Kelompok 2
Anita Fuji Lestari (D1A019022)
Farashyella Lumintang R (D1A019162)
Mufidah Nur Janah (D1A019019)
M. Hanif Nugroho (D1A019152)
Nanda Odhi B (D1A019058)
Rafly Maulana Kusuma (D1A019065)
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Ilmu Ternak otong ini yang
berjudul “Potensi Sebaran dan Distribusi Ternak Potong diindonesia”. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan umat akhir zaman
yang telah membawa perubahan dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penyusun diterima oleh Allah SWT
sebagai amal sholeh dan mendapatkan pahala berlimpah dari-Nya. Penyusun sadar, makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan perbaikan sangat
penyusun harapkan agar makalah ini dapat bermanfaat serta menjadi lebih sempurna,
dimana hal ini dapat menyempurnakan tugas-tugas serupa pada masa yang akan datang.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Daging merupakan Pangan pokok dengan sumber protein yang tinggi. Kandungan
Protein yang tinggi inilah yang membuat Daging menjadi salah satu Sumber pemenuhan
nutrisi bagi manusia terutama Protein. Sumber penghasil daging bisa didapatkan dari Ikan
maupun Ternak. Sebagai contoh adalah Sapi potong. Sumber protein dari daging potong
merupakan sumber protein yang penting sebagai Pemenuhan kebutuhan Gizi manusia.
Masyarakat di Indonesia telah memanfaatkan daging sebagai bahan dalam olahan daging
seperti Bakso, Sate, Gulai, Steak, Sate dan lainnya. Daging memiliki cita rasa yang gurih dan
berlemak untuk dikonsumsi sehingga diminti untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Pemanfaatan daging sebagai bahan pangan atau sebagai olahan sudah ada sangat lama sekali
sejak zaman manusia Purba. Oleh karena itu, daging sudah dianggap sebagai pangan Pokok
sumber protein yang selalu dipakai dan dikonsumsi diseluruh dunia. Kebutuhan akan daging
ini bisa disediakan dari Ketersediaan Sumber Daging, salah satu contohnya adalah Ternak
Potong.
Ternak seperti sapi Potong menyediakan Persediaan Daging untuk Pasar. Peminatan
daging Sapi dipasar selalu dipilih oleh masyarakat sebagai bahan baku olahan daging.
Ketersediaan akan daging harus bisa terpenuhi oleh produsen agar harga daging tidak
melonjak. Pemenuhan daging untuk konsumsi ini bisa diperoleh lewat para produsen tingkat
lokal seperti peternak lokal maupun dari Impor daging Luar Negeri. Para Peternak Lokal harus
bisa menyiapkan populasi sapi potong agar ketersediaan daging bisa terpenuhi. Jika tidak,
maka Impor daging dipilih sebagai pilihan lain agar ketersediaan daging terpenuhi walaupun
akan meningkatkan ketergantungan dengan produksi luar. Maka dari itu pengembangan
ternak potong seperti sapi potong perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
peternak lokal dan menciptakan kemandirian Produksi. Pengembangan tersebut dapat
berupa peningkatan sapi potong atau memaksimalkan pertumbuhan bobot badan sapi
potong agar memilki daging yang banyak.
Meningkatkan Populasi sapi potong memiliki kaitan yang sangat erat dengan
reproduksi sapi potong. Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk
meningkatkan populasi jenisnya lewat perkawinan. Dalam hal ini, kemampuan Reproduksi
dapat dipakai atau dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan populasi. Sapi potong
betina memiliki peranan sebagai Induk yang melahirkan anak memiliki andil dalam usaha
meningkatkan populasi sapi potong. Kemampuan sapi potong dalam melahirkan anakan bisa
di kembangkan sebelumnya seperti eningkatkan frekuensi birahi sehingga mudah
dikawinkan, Inseminasi Buatan, atau meningkatkan probabilitas kehamilan setelah
dikawinkan. Jumlah peminatan daging daging yang naik membuat beberapa peternak
memaksa harus memilih sapi potong betina untuk ikut disembelih. Tindakan ini bisa saja
berujung dengan penurunan populasi sapi potong karena tidak adanya betina. Pemerintah
pun sudah membuat aturan tentang larangan untuk memotong sapi betina produktif untuk
menjaga populasi sapi potong.
I.3. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya menyikapi permasalahan pemotongan sapi betina
produktif di Jawa Tengah.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pemotongan sapi betina produktif bagi
industri peternakan di Jawa Tengah.
3. Mengetahui penyebab terjadinya pemotongan sapi betina produktif di Jawa
Tengah
I.4. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengerti pentingnya masalah pemotongan sapi betina
produktif.
2. Mahasiswa dapat mengerti cara menyikapi masalah pemotongan sapi betina
produktif.
3. Mahasiswa dapat mengerti kekurangan dan kelebihan dari peraturan yang dibuat
pemerintah untuk menangani masalah pemotongan sapi betina produktif.
II. PEMBAHASAN
(1) Pelaporan terhadap pelaksanaan identifikasi status reproduksi, seleksi, dan penjaringan di
kabupaten/kota disampaikan oleh kepala dinas kabupaten/kota kepada bupati/walikota
secara berkala setiap bulan dengan tembusan disampaikan kepada kepala dinas provinsi.
(2) Pelaporan terhadap pelaksanaan identifikasi status reproduksi, seleksi, dan penjaringan di
provinsi disampaikan oleh kepala dinas provinsi kepada gubernur secara berkala setiap
bulan dengan tembusan disampaikan kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan.
(3) Pelaporan terhadap pelaksanaan identifikasi status reproduksi, seleksi, dan penjaringan
oleh UPT disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
III. PENUTUP
III.1. Kesimpulan
1. Pemotongan daging betina terjadi di indonesia untuk memenuhi kebutuhan
seluruh masyarakatnya karena kurang nya persediaan sapi jantan di jawa tengah.
2. Larangan pemotongan daging sapi betina karena akan menimbulkan populasi sapi
potong.
3. Pemerintah jawa tengah harus membuat larangan yang lebih berat untuk menjera
para pemotong sapi betina.
4. Memberikan sosialisasi tentang penting nya sapi betina dalam melestarikan
populasi sapi betina
DAFTAR PUSTAKA