Anda di halaman 1dari 12

1

MAKALAH PRAKTIKUM
PERNCANAAN DAN EVALUASI AGRIBISNIS PETERNAKAN

Perencanaan Pengembangan Usaha Sapi Perah KTT Andini Lestari


Desa Karang Tengah Kecamatan Cilongok Banyumas

Oleh :
KELOMPOK 2A
Asisten Nur Annisa J

KHAIRUL UMAM D1E014090


SITI KHOMARIYAH D1E014025
ANINDA APRILIYATI D1E014030
AJENG WIRACHMI D1E014033
SEPTIAN ALDI NUGRAHA D1E014038
AMIRUDIN MARUF D1E014039
SEFTIAN BAYU SUKMA D1E014042
IRFAN SULISTIYONO D1E014051
CRISTIAN PRAYOGA D1E014050
MOCHAMMAD NURHIDAYAT D1B015005

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERALSOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2017
2

ABSTRAK

KTT Andini Lestari terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan cilongok,


Kabupaten Banyumas. Peternakan tersebut berdiri pada tahun 2017 dengan jumlah
anggota 11 orang. Komoditas yang dipelihara yaitu ternak Sapi perah. Jumlah ternak
yang dipelihara terdiri atas 3 ekor sapi perah laktasi dan 1 ekor bakalan dengan
jumlah kandang 1 unit. Berdasarkan perhitungan analisis finansial pada peternakan
tersebut didapatkan efisiensi biaya 1,11. Nilai rentabililitas 13,68%. Nilai BEP harga
Rp. 6.308.219,-dan BEP produk 16 unit. Nilai Paybeck Period 3,09 periode.
Berdasarkan hasil tersebut disilmpulkan bahwa KTT Andini dalam pengembangan
usahanya sudah baik dalam sistem peternakannya karena setiap pengeluaran Rp. 1,00
akan menghasilkan Rp. 1.11,00 sehingga peternakan tersebut mendapat keuntungan .
3

I. ISI DOKUMEN

A. Profil Perusahaan
KTT Andini Lestari berdiri pada tahun 1993 yang mendapatkan bantuan dari
MEE dan pemerintah. Tahun1999 KTT andini Lestari mendapatkan bantuan dinas
peternakan dan juga bantuan dari BBPTU baturaden yaitu berupa 2 ekor sapi perah
untuk 1 orang dan mendapat bantuan pembuatan kandang. Selama 5 tahun peternakan
bantuan tersebut membalikan modal beruapa 2 ekor sapi perah dengan ukuran lingkar
dada 145 cm kepada BBPPTU.
Salah satu anggota dari KTT Andini Lestari yaitu Bapak Kartim beliau sudah
berternak sapi perah selama 22 tahun sejak tahun 1995. Pada tahun 2009 jumlah
anggota KTT Andini Lestari 11 orang. Terjadi penurunan anggota KTT Andini
Lestari pada tahun 2011- 2012 sejumlah 9 orang. Jumlah anggota sekarang yang ada
di KTT Andini Lestari berjumlah 13 orang. Anggota KTT Andini Lestari memiliki
kandang sejumlah 11 kandang yang diantaranya 6 kandang yang sudah terisi, dan 5
kandang yang belum terisi.
B. Table Data Koefisien Teknis KTT Andini Lestari
Input Proses Output Koefisien Teknis lain
Pakan hijauan, IB Jantan Muda Umur jual dara dan
konsentrat : 3 Budidaya dan juga jantan (3 - 5
kg/hari/ekor, 4-5 15 liter
(kg) Skala Bakalan : 0, bulan)
Kandang : 770 m2 Rasio sex (1 : 3)
produksi 25 ST
Satuan Ternak : 3 Peternakan Produksi susu Net calf crop (%/thn)
ST rakyat 15 liter (1,5 tahun)
Peralatan kandang : Gross calf crop : (2
Arit, Ember, sekop, 2,5 tahun)
pacul, dll S/C, Calving Interval
Bakalan : 1 ekor
(th) (1 -1,5 tahun)
Obat obatan :
Masa Laktasi (305 hari)
Koperasi
Presentasi Induk laktasi
Induk, Jantan ,
4

Bakalan (ST) : 3 (100%)


ST induk dan 0,25 Rata rata produksi

ST bakalan susu (liter/hari) : 15


Biaya biaya lain liter
Penggunaan susu untuk
(pakan) :
Ketela Rp. 1000/kg pedet betina : 7-8 liter
Penggunaan susu untuk
Ampas tahu Rp.
800/kg pedet Jantan : 4 5
Hijauan Rp. 300/kg liter
Konsentrat Rp.
3.400/kg
Tenaga kerja :
Keluarga

C. Pembahasan Tabel Koefisien Teknis KTT Andini Lestari


1. Manajemen (Pengadaan bibit dan Kesehatan)
Jenis sapi yang dipelihara di KTT Andini Lestasri adalah Sapi Peranakan
Frisien Holstain (PFH) yang didapatkan dari bantuan MEE dan Dinas Peternakan
untuk 1 orang mendapatkan 2 ekor sapi perah betina yang harganya Rp
3.000.000,00/ekor. Ciri-ciri Sapi Perah PFH adalah memiliki ciri fisik yaitu kulit
yang berwarna hitam dan putih yang coraknya tidak beraturan, ukurannya juga
relative besar, serta bagian belakang ukuranya lebih besar dan juga lebar. Menurut
Ratnawati (2014), kelebihan sapi perah yaitu bisa mendapatkan susu dengan kualitas
yang tinggi dan dalam jumlah yang banyak, bisa mendapatkan keuntungan dari
penjualan sapi perah dan juga penjualan dari anak sapi, tidak hanya susu dari sapi
perah yang bisa dijual, daging sapi perah yang sudah tidak memproduksi susu lagi
dapat dijual dan induk sapi perah mampu mampu menghasilkan anak sapi dalam
setiap tahunnya. Kelemahan sapi perah yaitu usaha ternak sapi perah memerlukan
modal yang cukup besar, dibutuhkan lahan yang luas untuk budidaya sapi ternak dan
5

sapi perah membutuhkan lahan untuk menanam hijauan sehingga harus mengeluarkan
modal lagi untuk lahan menanam hijauan sapi perah.
Pencegahan penyakit yang dilakukan di KTT Andini Lestari adalah dengan
cara sapi diberi ramuan tradisional (jamu), yang terdiri dari beberapa bahan
diantaranya adalah, temu lawak, kencur, kunyit, dan diberi obat cacing rutin setiap 6
bulan sekali, serta lantai kandang diusahakan selalu tetap kering, sedangkan untuk
pengobatannya diberi antibiotik dan vitamin yang diperoleh dari koperasi.
2. Kandang
Jenis kandang yang ada pada KTT Andini Lestari adalah kandang ganda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Oktavira (2011), kandang ganda terdiri dari dua baris
kandang yang bisa di bedakan, head to head atau berhadapan dan tail to tail atau
berlawanan. Bangunan kandang di kandang Bapak Kartim merupakan kandang yang
cukup kokoh dan sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang ada, dalam artian bangunan
kandang sesuai dengan keperluan usaha ternak sapi perah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Simmamora (2015), yang menyatakan bahwa bangunan kandang didasarkan
pada keperluan usaha sapi perah, ternak butuh akses bebas pada pakan dan air, cahaya
matahari yang cukup, pakan yang bersih dan ventilasi yang baik. Luas lahan di KTT
Andini Lestari luasnya 770 m2 dengan sewa Rp. 1.000.000,00/tahun. Luas kandang di
Bapak Kartim yaitu berukuran 2 m x 4 m untuk 2 ekor sapi dengan harga Rp
700.000,00, sedangkan Bapak Kartim memelihara 3 ekor sapi sehingga harga
kandang menjadi Rp 1.050.000,00.
3. Pakan
Pakan yang diberikan berupa pakan hijauan segar dan konsentrat yang
ditambah ampas tahu dan ketela. Pakan hijauan berfungsi untuk merangsang mikroba
alat pencernaan agar bekerja dengan baik, membuat kenyang dan mendorong
keluarnya kelenjar pencernaan. Menurut Yasnimar (2015) menyatakan bahwa hijauan
merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan.
Kebutuhan hujauan untuk kambing sekitar 70% dari total pakan. Adapun jenis rumput
yang dapat diberikan pada sapi perah antara rumput raja dan rumput gajah.
6

Pakan konsentrat tetap diberikan pada sapi yang berproduksi tinggi meskipun
harga konsentrat mahal, sedangkan pada sapi yang berproduksi rendah diberi pakan
seadanya. Konsetrat adalah suatu bahan pakan yang mempunyai kandungan serat
kasar yang rendah dan mudah dicerna, mengandung pati, dan protein yang tinggi,
sehingga nilai nutrisi yang terkandung pada konsentrat lebih baik dari pada hijauan.
Konsentrat sumber energi adalah bahan pakan dengan kandungan serat kasar kurang
dari 18% dan protein kasar kurang dari 20%. Konsentrat sumber protein adalah bahan
pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% dan protein kasar lebih besar
dari 20% (Askari, 2012).
Pemberian pakan di peternakan Bapak Kartim dilakukan 2 kali dalam sehari
yaitu pukul 07.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Jumlah pemberian hijauan 5
kg/ekor/hari, konsentrat 3 kg/ekor/hari, ampas tahu 5 kg/ekor/hari dan ketela 30
kg/ekor/hari. Pakan hijauan diberikan dalam bentuk segar. Menurut Siregar (2010),
Frekuensi pemberian pakan biasanya dikaitkan dengan frekuensi pemerahan .
Peternak-peternak sapi perah umumnya memberikan konsentrat dua kali sehari yang
diikuti dengan pemerahan susu dua kali sehari, yaitu pagi dan siang atau sore hari .
Konsentrat ada yang memberikan sesudah pemerahan dan ada pula yang memberikan
sebelum pemerahan. Hijauan diberikan setelah setiap pemberian konsentrat.
D. Perhitungan dan Pembahasan Analisis Kelayakan Usaha Peternakan
1. Analisi Ekonomi di Peternakan Bapak Kartim
a. Biaya Investasi

Modal Tetap
No Jenis Satuan Harga Satuan Jumlah
1 Kandang 1 unit Rp 1.050.000,- Rp 1.050.000,-
2 Ternak 3 ST Rp 30.000.000,-
3 Peralatan 12 Rp. 100.000,-
Total Biaya Investasi Rp 31.150.000,-
b. Biaya Produksi 10 Bulan
Biaya Tetap

No Jenis Satuan Harga Satuan Jumlah


1. Penyusutan
Kandang 10% / tahun Rp 1.050.000,-/th Rp. 105.000,-
7

2. Pajak Tanah 3 bulan Rp 1.500.000,-/th Rp. 4.500.000,-


Total Biaya Tetap Rp. 4.605.000,-
Biaya Variabel
1. Listrik 1 bulan Rp. 100.000,-/bln Rp. 300.000,-
2. Pakan
Konsentrat 3 kg Rp 3.400 Rp. 10.200,-
Hijauan 5 kg Rp 300 Rp. 1.500,-
Ampas Tahu 5 kg Rp. 800 Rp. 4000,-
Ketela 30 kg Rp. 1000 Rp. 30.000,-
Total biaya variabel Rp. 345.700,-
Total Biaya Seluruhnya (per 3 bulan) Rp. 4.950.700,-

c. Penerimaan
Penjualan Pedet
Jumlah Pedet = 3 ekor
Harga Jual = Rp. 5000.000,-
Penerimaan = Rp. 5000.000,- x 3 ekor = Rp.
15.00.000,-
Penjualan Susu liter
Harga = Rp 4.900,- /liter
Jumlah Penjualan = 15 liter
Penerimaan = 15x Rp 4.900,- = Rp. 73.500,-/periode
Penerimaan total = Penjualan pedet + penjualan susu
= Rp. 15.000.000,- + Rp. 73.500,-
= Rp. 15.073.500,-

d. Rentabilitas
Rentabilitas = (Laba bersih/Modal) x 100%

= (Rp.4.122.200,-/Rp. 31.150.000,-) x 100%

= 13,68%

Catatan = Rp. 4.122.200,- merupakan laba bersih dari hasil penghitungan laba
kotor-pajak 15%.

e. BEP (Harga dan Produk)


BEP Harga
8

BEP Harga = Biaya tetap/(1-(Biaya variabel/Total penjualan))

= Rp. 4.605.000,-/(1-( Rp. 4.122.200,-/ Rp. 15.073.500,-)

= Rp. 6.308.219,-

BEP Produk

BEP Produk = Biaya tetap/(Harga per unit-Biaya variabel per unit)

= Rp. 4.605.000,-/(Rp. 1.080.000,- Rp. 805.800)

= 16 unit

f. Payback Period

Payback Period = Investasi/laba

= Rp. 31.150.000,-/Rp. 10.123.000,-

= 3,09 periode atau 1,1 tahun

2. Pembahasan Analisis Ekonomi


a. Penerimaan
Penerimaan didapat dari penjualan pedet dan penjualan susu. Total
penerimaan yang didapatkan yaitu sebesar Rp. 15.073.500,-/ periodenya. Menurut
Rusdiana (2012) menyatakan bahwa penerimaan suatu usaha merupakan perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual sedangkan menurut Laryska (2013),
penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti
panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan dan barang
olahannya seperti hasil penjualan ternak dan tambahan modal hasil penjualan ternak.
b. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu, dan umumnya dirumuskan dengan jumlah laba yang
diperoleh selama periode tertentu dibagi modal atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas dihitung dari laba sebelum pajak dibagi
dengan rata-rata modal yang digunakan (capital employed) dalam tahun yang
9

bersangkutan. Modal rata-rata yang digunakan adalah rata-rata aktiva lancar ditambah
dengan aktiva tetap neto termasuk penyerahan, pada awal dan akhir tahun (Riyanto,
2001). Perhitungan rentabilitas diperoleh angka 13,68% melebihi suku bunga bank,
artinya perusahaan atau peternakan masih layak untuk dijalankan. Tingkat suku bunga
deposito Bank Internasional Indonesia jangka tahun 2017 sebesar 7 persen (PIPU,
2017).
c. Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) menunjukkan tingkat penjualan dimana perusahaan
tidak untung dan tidak rugi. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang
diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan Analisis BEP memberikan
pedoman tentang berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi atau dijual.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk membantu pemilik perusahaan
mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi) dan
penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya adalah untuk menentukan jumlah
keuntungan pada berbagai tingkat penjualan (Abidin, 2002). Berdasarkan hasil
analisis jumlah seluruh penerimaan break even point dalam rupiah adalah sebesar Rp.
6.308.219,-sedangkan break even point dalam produk sejumlah 16 ekor.
d. Payback Period
Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode
jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin
baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk
membiayai kegiatan lain (Riyanto,2001). Usaha peternakan sapi perah yang
dilakukan dinilai sudah dapat mengembalikan modal setelah usaha berjalan 3,07
periode atau 1,1 tahun.
10

II. PENUTUP
II.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa KTT
Andini Lestari yang bergerak dibidang Peternakan sapi perah mendapatkan
keuntungan karena diperoleh nilai efisiensi ekonomi sebanyak 1,11 sehingga dalam
pengeluaran Rp. 1,00 akan mendapat Rp. 1.11,00.

II.2 Saran
1. Skala peternakan masih dapat untuk diperbesar dan diperbanyak.
2. Manajemen pengolahan limbah lebih ditingkatkan.
11

3. Manajemen kesehatan lebih diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin.Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Askari, M. Z. 2012. Evaluasi Kecernaan beberapa Bahan Pakan pada Ternak


Peranakan Ongole dan Peranakan Frisien Holstein. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Laryska, Nabila. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah dengan Pemberian
Pakan Konsentrat Komersial Dibandingkan dengan Ampas Tahu. Jurnal
Peternakan. 28 (1) : 237-245.
Oktivira, Liya. 2011. Analisis Kemitraan Peternak Sapi Perah Dengan KUD Musuk
Di Kabupaten Boyolali. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 2 (3) : 178-189.
12

Ratnawati, Dian. 2014. Kinerja Produktivitas Sapi Perah Impor dan Hasil Turunannya
di Jawa Timur : Studi Kasus di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Pasuruan.
Buletin Peternakan. 3 (11) : 35-47.
Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi. Keempat. BPFE
Yogyakarta. Yogyakarta.
Rusdiana, S. 2012. Penguatan Koperasi Susu untuk Mendorong Pengembangan
Usaha Sapi Perah Rakyat. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1 (3) : 456-467.
Simmamora, T. 2015. Evaluasi Aspek Teknis Peternakan Sapi Perah Rakyat di
Kabupaten Karo Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan. 3(1) 78-89.
Siregar, Sori. 2010. Sistem Pemberian Pakan dalam Upaya Meningkatkan Produksi
Susu Sapi Perah. Jurnal Peternakan. 2 (3) : 256-262.
Yasnimar. 2015. Pengaruh Frekuensi Pemberian Hijauan terhadap Produksi Susu
Kambing Peranakan Etawa (PE) di Peternakan Kambing Perah Rantiang
Ameh. Jurnal Agroveteriner. 2 (12) : 789-796.

Anda mungkin juga menyukai