Anda di halaman 1dari 12

KESEHATAN LINGKUNGAN

“Peternakan Ayam Broiler”

Oleh:

Kelompok 5

I Nyoman Bagus Tri Aribawa 2009511136

I Wayan Putra Listiawan 2009511138

Made Vidia Saraswati Devi 2009511142

Anak Agung Istri Agung Nomi Novtiana 2109511106

Ni Putu Premasuari Putri Maha Devi 2109511113

I Gusti Ngurah Agung Putra Bayu K. W. 2209511023

Cathy Beatrice Evelyn Purba 2209511079

Dewa Ayu Dyah Manik Rakarna 2209511083

Ofel Aleggra Putri 2209511109

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2023
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Peternakan Ayam Broiler Putra Jaya Farm

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Peternakan ayam broiler yang kami kunjungi adalah Peternakan Ayam Broiler Putra
Jaya Farm yang berlokasi di Desa Kuwum, Kecamatan Marga, Kab. Tabanan. Peternakan
ini merupakan peternakan milik pribadi bapak Wayan Sugita yang bekerja sama dengan
PT Charoen Pokphand Indonesia. Untuk sumber pakan biasanya berasal dari PT Charoen
Pokphand Indonesia sedangkan untuk operasional sehari-hari seperti pemberian pakan
ataupun kebersihan kandang biasanya hanya dilakukan berdua dengan sang istri. Jumlah
ayam broiler yang ada di peternakan ini yaitu 7000 ekor dan pada saat kami melakukan
wawancara umur ayam broiler baru memasuki 12 hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari paper ini adalah
sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana sistem kandang yang berlaku pada peternakan ayam broiler?

1.2.2 Bagaimana penanganan ternak yang diterapkan pada peternakan ayam broiler?
1.2.3 Bagaimana pengadaan air bersih yang diterapkan pada peternakan ayam broiler?
1.2.4 Bagaimana sistem sanitasi yang berlaku pada peternakan ayam broiler?

1.2.5 Bagaimana manajemen limbah dan penanganan sampah yang berlaku pada
peternakan ayam broiler?
1.3 Tujuan

Paper ini bertujuan memberikan gambaran komprehensif mengenai kesehatan


lingkungan pada peternakan ayam broiler. Paper ini juga diharapkan dapat menjadi
sumber informasi yang relevan untuk memperluas pengetahuan pembaca mengenai
berbagai aspek yang mempengaruhi kesehatan lingkungan peternakan ayam broiler.
BAB II Pembahasan

2.1 Sistem Kandang

Gambar 2. Sistem Kandang Peternakan Ayam Broiler Putra Jaya Farm

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Sistem kandang yang digunakan pada peternakan ayam broiler Putra Jaya Farm
adalah tipe kandang close house Tunnel Ventilation System dengan menggunakan cooling
pad. Alasan bapak Wayan Sugita memilih sistem kandang close house adalah karena
dengan sistem ini kapasitas ayam broiler yang ditampung dapat jauh lebih banyak
dibandingkan dengan sistem kandang open house. Selain itu, ayam lebih terjaga dari
gangguan luar baik fisik, hewan lain, serangan penyakit, maupun polusi, dan dengan
sistem ini pakan menjadi lebih efisien serta biosecurity lebih mudah untuk dikontrol.
Alasan lainnya adalah menurut bapak Wayan Sugita dengan menggunakan sistem ini
kebutuhan suhu ayam broiler dapat terpenuhi dan dapat terhindar dari panasnya cuaca
yang tidak stabil.

Kandang peternakan ini berada di pedesaan yang sepi penduduk serta memiliki jarak
yang cukup jauh dengan rumah warga yang berada di sekitarnya, dengan demikian jarak
ini dapat mengurangi resiko penularan penyakit dan juga mencegah merambatnya api
apabila terjadi kebakaran. Namun, aksesibilitas lokasi peternakan tersebut mudah
terjangkau, dimana sudah terhubung dengan jalan aspal yang baik dan lancar, dengan
jarak 7,5 km dari pusat kota Tabanan ke lokasi peternakan.
2.2 Penanganan Ternak

Pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik dan anorganik untuk
ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses
pertumbuhan, supaya pertumbuhan dan produksinya maksimal, jumlah dan kandungan
zat pakan yang diperlukan harus memadai. Konsumsi pakan yang tidak maksimal dapat
menyebabkan ayam kesulitan mencapai standar bobot badan. Pemberian pakan ayam
harus disesuaikan dengan fase pertumbuhannya supaya penyerapan nutrisinya optimal.
Pemberian pakan ternak ayam broiler oleh bapak Wayan Sugita yaitu berupa pakan ayam
campur yang sudah disediakan oleh kemitraan. Dalam pemberian pakan dengan populasi
7000 yang dimana pada saat kami melakukan wawancara ayam berumur 12 hari yang
dalam 1 harinya menghabiskan pakan sebanyak 10 karung dengan berat 1 karung yaitu
50kg dan diberikan secara ad libitum (pemberian pakan dalam jumlah tak terbatas tetapi
tetap terukur).

Selain pemberian pakan, pemberian vitamin dan melakukan vaksinasi merupakan hal
penting yang harus dilakukan oleh peternak untuk menjaga kondisi ayam agar sehat.
Bapak Wayan Sugita tidak lupa memberikan suplemen berupa vitamin untuk menjaga
kesehatan ayam broiler, vitamin tersebut diberikan melalui air minum dan pemberian
vaksin juga dilakukan untuk mencegah penyakit pada ayam broiler, vaksin tersebut
diberikan dengan cara diteteskan pada ayam.

Terlepas dari semua itu, aktivitas panen merupakan proses akhir dari keseluruhan
kegiatan budi daya. Proses panen akan menjadi penentu akhir yang didapat oleh peternak
dari hasil usaha selama pemeliharaan. Bapak Wayan Sugita dalam pemeliharaan ayam
broilernya dari DOC masuk kandang sampai panen biasanya mengalami kematian
sebanyak 3% - 5% dari total 7000 populasi ternak. Bapak Wayan Sugita melakukan
pemanenan pada ternak ayam broilernya dilakukan pada umur 35 hari. Dimana hasil
panen tersebut dalam pemanenannya diambil langsung oleh kemitraan yang diikutinya.

2.3 Pengadaan Air Bersih

Standard Operating Procedure (SOP) mengenai pengadaan air bersih untuk


peternakan, terutama untuk air minum peternakan ayam broiler adalah sebagai berikut.

● Bersihkan tandon air dalam kandang, dengan disikat.


● Gelontor dengan air pipa-pipa saluran air minum.
● Setelah bersih, isi tandon dengan air (dengan level normal) dan tambahkan
desinfektan chlorin dosis 2 cc/liter, aduk dengan rata dan diamkan minimum 4
jam, kemudian lakukan pengurasan dengan cara mengalirkan ke pipa-pipa
saluran air minum sampai habis.
● Bilas dengan air dan isi ulang tandon dengan air bersih sebelum DOC datang.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Peternakan Putra Jaya, didapatkan data


bahwa air yang digunakan untuk aktivitas dalam peternakan bersumber dari Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Air yang bersumber dari PDAM ini juga digunakan untuk
air minum. Air ditampung sementara di dalam tangki air terlebih dahulu. Peternakan
Putra Jaya menggunakan klorin sebagai desinfektan yang dicampurkan ke dalam air
minum yang kemudian dialirkan melalui pipa paralon yang dipasang nipple sebagai
media pemberian air minum untuk ayam. Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam
hipoklorit. Klorin memiliki sifat oksidator yang kuat dalam membunuh bakteri
(Escherichia coli), virus, dan jamur, serta melarutkan zat organik. Mekanisme kerja
klorin adalah dengan menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan
cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat.
2.4 Sanitasi Kandang

Tipe kandang pada peternak ayam ini menggunakan tipe closed house menggunakan
alas sekam dan telah didukung oleh peralatan berupa exhaust fan, cooling pad, heater,
dinding/tirai kandang dan controller. Pengendalian suhu dilakukan oleh sepasang alat
yang dinamakan heater dan cooling pad serta proses ventilasi dilakukan menggunakan
exhaust fan.

Untuk menaikan suhu dalam closed house, biasanya dibantu oleh heater. Alat ini akan
banyak bekerja saat broiler memasuki fase brooding. Kemudian, untuk menurunkan suhu
digunakan alat bernama cooling pad. Cooling pad akan mendinginkan udara luar yang
masuk ke kandang dengan prinsip penguapan air. Cooling pad dihubungkan dengan
pompa yang akan membasahinya dengan air. Ketika udara panas dari luar kandang
memasuki cooling pad, maka air akan mengambil energi panas dari udara sehingga air
akan menguap (evaporasi) dan mengakibatkan turunnya temperatur udara yang masuk ke
dalam kandang. Selain itu, cooling pad juga berfungsi sebagai penyaring udara yang
masuk ke kandang. Di mana sekat-sekat cooling pad akan mencegah kotoran udara
(berukuran besar) untuk masuk ke dalam kandang, sehingga udara masuk menjadi lebih
bersih.

Alas yang digunakan kandang yaitu kertas dan diberi sekam dengan tebal 7 cm
dengan sekam yang bersih,tidak berbau,tidak basah dan penggunaan sekam juga
memiliki kelebihan daya serap air tinggi, sehingga tidak menimbulkan bau sehingga
amonia yang terbentuk dari kotoran ayam dapat diminimalkan. Sekam ditambah setelah
21 hari sampai panen, dan setelah panen limbah sekam dijual untuk dijadikan pupuk.

Kemudian untuk tempat makanan digantung dan tempat air minum secara otomatis
(nipple) yang hanya mengisi profil air tank kemudian dialirkan secara otomatis dan
penggunaan air minum juga secara ad libitum. Penggunaan nipple dapat mencegah air
tumpah ke lantai kandang dan air minum tidak terkontaminasi kotoran, lebih mudah
dalam pemberian nya, tidak boros air dan tidak perlu dibersihkan tiap hari.

Penerapan biosecurity yang dilakukan pada saat memasuki kandang yaitu dengan
penyemprotan spray desinfektan pada pekerja atau orang yang memasuki kandang.
Sanitasi di kandang Closed House Bapak Wayan Sugita terhadap peralatan kandang dan
lingkungan kandang seperti pembersihan lingkungan di sekitar kandang pembersihan
tempat air (Nipple) dan tali tempat makan dan minum (Nipple) secara berkala agar tetap
bersih serta pengerokan sekam, penyemprotan kandang menggunakan desinfektan,
membersihkan bagian teras kandang dan selokan, penyemprotan mobil transportasi
pengangkutan ayam dilakukan dua hari sekali pada masa periode pemeliharaan dengan
desinfektan, dan penyemprotan sarana transportasi, personal dan lingkungan kandang
secara rutin.

2.5 Penanganan Limbah dan Sampah

Terdapat 3 cara penanganan limbah dan sampah :

1. Penanganan primer (primary treatment)

Merupakan Langkah awal di dalam sistem pengolahan limbah cair dimana terdapat
beberapa proses kimia dan fisika yang dikerjakan. System ini bertujuan untuk
memisahkan zat padat baik organic maupun anorganik serta minya dan juga lemak dari
zat cair dengan menggunakan proses fisika dan kimia dimana sehingga air akan terlihat
jernih, pH netral, dan tidak mengandung logam berat. Dimana terdapat tiga tahapan
yaitu:

1. Proses pengendapan/ presipitasi

Dalam keadaan tenang, pasir, benda-benda kecil, dan hancuran padatan akan
mengendap. Pengendapan yang terjadi dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Proses
pengendapan ini berfungsi sebagai berikut

1) Mengurangi kebutuhan oksigen pada proses pengolahan biologis berikutnya.

2) Memperoleh air buangan yang jernih.

3) Mempermudah proses penanganan lumpur.

4) Endapan yang dihasilkan digunakan untuk menutup tanah pertanian/keperluan lain.

Padatan tersuspensi dapat mengendap ketika aliran air buangan diperlambat dan
dilakukan dalam tangki sedimentasi. Padatan tersuspensi yang mengendap disebut
lumpur mentah. Untuk mempercepat proses pengendapan sering ditambahkan tawas.

2. Koagulasi-filtrasi

Dalam tahap ini bahan-bahan buangan yang berukuran besar disaring menggunakan
suatu alat komunikator yang berfungsi menyaring sambil menghancurkan bahan padatan.
3. Sedimentasi/ flotasi

Dimana kotoran terdispersi dalam air dapat dipisahkan dengan cara sedimentasi atau
diapungkan (flotasi). Apabila pengotor memiliki kecenderungan untuk mengendap, pada
umumnya proses sedimentasi lebih mudah, dan hasilnya lebih baik. Proses flotasi
sebaiknya dilakukan terhadap pengotor yang memiliki kecenderungan untuk mengapung
maupun melayang. Proses pengapungan ini dapat dibantu dengan mengikat partikel
kotoran dengan gelembung udara, dalam alat yang disebut dissolved air flotation (DAF).

2. Penanganan sekunder (secondary treatment)

Dalam penanganan sekunder ini mengalami proses dekomposisi bahan-bahan padatan


secara biologis. Proses penguraian bahan organik dilakukan oleh mikroorganisme secara
aerobiik dan anaerobic. Dimana proses aerob menggunakan oksigen dengan bantuan
lumpur aktif (activated sludge) yaitu lumpur yang banyak mengandung bakteri pengurai.
Adapun dalam proses anaerobik zat organik diuraikan tanpa oksigen. Proses pengolahan
anaerobik bisa menghasilkan biogas (gas metana dan karbon dioksida).

3. Penanganan tersier (tertiary treatment)

Merupakan lanjutan dari penanganan sekunder. Pada pengolahan ketiga (tertiary


treatment) bertujuan menghilangkan nutrisi/unsur hara khususnya nitrat dan fosfat.
Sebagian besar senyawa nitrogen dan fosfor tetap ada dalam air buangan walaupun telah
mengalami proses penanganan primer dan sekunder, maka perlu penanganan ketiga
karena komponen tersebut akan menyebabkan perubahan rasa dan bau.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Wayan Sugita selaku
pemilik Peternakan Ayam Broiler Putra Jaya, diketahui masing-masing pengelolaan
terhadap limbah yang dihasilkan dalam aktivitas peternakan, yaitu sebagai berikut.

● Kotoran ayam broiler yang tercampur dengan sekam

Manajemen kandang pada Peternakan Ayam Broiler Putra Jaya menggunakan alas
berupa sekam yang setiap hari dibolak-balik sampai ayam berusia 21 hari. Setelah ayam
berusia 21 hari, sekam tersebut ditambahkan setiap hari sampai ayam dipanen.

Biasanya, masa panen ayam broiler di Peternakan ayam broiler Putra Jaya adalah
berkisar umur 33–35 hari. Dalam 1 periode, peternakan ini menghabiskan 400 karung
sekam pada cuaca normal dan menghabiskan lebih banyak sekam pada musim hujan
yang dimana memiliki kelembaban yang tinggi, sehingga dapat mengurangi resiko ayam
terjangkit penyakit. Setelah seluruh ayam dipanen, kotoran ayam yang tercampur dengan
sekam tersebut dijual kepada petani sebagai pupuk tanaman.
● Karung bekas pakan ternak dan sekam

Karung bekas pakan dan sekam merupakan limbah yang dihasilkan dalam aktivitas
peternakan. Karung-karung ini dimanfaatkan oleh pemilik Peternakan Ayam Broiler
Putra Jaya untuk dijadikan sebagai wadah untuk menampung kotoran ayam yang
tercampur dengan sekam yang akan dijual kepada petani sebagai pupuk tanaman.

● Ayam broiler yang telah mati

Ayam yang telah mati dapat menimbulkan polusi udara dan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan apabila tidak dilakukan penanganan. Pada Peternakan Ayam
broiler Putra Jaya, ayam-ayam yang telah mati dibawa pulang dan direbus oleh peternak
untuk diberikan kepada babi.
BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan

Ruang lingkup kesehatan lingkungan pada Peternakan Ayam Broiler mencakup


sejumlah faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan dan produktivitas ayam.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam konteks ini melibatkan sistem kandang,
penanganan ternak, pengadaan air bersih, sanitasi, hingga manajemen limbah, dan
penanganan sampah, serta faktor lingkungan lainnya.

Pada aspek sistem kandang, ukuran, ventilasi, pencahayaan, hingga pengendalian


suhu menjadi beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menciptakan sistem
kandang yang efektif. Misalnya, kandang yang Overcrowding dapat menyebabkan stres
dan meningkatkan risiko penyakit bagi ayam. Pada Peternakan Putra Jaya, pengadaan air
bersih bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang membantu
ketersediaan air yang konstan. Dengan demikian, Ayam akan membutuhkan akses mudah
ke air bersih setiap saat untuk menghindari dehidrasi.

Sanitasi diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kesehatan


ayam. Salah satu aspek sanitasi yang dapat diterapkan adalah pemantauan kualitas udara
dengan pemakaian cooling pad yang berfungsi untuk mengendalikan suhu dan
menyaring udara yang masuk ke kandang. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah
manajemen penanganan limbah dan sampah. Hal ini penting untuk menjaga kebersihan
dan keberlanjutan peternakan ayam broiler.

Kesehatan lingkungan dalam peternakan ayam broiler perlu diperhatikan dengan


cermat karena memiliki dampak langsung pada kesejahteraan dan produktivitas ayam,
kesehatan konsumen, serta keberlanjutan lingkungan. Kesehatan lingkungan yang baik
mempengaruhi kualitas produk ayam broiler dan membantu mencegah penyebaran
penyakit di antara populasi ayam. Air bersih, sanitasi yang baik, dan manajemen limbah
yang efisien juga dapat membantu memastikan produk yang aman dan bermutu tinggi
untuk konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Kuntari, W. (2017). Peningkatan Kualitas Ayam Ras Pedaging Pada CV Banda Poultry Shop
Bandung. Jurnal Sains Terapan: Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian, 7(1),
12-24.

Putra, T. G. (2017). Penerapan Biosekuriti pada Peternakan Ayam Broiler Milik Orang Asli
Papua (OAP) di Kabupaten Nabire. Jurnal FAPERTANAK: Jurnal Pertanian dan
Peternakan, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai