Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BANGUNAN DAN PERALATAN

“Peralatan dan Perkandangan Unggas (Ayam)”

Oleh :
Kelompok 5
Kelas C

DHENIL SULAIMAN O 200110140032


NORMAN BILLI 200110140133
RISMAYANI SUHERMAN 200110140134
ELSA SALSABILLA 200110140136
LULU INTAN APRILIAN 200110140137

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
II

PEMBAHASAN

2.1 Peralatan Kandang Ayam

Jenis peralatan kandang yang digunakan selama proses produksi ayam

pedaging adalah:

1. Tempat pakan

Tempat pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1

hari sampai panen terdiri dari chick feeder tray digunakan umur 1 hari sampai satu

atau dua minggu dengan kapasitas 100 DOC / buah. Setelah ayam berumur dua

minggu maka tempat pakan untuk anak ayam diganti seluruhnya dengan tempat

pakan ayam-ayam dewasa. Pada umumnya menggunakan round feeder (tempat

pakan bundar) dengan kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan kapasitas 3-5

kg dengan diameter 40 cm digunakan untuk 20 ekor ayam pedaging. Sedangkan


tempat pakan kapasitas 7 kg digunakan untuk 15 ekor ayam pedaging. Kapasitas

tempat pakan berhubungan dengan eating space seekor ayam. Bentuk tempat

pakan ada 2 tipe yaitu bundar dan panjang.

2. Tempat air minum

Tempat air minum yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai

umur 1 hari sampai satu atau 2 minggu adalah chick found dengan kapasitas 75

DOC/ buah. Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih dari 2 minggu

menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik yang manual atau secara

otomatis. Untuk tempat air minum manual, dengan kapasitas bervariasi: 600 ml, 1
liter, 1 gallon dan 2 gallon, kapasitas 2 gallon untuk 100 ekor ayam pedaging,

sedangkan tempat air minum otomatis yang circumference 110 cm untuk

kapasitas 50-75 ekor/ buah. Kapasitas tempat air minum berhubungan dengan

dringking space.

Tempat minum yang biasa digunakan ada dua jenis, diantaranya manual dan

otomatis. Tempat minum manual adalah tempat minum yang pengisiannya secara

manual. Tempat minum ini dicuci setiap pengisian air untuk menjaga kebersihan

tempat minum dan menjaga kesegaran air minum. Sedangkan tempat minum

otomatis yaitu tempat minum yang secara otomatis terisi dengan air dengan

menggunakan slang yang dialirkan dari penampungan air. Ketinggian tempat

minum setinggi bahu ayam.

3. Alat pemanas/ Heater

Sumber energy panas dapat diperoleh dari listrik, gas, minyak tanah, batu

bara, serbuk / gerjaji kayu yang halus atau menggunakan kayu bakar. Pilihlah

sumber energi yang mudah didapat, dan murah biaya energinya, agar tidak terjadi

biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu kandang.

4. Termometer

Termometer yang dapat dipakai untuk mengukur suhu contohnya

termometer maximum dan minimum, serta termometer air raksa. Termometer

diletakkan tergantung pada dinding kandang/pagar pembatas.

5. Tirai kandang

Tirai ini diatur sesuai kebutuhan yaitu umur anak ayam, dan bahan yang

digunakan secara umum plastik. Tirai ini berfungsi untuk menahan udara, atau

angin kencang masuk kedalam kandang, disamping itu untuk insulator agar suhu

kandang dapat terjaga kestabilannya.


6. Litter/ alas

Bahan alas yang penting dapat menyerap air dan memberi panas dan

nyaman pada ayam pedaging seperti; sekam serbuk /gergajian kayu, dan lain-lain.

7. Chick guard/ pagar pembatas

Chick guard digunakan untuk membatasi ruang gerak anak ayam, dan

agar lebih mudah dalam mengatur kondisi lingkungan kandang yang nyaman

seperti suhu dan kelembaban kandang. Bahan yang dapat digunakan yaitu seng

dan plastic tirai, dan lain-lain. Tinggi pembatas 40-50 cm, prinsipnya tidak

mengganggu aktivitas dalam tatalaksana harian kandang.

2.2 Sistem Perkandangan Ayam

Kandang merupakan bagian penting dari tatalaksana pemeliharaan, karena

merupakan tempat seluruh aktivitas ternak sehingga kenyamanan ternak terjamin

agar diperoleh ternak yang sehat dan produktif. Selain itu kandang juga berfungsi

untuk melindungi ternak dari gangguan luar seperti panas matahari, hujan dan

hewan lainnya sehingga ternak mampu berproduksi secara optimal sesuai dengan

potensinya. Fungsi lain dari kandang adalah untuk memudahkan peternak dalam

pengawasan dan tatalaksana pemeliharaan ternak agar diperoleh hasil yang terbaik

dan efisien. Kandang yang biasa digunakan pada peternakan ayam adalah sistem

terbuka (openhouse system) dan tertutup (closed house system). Kebanyakan

peternak di Indonesia sudah terbiasa menggunakan kandang open house system.

Namun kandang sistem terbuka menimbulkan respon kurang baik ketika kondisi

cuaca tidak mendukung atau terjadi perubahan cuaca yang sangat drastis.

1. Kandang Terbuka (Open House)


Kandang open house adalah kandang yang dindingnya dibuat dengan

sistem terbuka, yang biasa terbuat dari kawat burung atau bambu sehingga

menjamin hembusan angin bisa masuk dalam kandang dan bisa memanfaatkan

pergantian sinar matahari. Dinding kandang di tutup dengan tirai yang berfungsi

sebagai ventilasi. Dilapangan bentuk kandang yang umum dijumpai adalah

kandang sistem terbuka atau open house, dengan sistem postal yang lantai

beralaskan sekam, serutan gergaji kayu dan beberapa peternak pernah juga

menggunakan jerami. Untuk kondisi dalam kandang sangat dipengaruhi oleh

kondisi luar kandang. Model kandang terbuka memberikan kontribusi yang

kurang bagus bila dibandingkan dengan model kandang sistem tertutup (Ahmadi,

2008).

2.  Kandang Tertutup (Closed House)

Kandang sistem tertutup atau closed house merupakan sistem kandang

yang harus sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas

yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada dalam kandang, tetapi disisi

lain dapat menyediakan berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam. Priyono (2009)

menambahkan bahwa kandang tipe tertutup (closed house) merupakan kandang

dengan dinding tertutup dan biasanya terbuat dari bahan-bahan permanen dan

dengan sentuhan teknologi tinggi. Kandang ini menggunakan alat exhaust

fan yang berfungsi untuk menarik atau menyedot oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida, dan menggunakan alat cooling pad system (Priyo, 2009).

Kandang dengan model sistem tertutup ini diyakini mampu meminimalkan

pengaruh-pengaruh buruk lingkungan dengan mengedepankan produktivitas yang

dimiliki ayam. Tujuan penggunaan kandang tertutup (clouse house) adalah

menciptakan iklim mikro terkendali di dalam kandang, meningkatkan


produktivitas, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta menciptakan usaha peternakan

yang ramah lingkungan.

Secara konstruksi, kandang sistem tertutup dibedakan atas dua sistem

yakni pertama sistem tunnel  dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya seperti

mengandalkan aliran angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air dan

menyediakan oksigen untuk kebutuhan ayam. Sistem tunnel ini lebih cocok untuk

area dengan temperatur maksimal tidak lebih dari 30oC. Sistem kedua

adalah evaporative cooling system (ECS). Sistem ini memberikan manfaat pada

peternak seperti mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan bantuan

angin.. Sistem kandang tertutup ini hanya cocok untuk daerah panas dengan suhu

udara di atas 35oC.

2.3 Tipe Perkandangan Ayam

Bentuk kandang sebenarnya dapat dibangun sesuai selera dan kebutuhan

peternak. Menurut Martono (1996) kandang yang biasa dipergunakan antara lain:

1. Kandang Ren

Kandang yang mempunyai halaman pengumbaran sehingga ayam dapat

bergerak dengan bebas. Sistem kandang ini mempunyai dua bagian, yaitu bagian

kandang utama dan umbaran. Keuntungan sistem ren adalah ayam akan mendapat

cahaya matahari lebih, dan ayam bisa mendapatkan tambahan pakan dari bagian

umbaran. Kerugiannya antara lain penyakit akan dapat menyebar secara cepat dan

ayam yang produktif dan yang kurang produktif sulit dibedakan. 

2. Kandang Cage

Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet menyerupai batere dan

alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat


produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan tata

laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahan sistem ini adalahbiaya

pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan mineral, sering banyak lalat. 

3. Kandang Litter (Postal)

Kandang dengan tipe litter adalah suatu tipe kandang pemeliharaan ayam

broiler dengan lantai kandangnya ditutup oleh bahan penutup lantai seperti sekam

padi, serutan gergaji, tongkol jagung, jerami padi yang dipotong-potong, serta

dapat digunakan kapur mati yang penggunaannya dicampurkan dengan bahan

litter. Litter yang baik harus dapat memenuhi beberapa kriteria yakni memiliki

daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak menyebabkan kerusakan dada,

mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan menyeragamkan temperatur

dalam kandang. Bahan litter yang efektif adalah bersifat daya serap air (absorben)

tinggi, bebas debu, sukar untuk dimakan ayam, tidak beracun, murah, mudah

diangkut dan diganti, serta tersedia melimpah. Sainsburry (1995) menyatakan

bahwa litter harus menimbulkan kenyamanan bagi unggas dan terbebas dari

parasit dan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada unggas. Pengawasan

terhadap kualitas litter sangat penting untuk kesuksesan manajemen perkandangan

unggas. Kesalahan manajemen tempat minum atau karena ventilasi kandang yang

buruk adalah penyebab utama meningkatnya kelembaban litter yang pada

akhirnya adalah terjadinya akumulasi amonia (Daghir, 1995). Kandang litter juga

memiliki kelebihan yaitu pertama dapat memberikan hasil yang memuaskan, baik

kuantitas (bobot badan) maupun kualitas daging, kedua dapat menghindarkan

ternak ayam menderita lepuh dada atau pembengkakan tulang dada (Breast
Blister), memudahkan didalam pengelolaan yakni seperti pembersihan dan

pembuangan kotoran, serta dapat menghemat tenaga kerja.

4. Kandang Panggung

Akpobome dan Funguy (1992) menyatakan bahwa broiler yang

dipelihara pada kandang panggung memiliki bobot badan yang lebih rendah tetapi

konversi pakan yang lebih baik dibandingkan broiler yang dipelihara di atas lantai

sekam. Sinurat et al., (1995) menyatakan bahwa terjadi penurunan pertambahan

berat badan ayam broiler yang dipelihara pada lantai kawat setelah berumur 5 - 6

minggu dibanding broiler yang dipelihara pada lantai sekam, Hal ini terjadi karena

semakin tinggi bobot badan ayam gesekan antara tubuh dengan kawat semakin

tinggi yang mungkin menyebabkan stress bagi ayam yang dipelihara di atas lantai

kawat. Kandang panggung berlantai kawat menyebabkan lebih banyak kerusakan

kaki dan kelainan bentuk kaki dibanding lantai litter. Masalah pada kaki

menyebabkan turunnya produksi pada ayam petelur (Anderson, 1994). Kejadian

lepuh dada broiler pada kandang panggung dua kali lebih banyak dibanding pada

lantai litter (Akpobome dan Funguy, 1992). Keunggulan dari kandang panggung

yaitu memiliki ventilasi yang sangat baik bagi ayam di dalamnya, sebab udara

bertiup melalui seluruh bagian tubuh ayam. Keuntungan lain dari penggunaan

kandang panggung adalah kemudahan dalam mekanisme kandang, tidak

diperlukan biaya untuk pembelian litter dan mengurangi kontak ayam dengan

feses (Hypes et al, 1994).

III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Bambang.S. 2003. Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Edjeng.S, Umiyati .A. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
(Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama,Yogyakarta.

Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka,


Ciganjur.

Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandang Ayam. PT. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Prihandanu, R., Trisanto, A,. Yuniati, Y. 2015. Model   Sistem Kandang Ayam


Closed House Otomatis Menggunakan Omron Sysmac CPM1A 20-CDR-A-
V1. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung, Lampung.

Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p


Periode Starter–Finisher. PT. Janu Putro Sentosa, Bogor.

Sujana, E., S. Darana Dan I. Setiawan. Implementasi Teknologi Semi Closed-


House System Pada Performan Ayam Broiler Di Test Farm Sustainable
Livestock Techno Park, Kampus Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, Jatinangor. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan
Veteriner. Fakultas Peternakan Uiversitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor
Km 21, Sumedang.

Tri Eko.S. Manik.ES. 2008. Budidaya 22 Ternak Potensil. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai