Anda di halaman 1dari 11

TATALAKSANA PEMELIHARAAN KAMBING LAKTASI DI

C.V SAHABAT TERNAK SLEMAN, YOGYAKARTA

Oleh : Fathur Aditama Handoko ( 200110150126 )

Abstrak

Praktik kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung


pemeliharaan kambing perah di CV. Sahabat Ternak. Metode yang digunakan
pada observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan,
wawancara bersama manajer kandang serta anak kandang, dan diskusi dengan
owner serta manajer peternakan. Tatalaksana pemeliharaan kambing laktasi terdiri
dari pemberian pakan dan minum, pemerahan, pemotongan kuku, pemotongan
tanduk, memandikan ternak, dan pemberian obat. Pemberian pakan di farm 1 dan
2 dilakukan 3 kali sehari. Pemerahan dilakukan pagi dan sore hari. Pemotongan
tanduk di CV. Sahabat Ternak dilakukan ketika tanduk mengganggu ternak
dengan menggunakan gergaji besi. Pemotongan kuku dilakukan ketika sudah
panjang dan mengganggu pergerakan ternak dengan menggunakan alat pemotong
kuku dan tali. Memandikan ternak dilakukan 2 minggu sekali, ternak yang
dimandikan menggunakan air detergen dan air bedak. Pemberian obat pada ternak
tidak terjadi secara rutin, pemberian obat hanya ketika ada ternak yang sedang
sakit.
Kata kunci : Tatalaksana pemeliharaan, Kambing Perah, Laktasi

1. Latar Belakang

Pada dasarnya kambing PE ini merupakan ternak dwi guna. Artinya,


kambing PE dipelihara dengan dua tujuan, yaitu menghasilkan susu dan daging.
Kambing PE memiliki kemampuan memproduksi susu antara 1,0 – 3,0 liter
perhari dengan kemampuan produksi susu tersebut maka kambing PE cukup
berpotensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil susu atau sebagai ternak
perah (Setiawan, 2003).

Permasalahan yang dihadapi peternak sekarang ini adalah bagaimana


teknik pemeliharaan yang baik dan benar agar produksi susunya sesuai dengan
harapan belum dipahami. Menurut Asih (2004), system pemeliharaan kambing
perah berbeda pada setiap status physiologi yang berbeda seperti: anak pra-sapih,
anak setelah sapih, anak sedang tumbuh, kambing dara, bunting dan laktasi.
Kambing yang sedang laktasi sangat peka dengan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kambing laktasi dapat
menurunkan produksi susu, dan akan berpengaruh terhadap produksi susu dan
berpengaruh pula pada pertumbuhan anak pra-sapih.

Oleh karena itu pemahaman mengenai pemeliharaan kambing laktasi


dalam kegiatan industri kambing perah memiliki peran yang sangat penting dalam
keberlangsungan kegiatan produksi.

2. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai
wadah mahasiswa untuk mencari pengalaman dan wawasan di luar bangku kuliah
mengenai dunia pekerjaan di bidang peternakan kambing perah dan pemahaman
mengenai tatalaksana pemeliharaan kambing laktasi yang terdapat dalam bidang
usaha kambing perah.

3. Metode Pengamatan

Metode pengamatan yang dilakukan pada kegiatan Praktik Kerja


Lapangan (PKL) yang bertempat di CV. Sahabat Ternak adalah dengan
mengamati kegiatan rutin yang dilaksanakan di peternakan, melakukan
wawancara dengan manajer kandang serta anak kandang, serta melakukan diskusi
bersama dengan owner dan manajer CV. Sahabat Ternak.

4. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

CV. Sahabat Ternak merupakan peternakan yang terletak di Girikerto,


Sleman, Yogyakarta. CV. Sahabat Ternak terdiri dari 2 kandang kambing dan
pengolahan.
4.1 Pemerahan

Sistem pemerahan yang terdapat di farm 1 dan 2 CV. Sahabat Ternak


memiliki sistem pemerahan yang tidak berbeda jauh, dimana pemerahan
dilakukan dengan cara manual 5 jari (whole hand) dan langsung dimasukan
kedalam kompan/jerigen 5L untuk farm 1 dan 2.

Cara pemerahan yang baik :

 Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih


 Sebelum melakukan pemerahan, petugas harus dalam kondisi sehat
dan membersihkan tangan sebelum pemerahan
 Bersihkan ambing dengan cara dilap air hangat
 Pemerahan dilakukan selama 4-7 menit / ekor
 Pastikan tidak ada susu yang tersisa diambing
 Pasca pemerahan berikan desinfektan pada ambing
(Setiawan dkk, 2003)

Cara pemerahan di CV. Sahabat Ternak 1 ataupun 2 masih jauh dari kata
steril karena tidak memenuhi Standard Operatomg Procedure (SOP) yang
tersedia, karena ambing tidak dibersihkan dahulu dengan dilap air hangat.
Menurut Asih (2004) sebelum dilakukan pemerahan ambing dibersihkan dengan
dilap air hangat agar ambing dalam kondisi bersih dan dapat merangsang dari
ambing tersebut. Pasca pemerahan ambing tidak dilap dengan kain bersih lalu
tidak adanya pemberian desinfektan. Menurut Sinderejo (1996) pemberian
desinfektan pada pasca pemerahan guna mencegah terjadinya mastitis dan
masuknya bakteri dari luar.

Waktu pemerahan pada farm 1 dilakukan pada pukul 07.00 dan pukul
16.00. Pemerahan pada farm 2 dilakukan pada pukul 07.00 dan pukul 17.00. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan, dkk (2003) bahwa pemerahan
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan interval waktu 9-12 jam.
4.2 Pemberian Pakan dan Minum

Pakan yang diberikan pada kambing perah Peranakan Ettawa, Saanen dan
Sapera pada CV. Sahabat Ternak yaitu berupa hijauan dan konsentrat. Sesuai
dengan pendapat Williamson dan Payne (1993), bahwa secara garis besar pakan
ternak dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu hijauan dan konsentrat.

Pemberian pakan pada kambing laktasi di farm 1 sebanyak 3 kali sehari.


Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (2005) yang menyatakan bahwa
pemberian pakan minimal 2 kali sehari. Diantarnya pukul 06.30 dan pukul 15.00
pemberian konsentrat untuk 44 ekor kambing laktasi yang terdiri dari pollard 20
gayung, onggok 2 gayung, mollases 500 mL, garam ½ gayung, jus bawang 2 tutup
botol, air secukupnya. Serta pemberian hijauan pada pukul 12.00, sebelum
diberikan kepada ternak, hijauan dicacah dengan mesin chopper, hijauan dipotong
– potong 5 cm. Pencacahan hijauan dilakukan agar pakan tidak banyak terbuang,
sesuai dengan menurut Kaleka dan Haryadi (2013) menyatakan bahwa, agar
pemberian pakan lebih efisien, pakan hijauan dipotong – potong 5 -10 cm. Semua
hijauan yang dicacah bersamaan juga menghindari seleksi terhadap pakan,
kambing akan memakan pakan tersebut tanpa memilih hijauan, menurut Mulyono
(2005), pada dasarnya kambing tidak selektif dalam memilih pakan, segala
macam daun – daunan dan rumput disukai oleh kambing.

Pemberian pakan kambing laktasi pada farm 2 sebanyak 3 kali sehari,


diantaranya pukul 07.30 pemberian konsentrat pasca pemerahan dan pukul 12.00.
Konsentrat yang diberikan untuk 11 ekor kambing laktasi berupa campuran dari
pollard 4 gayung, ampas tahu 6 gayung, konsentrat mix 2 gayung, susu bubuk 250
mg, bungkil kedelai 1 gayung, air, garam, molases secukupnya. Pemberian
hijauan pada pukul 15.00, hijauan yang diberikan berupa kaliandra dan daun
singkong tanpa perlakuan apapun, hijauan yang diberikan sepenuhnya bak pakan
yang tersedia.
Pemberian minum di CV. Sahabat Ternak untuk farm 1 dilakukan
pergantian air minum selama 2 hari sekali karena pada farm 1 terdapat bak minum
untuk ternak. Menurut Asih (2004) bahwa air minum untuk ternak kambing harus
selalu ada dan dibersihkan baiknya 2 hari sekali ketika kondisi bak minum sudah
kotor. Serta pada pukul 16.30 diberikan air minum yang terdiri dari air, mollases
500 mL dan pollard 3 gayung untuk 44 ekor ternak laktasi. Sedangkan pemberian
air minum pada farm 2 sehari diberikan 2 kali, air minum diberikan pada pukul
10.00 dan pukul 14.00. Air minum yang diberikan terdiri dari ampas tahu, air
serta molases secukupnya, pemberian air minum ini guna meningkatkan produksi
susu kambing tersebut.

4.3 Pemotongan Tanduk

Pemotongan tanduk di CV. Sahabat Ternak dilakukan dengan tujuan agar


tidak melukai ternak, tidak mengganggu ternak saat makan, dan tidak
menghalangi kepala ternak untuk keluar dari kandang. Pemotongan ternak di CV.
Sahabat Ternak dilakukan menggunakan gergaji besi, alkohol 70% dan air, cara
pemotongan dilakukan dengan ternak ditempatkan di kandang jepit, lalu beri
alkohol 70% untuk mencegah kontaminasi bakteri, lalu mulai gergaji tanduk
dengan gergaji besi, sesekali diberi air agar tidak panas. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Muljana (2001) bahwa pemotongan tanduk dapat dilakukan
dengan gergaji besi steril secara hati-hati.

Menurut Sodiq dan Abidin (2008), jika tanduk sudah tumbuh sejak
kambing dilahirkan, sebaiknya sejak kecil sudah dilakukan pemotongan tanduk.
Pemotongan tanduk sebaiknya dilakukan saat cempe berumur satu bulan.
Tujuannya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tanduk
kambing betina harus dipotong untuk memudahkan proses pemerahan dan agar
pemerah tidak ditanduk kambing. Tanduk kambing jantan juga harus dipotong,
karena tanduk bagi kambing jantan adalah senjata untuk menyerang sesuatu yang
tidak disukai.
Beberapa jenis atau bangsa kambing, cempe jantan atau betina lahir dalam
keadaan belum tumbuh tanduk. Pertumbuhan tanduk ini sebaiknya dicegah.
Caranya dengan memanasi tempat tumbuh tanduk menggunakan alat yang disebut
disbudding iron. Untuk memudahkan penanganan, kambing dimasukkan ke
sebuah kotak yang ukurannya sesuai dan bagian kepalanya berada diluar kotak.
Bagian kepala dipanasi menggunakan disbudding iron selama 5-10 detik (Sodiq
dan Abidin 2008).

4.4 Pemotongan Kuku

Pemotongan kuku pada kambing di CV. Sahabat Ternak dilakukan dengan tujuan
menghindari penyakit kaki bagi kambing, terhambatnya aktivitas ternak, dan jika
patah dapat menimbulkan infeksi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sodiq
dan Abidin (2008) bahwa pertumbuhan kuku kambing yang dipelihara didalam
kandang relatif lebih cepat dibandingkan dengan kambing yang dipelihara
dipadang penggembalaan. Hal ini terjadi karena ruang gerak kambing didalam
kandang sangat terbatas. Kuku yang panjang bisa berakibat buruk bagi kambing,
misalnya memungkinkan kambing terserang penyakit kuku busuk (foot root) yang
berkembang disela-sela kuku. Selain itu, kuku yang panjang menyebabkan
kambing sulit berjalan dan kambing jantan sulit untuk mengawini kambing betina.
Kuku yang panjang juga mudah patah yang bisa menimbulkan luka dan infeksi.
Farm 1 maupun 2 melakukan pemotongan kuku secara rutin, ketika ternak
terlihat ada kendala dikaki berupa sulit bergerak karena kuku panjang maka
dilakukan pemotongan kuku. Menurut (Asih, 2004) Kuku kambing harus
dipotong secara rutin, setidaknya setiap dua bulan sekali.

4.5 Pemberian Obat

Pemberian obat di CV. Sahabat Ternak tidak dilakukan secara rutin,


pemberian obat hanya dilakukan ketika terdapat ternak yang sedang sakit. Ketika
terdapat ternak kambing yang terkena bloat akut sehingga kambing tersebut tidak
dapat berdiri kembali setelah dikeluarkan dari kandang, ketika terdapat kambing
yang sakit baru diberikan vitamin untuk menambah nafsu makan dan disuntikkan
dimethicone ke pangkal paha. Pemberian obat dimethicone bekerja dengan cara
menurunkan tegangan permukaan,sehingga gelembung-gelembung gas dalam
rumen terurai menjadi gelembung-gelembung kecil kemudian bergabung sehingga
dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan, pemberian dimethicone sebanyak 5
mL. Menurut Murtidjo (2001) bahwa pengobatan pada kambing yang menderita
bloat dapat dilakukan dengan pembuatan lubang menggunakan trokar yang
dimana membuat lubang agar gas dapat keluar.

CV. Sahabat Ternak melakukan pemberian obat kutu pada ternak yang
terliat seperti gelisah karena gatal-gatal yang biasa terjadi karena terdapat kutu
ataupun kudis sehingga ternak biasanya menggosokan badannya ke benda yang
keras, bulu dari kambing tersebut rontok, dan terjadi rusaknya kulit dari kambing
tersebut. Obat kutu yang biasa digunakan oleh CV. Sahabat Ternak diantaranya
adalah invomec dengan takaran 2,5 mL untuk setiap ternaknya dengan cara
ditetesi didaerah punuk dan pangkal ekor karena merupakan area yang tidak akan
dijilat oleh ternak. Namun obat kutu invomec selain ditetes dapat juga disuntikkan
ke kambing, namun jika menggunakan cara suntik kambing yang sedang bunting
tidak dapat menggunakan cara tersebut dikarenakan kambing akan mengalami
keguguran, selain itu invomec hanya dapat diberikan pada ternak kambing yang
berusia lebih dari 2 bulan.

4.6 Memandikan Ternak

Memandikan ternak di CV. Sahabat Ternak dilakukan selama 2 minggu 1


kali namun juga melihat cuaca ketika cerah maka akan dimandikan, ternak
dimandikan dengan ditempatkan dikandang jepit. Menggunakan air detergen dan
campuran air dengan bedak untuk membuat ternak menjadi lebih bersih. Tujuan
dari memandikan ternak itu sendiri agar ternak kambing terhindar dari parasit –
parasit yang sering menempel pada kambing dikarenakan tubuh kambing yang
kotor. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sodiq dan Abidin (2008) yang
menyatakan bahwa kambing kurang menyukai air dan tidak pernah membersihkan
badannya sendiri, sehingga kondisi tubuhnya selalu kotor. Badan yang kotor
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya berbagai parasit dan mikroba bibit
penyakit. Dalam usaha peternakan kambing perah, sebaiknya kambing selalu
dimandikan, setidaknya setiap dua minggu sekali. Jika lantai kandang masih
berupa tanah, kegiatan memandikan kambing harus dilakukan lebih sering.
Kambing sebaiknya dimandikan pada pagi hari saat cuaca cerah, sehingga tubuh
kambing lebih cepat kering. Secara tidak langsung, kebersihan tubuh kambing
bisa meningkatkan produksi susu.

5. Kesimpulan

Tatalaksana pemeliharaan kambing laktasi di CV. Sahabat Ternak meliputi


6 point penting, diantaranya pemberian pakan dan minum, pemerahan,
pemotongan tanduk, pemotongan kuku, pemberian obat-obatan, dan memandikan
ternak. Baik kandang 1 maupun kandang 2 di CV. Sahabat Ternak terdapat
perbedaan yang tidak begitu besar dari segi pemeliharaan kambing laktasi yang
merupakan bagian penting dalam industri perah.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z dan A. Sodiq. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan


Etawa. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Asih, A.R.S. 2004. Manajemen Ternak Perah. UNRAM Press. Mataram.

Kaleka, N. Haryadi, N. K. 2013. Kambing Perah. PT. Pustaka Baru. Yogyakarta.

Muljana, W, 2001. Cara Beternak Kambing. CV. Aneka Ilmu. Semarang.

Mulyono. 2005. Teknik Pembibitan Kambing Dan Domba. Penebar Swadaya.


Jakarta

Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Setiawan, T. dan Tainus, A. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa.


Penebar Surabaya. Jakarta.

Sinderejo, S., 1996. Pedoman Pemeliharaan Kambing Perah. Balai Pustaka.


Jakarta.

Williamson, G Dan W. Sa. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai