Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

Budaya dan Ternak Unggas

Ayam Broiler

Judul

Penyusun :

Dr. Ir. Tuty Maria Wardiny, M.Si


Universitas Terbuka.

Nama : Vinsensius Memorianus Telaumbanua


Nim : 043422614
II
PENDAHULUAN
1.1. Ruang Lingkup
Secara garis besar pengertian manajemen pemeliharaan yaitu pengorganisasian operasi
pemeliharaan untuk memberikan performansi mengenai peralatan produksi dan fasilitas industri.
Dasar pemikiran yang sehat dan logis adalah suatu persyaratan terbaik dalam mengorganisasikan
pemeliharaan. Pengorganisasian ini mencakup penerapan dari metode manajemen dan
memerlukan perhatian yang sistematis. Hal ini merupakan pekerjaan yang harus
dipertimbangkan secara sungguhsungguh dalam mengatur perlengkapan. Dimana perlengkapan
itu merupakan peralatan, material, tenaga kerja, biaya, teknik atau tata cara yang diterapkan serta
waktu pelaksanaannya. Dengan mengetahui tujuan dan sistem manajemen yang diterapkan, maka
akan dapat mengatasi masalah, megambil tindakan serta mengerti dengan jelas permasalahan
yang sedang dihadapi.
Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain
perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan
pemasaran.

1.2. Maksud dan Tujuan


 Mampu mengerjakan penyiapan kandang untuk peliharaan ayam broiler dari DOC
sampai dipasarkan.
 Menghitung kebutuhan luas kandang sesuai dengan jumlah ayam broiler yang akan
dipeliharan.
 Mengatur pemanas untuk pemeliharaan ayam broiler periode starter.
 Menangani tatalaksana pemeliharaan dari ayam broiler dari DOC sampai dipasarkan.
 Mengetahui dan mengerti pemotongan paruh.
 Mengetahui dan melaksanakan cara pemotongan paruh yang baik.
1.3. Waktu dan Tempat
Waktu : Jumat, 14 Oktober 2022
Pukul : 10.00 – Selesai
Tempat : Desa Hilizoi, dengan Kode lokasi 1° 06’33.9”N 97° 44’06.9”E.
Dengan demikian posisi utara yang berada di Desa Dsjeumi, posisi barat
yang berada di Desa Bodsihona dan posisi timur yang berada di Desa
Siharee.
II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Broiler


Ayam broiler di Indonesia baru dikenal menjelang periode 1980-an, sekalipun galur
murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an. Akan tetapi, ayam broiler komersial seperti
sekarang ini baru populer pada tahun 1980-an (Rasyaf, 2001). Ayam broiler merupakan suatu
ternak unggas hasil dari budidaya yang bersifat ekonomis dengan pertumbuhan yang cukup cepat
dalam menghasilkan daging yang siap potong dengan lama budidaya yang relatif singkat, baik
jenis jantan atau pun betina.
Menurut Rasyaf (1999) ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami
pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang
berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama
8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan keadaan lingkungan
yang meliputi makanan, temperature lingkungan dan pemeliharaan. Pada umumnya di Indonasia
ayam broiler sudah dipasarkan pada umur 5- 6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kg walaupun laju
pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat sulit dijual (Rasyaf,
1999).
III
Hasil Pengamatan
3.1. Luas Kandang
 Kandang memiliki 2 tempat yang berbeda, yakni:
o Tempat khusus bibit ayam broiler dengan luas 5 x 8 yang mencapai 200 ekor dalam umur
1-3 minggu.
o Tempat khusus panen ayam broiler dengan luas 8 x 8 yang mencapai 400 ekor dalam
umur 4-5 minggu.
3.2. Alat dan bahan yang disantiasi
 Hygrometer ruang  Sprayer
 Kandang ayam broiler  Tempat minum
 Pemanas ( lampu pijar )  Tempat ransum
 Sapu lidi  Timbangan
 Sekat kandang dari bamboo  Anak ayam broiler (DOC)
 Desinfektan  Ransum starter
 Gula merah  Sekam
 Kertas koran  Thermometer ruan
 Obat-obatan dan vitamin

3.3. Program Sanitasi dan Desinfektan pada peternakan ayam broiler


Sanitasi kandang dan peralatan dilakukan setelah panen. Sanitasi kandang harian dilakukan
dengan menyapu lantai kandang setelah pemberian pakan. Sanitasi lingkungan dilakukan dengan menjaga
kebersihan lingkungan disekitar kandang dengan membersihkan tanaman dan rumput liar disekitar
kandang. Sanitasi terhadap ayam dilakukan dengan memisahkan ayam yang sakit dengan ayam yang
sehat. Penanganan ayam mati yaitu dengan dibakar lalu diberikan sebagai pakan ikan. Penanganan limbah
kotoran ayam layer dengan memasukkan kotoran ke dalam karung dan menjualnya. Hal tersebut
dilakukan saat ayam dipanen atau afkir. Desinfeksi kandang dan ayam pada periode layer rutin dilakukan
setiap dua hari sekali dengan desinfektan yaitu Benzalkonium chloride (BKC). Desinfeksi lalu lalang
kendaraan, tamu , dan lingkungan kandang menggunakan lysol. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan sanitasi dan desinfeksi di THR Farm sudah baik, namun masih dijumpai kurangnya
kesadaran petugas kandang untuk melakukan desinfeksi sebelum masuk kandang dan tidak tersedianya
foot dipping di depan pintu kandang.

3.4. Langkah-langkah Kerja Praktik


1. Membersihkan kandang dari bekas kotoran atau litter dengan mengunakan sekop
2. Setelah dibersih kandang dicuci dengan air sabun sampai bersih, lalu keringkan satu sampai
dengan dua hari
3. Kandang yang telah kering lalu dikapur sampai merata
4. Peralatan kandang seperti tempat ransum dan tempat minum sebaiknya dicuci dengan larutan
desinfektan yang telah disediakan
5. Mengukur dan menghitung luas lantai sesuai dengan jumlah broiler yang akan dipelihara
6. Memasang sekam sebagai litter pada lantai kandang, setelah itu dipasang sekat pembatas (chick
guard) dan jangan lupa diatas sekam dilapisi kertas koran
7. Sehari sebelum ayam dating peralatan kandang dan perlengkapannya seperti tempatransum,
tempat minum, kertas Koran, sekam, dan brooder sebaiknya disemprot menggunakan desinfektan
8. Setelah penyemprotan selesai dan kering, nyalakan pemanas dan atur suhu sesuai dengan yang
dibutuhkan DOC
9. Menyiapkan air minum yang sudah dicampur dengan air gula
10. Mengeluarkan DOC dari boks dan memasukannya kedalam kandang sambil ditimbang beratnya,
lalu dihitung jumlahnya serta diseleksi penampilan dan kondisi fisiknya
11. Biarkan DOC didalam kandang jangan diberikan makan atau minum selama 30 menit, agar anak
ayam dapat mengurangi stress dalam perjalanan dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
12. Setelah 30 menit, DOC diberi air minum yang telah dicampur dengan gulamerah. Kegunaan air
gula itu sendiri untuk menggantikan energy yang hilang selama perjalanan
13. Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang telah ditabur pada feed tray atau bekas tutup boks
anak ayam sebagai tempat ransum
14. Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan secara adlibitum dan sehari diberikan
3 kali yaitu pagi, siang, dan sore, sedangkan untuk air minum perlu dikontrol agar tidak
kehabisan
15. Ransum yang diberikan ditabur pada feed tray atau tutup boks selama minggu pertama, serta
kertas Koran yang menutupi sekam diganti setiap hari selama minggu pertama
3.5. Persiapan Pemeliharaan dan Panen Ayam Broiler
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit
ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya saran yang lengkap akan memudahkan dalam
pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau
kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks,
lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung
atau diikat pada kandang.
Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC yang baru
datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum
dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya
diberi tambahan gula jawa sebagai suplai energi. Pemberian air harus ad libitum (berlebih) dan
ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada
umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum
di tambah suplemen (vitamin) dan ransum pakan yang diberikan untuk DOC harus mengandung kadar
protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000 kcal.

 Periode Starter
Periode starter ayam pedaging (umur 0-21 hari) merupakan masa pertumbuhan awal bagi ayam
pedaging, untuk beradaptasi dengan lingkungan kandang yang baru. Menurut Rasyaf (2008) pemilihan
DOC dilihat dari :
1) induk yang sehat, agar tidak membawa penyakit bawaan,
2) anak ayam berdasarkan ukuran atau bobot yang sama,
3) matanya cerah atau bercahaya aktif,
4) tidak cacat secara fisik,
5) tidak ada lekatan tinja di duburnya.
Pemilihan bibit yang baik merupakan awal dari penanganan awal DOC saat datang di kandang
yaitu; kandang dibersihkan dengan fumigasi, kandang yang dilengkapi dengan pemanas buatan
(broooder) sebagai pengganti induk, pemanas harus dinyalakan terlebih dahulu ± 15 menit sebelum DOC
datang. DOC di keluarkan dari kotak untuk di pindah ke brooder, dan diberi minum air gula aren dan
vitamin, dengan tujuan untuk memulihkan tenaga yang terbuang pada waktu perjalanan, setelah semua
DOC dipastikan minum, baru di kasih pakan. Vitamin dan mineral bertujuan untuk mengurangi cekaman
dan membantu memulihkan kesegaran anak ayam
Pakan yang diberikan berupa pakan jadi bentuk pakan yaitu crumble. Pakan bentuk crumbel
adalah bentuk fisik ransum berupa pecahan, dapat menghasilkan berat badan lebih besar dibandingkan
tepung komplit.
Penggunaan alas liter dari sekam padi sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa untuk
daerah dingin ketebalan alas litter tidak lebih dari 8 cm, sedangkan untuk daerah panas ketebalan alas
litternya tidak lebih dari 5 cm. Penggunaan alas litter yaitu untuk,
1) kemungkinan ayam lepuh dada lebih sedikit,
2) ayam broiler relatif lebih tahan,
3) pengelolaan lebih mudah.
Awal pemeliharan semua anak ayam ditempatkan dalam 1 kandang, kandang yang lain dibiarkan
kosong, dengan alasan supaya suhu ruangan lebih hangat dan mudah dalam pengawasan, pada umur 17
hari dilakukan pemindahan ayam kekandang lain, karena ruangan sudah penuh (padat). Program pemanas
dilakukan sampai umur 21 hari (3 minggu). Fase brooding dimulai pada umur 1 - 21 hari. Suhu ruangan
28 – 31oC dan kelembaban 55 – 60 % sehingga hampir sama dengan kondisi bersama induknya. Menurut
Rasyaf (2008) mengatakan bahwa ayam broiler dapat tumbuh secara optimal 19 – 21 oC.
 Periode Finisher
Periode Finisher adalah periode akhir dimana ayam siap di panen berkisar 5 – 7 minggu,
diharapkan berat badan ayam tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan (Rasyaf, 2008). Ayam umur 22
hari sudah tidak menggunakan pemanas, hanya untuk menyiasati suhu kandang yang dingin pada waktu
malam hari atau waktu cuaca dingin maka tirai samping harus ditutup rapat. Umur 25 hari bobot badan
diperkirakan sudah mencapai 1 kg/ekor,
Angka mortalitas tinggi ketika memasuki periode finisher, hal ini dikarenakan ayam mengalami stres,
akibat pemanas yang tidak lagi diberikan dan sekam padi sebagai alas sudah di turunkan, sehingga ayam
harus beradaptasi lagi dengan kondisi yang baru. Hal ini diketahui dari pemeriksaan terhadap ayam yang
mati, tidak ada tanda-tanda ayam sakit, namun di ketahui temboloknya kosong ( ayam tidak mau makan
karena stres).
3.6. Vaksinasi ND
Vaksin merupakan sediaan biologik yang mengandung mikroorganisme yang telah dilemahkan
(vaksin aktif) atau dimatikan (vaksin inaktif) yang diformulasikan sedemikian rupa untuk digunakan
sebagai infeksi buatan.Peranan vaksin ini ialah merangsang pembentukan antibodi.
Berdasarkan jenis antigennya, vaksin dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu vaksin viral,
bakterial dan protozoa.Vaksin viral lebih banyak dikembangkan dibandingkan vaksin bakterial maupun
protozoa.Salah satu alasannya ialah serangan penyakit viral tidak bisa diatasi dengan pemberian obat
sedangkan outbreak penyakit bakterial dan protozoa relatif bisa dikendalikan dengan pemberian obat atau
antibiotik. Virus yang telah menginfeksi ke dalam tubuh akan masuk ke dalam sel sehingga pemberian
obat tidak efektif untuk membunuh virus tersebut. Vaksinasilah yang berfungsi menstimulasi
pembentukan titer antibodi yang berperan mem-blok lalu menghancurkan virus sebelum masuk ke dalam
sel. Pemberian obat pada saat serangan penyakit viral tetap diperlukan guna mencegah atau mengatasi
infeksi sekunder oleh bakteri. Vaksin yang diberikan pada ayam akan menstimulasi pembentukan
antibodi yang berperan mem-blok infeksi virus ke dalam sel tubuh ayam.

Apabila virus ayam broiler terjadi, maka langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam dasar
menurut peternak, yakni:
1. Pada minggu pertama diberikan vaksin ND dan vaksin gumboro yang diberikan berbeda hari,
jangan dilakukan secara bersamaan
2. Mencatatan konsumsi ransum, bobot badan, konversi dan kematian (mortalitas) setiap minggunya
3. Pemeliharaan pada minggu kedua setiap harinya sama seperti yang dilakukan pada minggu
pertama yaitu memberikan ransum sehari tiga kali, air minum secukupnya dan pencatatan, namun
tidak melakukan vaksin
4. Pemeliharaan pada minggu ketiga, pada minggu ketiga kegiatan sama seperti minggu sebelumnya
5. Pemeliharaan pada minggu keempat, pada minggu keempat kegiatannya sama dengan minggu
sebelumnya, namum pada awal minggu keempat dilakukan vaksinasi ND melalui air minum
Pemeliharaan pada minggu kelima, pada minggu kelima kegiatannya sama dengan minggu
ketiga. Bila bobot badan ayam telah mencapai berat untuk dipasarkan maka timbang berat badan
masing-masing ayam. Buat format table yang didalamnya terdapat kolom bobot bandan
perminggu, pertambahan bobot badan perminggu, konsumsi ransum perminggu, dan kumulatif,
konversi perminggu dan kumulatif.
IV
PEMBAHASAN, KESIMPULAN, dan SARAN

4.1. Pembahasan

Pemeliharaan ayam pedaging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian

serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih

makanan baik. Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan

sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya,

pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan

pengelolaan.

Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7 minggu. Ayam ini

tidak dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan dagingnya. Sampai umur 5 minggu beratnya

kira-kira sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Cara pemeliharaan ayam daging

hampir sama dengan ayam telur dari periode starter sampai grower.

Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang

akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman,brooder, dan lain-lain. Terutama pada

kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang

tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari

kawanan ayam yang lama akan ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan

berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau detergen).

Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan

penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan

memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry

shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara

secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya
segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa

mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

Teknis pemeliharaan ayam broiler yang kami lakukan adalah lima ekor DOC dengan bobot awal

35, 32, 30, 32, dan 33 gram dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang

ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan awal

adalah 500 gram. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil

(crumbles).

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan

kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan

metode tetes mata, tepatnya pada saat ayam chick in dalam kandang, dengan vaksin ND. Vaksin adalah

mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan mempunyai sifat

immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses

memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit

yang disebabkan organisme tersebut.

Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian pakan dan minum secara adlibitum. Pemberian pakan
dilakukan bila tempat pakan telah kosong. Dan penggantian air minum rutin kami lakukan sehari dua kali
dengan waktu pagi dan sore hari. Tempat makan yang kami gunakan berbentuk round feeder, sedangkan
tempat minum berbentuk round waterer. Untuk litter kami menggunakan sekam padi dengan ditutup
koran, untuk pencegahan DOC memakan sekam. Setelah ayam dirasa sudah cukup besar, maka alas koran
dilepas.

4.2. Kesimpulan

- Hal yang perlu diperhatikan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam broiler yaitu perkandangan

dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan,

pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan.

- Persiapan harus dilakukan dengan benar sebab akan berpengaruh pada kelangsungan hidup ayam.
4.3. Saran

Setelah menyusun laporan praktikum, kami ingin memberikan saran sebagai berikut :

1. Pemeliharaan harus dilakukan dengan teliti dan tepat waktu

2. Jangan hanya memenuhi piket tapi harus memperhatikan hal-hal lain yang bisa

mempengaruhi ayam

3. Jangan mengandalkan seseorang dalam praktikum

V
DAFTAR PUSTAKA

Akpobome, G. D and R. C. Funguy. 1992. Evaluation of Cage Floor System of Production of Comercial

Broiler. Poultry Science. Vol. 71: 274.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.

Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta. Lunstra, D.

Ichwan. 2003. Membuat Pakan ras Pedaging. Agro Media Pustaka. Tanggerang.

Kanisius. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius. Yogyakarta.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta

Siregar, A, N. Sabrani dan S. Pramu. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group.

Jakarta.

Tillman, A. D., H.,Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu

Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kelima.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai