Anda di halaman 1dari 34

Nama : Rusdah

Kelas : XI ATU A
Pelajaran : Pedaging
Hari/tgl : 30 NOVEMBER 2020

Pemberian ransum berkualitas pada ayam broiler harus memenuhi syarat sebagai
berikut: bentuk sesuai fisiologis/umur ayam, mempunyaikecernaan tinggi, warna
dan bau menarik, kandungan nutrisi lengkap sesuai kebutuhan, tidak beracun dan
zat antinutrisinya rendah. Ransum ayam broiler dibedakan menjadi 2 macam yaitu
ransum starter dan finisher. Ransum starter diberikan pada umur 0-21 hari,
sedangkan ransum finisher diberikan pada umur 22 sampai panen. Berikut adalah
kebutuhan nutrisi broiler:
Kandungan nutrisi dalam ransum erat kaitannya dengan tahapan
pertumbuhan broiler, khususnya kandungan protein kasar (PK). Pada
fase starter (0-21 hari) ayam broiler mengalami pembelahan sel yang sangat cepat
sehingga memerlukan asupan PK sebesar 20-22% untuk menunjang pembelahan
sel tersebut. Sedangkan untuk fase finisher (22 hari-panen),
ayam broiler memerlukan PK lebih rendah yaitu 19% karena pada fase ini tahap
pembesaran sel (hipertropi) akan lebih dominan bila dibandinkan dengan tahap
pembelahan sel (hiperplasia).
Kandungan nutrisi yang ada pada ransum sudah disesuaikan dengan fase
pertumbuhan ayam tersebut. Ransum fase starter diformulasikan memiliki
kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding fase finisher. Tidak selalu ransum
dengan kadar nutrisi yang tinggi (berlebihan) memberikan hasil yang optimal.
Bahkan bisa saja mengganggu metabolisme atau kesehatan ayam jika diberikan
pada umur yang kurang sesuai.
Contohnya saja, jika Bapak memberikan ransum starter (memiliki kadar protein
kasar tinggi) pada fase finisher, maka kelebihan kadar protein akan dikeluarkan
dari tubuh ayam melalui mekanisme yang memerlukan energi lebih banyak dan
menimbulkan permasalahan peningkatan kadar amonia. Jika tidak dapat diatasi
dengan baik, kadar amonia yang tinggi pada kotoran ayam menjadi pemicu
gangguan pernapasan.
Di samping itu, kadar protein yang tinggi ini berhubungan erat dengan cost (biaya)
yang dikeluarkan, karena semakin tinggi kadar protein kasar dalam ransum maka
harganya semakin mahal. Terlebih lagi bahan baku sumber protein harganya juga
relatif mahal.
Berdasarkan penjelasan di atas, hendaknya pemberian ransum disesuaikan dengan
fase pertumbuhannya agar efisiensi dapat tercapai disertai dengan performa yang
optimal.
Keterlambatan atau lamanya peternak memberikan ransum pada day old chick
(DOC) seringkali dianggap hal yang biasa bagi peternak broiler. Padahal dengan
pemberian ransum yang lebih awal dapat memberikan efek yang baik terhadap
pertumbuhan broiler yang baru menetas. 
Lama perjalanan DOC dari tempat penetasan sampai di kandang juga harus
diperhatikan guna mengetahui waktu pasti keseluruhan berapa lama DOC setelah
menetas. Semakin lamanya ransum yang diberikan pada DOC dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan broiler yang tidak maksimal.
Manajemen Fase Starter Persiapan alat dan kandang
Perlengkapan
Alat
1. Tempat pakan
2. Tempat minum
3. Tandon
4. Cangkul
5. Celurit
6. Penerang
7. Pemanans
8. Kabel listrik
9. Mobil
10.Pakan
Kandang ada 3 :
1 kandang ukuran 8 x 32 x 4
2 kandang 6 x 28 x 4

Pakan , Alat, dan Obat disimpan dalam gudang.


A. Pencucian peralatan kandang
Semua  peralatan dicuci dan dibersihkan untuk menghidari penularan penyakit.
B. Pencucian kandang
Adapun prosedurnya menurut narasumber sebagai berikut :
1. Sebelumnya kandang dibersihkan dan dicuci bersih dengan sabun dan air,
kemudian diistirahatkan 2-3 minggu.
2. Ketika hendak dipakai lagi, Semprot kandang dengan formalin
3. Dikasih kapur
4. Semprot lagi
5. pasang pemanas

tandon yang belum dibersihkan (kiri) dan sudah dibersihkan (kanan)

Chick in dan persiapannya


Persiapan sebelum DOC datang
1. Sekam ditaburkan secara merata ke seluruh permukaan lantai dengan
ketebalan 3-5 cm (ada juga yang sampai 10 cm).
2. Tempat pakan, tempat minum, chick guard, lampu, dan pemanas harus
sudah terpasang paling tidak 2 hari sebelum DOC datang.
3. Jika menggunakan tempat minum/gallon yang berukuran besar harus diberi
kerikil bersih agar DOC tidak masuk ke air.
4. Tinggi chick guard yang disarankan adalah 40-50 cm. Chick guard dapat
terbuat dari seng, papan kayu, atau bambu (berbentuk jeruji atau anyaman).
5. Pemanas diletakkan di tengah chick guard dengan ketinggian 125 cm. Harus
diperhatikan arah panas dan temperatur.
6. Pemakaian koran disarankan hanya 1 lapis di atas litter (sekam) dan hanya
dipakai pada hari pertama saja. Ada juga pendapat lain yang menyebutkan
sebaiknya terdapat 3 lapis Koran dan setiap hari diambil 1 lapis Koran
sampai hari ke-3.
7. Intensitas cahaya minimal 20 lux, kurang lebih setara dengan 10 watt SL/TL
atau 60 watt lampu pijar per chick guard pada ketinggian 170 cm.
8. Harus disediakan celupan kaki dan hand sprayer (semprotan tangan) berisi
larutan desinfektan untuk petugas kandang dan tamu yang keluar masuk
lokasi kandang.
9. Setelah semua persiapan selesai, dilakukan penyemprotan ke seluruh bagian
kandang (termasuk peralatannya) dengan desinfektan yang disarankan.

Penataan pemanas, tempat pakan, dan tempat minum

Tempat pakan dan tempat minum

Jenis Umur Per Buah Untuk


0 – 3 hari4 – 7 hari8 – 80 ekor60  ekor40 
Feeder tray (nampan)    10 hari  ekor 
Tempat pakan gantung 5 kg 11 – 15 hari 30 – 35 ekor
Tempat pakan gantung 10 kg 11 – 15 hari 35 – 40 ekor

Tempat pakan gantung 5 kg 16 – panen 20 – 25 ekor


Tempat pakan gantung 10 kg 16 – panen 30 – 35 ekor

Tempat minum otomatis 0 – 10 hari 100 – 120 ekor


Tempat minum manual 0 – 10 hari 60   – 80   ekor

Tempat minum otomatis 11 – panen 60 – 80 ekor


Tempat minum manual 11 – panen 30 – 35 ekor

Pemanas

Jumlah DOC Jumlah DOC


Diameter
(Musim (Musim
Jenis Pemanas Panas) Dingin) Chick Guard

Pemanas 700 – 800600 600 – 700500 4 meter3.5


gasSemawarBatubaraDrum – 700600 – – 600500 – meter3 meter4
(grajen/kayu) 700700 – 800 600600 – 700 meter
Penyebaran anak ayam di dalam brooder

D. Chick-in
Persiapan Waktu Datang
1. Menyiapkan Alat, Pemanas, obat, pakam dan air minum
2. Satu jam sebelum datang suhu disesuaikan, sehingga saat DOC datang
Suasana menjadi panas.
3. Masukan kedalam pemanas, terbuat dari seng.
4. Dinding ditutup (tirai) agar ruangan hangat.
5. Dikasih minum, vitamin dan gula merah.
6. Satu sekat sudah, diatur. Dengan jumlah 1000 ekor/sekat
7. Jumlah tempat pakan kira-kira 35-40/1000 ekor
8. Sampai umur 34, dapat mengahabiskan pakan sampai 326 sack/6000 ekor
PERIODE STARTER
A. Pakan dan air minum
Pemberian pakan starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari. Pemberian pakan
pada periode starter menggunakan pakan dengan kandungan protein 21%. 
Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memacu pertumbuhan ayam yang
optimal pada periode awal. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap (sedikit
demi sedikit) pada umur awal (1 minggu).
Selama 3 hari pertama anak ayam harus dipaksa untuk aktif makan dan minum.
Bisa dibantu dengan cara mengetuk chick guard secara perlahan-lahan atau pakan
diberikan sesering mungkin. Selain itu, kandang harus terang agar lebih giat makan
dan minum.
Pakan yang tersisa dikumpulkan dan diayak untuk diberikan kembali pada anak
ayam, tetapi jangan dicampur dengan pakan baru.  Pengayakan berfungsi untuk
memisahkan pakan dari kotoran.
Tempat pakan harus selalu bersih dan kering sebelum pakan baru diberikan. Di
bawah pemanas sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray karena panas
akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan.
Tinggi tempat pakan setinggi tembolok yang diukur dari bibir atas tabung. Prinsip
pemberian pakan adalah full feed (pakan selalu tersedia setiap saat), tetapi perlu
diingat bahwa ayam lebih suka makan pada suhu optimum sesuai dengan naluri
ayam yaitu pagi hari (jam 05.00 – 08.00) dan sore hari(jam 17.00-20.00). Jadi pada
jam-jam tersebut harus lebih diperhatikan ketersediaan pakannya.
Pada umur 8 hari tempat pakan gantung mulai diperkenalkan. Diharapkan pada
umur 10 hari ayam sudah mengenal tempat pakan gantung, dan paling lambat umur
12 hari semua tempat pakan harus sudah digantung.
Selepas masa brooding, pakan diberikan minimal 2 kali sehari dengan tempat
pakan diatur setinggi tembolok ayam. Mulai umur 2 hari tempat minum harus
digantung, dan setiap hari tingginya disesuaikan setinggi punggung ayam. Jika
menggunakan tempat minum otomatis (bell drinker), perhatikan level air sebagai
berikut:
1. Umur kurang dari 10 hari, permukaan air 0.6 cm di bawah bibir drinker
(supaya terjangkau dan mudah diminum ayam kecil)
2. Umur lebih dari 10 hari, permukaan air 0.6 cm dari dasar drinker (supaya
tidak mudah tumpah dan tetap terjangkau ayam besar)
3. Piringan tempat minum dibersihkan setiap pagi dan sore, sisa air dibuang.
Jika menggunakan nipple drinker perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
4. Ketinggian nipple disesuaikan sehingga ayam dapat minum dengan
mendongakan kepalanya 45º terhadap nipple.
Air minum harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, bersih, segar, layak
minum, dan dapat juga diklorinasi (3 ppm). Klorinasi bertujuan untuk mencegah
pencemaran dan penularan bibit penyakit. 
Pada temperatur normal, konsumsi air minum ayam adalah 1,6-1,8 kali (dapat juga
2 kali) dari konsumsi pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman,
sehingga penyimpangan konsumsi yang berkaitan dengan kualitas pakan,
temperature dan kesehatan ayam dapat segera diketahui. Beberapa suplemen,
vitamin, antibiotik, dan vaksin dapat juga diberikan bersama dengan air minum.
Berdasarkan Survey :
            Stok Pakan dipasok 3-4 hari. Hanya 1 jenis pakan, yaitu pakan Starter (BR
I). Dipasok oleh perusahaan PT. Malindo, kemudian dari PT. Popkhand. Berat 50
kg. Pemberian pakan non stop, ad libitum. Jika pakan habis kasih lagi, jika masih
ada biarkan sampai habis.

Kondisi Kandang
B. Pelebaran sekat
Mulai umur 3 hari dilakukan pelebaran sekat secara bertahap mengikuti kondisi
ayam. Pelebaran harus diikuti dengan penambahan serta pengaturan tempat
pakan/minum. Posisi pemanas diatur sedemikian rupa agar penyebaran panas bisa
merata.
Sebagai acuan, pelebaran chick guard dapat diatur sebagai berikut:

Umur (hari) Ekor/m2

1 60 – 65

3 40 – 45

6 25 – 30

8 20 – 25

10 15 – 20

14 10 – 15

18 8 – 10

> 18 8 (full house)

NB: Pelebaran di atas merupakan acuan standart,  pada prakteknya harus


disesuaikan dengan kondisi ayam.
Contoh alternatif pelebaran sekat pada kandang ayam broiler

C. Pemanas dan litter


Liter memilki kedalaman kira-kira 5 cm. Dalam jumlah 6000 ekor menghabiskan
450-500 karung sekam. Semakin tua umur ayam, ketebalan sekam semakin
menambah. Liter tidak diganti, tapi cukup dibuat sistem bergilir. 
Jadi ketika suatu daerah sekam basah, daerah itu akan disekat dan ayam diarahkan
atau dipindahkan ke bagian yang kering. Apabila hujan tutup tirai agar liter tidak
basah
D. Ventilasi
Masa brooding
Urutan pembukaan tirai apabila temperatur brooder terlalu panas adalah sbb :
Buka tirai plafon –> Buka tirai dalam mulai dari atas ke bawah –> Bila masih
terlalu panas bisa ditambah bukaan pada tirai luar pada sisi yang berlawanan
dengan arah angin, juga dari atas ke bawah –> Bila suhu mulai dingin, urutan
penutupan tirai dilakukan sebaliknya.
Selepas masa brooding
Pembukaan tirai samping harus dimulai dari atas ke bawah dengan pengaturan sbb:
Buka terlebih dahulu tirai yang berlawanan dengan arah angin. Pembukaan
dilakukan secara bertahap mengikuti kondisi ayam. Jika pembukaan tirai samping
dirasa belum cukup, bisa dilanjutkan pembukaan tirai samping bawah atau sarung
(buka dulu tirai yang berlawanan dengan arah angin, dibuka dari bawah ke atas).
Berdasarkan survey
Pemanas dilakukan, 1 jam sebelum DOC datang-7 hari berikutnya. Tirai tidak
boleh dibuka. Pada umur 7 hari keatas, tirai dibuka sedikit demi sedikit sesuai
kebutuhan ayam.  Kira 10-20 cm/ hari. Tirai terbuka total pada umur 3 minggu. 
Sekat melebar kira–kira 3-4 hari sekali, sepanjang 4 meter/1000 ekor. Pemanas
yang dipakai memilki kapasitas sampai 1500 ekor, satu kompor. 1 Kandang, 2
pemanas. Pendingin menggunakan kipas, digunakan pada umur 3 minggu, sebab
pada umur ini unggas mulai rentan terhadap stress sehingga kebutuhan unggas
tersebut disesuaikan.

Sekat kandang
Kondisi Tirai

E. Pencahayaan
Sebagai patokan praktis, untuk setiap chick guard minimal diberi 10 watt SL/TL
atau 60 watt lampu pijar dengan ketinggian 170 cm, selanjutnya ditambah sesuai
kebutuhan. Jika siang hari cuaca gelap, lampu harus dinyalakan agar feed intake
dan water intake tidak terganggu.
Mulai umur 4 hari, pada malam hari perlu dibuat suasana gelap 1-2 jam untuk
produksi hormon pertumbuhan (melatonin) dan sebagai antisipasi jika suatu saat
terjadi lampu padam tiba-tiba, ayam tidak mati menumpuk.
Berdasarkan Survey :
Namun berdasarkan pendapat peternak saat survey Penerangan, kami menemukan
ayam Disinari pakai lampu putih (terang) bukan lampu kuning (neon). Lampu
menyala mulai pukul 18.00 sampai 06.00 pagi, beliau berpendapat jika lampu mati
maka aktivitas ayam  berhenti, dan ayam tidak makan, jika ayam tidak makan
maka ayam tidak gemuk.
MANAJEMEN FASE FINISHER
PERIODE FINISHER
A. Pakan dan air minum

Pada periode ini yang perlu diperhatikan adalah proses penggantian pakan dari
starter ke finisher. Penggantian pakan harus dilakukan secara bertahap dengan
urutan sebagai berikut:
1. Hari 1 penggantian: (¾ starter + ¼ finisher)
2. Hari 2 penggantian: (½ starter + ½ finisher)
3. Hari 3 penggantian: (¼ starter + ¾ finisher)
4. Hari 4 penggantian: semua pakan finisher
Jumlah dan rasio tempat pakan dan minum harus dipastikan terpenuhi. Pada daerah
beriklim panas, pakan diberikan saat suhu udara tidak terlalu panas (misalnya, pagi
dan sore hari). 
Pakan diberikan minimal 2 kali sehari dengan perbandingan 40% pagi hari dan
60% sore hari. Jika tengah malam pakan masih kurang, bisa ditambah. Pada siang
hari tempat pakan bisa dinaikkan untuk menambah ruang gerak ayam sehingga
dapat mengurangi panas. 
Untuk meningkatkan feed intake di malam hari, perlu dilakukan upaya
membangunkan ayam minimal 5 kali dalam semalam
Berdasarkan Survey :
Menurut Narasumber semua program pakan pada fase finisher diatur oleh
perusahaan mitra, hingga saat ini menurut peternak pakan pada fase atau periode
finisher diberikan pakan periode starter (BR I). Selain itu pada fase ini ayam sudah
mulai rentan terhadap penyakit. Jadi untuk mengantisipasi hal itu, terutama stress,
peternak menambahkan pendingin atau kipas angin apabila suhu terlalu panas, dan
tirai sudah terbuka lebar.

Lebar
JumlahLaju
Kandang r Lajur

Tempat Pakan Tempat Minum

5–7m 4 lajur 4 lajur 4 lajur

8 – 10 m 5 lajur 5 lajur 5 lajur


Contoh penataan tempat pakan dan minum broiler selama periode finisher

B. Kepadatan Ayam
 Kepadatan disesuaikan dengan berat panen yang diinginkan.

No Jenis Kandang Berat Panen Ekor/m2

< 1,51,5 – 1,7 10 – 128 – 9


1,8 – 2,0 7–8
1 Postal/Double Deck >2 6–7

MANAJEMEN PASCA PANEN


Panen ayam
Sebelum ayam dipanen, dilakukan pengosongan/pengangkatan tempat pakan,
tetapi air minum tetap diberikan untuk mencegah hilangnya berat badan akibat
dehidrasi. Disarankan memberikan air gula 5% apabila jarak kandang dan tujuan
lebih dari 100 km atau perjalanan lebih dari 3 jam untuk mengurangi penyusutan
berat badan.
Sebisa mungkin dihindari penangkapan ayam pada saat suhu udara sangat panas.
Penangkapan ayam harus dilakukan secara hati-hati. Ayam ditangkap pada bagian
bawah kaki untuk menghindari memar pada dada dan paha. 
Untuk mencegah patah tulang kaki karena meronta dan gerakan sayap, dipegang
erat-erat pada persendian bawah. Ayam yang belum terpanen harus tetap dirawat
dengan baik.
Berdasarkan Survey :
Pemanenan umur 35 hari, diambil oleh perusahaan lewat broker. Perusahaan
mengontak atau menghubungi broker. Broker datang ke tempat peternakan,
melakukan perjanjian kesepakatan harga, ayam diambil, broker pergi ke
perusahaan. 
Namun sayangnya tidak semua ayam akan diambil, jadi beberapa broker hanya
akan mengambil sejumlah terntentu, sehingga ada kemungkinan ada sisa ayam
yang masih belum dipanen sehingga kerugian muncul pada kebutuhan pakan
kembali. Jadi peternak akan mengontak perusahaan kembali jika ayamnya masih
berisisa atau siap panen.
Sistem penjualan, harga tidak pasti, pernah mencapai harga jual 17.500, dan ada
juga sistem penargetan dalam perusahaan yang dimitrai, dalam kebijakannya
apabila perusahaan mendapat target keuntungan lebih, maka ada bonus yang
diberikan kepada peternakan.
Biaya yang dihitung meliputi :
1. Biaya operasional
2. Biaya pemeliharaan
3. IP
Terkadang, perlakuan pemanenan dengan cara kasar sehingga ayam banyak yg
cacat, jika sudah seperti itu, petugas seenaknya ditukar. Pernah pada pemeliharaan
ke 12, ayam terdapat leleran hidung, sesak nafas, kemudian ngorok. Pada umur 18
hari. 
Ketika dibedah tidak ada penyakit spesifik. Kendala lain, cuaca.  Bisa terlalu
panas, dan kedinginan. Pada umur 28, adalah umur yang rentan terjadi penyakit,
pernah beberapa ayam harus dimusnahkan, dengan gejala cloaca ber air.  Menurut
peternak Harga Rp 14.000 sudah sampai pada titik impas
VAKSINASI
A. Penyimpanan vaksin
1. Vaksin harus disimpan dalam refrigerator bersuhu 2-8˚C (bukan freezer),
terhindar dari panas dan sinar matahari langsung.
2. Apabila hendak mengangkut vaksin ke tempat yang jauh, vaksin harus
ditempatkan dalam wadah yang memiliki daya isolasi cukup baik terhadap
suhu luar (misal: termos atau sterofoam box), dengan diberi es batu di
dalamnya.
B. Kondisi yang harus diperhatikan
1. Jenis, dosis, dan waktu pemberian vaksin harus tepat. Vaksin belum
kadaluwarsa.
2. Pastikan ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat (ayam sakit tidak
boleh divaksin).
3. Jangan melakukan kegiatan vaksinasi saat suhu udara sangat panas
(maksimal 29˚C).
4. Gunakan wadah yang berbahan dasar plastik, hindari wadah yang terbuat
dari logam.
5. Air yang digunakan harus baru dan segar, pH 6.5–7.5, bebas klorin dan
desinfektan.
6. Cuci tempat vaksin dan alat vaksinasi dengan air biasa, tanpa klorin atau
desinfektan.
7. Vaksinator harus terlatih, tata cara dan prosedur vaksinasi harus diikuti
dengan benar.
8. Segera berikan suplemen atau multivitamin setelah vaksinasi untuk
mengurangi stress.
C. Vaksinasi melalui air minum
 Pemakaian klorin dan desinfektan air minum dihentikan 24 jam sebelum
vaksinasi.
 Ayam dipuasakan 1-2 jam sebelum vaksinasi. Jika suhu lebih dari 30˚C
sebaiknya 1 jam saja.
 Disiapkan air, susu skim, dan vaksin dalam jumlah yang tepat. Jumlah air
yang dibutuhkan adalah sejumlah air yang habis diminum ayam selama 1-2
jam.
 Karena setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan 1 liter air untuk setiap umur,
maka dapat digunakan rumusan sebagai berikut:

          Jumlah air yang dibutuhkan  =  Jumlah Ayam  x  Umur Ayam


                                                                                     1000             
 Setelah jumlah air ditentukan, susu skim dengan dosis 2 gram per liter air
dimasukkan dalam air minum. Untuk daerah beriklim panas sebaiknya
ditambahkan es batu. Susu skim berfungsi sebagai pelindung vaksin dari
berinteraksi dengan bahan-bahan dalam air untuk menjaga kualitas vaksin.
 Untuk daerah dengan kualitas air kurang bagus, disarankan untuk
meningkatkan dosis susu skim dan/atau merebus air yang akan digunakan
untuk vaksinasi.
 Vaksin dicampurkan ke dalam air yang telah disiapkan, aduk hingga rata dan
segera tuang ke tempat minum yang telah disediakan.
 Agar pembagian vaksin merata, harus dihitung jumlah larutan vaksin yang
harus dituang di setiap tempat minum (kontrol distribusi vaksin).

          Jumlah air di setiap tempat minum  =  Jumlah Air


                                                                  Jumlah Tempat Minum
 Botol dan tutup botol bekas vaksin harus dibakar atau direndam dalam
desinfektan.

D. Vaksinasi tetes
1. Penting untuk diperhatikan bahwa proses penetesan ke dalam mata haruslah
tepat dan vaksin harus terserap sempurna ke dalam kelopak mata. Jangan
terburu-buru melepaskan ayam jika tetesan belum terserap sempurna.
2. Harus dihindari penjaringan ayam yang terlalu banyak (maksimal 200 ekor
sekali jaring), agar ayam tidak stres terlalu lama ketika menunggu divaksin.
3. Untuk menghindari turunnya efektifitas vaksin, sebaiknya larutan vaksin
dibagi kedalam beberapa alat penetes sesuai jumlah vaksinator (setelah
dilarutkan, vaksin harus habis dalam waktu 30 menit).

E. Vaksinasi suntik
1. Sebelum dilakukan vaksinasi harus dicek dulu fungsi injektor dengan cara
dilakukan uji coba dengan air. Jika injektor rusak atau tidak lancar, jangan
digunakan. Jika kotor, dicuci dengan air panas.
2. Vaksin yang keluar dari refrigerator sebaiknya ditunggu beberapa saat
sampai suhunya mendekati suhu lingkungan. Dapat juga dilakukan thawing
dengan cara vaksin dari refrigerator direndam dalam air biasa agar lebih
cepat mencapai suhu lingkungan.
3. Sebelum atau saat melakukan kegiatan vaksinasi, sesering mungkin botol
vaksin dikocok untuk menghindari pengendapan komponen vaksin.

Berdasarkan survey :
Vaksin
1. Pertama vaksin ND, umur 4-5 hari. Tetes dan Suntik. Biasanya bersama
petugas yang dikirim oleh perusahaan PT. Sanbe
2. Kedua, Vaksin gumboro. Lewat air minum.
3. Ketiga, vaksin ND La Sota pada minggu ke-3. Namun tidak harus, jika
kondisi sudah cukup baik.

Program pemeliharaan
PROGRAM PEMELIHARAAN AYAM BROILER
PER 6000 EKOR
DOC IN : 20 April 2013
Dosis
Umur Program (O-V-
TGL (Hari) D) Pagi Sore Keterangan
20-Apr-
13 1 Cyprotylogrin 60 gr 60 gr
21-Apr-
13 2 Cyprotylogrin 60 gr 60 gr
22-Apr-
13 3 Cyprotylogrin 60 gr 60 gr
Vaksimune
NDLS IB 6 dosis
23-Apr-
13 4 Cyprotylogrin 60 gr 60 gr
24-Apr-
13 5 Cyprotylogrin 60 gr 60 gr
25-Apr-
13 6 Air Putih
26-Apr-
13 7 Air Putih
27-Apr-
13 8 Air Putih
28-Apr- Moxycoigrin
13 9 HC 85 gr 85 gr
29-Apr- 10 Moxycoigrin 85 gr 85 gr
13 HC
30-Apr- Moxycoigrin
13 11 HC 85 gr 85 gr
1-Mei- Vaksimune IBD
13 M 6 vial
2-Mei-
13 12 Agriminovit 180 gr
3-Mei-
13 13 Agriminovit 180 gr
4-Mei-
13 14 Agriminovit 180 gr
5-Mei-
13 15 Air Putih
6-Mei- 600
13 16 Duradoc HC 600 gr gr
7-Mei- 600
13 17 Duradoc HC 600 gr gr
8-Mei- 600
13 18 Duradoc HC 600 gr gr
9-Mei-
13 19 Air Putih
10-Mei- Vaksimune
13 20 Clone 6 vial
11-Mei-
13 21 Air Putih
12-Mei-
13 22 Air Putih
13-Mei-
13 23 Vitakur 600 gr
14-Mei-
13 24 Vitakur 600 gr
15-Mei-
13 25 Vitakur 600 gr
16-Mei-
13 26 Air Putih
17-Mei-
13 27 Air Putih
18-Mei-
13 28 Air Putih
19-Mei-
13 29 Air Putih
20-Mei- 1200
13 30 Astressvit gr
21-Mei- 1200
13 31 Astressvit gr
22-Mei- 1200
13 32 Astressvit gr
23-Mei-
13 33 Air Putih
24-Mei-
13 34 Air Putih
25-Mei-
13 35 Air Putih

RECORDING
Obat-Vitamin-Vaksin
Umu
r Dosis Pemakaian Jenis Waktu
1 Enoquyl 1 : 2 (50 ml : Antibiotik (CRD) Pagi
100 ltr air)
Enoquyl 1 : 2 (50 ml :
2 100 ltr air) Antibiotik (CRD) Sore
Enoquyl 1 : 2 (50 ml :
3 100 ltr air) Antibiotik (CRD) Pagi + Sore
Vaksin ND (SC+Tetes
4 Mata) Vaksin ND TM + SC + Pagi
Chickovit 1 : 1 ATP-Energi Pagi + Sore
Grofas 1 : 4 (25 gr : 100
5 ltr air) Vitamin Pagi
Grofas 1 : 4 (25 gr : 100
6 ltr air) Vitamin Pagi
Grofas 1 : 4 (25 gr : 100
7 ltr air) Vitamin Pagi
Grofas 1 : 4 (25 gr : 100
8 ltr air) Vitamin Pagi
9 Air Putih
Air minum
10 Vaksin IBD Blenn Vaksin Gumboro Pagi/Sore
Chickovit 1 : 1 ATP-Energi Sore
11 Air Putih
Enoquyl 1 : 2 (50 ml :
12 100 ltr air) Antibiotik (CRD) Pagi
Enoquyl 1 : 2 (50 ml :
13 100 ltr air) Antibiotik (CRD) Pagi
Enoquyl 1 : 2 (50 ml :
14 100 ltr air) Antibiotik (CRD) Pagi
15 Air Putih
Grofas 1 : 4 (25 gr : 100
16 ltr air) Vitamin Pagi + Sore
Grofas 1 : 4 (25 gr : 100
17 ltr air) Vitamin Pagi + Sore
Grofas 1 : 4 (25 gr : 100
18 ltr air) Vitamin Pagi + Sore
19 Vaksin Avinew Vaksin ND Ulang Air minum/Pagi
Chickovit 1 : 1 ATP-Energi Sore
Vitamin C (20 gr : 250 ltr
20 air) Vitamin Pagi
21 Air Putih
Novaquyl 1 : 2 (100 ml : Antibiotik (CRD-
22 200 ml air) Coli) Pagi
Novaquyl 1 : 2 (100 ml : Antibiotik (CRD-
23 200 ml air) Coli) Pagi
Novaquyl 1 : 2 (100 ml : Antibiotik (CRD-
24 200 ml air) Coli) Pagi
25 Air Putih
Grofas (20 gr : 250 ltr
26 air) Vitamin Pagi
Grofas (20 gr : 250 ltr
27 air) Vitamin Pagi
Desinfektan Air
28 Air Putih Minum
Vitamin C (20 gr : 250 ltr
29 air) Vitamin Pagi
Vitamin C (20 gr : 250 ltr
30 air) Vitamin Pagi
Desinfektan Air
31 Air Putih Minum
Vitamin C (20 gr : 250 ltr
32 air) Vitamin Pagi
Vitamin C (20 gr : 250 ltr
33 air) Vitamin Pagi
Desinfektan Air
34 Air Putih Minum
Vitamin C (20 gr : 250 ltr
35 air) Vitamin Pagi
36 Air Putih
37 Air Putih
38 Air Putih

STANDARD

UMU
R STANDART PAKAN
(HARI Per
) Gr/Ek 1000Ek/sak BW FCR
1 19 0.4 53 0.35
2 19 0.4 66 0.57
3 19 0.4 81 0.7
4 19 0.4 97 0.78
5 19 0.4 116 0.81
6 19 0.4 136 0.83
7 26 0.5 159 0.89
P 142 2.9
8 28 0.6 185 0.91
9 32 0.6 213 0.94
10 37 0.7 244 0.98
11 41 0.8 278 1.01
12 48 1 314 1.04
13 52 1 354 1.07
14 59 1.2 396 1.11
Sub
Total 439 5.9
15 63 1.3 441 1.14
16 71 1.4 489 1.17
17 75 1.5 540 1.2
18 81 1.6 595 1.22
19 87 1.7 652 1.25
20 91 1.8 711 1.27
21 97 1.9 773 1.3
Sub
Total 1004 11.2
22 103 2.1 838 1.32
23 109 2.2 905 1.34
24 115 2.3 974 1.37
25 120 2.4 1045 1.39
26 127 2.5 1119 1.41
27 131 2.6 1193 1.43
28 137 2.7 1270 1.45
Sub
Total 1846 16.8
29 143 2.9 1348 1.48
30 147 2.9 1428 1.5
31 153 3.1 1509 1.52
32 157 3.1 1590 1.54
33 161 3.2 1673 1.56
34 165 3.3 1756 1.58
35 170 3.4 1839 1.6
Sub
Total 2942 21.9
https://mydokterhewan.blogspot.com/2016/04/manajemen-usaha-ayam-broiler-survey.html?m=1

DOC sendiri merupakan singkatan dari Day old chicken atau dalam bahasa kita
disebut dengan ayam berumur satu hari, berat atau bobot dari ayam DOC yang
normal rata-rata dikisaran 35-40 gram per ekorny.

DOC Ayam Broiler memiliki perkembangan yang pesat. Minusnya DOC tersebut
akan mudah terkena stress yang mana bisa menyebabkan berbagai macam penyakit
menjadi muncul. Oleh sebab itu ketahanan tubuh dari DOC tersebut sangat
tergantung dengan kualitasnya. Semakin berkualitas DOC maka ketahanannya
lebih tinggi, DOC ayam broiler yang berkualitas bisa menghasilkan daging yang
berkualitas.
DOC ayam yang berkualitas tinggi akan memiliki kemampuan survive yang tinggi,
mentalnya pun lebih sehat dibandingkan dengan yang kualitasnya tidak bagus.
Meski begitu, Anda harus bisa mengimbanginya dengan perawatan yang tepat.
Jangan sampai DOC ayam sudah berkualitas namun pemeliharaannya tidak
berkualitas. DOC akan menjadi kurang berkualitas jika teknik pemeliharaannya
salah bahkan bisa sampai mengalami kematian. Kita tinggalkan masalah bibit
masuk ke pembahasan utama tiga fase pemeliharaan ayam broiler :

1.FASE BROODING(INDUK BUATAN) 1-7 HARI


Fase brooding ini sangat menentukan pembentukan antibodi dalam tubuh ayam.
Dalam pembentukan antibodi ayam harus mengalami pertumbuhan umur 1-7 hari 4
kali bobot awal. Semisalkan bobot awal datang DOC adalah bobot 35 gram target
pencapaian bobot 140 gram. Hal tersebut memberikan antibodi yang bagus. Ini
contoh kegiatan fase brooding
Umur 1 : Pemanas dilakukan siang dan malam
Koran untuk melindungi kaki ayam yang masih lemah
Pertama kali datang ayam dikasih pakan di koran dan di tempat pakan (baby chiks)
Dikasih larutan gula merah untuk membuat DOC ayam tersebut menjadi berenergi.
Kandungan glukosa pada gula merah bisa membuat ayam tidak lemas dan menjadi
berenergi terutama setelah menempuh perjalanan yang jauh. DOC Ayam ini
membutuhkan tambahan energi agar bisa terus bergerak dengan lincah. Barulah
setelah meminumkan larutan gula merah tersebut Anda bisa memasukkan DOC
tersebut ke kandang litter yang sudah Anda siapkan sebelumnya. untuk
menyegarkan tubuh ayam karena strees diperjalanan.
Umur 2 : Pemanas dilakukan siang dan malam
Lepas pemasangan koran
Umur 3: Lakukan pelebaran
Pemanas dilakukan siang dan malam
Penambahan tempat pakan dan minum
Umur 4 : Kalau sekam sudah ada yang bau atau amoniak naik segera diganti
Pemasangan dilakukan sore hari (liat kondisi lingkungan)
Umur 5 : lakukan pelebaran dan penambahan tempat pakan dan minum (liat
kondisi kepadatan)
Umur 6 : jika ayam pada kondisi siang hari ayam mengap artinya ayamnya sedang
kepanasan tirai dari terpal di buka
2.FASE GROWING(PERTUMBUHAN)
Fase growing atau pertumbuhan adalah paling menentukan keberhasilan peternak.
Pacu pertumbuhan ayam dengan memberikan pakan over.
Umur 8 : ayam sudah dilatih dengan pakan yang lebih besar dan tinggi tidah usah
di gantung kecuali sudah berumur 11.
Lakukan pelebaran (liat kondisi kepadatan)
Umur 10 : pakan cerobong mulai dipasang (tampa digantung)
Pelebaran jika kondisi kepadatan selalu di perhatikan.

Umur 13: pelebaran full kandang


Pamanas masih terpasang jika kondisi masih dingin

Umur 15 : lakukan turun sekam/pelepasan sekam mulai dari yang tengah kandang
Umur 16 : ayam di biasakan dingin malam hari tidak usah di tutup tirai atas dari
terpal kecuali memang hujan terlalu dingin untuk ayam l3bih baik di tutup karna
umur 16 masih tahap pembiasaan, lakukan terus sampai ayam berumur 20-25.
Setelah ayam berumur 25-panen tirai atas dan bawah selalu terbuka

3. FASE FHINISING
Face fhinishing adalah fase terakhir. Dalam fase ini pemberian pakan dibuat
perbandingan misal 70 % dengan 30 % (liat kondisi) artinya malam hari 70 %,
siang hari 30 %. Contoh pemberian pakan seharinya ada 10 sak artinya 7 sak untuk
malam hari, dan 3 sak untuk siang hari (liat kondisi), tinggal jaga saja supaya fcr
dan bobotnya imbang.
Setelah umur ayam 32, wajib pengurangan apabila tempat mulai enggap karna
ayam kian membesar.
. Umur panen habis terbaik mulai dari umur 32-35hari berat rata2 bisa dari 1.5kg-
2.0kg per ekor tergantung pertumbuhan,pemeliharaan dan bibit. 
Idealnya, pemberian ransum untuk ayam broiler didasarkan pada standar
kebutuhan nutrisi setiap fase pemeliharaannya. Tetapi dengan alasan kepraktisan,
ketersedian ransum, dan harga, tidak jarang peternak hanya menganut dual feeding
system atau bahkan single feeding system saja. Bagaimana seharusnya?
 
Antara Teori dan Realita
Di pasaran tentu para peternak ayam broiler sudah mengenal 3 jenis ransum yang
umum dijual para produsen/pabrik pakan, yaitu ransum pre-starter,
starter dan finisher, dan ketiganya wajib diberikan pada broiler. Ketiga jenis
ransum ini diproduksi berdasarkan fase pemeliharaan ayam broiler yang juga
terdiri dari fase pre-starter, starter, serta finisher.
Di luar negeri, sebenarnya ransum untuk ayam broiler lebih banyak lagi jenisnya
atau minimal terdiri dari 4 jenis, yaitu pre-starter, starter, grower, dan finisher.
Contohnya seperti perusahaan Cobb International yang mengenal istilah
ransum grower untuk ternak broiler-nya. Tetapi di Indonesia pemakaian
ransum grower tidaklah popular. Bahkan cukup banyak peternak yang hanya
menggunakan satu jenis ransum saja, yaitu ransum starter.
Pada dasarnya, manajemen pemberian ransum (feeding management)
ayam broiler yang berlaku di Indonesia terbagi menjadi:
1. Triple feeding system, yaitu pemberian ransum pre-starter,
starter dan finisher selama periode pemeliharaan broiler, di mana pre-
starter diberikan umur 1-7 hari, starter umur 8-21 hari, dan finisher pada
umur 22 hari sampai panen (30-45 hari)
2. Dual feeding system, yaitu pemberian ransum starter (umur 1-21 hari),
kemudian dilanjutkan dengan ransum finisher (umur 22 hari sampai panen)
3. Single feeding system, yaitu menggunakan full ransum starter dari awal
pemeliharaan hingga panen

 
Peternak mempunyai alasan sendiri dalam memilih manajemen pemberian ransum
tersebut. Dan pemilihannya biasanya mengacu pada kemudahan peternak dalam
melakukan stok, order, dan distribusi ransum ke kandang, pertimbangan harga
ransum, dan target produksi yang diinginkan. Saat ini sudah cukup banyak
peternak, terutama yang bergabung dengan kemitraan perusahaan besar yang
menganut triple feeding system. Namun tidak sedikit pula peternak yang
memilih dual feeding system dengan alasan ransum pre starter lebih mahal.
Bahkan, dengan alasan kepraktisan dan pendeknya waktu panen, banyak pula yang
memilih single feeding system.
 
Berikan Ransum Sesuai Fase Pemeliharaan Ayam
Pemberian ransum broiler secara single feeding system biasanya dilakukan dengan
memberikan ransum starter secara full, dari awal hingga panen. Hal ini relatif
banyak diaplikasikan oleh peternak dengan pertimbangan kepraktisan. Padahal
aplikasi pemberian ransum ini (single feeding system) tidak direkomendasikan.
Hendaknya peternak mengaplikasikan triple atau minimal dual feeding system.
Pertimbangannya adalah:
 Mensuplai nutrisi sesuai dengan kebutuhan
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa masing-masing jenis ransum berbeda kandungan
nutrisinya, terutama dalam hal kadar protein dan energi metabolisme (ME)-nya.
Semakin bertambah umur ayam, kebutuhan proteinnya semakin rendah.
Sebaliknya, kebutuhan energi semakin tinggi.
Ransum pre-starter dan starter mengandung protein yang lebih tinggi dibanding
ransum finisher, karena dibutuhkan untuk melakukan perbanyakan sel (hiperplasia)
pada 14 hari pertama pemeliharaan. Sedangkan mulai umur > 14 – 21 hari, proses
hiperplasia berangsur-angsur menurun dan mulai terjadi proses pembesaran ukuran
sel (hipertropi).
Akhirnya setelah ayam berumur > 21 hari atau memasuki fase finisher, ktivitas
hipertropi lebih dominan terjadi sehingga ayam tidak membutuhkan protein
sebesar 14 hari pertama,melainkan butuh energi lebih tinggi untuk
keperluan maintenance (hidup pokok). Inilah mengapa pada fase finisher ayam
tidak cocok diberikan ransum jenis starter (single feeding system, red).
 Efisiensi biaya ransum
Pemberian ransum starter pada fase finisher sama dengan pemborosan karena
harga ransum starter lebih tinggi dibanding ransum finisher. Kandungan asam
amino (penyusun protein) dalam ransum starter tinggi, sementara kebutuhan akan
protein di fase finisher sudah menurun. Dan pemberian berlebih asam amino yang
mahal tersebut tidak dapat dideposisi sebagai protein secara imbang. Artinya akan
ada asam amino/protein yang dibuang bersama feses ke luar tubuh. Protein yang
terbuang tersebut bisa beresiko menimbulkan masalah baru, yaitu hasil
perombakannya oleh bakteri dalam feses akan meningkatkan kadar amonia. Jika
tidak bisa diatasi dengan baik, maka kadar amonia yang tinggi akan memicu
timbulnya gangguan pernapasan ayam.
 Mengoptimalkan konsumsi (feed intake)
Sebelumnya perlu diketahui bahwa selain jenis ransum pre-starter, starter,
dan finisher memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda, bentuk ransum dari
ketiga jenis ransum ini pun berbeda. Ransum pre-strater berbentuk fine crumble,
starter berbentuk crumble, dan ransum finisher berbentuk pellet (butiran panjang).
Dari sini bisa dijelaskan bahwa jika peternak memberikan ransum starter (single
feeding system) berbentuk crumble pada ayam broiler yang sudah masuk
fase finisher, maka konsumsi ayam akan kurang maksimal. Yang terjadi justru feed
intake akan berkurang karena daya patuk ayam juga menurun, padahal di satu sisi
ayam fase finisher harus memakan ransum starter dalam porsi lebih banyak agar
kadar energi yang masuk mampu mencukupi kebutuhan ayam di fase tersebut.
Untuk itu, penting memberikan ransum bentuk pellet (ransum finisher, red) karena
salah satu fungsinya ialah untuk merangsang feed intake ayam menjadi lebih baik.

 
 
 Mencegah stres metabolisme
Ayam broiler memiliki kemampuan genetik tumbuh cepat dan hal ini
membutuhkan proses metabolisme yang cepat pula. Kondisi ini pada akhirnya akan
memicu munculnya stres metabolisme. Dengan adanya penggunaan
ransum starter seumur hidup ayam, maka stres metabolisme justru akan
bertambah, karena saat umur tua (masuk fase finisher) ayam mendapatkan
tambahan beban untuk mengeluarkan kandungan protein yang berlebih dari
ransum starter.
 
Salah satu penelitian dalam kandang terkontrol pernah dilakukan untuk
membandingkan performa ayam antara yang memakai ransum full starter dengan
memakai kombinasi ransum starter bentuk crumble di umur 0–21 hari
dilanjut finisher bentuk pellet di umur 22 hingga panen. Hasilnya menunjukkan
pada umur 32 hari, ayam yang diberi ransum starter dari awal hingga panen,
mencapai bobot 1,6 kg dengan FCR 1,6. Sedangkan ayam yang diberi
ransum starter kemudian dilanjut finisher, bobotnya mencapai 1,7 kg dan FCR
1,55 (Bayu, 2012).
Ini artinya, keuntungan ekonomi yang diperoleh peternak dari hasil penjualan
ayam bisa lebih besar dan biaya ransum yang sebelumnya dikeluarkan lebih rendah
karena nilai FCR nya pun cukup rendah. Selain itu, dengan dual feeding system,
selisih antara bobot panen dengan FCR yang dihasilkan sangat baik, yaitu 0,15.
Menurut literatur, selisih ideal antara bobot panen ayam dengan FCR yang
dihasilkan berkisar antara 0,1-0,2. Jadi, jika bobot panen ayam 2 kg, maka FCR
yang baik bernilai antara 1,8-1,9.
Hal yang perlu diperhatikan saat penerapan triple atau dual feeding system adalah
transisi pergantian antar jenis ransum (ransum pre-starter ke starter,
atau starter ke finisher) harus dilakukan secara bertahap. Metode pergantian
ransumnya ialah:
 Hari pertama = 75% ransum lama : 25% ransum baru
 Hari kedua = 50 % ransum lama : 50% ransum baru
 Hari ketiga = 25% ransum lama : 75% ransum baru
 Hari keempat = 100% ransum baru
Untuk menekan stres pergantian ransum, sebaiknya sebelum, selama dan sesudah
pergantian jenis ransum, berikan multivitamin seperti Vita Stress untuk mencegah
ayam stres.
Penambahan feed supplement juga bisa dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas
ransum. Contoh feed supplement yang bisa dicampurkan dalam ransum antara
lain Top Mix (3–5 g/kg ransum) dan Mix Plus Bro (2,5-5 kg/ton ransum). Dan di
saat musim penghujan atau ransum lembab dan terkontaminasi
mikotoksin, Freetox bisa ditambahkan untuk mengikat racun jamur (mikotoksin)
dalam ransum.
Produktivitas ayam broiler akan optimal jika ayam diberi nutrisi sesuai fase
pemeliharaannya, salah satunya melalui penerapan triple atau dual feeding system.
Dan biaya ransum pun bisa ditekan.
https://www.medion.co.id/id/menelaah-sistem-pemberian-ransum-broiler/

Pada masa akhir pemeliharaan (finisher), perlu dilakukan pergantian pakan karena
kebutuhannya berbeda dengan ayam fase starter. Pergantian pakan yang dilakukan
haruslah secara bertahap, pada hari ke 1 pakan yang digunakan adalah ¾ starter +
¼ finisher, pada hari ke 2 pakan yang digunakan ½ starter + ½ finisher, hari ke 3
pakan yang digunakan ¼ starter + ¾ finisher, dan pada hari ke 4 seluruh pakan
yang digunakan adalah pakan finisher.
Pada saat pemberian pakan, pastikan jumlah dan rasio tempat pakan dan tempat
minum telah terpenuhi. Untuk kandang berukuran 5 – 7 m, lajur tempat pakan dan
tempat minum masing-masing adalah 4 lajur dan untuk lebar kandang 8 – 10 m,
lajur tempat pakan dan tempat minum masing masing adalah 5 jalur. Pada daerah
pemeliharaan yang memiliki iklim panas, pakan sebaiknya diberikan pada
temperatur yang tidak terlalu panas seperti pada pagi dan sore hari. Pakan
diberikan minimal 2 kali sehari dengan perbandingan pagi dan sore 40% : 60%.
Jika pakan dirasa kurang dapat ditambahkan. Pada siang hari tempat pakan dapat
dinaikkan agar ruang gerak ayam lebih banyak dan dapat mengurangi panas, tetapi
tetap pada jangkauan ayam. untuk meningkatkan feed intake ayam di malam hari,
perlu dilakukan upaya membangunkan ayam minimal 5 kali dalam semalam.
Ayam broiler dapat dipanen mulai umur 35 hari, dan mencapai berat badan rata-
rata sekitar 1,8 kg. Sebelum pemanenan dilakukan, tempat pakan diksongkan
terlebih dahulu, sedangkan air minum tetap diberikan agar ayam terhindar dari
degradasi. Untuk persiapan perjalanan panjang lebih dari 100 km, perlu diberikan
air gula 5% untuk mengurangi susut bobot badan. Penangkapan ayam dilakukan
dengan hati-hati, ayam ditangkap pada bagian kaki untuk menghindari memar pada
bagian dada dan paha. Untuk mencegah patah pada bagian bawah kaki karena
ayam meronta dengan gerakan sayap, persendian bawah kaki harus dipegang erat-
erat. Ayam yang belum dipanen tetap harus dijada dengan baik agar konsumen
tidak kecewa dengan kualitas ayam. Dan hindari penangkapan ayam saat udara
berada pada suhu yang panas.

Anda mungkin juga menyukai