Anda di halaman 1dari 21

13

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perusahaan

PT. Rehobat didirikan oleh Pak Sindoro pada Mei 1991 di Mijen dengan

populasi ayam 10.000 ekor dan pegawai awal yang berjumlah 15 orang. Tahun

1993 PT. Rehobat membeli PT. Sringin karena PT. Sringin terancam bangkrut dan

untuk memperluas lahan usaha, dan sekarang PT. Rehobat memiliki total lahan

seluas 360 hektar yang di dalamnya terdapat 6 unit layer, 2 unit pullet, dan 2 unit

broiler dengan luas setiap unit adalah sekitar 15 hektar, serta terdapat kebun karet,

kebun kopi, kebun pisang, dan holtikultura.

Kantor pusat PT. Rehobat sekarang berada di Kawasan Industri Blok XVII

nomor 5. Total jumlah pegawai adalah sekitar 850 orang, dan pada setiap unitnya

terdapat 14 staff yang dipimpin oleh 1 orang manajer. Unit Layer V sendiri berada

di Sringin, berjarak sekitar 7 km dari pemukiman penduduk, air selalu tersedia,

akses jalan mudah, dan dekat dengan lokasi pemasaran. Menurut Riawan (2016),

lokasi yang ideal untuk peternakan adalah jauh dari pemukiman penduduk, air

selalu tersedia, akses jalan yang memadai, lokasi tidak berbukit, dan dekat dengan

lokasi pemasaran. Menurut Ustomo (2016), agar pemeliharaan optimal maka

dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang terkonsep dengan baik dan sesuai

prosedur. Untuk menjaga manajemen pemeliharaan yang terkonsep dan sesuai

prosedur maka untuk setiap unit dipimpin oleh seorang manajer. Perkandangan di

PT. Rehobat adalah kandang batere dari kawat dengan sistem koloni yang satu
14

kandang batere diisi oleh 2 ayam. Tipe kandang yang digunakan adalah terbuka

dengan kandang menghadap timur, atap tebuat dari seng, tempat pakan berbentuk

u dan air minum menggunakan nipel (Lampiran 4).

Struktur organisasi PT Rehobat yaitu dipimpin oleh President Director

yang dimana membawahi Managing Director, Vice President Director, dan

Finance Director. PT. Rehobat memiliki 5 divisi, yaitu kantor, divisi kebun, divisi

eggtray, divisi farm, dan divisi pakan. Divisi kantor sendiri memiliki 6

departemen yaitu departemen pembelian, departemen personalia dan umum,

departemen keuangan, departemen marketing, departemen pembukuan, dan

departemen transport. Divisi Farm juga dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu

divisi keswan, divisi layer, divisi broiler, dan divisi pullet.

President
Director

Managing Vice President Finance


Director Director Director

Kantor Divisi Kebun Divisi Eggtray Divisi Farm Divisi Pakan

Dept. Personalia
Dept. Pembelian
dan Umum
Divisi Keswan Divisi Layer

Dept. Dept.
Keuangan Marketing
Divisi Broiler Divisi Pullet

Dept. Dept.
Pembukuan Transport

Ilustrasi 1. Struktur Organisasi PT. Rehobat

Berdasarkan Ilustrasi 1 tiap unitnya dipimpin oleh manajer yang bertugas

mengawasi kegiatan, manajemen pemeliharaan dan program yang dilaksanakan,


15

sehingga dari awal pemeliharaan sudah dilakukan dengan benar. Menurut

Rahardjo (2016), manajemen komprehensif harus dijalankan karena disanalah

terdapat faktor penting untuk mengatasi masalah-masalah pada pemeliharaan

ayam petelur, faktor penting tersebut adalah memperbaiki sistem manajemen

secara menyeluruh. Menurut Ustomo (2016), agar pemeliharaan optimal maka

dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang terkonsep dengan baik dan sesuai

prosedur.

4.2. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur

Manajemen pemeliharaan ayam petelur di PT. Rehobat Unit Layer V

termasuk baik. Kegiatan dimulai dari jam 7 pagi dimulai dengan sanitasi kandang

lalu dilanjutkan dengan pemberian pakan pada pagi hari, ketika pemberian pakan

sudah selesai dilakukan dilanjutkan dengan pengambilan telur pertama pada jam

09.00, dilanjutkan dengan pengambilan telur kedua pada jam 1 siang, dilanjutkan

dengan pemberian pakan pada jam 14.00, selanjutnya melakukan pengambilan

telur ketiga pada jam 14.30, dan terakhir melakukan sanitasi kembali sebelum

pulang. Waktu pemberian pakan di PT. Rehobat sudah baik karena diberikan pada

pagi dan sore hari yang dimana pada jam tersebut keadaan lingkungan relatif

sejuk. Menurut Riawan (2016), pemberian pakan umumnya diberikan saat pagi

dan sore hari karena suhu saat pagi dan sore hari relatif sejuk dan memberikan

suasana nyaman bagi ayam untuk makan. Jumlah pakan yang diberikan biasanya

40% pada pagi hari dan 60% pada sore hari, sedangkan untuk siang hari tidak

perlu diberikan pakan. Nutrisi pakan juga sudah baik karena sesuai dengan SNI.
16

Menurut SNI (2016), standar nutrisi pakan pada ayam layer adalah kadar air

maksimal 13%, protein minimal 16,5%, lemak minimal 3%, serat kasar maksimal

7%, abu maksimal 14%, dan kalsium 3,25-4,25% (Tabel 1.)

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan di PT. Rehobat

Parameter Satuan SNI PT. Rehobat


Kadar Air (maks) % 13,00% 13,00%
Protein (min) % 16,50% 17-19%
Lemak (min) % 3,00% 3,50%
Serat Kasar (maks) % 7,00% 6,00%
Abu (maks) % 14,00% 14,00%
Kalsium % 3,25-4,25% 3,30-3,90%
Sumber : Data Sekunder PT. Rehobat Unit Layer V

Perkandangan yang ada di PT. Rehobat juga sudah baik. Perkandangan di

PT. Rehobat adalah kandang batere dari kawat dengan sistem koloni yang satu

kandang batere diisi oleh 2 ayam. Tipe kandang yang digunakan adalah terbuka

dengan kandang menghadap timur, atap terbuat dari seng, tempat pakan berbentuk

u dan air minum menggunakan nipel. Kandang sistem koloni memiliki kelebihan

memaksimalkan penggunaan kandang sehingga populasi ayam dalam satu

kandang menjadi lebih maksimal. Kekurangan dari kandang sistem ini adalah

penyakit menjadi lebih mudah menular, pengontrolan kesehatan ayam menjadi

sulit serta iklim makro menjadi sangat mempengaruhi iklim mikro kandang.

Menurut Rahardjo (2016), kandang batere merupakan kandang yang di mana satu

kandang berisi satu ayam, bentuknya berjajar-jajar dan dipisahkan dari ayam

lainnya. Sedangkan Ustomo (2016), kandang sistem koloni mirip dengan sistem

batere individu tetapi dalam satu ruangan kandang dapat diisi beberapa ekor

ayam. Cage ini mempunyai kelebihan yaitu tempat yang dibutuhkan tidak terlalu
17

luas dan biaya yang dibutuhkan lebih murah jika dibandingkan model individual

cage, namun kekurangan dari cage model ini adalah mudah terjadi penularan

penyakit dan sulit melakukan pengontrolan, selain itu pada sistem ini juga lebih

sulit dilakukan pengontrolan tingkat produksi, konsumsi pakan, maupun kondisi

kesehatan masing-masing ayam. Bangunan kandang sebaiknya menghadap ke

arah Timur agar sinar matahari pagi dapat masuk dengan leluasa ke dalam

kandang. Hal ini dapat menjaga kebugaran ayam dan membantu ayam

memproduksi vitamin D di dalam tubuhnya. Sekeliling kandang sebaiknya diberi

tirai untuk menghindari tiupan angin yang kering dan kencang pada musim

kemarau atau angin yang basah pada musim hujan. Penutup yang digunakan dapat

terbuat dari karung plastik atau terpal. Atap sebaiknya terbuat dari genting agar

penyinaran cahaya matahari tidak langsung menembus mengenai ayam – ayam

sehingga tidak mengganggu kenyamanan ayam.

4.3. Manajemen Pencegahan Penyakit

Manajemen pencegahan penyakit di PT. Rehobat sudah cukup baik, semua

orang maupun kendaraan yang akan masuk ke lingkungan peternakan wajib

melakukan sanitasi, jika akan memasuki lingkungan kandang maka wajib sanitasi

kembali, dan ketika akan masuk ke dalam kandang juga ada sanitasi alas kaki dan

tangan. Vaksinasi yang dilakukan juga sudah diprogram dan dijalankan sesuai

dengan programnya. Tujuan dari ketatnya prosedur sanitasi dan vaksinasi adalah

agar meminimalisir agen penyakit yang masuk dan menyerang ke lingkungan

peternakan. Menurut Fadilah dan Polana (2011), program pencegahan penyakit


18

yang dapat diaplikasikan antara lain melaksanakan desinfeksi berkala, pemisahan

kawasan peternakan dengan lingkungan luar (pembuatan pagar), program

desinfeksi rutin, vaksinasi, dan pengobatan dini ketika gejala sakit pada ayam

mulai tampak. Vektor penyebar penyakit juga dikurangi dengan cara wajib

sanitasi dan melakukan penyemprotan asap cair untuk membasmi belatung di

sekitar kandang. Ditambah Pendapat Ustomo (2016), selalu pastikan binatang liar

tidak masuk ke kandang dengan membatasi perkembangbiakan atau

membunuhnya.

4.3.1. Biosecurity

Biosecurity merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk

dan menyebarnya agen penyakit pada ayam. Prinsip dasar Biosecurity adalah

memutus siklus hidup bibit penyakit seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit.

Biosecurity di PT. Rehobat sudah baik dimulai dari gerbang sampai masuk ke

dalam kandang (Ilustrasi 2).


19

2a 2b
Keterangan : 2a. Desinfeksi Gerbang, 2b. Desinfeksi Lingkungan Kandang,

Ilustrasi 2. Metode untuk Biosecurity

Program Biosecurity yang terdapat di PT. Rehobat Unit Layer V adalah

perorangan, kendaraan, peralatan, dan lingkungan peternakan. Semua orang

termasuk pekerja yang akan masuk harus melewati desinfeksi gerbang yang sudah

dipasang sprayer yang mengandung desinfektan viropor. Saat akan masuk ke

lingkungan kandang semua orang akan didesinfeksi kembali dengan ruang

sprayer yang mengandung desinfektan viropor.


20

2c 2d
Keterangan : 2c. Desinfeksi Alas Kaki, 2d. Desinfeksi Tangan

Ilustrasi 2. Metode untuk Biosecurity

Memasuki kandang terdapat desinfeksi alas kaki dan tangan. Desinfeksi

kaki dilakukan dengan cara menginjak karung yang telah diberi desinfektan quat,

untuk desinfeksi tangan dilakukan dengan mencelupkan tangan ke larutan

desinfektan quat. Menurut Ustomo (2016), Biosecurity adalah tindakan

perlindungan terhadap ternak melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan

orang yang terlibat dalam siklus pemeliharaan. Biosecurity bukan hanya diarahkan

pada tindakan kebersihan semata tetapi juga jaminan keamanan pada ternak agar

ternak yang dipelihara mampu hidup lebih nyaman sehingga memberikan hasil

optimal. Salah satu prinsip dasar penanggulangan penyebab penyakit adalah

memutus siklus hidup bibit penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus,

parasit, maupun jamur. Ditambah pendapat Tamaluddin (2012), Biosecurity


21

adalah serangkaian program yang mencakup kebijakan dan praktik yang

dirancang untuk mencegah masuk atau menyebarnya agen penyebab penyakit

pada ayam. Biosecurity meliputi isolasi, pengendalian lalu lintas pekerja dan

tamu, serta sanitasi.

4.3.2. Sanitasi

Sanitasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencegah

berkembangnya penyakit. Sanitasi dilakukan dengan cara melakukan pembersihan

saat pagi dan sore hari serta melakukan penyemprotan desinfektan (Lampiran 3).

Sanitasi di PT. Rehobat belum cukup baik karena hanya dilakukan pembersihan

kandang. Penyemprotan jarang dilakukan karena alat penyemprotan dipinjam oleh

unit lain.

Ilustrasi 3. Metode Sanitasi dengan Penyemprotan Kandang

Penyemprotan yang dilakukan ketika kandang masih terisi yaitu 1-2 kali

sehari menggunakan viropor. Menurut Sudarmono (2003), sanitasi merupakan

tindakan pengendalian penyakit melalui kebersihan. Sanitasi harus dilakukan


22

secara teratur agar dapat memperoleh lingkungan yang bersih, higienis dan sehat.

Hal pertama yang dilakukan ketika kandang kosong adalah menyemprotkan

insektisida yang mengandung cover, lalu pencucian kandang menggunakan air,

selanjutnya melakukan insektisida kembali, setelah itu kandang disanitasi

menggunakan quat dan virex, lalu kandang dikosongkan selama 1-2 minggu.

Sehari sebelum ayam datang kandang kembali disanitasi menggunakan quat.

Menurut Ustomo (2016), sanitasi mempunyai tujuan untuk mencegah

berkembangnya penyakit atau memotong siklus hidup mikroorganisme yang

merugikan kesehatan ayam agar kandang, peralatan, dan lingkungan tetap bersih

dan steril. Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen dan melalui beberapa

tahapan, tahap pertama yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari

kotoran ayam, tahap kedua yaitu pengapuran lantai dan dinding kandang,

selanjutnya untuk menyempurnakan sanitasi dilakukan dengan penyemprotan

desinfektan (Lysol, Bromoquat, Tepol) untuk membunuh bibit penyakit, biarkan

minimal 10 hari sebelum budidaya selanjutnya untuk memutus siklus hidup virus

dan bakteri yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.

4.3.3. Vaksinasi

Vaksinasi merupakan suatu cara pencegahan penyakit dengan cara

menggunakan agen virus tertentu ke dalam tubuh ayam pada umur yang

dianjurkan. Vaksinasi di PT. Rehobat sudah diprogram dan dijalankan seperti

program (Tabel 2).

Tabel 2. Jadwal Program Vaksinasi


23

Umur (minggu) Vaksin Aplikasi


18 Coryza III Suntik
19 ND Suntik
20 AI III Suntik
21 ND IB Suntik
22 ND Air minum
30 ND Suntik
36 AI IV Suntik
40 ND Suntik
46 AI V Suntik
50 ND Suntik
Sumber : Data Sekunder PT. Rehobat Unit Layer V

Vaksinasi yang dilakukan antara lain Coryza III pada umur 18 minggu

dengan cara suntik intramuscular. Vaksinasi ND suntik intramuscular dilakukan

pada umur 19, 30, 40, dan 50 minggu, sedangkan vaksinasi ND melalui air minum

dilakukan pada umur 22 minggu. Vaksinasi AI dengan cara suntik intramuscular

dilakukan pada umur 20, 36, dan 46 minggu. Vaksinasi ND IB dilakukan pada

umur 21 minggu dengan cara suntik intramuscular. Menurut Marconah (2012),

vaksin adalah cairan dari bibit penyakit yang telah dilemahkan yang dimasukkan

ke tubuh ayam melalui air minum, tetes mata, tetes hidung, maupun injeksi.

Fungsi vaksin adalah adalah untuk menimbulkan kekebalan pada tubuh ayam.

a. Vaksin IB-ND b. Vaksin AI

Ilustrasi 4. Jenis Vaksin yang Digunakan


24

Tata cara pelaksanaan vaksin harus sangat diperhatikan dimulai dari

penyimpanan dalam suhu 0-8oC (bukan freezer) serta jika membawa vaksin ke

tempat yang jauh vaksin harus diletakkan dalam kotak styrofoam yang berisi es

batu. Bahan dan alat yang dibutuhkan untuk vaksin suntik coryza, AI, ND, IB

adalah sama, hanya saja jenis vaksin yang digunakan berbeda (Ilustrasi 4). Bahan

dan alat yang dibutuhkan adalah vaksin (sesuai dengan vaksin yang akan

dilaksanakan), spuit, kotak styrofoam, dan es batu. Sebelum vaksinasi dilakukan

pastikan spuit tidak bocor dan bersih, untuk vaksin yang baru keluar dari kulkas

ditunggu dulu beberapa saat sampai suhunya mendekati suhu lingkungan, serta

sebelum dan saat vaksin kocok botol sesering mungkin agar tidak ada komponen

yang mengendap. Dosis untuk coryza, AI, dan ND adalah 0,5 ml untuk satu ayam

sedangkan untuk vaksin IB dan ND adalah 0,3 ml untuk satu ayam. Menurut

Ustomo (2016), hal yang harus diperhatikan pada vaksinasi suntik adalah

mengecek spuit apakah mengalami kebocoran atau tidak dan jika kotor cuci

dengan air panas, vaksin yang baru keluar dari kulkas suhunya harus disesuaikan

dengan suhu yang mendekati suhu lingkun terlebih dahulu, sebelum dan saat

melakukan vaksinasi sesering mungkin dilakukan pengocokan botol untuk

menghindari komponen mengendap.

Vaksin ND menggunakan air minum dilaksanakan saat ayam berumur 22

minggu. Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah vaksin ND untuk air minum,

cevamuno, kotak styrofoam, dan es batu. Pastikan sebelum pemberian vaksin

ayam dipuasakan selama 1-2 jam, setelah jumlah vaksin dan air sudah ditentukan,

larutkan cevamuno dengan air, lalu vaksin dicampurkan dengan larutan cevamuno
25

dan terakhir masukkan ke tempat air minum dan pastikan vaksin terbagi rata.

Menurut Ustomo (2016), untuk vaksin air minum ayam dipuasakan dahulu agar

vaksin cepat habis, serta pastikan vaksin terbagi rata. Pelaksanaan vaksinasi

sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat itu suhu relatif

sejuk, vaksinasi juga dapat dilakukan pada siang hari jika hujan.

4.3.4. Pemberian Vitamin

Jika ayam menunjukkan gejala sakit seperti tidak nafsu makan,

mengantuk, atau lainnya maka vitamin akan diberikan. Vitamin c akan diberikan

ketika cuaca panas dan hujan silih berganti. Vitamin yang digunakan oleh PT.

Rehobat adalah Aminosol dan Vitamin c. Aminosol akan diberikan jika ayam

sudah terlihat lemas, mengantuk, dan tidak nafsu makan. Setelah beberapa hari

pemberian diharapkan kondisi ayam akan membaik. Menurut Ustomo (2016),

vitamin c harus diberikan saat cuaca tidak stabil karena saat itu kekebalan tubuh

ayam sedang turun.


26

a. Aminosol b. Vitamin c

Ilustrasi 5. Jenis Vitamin yang Digunakan

Aminosol diberikan melalui air minum dengan dosis sekitar 240 ml untuk

satu kandang. Pemberian vitamin c juga diberikan melalui air minum dengan

dosis kira-kira 260 gram untuk satu kandang. Menurut Fadilah dan Polana (2011),

rogram desinfeksi rutin, vaksinasi, pemberian vitamin, dan pengobatan harus

dilakukan dengan tepat.

4.3.5 Program Pengendalian Vektor

Vektor merupakan perantara penyakit secara langsung. Hal yang dapat

dilakukan untuk mengurangi vektor penyakit adalah memperketat sanitasi serta

membasmi hewan lain seperti lalat, tikus, dan burung. Untuk mengurangi larva
27

lalat yang berkembang biak di bawah kandang dilakukan penyemprotan dengan

menggunakan asap cair yang terbuat dari asap tempurung kelapa yang dicairkan

dengan dosis 4% dari air yang dibutuhkan. Menurut Ustomo (2016), vektor adalah

benda lain yang berfungsi sebagai perantara secara langsung, contohnya adalah

lalat, burung, pengurus kandang serta kendaraan yang bolak-balik tanpa

disinfeksi. Menurut Fadilah dan Polana (2011), pengendalian vektor dapat

dilakukan dengan melakukan program desinfeksi dengan cara menjaga kebersihan

lingkungan peternakan, melakukan desinfeksi dan melarang atau mencegah lalu

lalang orang. Program vaksinasi juga harus dilaksanakan pada umur yang tepat

serta ketika gejala ayam yang sakit mulai terlihat segera melakukan tindakan

pengobatan.

4.4. Penanganan Penyakit

Penyakit yang sering menyerang di PT. Rehobat Unit Layer V adalah

berak kapur dan ngorok. Berak kapur merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella pullorum, gejala yang mudah terlihat adalah ayam mengalami

diare yang dimana warna kotorannya berwarna putih dan jika sudah kering akan

berbentuk seperti serbuk kapur (Ilustrasi 5). Penularannya melalui kotoran yang

mengandung Salmonella pullorum dan melalui ayam yang sehat dan sakit yang

mematuk (kanibal). Menurut Fadilah dan Polana (2011) berak kapur disebabkan

bakteri Salmonella pullorum bersifat menular. Penyebaran penyakit ini bisa

melalui kotoran yang mengandung Salmonella pullorum serta penyebaran bisa

melalui proses mematuk (kanibalisme) antara ayam yang sehat dan peralatan yang
28

terkontaminasi Salmonella pullorum. Gejala penyakit pada ayam dewasa kadang

nampak kadang tidak. Gejala yang nampak pada ayam muda antara lain

mengantuk, lemah, tidak nafsu makan, dan diare berwarna putih. Ditambah

pendapat Ustomo (2016), gejala berak putih yang mudah terlihat adalah ayam

mengalami diare sehingga mengeluarkan kotoran berwarna putih dan jika kering

menjadi seperti serbuk kapur.

a. Berak Kapur b. Ngorok

Ilustrasi 6. Penyakit yang Sering Menyerang Ayam Petelur

Ngorok merupakan penyakit yang menyerang bagian saluran pernapasan

yang gejalanya dapat dilihat dari terdapatnya lendir di bagian hidung ayam,

ngorok saat bernapas, dan bersin (Ilustrasi 5). Penyakit ngorok dapat diobati

dengan pemberian antibiotik sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh pabrik

pembuat. Menurut Fadilah dan Polana (2011), gejala penyakit ngorok adalah

terdapat lendir di lubang hidung sehingga ayam terlihat menggeleng-gelengkan


29

kepalanya. Ditambah pendapat Ustomo (2016), ngorok (Chronic Respiratory

Disease) merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri

Mycoplasma gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin, ingus

keluar dari hidung, dan ngorok saat bernapas. Penularan penyakit melalui

pernapasan dan lendir atau lewat perantara seperti alat-alat. Pengobatan yang

dapat dilakukan adalah dengan pemberian antibiotik sesuai dengan dosis yang

dianjurkan oleh pabrik pembuat obat, pengobatan dilakukan 3-5 hari berturut-turut

dan apabila masih ada ayam yang ngorok segera pisahkan ayam tersebut dengan

ayam yang sehat.

Tabel 3. Penyakit yang Sering Menyerang Ayam Petelur

No Penyakit Umur Tindakan


1 Berak Kapur Semua Umur Dipisahkan
2 Ngorok Semua Umur Dipisahkan
Sumber : Data Sekunder PT. Rehobat Unit Layer V

Ayam yang sudah sakit segera dipisahkan dari ayam yang sehat agar

penyakit tidak menular. Menurut Riawan (2016), perlakuan pertama ketika ada

ayam terinfeksi adalah mengarantinakan ayam sesegera mungkin (Tabel 3).

Pengobatan adalah cara yang dilakukan jika ayam sudah terkena penyakit,

fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi ayam dari sakit menjadi sehat dan

produktif seperti semula. Pengobatan di PT. Rehobat Unit Layer V dilakukan jika

ayam terlihat sakit, pengobatannya adalah dengan cara pemberian antibiotik dan

vitamin (Ilustrasi 6). Pengobatan adalah cara terakhir yang diberikan karena

mengeluarkan biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan melakukan

pencegahan. Kekurangan lainnya adalah dalam beberapa kejadian terdapat ayam


30

yang produktivitasnya menurun secara permanen, dalam hal ini ayam bisa

langsung dijual.

Terramycin

Ilustrasi 7. Pengobatan

Jika ayam sakit makan obat akan segera diberikan. Pengobatan dengan

menggunakan antibiotik biasanya menggunakan dosis yang sudah ditentukan dari

pabrik pembuat. Obat yang digunakan oleh PT. Rehobat adalah Terramycin.

Menurut Ustomo (2016), untuk pengobatan antibiotik sesuai dengan dosis yang

dianjurkan oleh pabrik pembuat. Pengobatan dengan Terramycin dilakukan

dengan cara suntik subkutan dengan dosis 0,25 ml/kg berat badan. Menurut

Fadilah dan Polana (2011), untuk mengatasi penyakit anitibiotik yang digunakan

bisa beragam. Umumnya jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati

mempunyai bahan aktif yang hampir sama meskipun mempunyai nama dagang

yang berbeda. Pengobatan harus segera dilakukan jika ada ayam yang sakit,

sehingga penularan penyakit dapat dicegah, namun ayam yang sudah sembuh

tetap harus dipisahkan dari ayam yang lain karena dikhawatirkan akan menjadi

carrier bagi ayam lainnya.


31
32

4.5. Tolak Ukur Keberhasilan

Budidaya ayam petelur di PT. Rehobat termasuk dalam golongan berhasil,

hal ini dapat dilihat dari FI, persentase morbiditas dan persentase mortalitas yang

sudah sesuai dengan standar perusahaan (Tabel 4).

Tabel 4. Tolak Ukur Keberhasilan


Minggu Feed Intake Produksi Morbiditas Mortalitas
Hasil Standar* Hasil Standar* Hasil Standar* Hasil Standar*
...........(g).......... .......................................(%)..........................................
1 109,3 111 88,54 92 0,59 3 0,08 1,8
2 114,18 111 91,88 91,5 0,61 3 0,11 1,9
3 115,88 111 88,87 91,5 0,9 3 0,06 1,9
4 111,22 111 89,07 91 0,7 3 0,06 2
5 111 111 88,54 91 0,72 3 0,04 2,1
Rata- 112,31 111 89,38 91,4 0,7 3 0,07 1,94
rata
Keterangan : *, Standar dari PT. Rehobat

Feed Intake sudah baik karena sudah di atas rata-rata dari standar

perusahaan, produksi telur sedikit di bawah rata-rata, serta morbiditas dan

mortalitas sudah baik karena lebih sedikit dari standar yang ada telah ditentukan.

Menurut Ustomo (2016), berhasil tidaknya suatu budidaya dapat dilihat dari

produktivitasnya. Nilai standar produktivitas ayam sudah ditentukan dari

perusahaan. Produktivitas sendiri dapat dilihat dari segi HD (Hen Day) dan

tingkat kematian (mortalitas). HD adalah persentase produksi telur yang

dihasilkan oleh ayam produktif perharinya, sedangkan mortalitas adalah tingkat

kematian ayam. Menurut Rahardjo (2016), penurunan produksi telur dan

banyaknya ayam yang terserang penyakit juga dapat menyebabkan peternak

mengalami kerugian, jika produksi telur stabil dan sedikitnya ayam yang sakit

atau mati, maka dapat dikatakan peternak sukses.


33

DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, R. dan A. Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. PT


AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Krista, B. dan B. Harianto. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Ayam
Kampung. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Marconah. 2012. Beternak Ayam Petelur. PT Balai Pustaka, Jakarta.

Muslim, D. A. 2006. Budidaya Ayam Bangkok. Kanisius, Yogyakarta.

Setyono, D. J., M. Ulfah dan S. Suharti. 2013. Sukses Meningkatkan Produksi


Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius,


Yogyakarta.

Sumarno. 2009. Manajemen pemeliharaan ayam petelur di peternakan PT. Sari


Unggas Farm di Kabupaten Sragen. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(Tugas Akhir)

Tamaluddin, F. 2012. Ayam Broiler 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Rahardjo, Y. 2016. Beternak Ayam Petelur. Nuansa, Bandung.

Redaksi Trubus. 2016. 7 Jurus Sukses Teknik Rawat Ayam Kampung. Trubus,
Depok.

Riawan, N. 2016. Panen Telur Setiap Hari dari Kandang 100 m2. PT AgroMedia
Pustaka, Jakarta.

Ustomo, E. 2016. 99% Gagal Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Zumrotun dan Tiswo. 1996. Seri Life Skill Beternak Ayam Petelur. PT Musi
Perkasa Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai