Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

MANAJEMEN BREEDER DAN PENETASAN

Oleh :
Kelas C
Kelompok 3

NONI ANJARWATI 200110170119


IVANNA GRISELDA 200110170124
HESTI SEPTIYANTI 200110170136
GINANJAR ILYAS 200110170146
ROHANDI 200110170150

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
I

PEMBAHASAN

1.1 Persiapan kandang dan peralatan

Persiapan kandang dan peralatan pada ayam layer dan ayam broiler

prinsipnya sama dalam persiapannya.

A. Pemasangan pembatas

Pembatas berfungsi sebagai pelindung bagi anak ayam agar tidak bergerak

terlalu jauh dari pemanas serta tempat pakan/minum. Pembatas dapat berbentuk

lingkaran atau persegi dengan ketinggian ± 45 cm, terbuat dari seng atau papan.

Setiap minggu pembatas diperlebar. Pembatas hanya digunakan sampai anak ayam

berumur 4 minggu.

B. Pemberian litter

Litter dapat berupa sekam padi atau serbuk gergaji. Pada minggu pertama,

litter yang berada di dalam pembatas ditutup koran sebanyak 7 lapis. Setiap hari

koran diambil 1 lembar pada bagian paling atas. Tujuan pemakaian koran ini adalah

agar anak ayam tidak mematuk sekam karena daya pengenalan terhadap makanan

masih terbatas.

C. Persiapan pemanas

Pemanas hanya digunakan selama 4 minggu. Biasanya pemanas yang

dipakai adalah lampu pijar 60-75 watt untuk kandang box. Pemanas dinyalakan 2-
3 jam sebelum DOC tiba agar suhu ruangan sudah menjadi stabil ketika DOC

masuk.

Pemanas diatur sebagai berikut:

 Minggu I : 95° F atau 35°C

 Minggu II : 90° F atau 32°C

 Minggu III : 85° F atau 29°C

 Minggu IV : 80° F atau 27°C

D. Pengaturan tempat pakan/minum

Jenis Umur Perbuah Untuk

Feeder tray (nampan)Tempat 0 – 10 hari 100 ekor

pakan gantung 1 kgTempat 10 – 30 hari 50 ekor

pakan gantung 3 kg 30 – 60 hari 30 ekor

Tempat minum 1 liter 0 – 10 hari 20 ekor


Tempat minum 1 galon 0 – 10 hari 100 ekor

E. Pengaturan ventilasi
Kandang harus mendapatkan udara segar agar kesehatan DOC tidak

terganggu. Ventilasi kandang dapat diatur sebagai berikut:

 Minggu I : Terpal tertutup rapat

 Minggu II : Terpal terbuka sepertiga

 Minggu III : Terpal terbuka duapertiga

 Minggu IV : Terpal terbuka penuh.


F. Pengaturan pencahayaan

Lampu digunakan pada anak ayam umur 0 hingga 8 minggu. Anak ayam

yang dibesarkan menggunakan pemanas lampu pijar tidak perlu diberi penerangan

tambahan. Namun untuk anak ayam yang dibesarkan menggunakan pemanas gas

atau batu bara, setelah lepas dari pemanas (4 minggu) harus diberi penerangan

tambahan hingga umur 8 minggu.

G. Pengaturan kepadatan DOC

Kepadatan yang terlalu tinggi akan menyebabkan:

 Pertumbuhan tidak seragam

 Kanibalisme (menyerang/mematuk ayam yang lain)

 Kadar ammonia dan kelembaban tinggi

Umur DOC Kepadatan

0 – 1 minggu 50 ekor per m2

1 – 2 minggu 40 ekor per m2

2 – 3 minggu 30 ekor per m2

3 – 4 minggu 20 ekor per m2

1.2 Starting Management

A. Persiapan Kedatangan Ayam

Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang

DOC,boks ini diletakkan diatas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat
sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk

mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo,1987).

DOC yang baru sampai ke kandang biasanya dalam keadaan stress dan

kelelahan. Oleh karena itu pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat

kira-kira 2-3 jam. Pemberian air gula jawa sebagai supplai energi. Kandang DOC

harus diberi pemanas karena sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil. Pada

keesokan harinya perlu diberi suplemen/vitamin pada air minumnya (Fadhilah

dkk,2007).

Ransum pakan yang diberikan DOC harus mengandung kadar protein 23%

dan metabolisme energi 2000-3000 kcal. Bibit DOC yang baik apabila sehat dan

aktif bergerak, tubuh gemuk, bulu bersih dan kelihatan mengkilat, anus bersih, berat

badan 32 g. Kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik karena performa yang

jelek dipengaruhi oleh kualitas DOC saat diterima dan faktor pemeliharaan

(Kartasudjana dan Suprijatna,2006).

Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit unggas menular yang tidak

bisa diobati. Vaksinasi lebih baik dilakukan saat sore hari agar ayam mudah

ditangkap dan vaksin tidak terpapar sinar matahari yang dapat mematikan vaksin.

Vaksin yang diberikan melalui air minum maka ayam harus dipuasakan selama 2-

3 jam sebelumnya sehingga air minum yang diberikan cepat habis

(Sudrayani,T.2007).

Usaha pencegahan penyakit pada ayam broiler bisa dilakukan dengan

sanitasi kandang dan vaksinasi. Pada broiler vaksinasi yang umum dilakukan ND1,

gumboro, dan ND2. Hal yang perlu diperhatikan dalam vaksinasi yaitu jenis vaksin,

dosis vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian vaksin dan cara

penyimpanan vaksin tersebut (Sauvani,2009).


Cahaya berfungsi sebagai proses penglihatan. Cahaya dapat merangsang

pola sekresi berupa mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi dan

tingkah laku. Mekanisme proses fisiologis ransangan cahaya diawali dengan

ransangan mekanis pada syaraf penglihatan dan selanjutnya secara kimiawi melalui

ransangan hormonal dan mempengaruhi organ-organ tubuh (Andisuro , 2011).

Cahaya sangat diperlukan oleh ayam broiler terutama pada umur 7 hari

pertama. Pemberian cahaya pada anak ayam berfungsi untuk memastikan anak

ayam dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya serta meningkatkan

aktivitas sehingga mengurangi kecacatan pada kaki. Intensitas cahaya yang rendah

dapat menurunkan aktivitas ayam untuk berjalan dan berdiri, mengurangi tingkah

laku berkelahi, menurunkan aktivitas mengepakkan sayap dan kanibalisme

(Olanrewaju et al.,2006).

Konversi pakan adalah jumlah ransum yang dikonsumsi seekor ayam dalam

waktu tertentu membentuk daging atau berat badan. Faktor yang

mempengaruhinya ialah strain, kualitas pakan, keadaan kandang dan jenis kelamin.

FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan

pertambahan bobot badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti jumlah

ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit

(Kartasudjana dan Suprijatna,2006).

Sebelum anak ayam tiba dilokasi maka perlu dilakukan persiapan seperti:

● Saat mengimpor breeder DOC di negara lain perlu adanya personil

yang terlatih yang memahami kebiasaan, peraturan setempat dan

prosedur dokumentasi sehingga diperlukan untuk memastikan izin

bea cukai secepat mungkin.


● Transportasi DOC dari bandara harus dalam keadaan bersih,

berventilasi baik, disanitasi dan suhu yang ada harus terkendali.

Anak ayam umur sehari yang telah memperoleh izin bea cukai dan

diangkut ke farm harus dilakukan secepat mungkin.

● Tempatkan DOC sesuai dengan umurnya. Pastikan kandang

terisolasi dengan baik dan biosekuriti berjalan. Pekerja kandang

harus bekerja hanya dikandang brooding.

● Fasilitas kandang harus dalam keadaan bersih dan bebas patogen.

Sebelum anak ayam tiba maka sanitasi saluran air minum harus

bersih. Biosekuriti farm perlu dijaga selama 365 hari dalam setahun

termasuk periode kandang kosong.

● Farm breeder harus dalam keadaan aman. Kendaraan yang masuk

farm harus melaksanakan prosedur pembersihan yang disetujui.

Hanya pengunjung dan personil berwenang yang boleh memasuki

tempat dan harus mengikuti prosedur yang ada. Pintu kandang ayam

harus tetap tertutup dan terkunci saat tidak digunakan.

1.3 Growing Management

A. Kandang

Kandang dibuat untuk melindungi ayam dari pengaruh cuaca dan

pengaruh hewan lain serta manusia. Kandang tidak boleh dipengaruhi dari

lingkungan luar agar kesehatan ternak tidak terganggu.Anak ayam yang

telah tumbuh dengan sempurna dimasukkan ke kandang finisher yang

diperlukan brooder (Tamalludin, 2012).


Kandang closed house dibuat tertutup dengan tembok, seng dan lain-

lain kecuali pada depan kandang diberi jaring-jaring untuk masuknya udara.

Kandang closed house lebih baik dibandingkan kandang open house.

Perubahan musim kering dan hujan dapat diatasi apabila menggunakan

kandang closed house (Fadilah,2013).

Kepadatan kandang awalnya 20 ekor/m2. Kepadatan kandang sedikit

demi sedikit dilebarkan untuk mengikuti perkembangan ayam. Alas

kandang menggunakan system litter atau lantai bersekam padi. Penopang

kandang dibuat dari balok kayu dan sisi dinding ditutupi dengan kawat ram.

Bagian depan kandang dibuat ruangan untuk gudang peralatan , tempat

penyimpanan pakan tempat pegawai istirahat dan membuat catatan

(Rasyaf,1994).

Sistem perkandangan yang ideal ialah temperatur berkisar antara

32,2-35oC, kelembaban berkisar antara 60-70% , tata letak kandang yang

baik, kebersihan lingkungan kandang merupakan usaha pencegahan

penyakit yang paling murah (Rasyaf,2008).

B. Pakan dan minum

Pada periode finisher maka pertumbuhan ayam semakin menurun .

Protein yang dibutuhkan sebesar 20% dan energi 3000-3200 kkal/g.

Pergantian ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya dilakukan

secara bertahap. Pada hari pertama biasanya diberi ransum starter 75% dan

ransum finisher 25%. Pada hari berikutnya baru diberi 75% ransum finisher

baru hari berikutnya diberi ransum finisher seluruhnya (NRC,1994)

Pada periode finisher minggu ke lima diberikan air minum sebanyak 9,5

liter/hari/100 ekor . Minggu ke tujuh diberikan air minum sebanyak 12,7


liter/hari/100 ekor. Sehingga total minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/

hari/ ekor (Amrullah,2004).

C. Peralatan

Litter merupakan alas kandang yang perlu dalam kondisi kering

maka tidak ada atap yang bocor . tebal litter 10 cm, bahan yang digunakan

biasanya ialah sekam padi atau serutan kayu dengan panjang antara 3-5 cm

untuk pengganti sekam padi (Luh,1991).

Brooder berbentuk bundar/ persegi empat dengan areal jangkauan

1-3m dengan alat pemanas ditengah yang fungsinya seperti induk ayam

yaitu menghangatkan anaknya ketika telah menetas (Luh,1991).

Tempat makan dan minum harus tersedia cukup . Bahannya dapat

berasal dari apa saja yang kuat, tidak bocor dan tidak berkarat. Tempat grit

menggunakan tempat khusus (Luh,1991).

D. Vaksinasi dan Kesehatan Ternak

Vaksinasi bertujuan untuk mengusahakan kekebalan tubuh secara

efektif terhadap ayam yang ada untuk jangka waktu tertentu. Vaksin hanya

diperuntukkan untuk ayam yang sehat. Vaksin ND La Sotta pada ayam

umur 21 hari diberikan dengan cara mencampur vaksin dengan air minum

kemudian didiamkan selama 1 menit lalu dimasukkan ke tempat minum .

Pemberian vaksin dilakukan pada pagi hari (Malik,2001).

E. Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan bobot badan dihitung dengan melakukan

penimbangan sehingga pertumbuhan dapat diketahui dan Pertambahan

bobot badan ditentukan oleh konsumsi pakan, tata laksana pemeliharaan dan

kandungan nutrien yang ada dalam pakan (Susanto dkk,2002).


Proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh ternak yang

akhirnya hasil proses tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan produksi.

Rataan PBB pada kandang panggung sebesar 1,89 kg/ekor. Pertumbuhan

merupakan interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan

(Petrawati,2003).

F. Mortalitas

Mortalitas merupakan tolak ukur indikator kematian yang diukur

dengan presentase jumlah ayam yang mati dibagi dengan jumlah ayam awal

dikalikan 100%. Kematian dapat disebabkan karena penyakit, kualitas

ransum yang buruk, keracunan, kondisi anak ayam dan lingkungan

(Rasyaf,2002).

Mortalitas tertinggi terdapat dalam kepadatan kandang 10 ekor /m2.

Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat kepadatan kandang maka semakin

tinggi cekaman yang ditimbulkan pada ayam pedaging sebagai akibat dari

semakin berkurangnya sirkulasi udara dan tingginya kadar amoniak yang

menyebabkan daya tahan tubuh ayam menurun sehingga ayam dapat

mengalami kematian (Rasyaf,2010).

1.4 Laying Management

Ayam broiler bertelur sesudah berumur 8 bulan karena pada saat itu

produktivitas ayam broiler sudah baik. Dalam satu periode ayam broiler

dapat menghasilkan telur 30 butir. ayam broiler tidak dapat mengerami

telurnya karena ayam broiler merupakan ayam pedaging. Pakan yang

berkualitas akan membuat ayam broiler cepat bertelur. Ayam broiler


bertelur lebih sedikit dibandingkan dengan ras lain, biasanya hanya 140 per

tahun (Meilani,2018).

1.5 Manajemen Perkawinan

Teknik inseminasi buatan pada ayam broiler merupakan teknik

mengawinkan secara buatan dengan memasukkan semen yang telah

diencerkan dengan pengenceran tertentu kedalam saluran reproduksi ayam

betina yang sedang bertelur. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah

karena mudah dan praktis (Sastrodiharjo,1996).

Kelemahan dari proses ini adalah semen sesudah ditampung pada

suhu kamar harus dipakai dalam waktu tidak lebih dari 2 jam. Sehingga

menyebabkan penurunan fertilitas telur. Dengan inseminasi buatan maka

akan lebih menguntungkan dari sisi ekonomis karena jumlah pejantan yang

sedikit maka efisiensi dalam penggunaan petak kandang dan mengurangi

biaya pakan (Suyatno,2005).

Teknologi ini menggunakan alat yang sederhana yaitu dapat dibuat

dari spuit ukuran 1 ml. Alat suntik yang di modifikasi dengan

menghilangkan jarumnya dapat digunakan untuk menampung semen

maupun IB. Tahapan inseminasi buatan dimulai dari penyedapan semen,

penampungan , pengenceran hingga memasukkan semen ke vagina ayam.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inseminasi buatan yaitu

ketrampilan peternak (Suyatno,2005).

A. Pemilihan Bibit

1. Memilih induk untuk bibit, Induk yang baik harus memiliki syarat

sebagai berikut :
a. Sehat dan tidak cacat.

b. Berproduksi tinggi.

c. Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 – 8

bulan.

d. Induk sedang bertelur.

e. Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu

(Udjianto dan Denny ,2004).

2. Memilih pejantan untuk bibit, Pejantan yang baik harus memiliki syarat

sebagai berikut :

a. Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.

b. Umur 1-3 tahun.

c. Memiliki mutu genetik yang tinggi.

d. Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di

inseminasi.

e. Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk

(Udjianto dan Denny ,2004).

B. Bersiapan induk dan pejantan

1. Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein

minimal 17% dan dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang

sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur dikocok hingga rata kemudian

diberikan kepada 3 ekor pejantan.

2. Pemberian anti stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.

3. Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan

daun mengkudu/pace yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).


4. Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka

harus digunting (Udjianto dan Denny ,2004).

C. Persiapan alat dan bahan

Alat yang dibutuhkan adalah :

 Alat suntik Tuberculin Syringe ukuran 1 ml,

 Tabung penampung sperma,

 Gunting,

 Kertas tissue.

Bahan pengencer yang diperlukan :

 NaCl fisiologis 0,90 % (Udjianto dan Denny ,2004).

D. Teknik pengambilan sperma

1. Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakan

kurang lebih 10 jam. Hal ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran

feces pada sperma yang ditampung (dapat mengurangi daya tunas).

2. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pemerahan sperma, sebaiknya

dilakukan oleh dua orang, dengan tugas melakukan perangsangan dan

sebagai penampung sperma.

3. Satu orang memegang ayam jago (usahakan ayam dalam keadaan

tenang) yang bertugas melakukan perangsangan yaitu dengan mengurut

lembut dari pangkal paha atas hingga ke pangkal ekor sampai secara

beraturan. Tanda spesifik dari pejantan yang terangsang adalah ekor

akan naik ke atas dan keluar tonjolan dari kloaka.


4. Jika pejantan sudah terangsang, dengan jari telunjuk dan jempol

langsung menekan kloaka sampai terjadi ejakulasi. Saat terjadi

ejakulasi, sperma yang keluar segera ditampung oleh orang kedua.

5. Sperma yang sudah ditampung kalau memungkinkan dievaluasi secara

makroskopis dan mikroskopis (Udjianto dan Denny ,2004).

E. Proses pengenceran semen

1. Pengenceran sperma diperlukan untuk memperbanyak volume,

sehingga dapat digunakan untuk meng-IB betina lebih banyak.

2. Bahan pengencer yang umum dipakai adalah larutan NaCl Fisiologis

0,90 %, karena bahan ini memiliki tekanan osmotik yang hampir sama

dengan spermatozoa.

3. Dosis pengenceran adalah 1 : 4-5, yaitu 1 bagian sperma dan 4-5 bagian

bahan pengencer lalu dikocok secara perlahan sehingga homogen,

campuran sperma ini dapat bertahan selama 30 menit. Perbandingan

pengencer merupakan perbandingan yang optimal untuk daya hidup

spermatozoa in vitro (Udjianto dan Denny ,2004).

1.6 Manajemen Telur Tetas

Penetasan telur dapat dilakukan dengan cara pengeraman maupun

dengan inkubator. Dengan menggunakan inkubator maka telur yang

ditetaskan lebih efisien dan efektif. Telur yang akan ditetaskan perlu diseleksi

terlebih dahulu. Telur yang dapat ditetaskan yaitu telur yang fertil. Syarat

telur yang baik ialah sehat , produktivitas baik, umur telur dan kualitas telur

(Suprijatna dkk,2005).
Ukuran besar telur yang ditetaskan sebesar 50-65 g, bentuk telur

normal, warna kulit agak gelap , tebal cangkang 0,33-0,35 mm dan nilai

Haugh Unit yaitu >80 . Kualitas telur tetas yang baik ialah kerabang telur

tidak kotor, tekstur halus , tidak retak, warna telur seragam, bentuk telur

proposional (Sudrayani dan Santoso,2002).

Kualitas telur yang tidak baik menyebabkan presentase jumlah telur

tetas akan rendah. Tujuan seleksi telur ialah mendapatkan telur yang

diharapkan. Kualitas kulit telur bergantung pada ketebalan kulit telur. Telur

yang berkulit tipis menyebabkan daya tetasnya rendah (Suprijatna dkk,2005).

Bobot telur yang penting ialah keseragaman bobot telur agar daya

tetas tinggi dan penggunaan sarana penetasan serta tenaga kerja lebih efisien.

Bobot telur yang ditetaskan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot yang

dihasilkan. Kebersihan telur berpengaruh pada daya tetas karena ekskreta

yang menempel mengandung mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi

telur. Faktor–faktor yang mempengaruhi kebersihan telur yaitu kebersihan

kandang dan induk, penanganan telur (Wardinydkk , 2002).

Fumigasi dilakukan dengan menggunakan campuran formalin dan

kalium permanganat yang berlangsung selama 15-20 menit . sanitasi

dilakukan dengan menyemprot telur tetas menggunakan desinfektan .

Fumigasi dilakukan setelah 2 jam telur keluar dari induk. Telur yang tercemar

pecah harus diafkir. Proses fumigasi penting untuk membunuh bakteri yang

berada atau menempel pada bagian kerabang telur ( Rasyaf,2002).

Telur yang telah diseleksi dan memenuhi syarat dapat disimpan

terlebih dahulu pada suhu ruang 18oC . Syarat ruang simpan telur yaitu ruang

tempat penyimpanan telur tidak boleh terlalu kering dan lembab, kelembaban
berkisar antara 75-80%. Penyimpanan telur tetas kurang dari 10 hari, namun

pada ruangan yang cukup kondusif dapat disimpan maksimal 14 hari (

Rasyaf,2002).

Daya tetas merupakan presentase jumlah telur yang menetas dari

sejumlah telur yang fertile yang ditetaskan. Faktor yang mempengaruhi daya

tetas ialah dari breeding farm dan unit penetasan. Daya tetas dapat terjadi

pada telur-telur tetas yang mengalami penyusutan 10,90-11,10% setelah 18

hari masa inkubasi (Sudaryani dan Santoso,2002).


DAFTAR PUSTAKA
Amrullah,I.K.2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan ke-3. Bogor : Lembaga Satu
Gunung Budi.
Andisuro,R.2011. Ayam Broiler. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Fadilah,R dan Fatkhuroji.2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Fadilah R.,dkk. 2007. Panduan Lengkap Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta :
Redaksi Agromedia.
Kartasudjana,R. dan E.Suprijatna.2006. Manajemen Ternak Unggas.Penebar
Swadaya. Jakarta.
Luh,B.S.1991.Rice Utilization. 2nd Edition. Van Nostrad Reinhold. New York.
Malik.2001. Manajemen Ternak Unggas. Universitas Muhammadiyah, Malang.
Meilani.2018. Apakah Ayam Broiler Bisa Bertelur dan Bisa Ditetaskan?.
https://www.google.com/amp/s/hobiternak.com/apakah-ayam-broiler-bisa-
bertelur/amp/
Mutridjo,B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler . Kanisius. Yogyakarta
th
NRC.1994. Nutrient Requirement of Poultry, 9 Revised Edition. National
Academy Press, Washington DC.
Olanrewaju,H.A. J.P. Thaxton, W.A. Dozier, J. Purswell, W.B. Roush dan S.L.
Branton.2006. A Review of Lighting Programs For Broiler Production. Int.
J. of Poultry Sci. 5(4):301-308.
Petrawati.2003. Pengaruh Unsur Mikro Kandang Terhadap Jumlah Konsumsi
Pakan dan Bobot Badan Ayam Broiler di Dua Ketinggian Tempat Berbeda.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Rasyaf,M.1994.Beternak Ayam Ras Petelur.Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf,M.2002. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Rasyaf,M.2008. Panduan Beternak Ayam Petelur. Cetakan ke-20. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rasyaf,M.2010. Panduan Beternak Ayam Pedaging.Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastrohamidjojo,H.1996.Sintesis Bahan Alami,140. Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
Sauvani,J.2009. Cacingan , Worm Disease. http://www.glory-
farm.com/psv/infeksi_parasit.htm.
Sudrayani,T. Dan H. Santoso.2002. Pemeliharaan Ayam Ras Pembibit. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sudrayani,T.2007. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suprijatna,E.U, Atmomarsono. R,Kartasudjana.2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto,K dan Retni,W.2002. Memelihara Ikan Bersama Ayam. Cetakan ke XX.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyatno.2005.Otomatis Mesin Tetas Untuk Meningkatkan Produksi DOC Ayam
Lurik dan Efisiensi Usaha. Jurnal Dedikasi . 3:17-25.
Tamalludin,F.2012.Ayam Broiler,22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Udjianto dan R.Denny Purnama.2004. Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras
Dengan Metode Deposisi Intra Uterine. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Wardiny, Tuty,Maria.2002. Evaluasi Hubungan Antara Indeks Bentuk Telur
dengan Presentase Telur yang Menetas Pada Ayam Kampung Galur Arab.
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Jurusan Biologi . Universitas
Terbuka Bogor. 3(2):25-32.

LAMPIRAN

DISTRIBUSI PENUGASAN
Nama NPM Tugas

Noni Anjarwati 200110170116 Edit dan PPT

Pembahasan (Starting
Ivanna Griselda 200110170124
dan Manajemen Tetas)

Pembahasan Biosekuriti
Hesti Septiyanti 200110170136
dan Lampiran

Pembahasan (Limbah
Ginanjar Ilyas 200110170146
dan Pelaksanaan Tetas)

Cover dan Pembahasan


Rohandi 200110170150
(Persiapan Kandang)

Anda mungkin juga menyukai