ketersediaan unsur hara
bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan bagi tanaman
tumbuh dengan baik. Pupuk yang digunakan di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari adalah pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik menggunakan
pupuk kandang yang berasal dari feses ternak yang ada di Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari dilakukan bersamaan pada saat pengelolaan tanah dengan
menggunakan alat yang disebut manure spider dan untuk pupuk anorganik bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan daun yang biasa digunakan adalah urea, dan SP36.
Sistem pengairan yang ada di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari yaitu
sistem pengairan secara langsung dan sistem pengairan secara tidak langsung. Sistem
pengairan secara langsung yaitu sistem pengairan secara langsung dari kandang
kelahan. Sistem pengairan secara tidak langsung adalah sistem pengair..............
5. Pendangiran
6. Penyiangan
7. Penyulaman
Penyulaman adalah penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman
yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam,
penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum
tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan
tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.
8. Peremajaan
1. Jenis Pakan Hijauan Yang Ada Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari:
Rumput Gajah Odot merupakan rumput yang sangat mudah dibudidayakan dan
sangat disukai kambing. Rumput ini hampir mirip dengan rumput gajah, perbedaannya
daun lembut, ruas batang pendek, dan tidak gatal.
Gambar 5. Gamal
Gambar 6. Kaliandra
Gambar .jagung
f. Rumput Koleksi
1. Rumput Setaria (Setaria sphacelata)
Rumput Setaria (Setaria sphacelata) memiliki ciri-ciri yaitu: berdaun halus
lebar dan lembut, berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah
keungu-unguan, pangkal batang pipih, pelepah daun pada pangkal batang tersusun
seperti kipas.
2. Pakan Awetan
a. Silase
Silase merupakan hijauan pakan segar yang diawetkan dengan kadar air 60-
70%. Biasanya hijauan yang digunakan untuk pembuatan silase berasal dari hijauan
yang memiliki batang tebal seperti rumput raja, rumput gajah, tebon jagung,dll. Silase
dapat juga diartikan sebagai hijauan pakan ternak proses melalui fermentasi yang
dibantu oleh jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen) baik dengan
penambahan atau tanpa penambahan bahan pengawet. Di Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari dalam pembuatan silase menggunakan silo jenis trent silo yang
berjumlah 7 silo dengan 2 kapasitas yang berbeda, 5 diantara silo berkapasitas 120 ton
dan 2 diantaranya berkapasitas 110 ton. Di Balai Besarseminasi Buatan Singosari
terdapat dua jenis silase yaitu silase tebon jagung yang berasal dari batang jagung
beserta jagungnya dan silase rumput gajah.
Hay merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan
hingga memiliki kadar air 15-20%. Jenis rumput yang biasa digunakan sebagai bahan
pembuatan hay adalah rumput Brachiaria decumbens dan Star grass yang berumur 40-
60 hari. Langkah- langkah pembuatan hay yaitu:
1. Bahan hay adalah rumput berbatang kecil (40-60 hari sebelum berbunga)
2. Pemanenan dengan menggunakan alat Disk Mover
3. Penjemuran menggunakan sinar matahari selama 3-5 hari (tergantung cuaca)
4. Pembalikan dilakukan 2 kali dalam sehari, setelah hijauan tampak hijau
kekuning-kuningan maka proses pembalikan dilakukan 1 kali dalah 2 hari
dengan alat Gyro Tedder
5. Pengumpulan dilakukan setelah hijauan berwarna kuning, hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mempermudahkan dalam proses pengepakan.
6. Pengepakan menggunakan alat Hay Baller
7. Penyimpanan
8. Pemberian hay ke ternak sapi dilakukan setiap hari sebanyak 5 ons- 1 kg/ekor
(sesuai dengan bangsa ternak)
Gambar . Hay
3. Konsentrat
Pakan konsentrat merupakan bahan pakan yang memiliki nilai gizi tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Konsentrat berfungsi sebagai
pakan pelengkap yang kaya akan energi dan protein. Kosentrat yang digunakan di Balai
Besar Inseminasi Buatan Singosari adalah konsentrat dalam bentuk pellet.
Gambar . Konsentrat
Kandungan konsentrat................................................................................
4. Mineral
Mineral merupakan feed supplement yang diberikan untuk tambahan nutrisi dan
memberikan palatabilitas pada pakan. Selain itu mineral juga berguna untuk menambah
nafsu makan, mencegah gangguan reproduksi, mencegah defisiensi mineral seperti
penurunan bobot badan. Mineral yang digunakan di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari adalah mineral bubuk yang dicampurkan pada Total Mixed Ratio(TMR) atau
pakan komplit dan mineral blok yang diletaka dipalung pakan yang tersedia secara
adlibitum.
Pemberian pakan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari 2 Kali dalam sehari
yaitu pagi dan siang. Untuk pemberian pakan Total Mixed Ratio (TMR) pada pagi hari
diberikan pada pukul 08:00 WIB, Sedangkan pada siang hari diberikan pada pukul 14:00 wib.