MANAJEMEN LAYER
Oleh :
Kelas :E
Kelompok :8
Rinaldo 200110100121
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Mengetahui persiapan kandang dalam manajemen layer
2. Mengetahui cara menyeleksi ayam petelur
3. Mengetahui cara pengumpulan limbah dalam manajemen layer
4. Mengetahui biosekuriti pada manajemen layer
II
PEMBAHASAN
Secara makro kandang befungsi sebagai tempat tinggal ternak agar terhindar
dari pengaruh cuaca buruk (hujan, panas dan angin), hewan buas dan pencurian.
Secara mikro kandang berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan lingkungan
yang nyaman agar terhindar dari stress sehingga kesehatan ternak dapat terjaga dan
produksi dapat maksimal (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005).
Prinsip dasar pembuatan kandang ayam petelur harus di perhatikan untuk
menghadapi beberapa perubahan lingkungan di lapangan. Beberapa prinsip dasar
tersebut antara lain sirkulasi udara di peternakan, kandang cukup sinar matahari
pagi dan jangan sampai terkena sinar matahari sepanjang masa, permukaan lahan
peternakan, sebaiknya kandang di bangun dengan sistim terbuka agar hembusan
angin dapat memberikan kesegaran di dalam kandang (Rasyaf, 1994).
2.1. Persiapan kandang dan peralatan
Persiapan kandang dan peralatan pada ayam layer prinsipnya sama seperti
persiapan pada ayam broiler.
Pemasangan pembatas
Pembatas berfungsi sebagai pelindung bagi anak ayam agar tidak bergerak
terlalu jauh dari pemanas serta tempat pakan/minum. Pembatas dapat berbentuk
lingkaran atau persegi dengan ketinggian ± 45 cm, terbuat dari seng atau papan.
Setiap minggu pembatas diperlebar. Pembatas hanya digunakan sampai anak ayam
berumur 4 minggu.
Pemberian litter
Litter dapat berupa sekam padi atau serbuk gergaji. Pada minggu pertama,
litter yang berada di dalam pembatas ditutup koran sebanyak 7 lapis. Setiap hari
koran diambil 1 lembar pada bagian paling atas. Tujuan pemakaian koran ini adalah
agar anak ayam tidak mematuk sekam karena daya pengenalan terhadap makanan
masih terbatas.
Persiapan pemanas
Pemanas hanya digunakan selama 4 minggu. Biasanya pemanas yang
dipakai adalah lampu pijar 60-75 watt untuk kandang box. Pemanas dinyalakan 2-
3 jam sebelum DOC tiba agar suhu ruangan sudah menjadi stabil ketika DOC
masuk.
Pemanas diatur sebagai berikut:
Minggu I : 95° F atau 35°C
Minggu II : 90° F atau 32°C
Minggu III : 85° F atau 29°C
Minggu IV : 80° F atau 27°C
Pengaturan ventilasi
Kandang harus mendapatkan udara segar agar kesehatan DOC tidak
terganggu. Ventilasi kandang dapat diatur sebagai berikut:
Minggu I : Terpal tertutup rapat
Minggu II : Terpal terbuka sepertiga
Minggu III : Terpal terbuka duapertiga
Minggu IV : Terpal terbuka penuh.
Pengaturan pencahayaan
Lampu digunakan pada anak ayam umur 0 hingga 8 minggu. Anak ayam
yang dibesarkan menggunakan pemanas lampu pijar tidak perlu diberi penerangan
tambahan. Namun untuk anak ayam yang dibesarkan menggunakan pemanas gas
atau batu bara, setelah lepas dari pemanas (4 minggu) harus diberi penerangan
tambahan hingga umur 8 minggu.
Pada periode ini pemanas sudah tidak digunakan, pemisahan antara jantan dan
betina juga dilakukan pada periode ini.
1. Persiapan kandang
c. Pengaturan ventilasi
Pada periode ini tirai sudah dibuka penuh, kecuali jika hujan deras atau
angin yang masuk ke dalam kandang terlalu besar (ayam bergerombol di
sudut ruangan) ada baiknya tirai dipasang sebagian.
Proses seleksi dan pindah kandang sebaiknya dilakukan pada saat udara tidak
terlalu panas yaitu pagi atau sore hari agar ayam tidak stres.
a. Peralihan pakan
Peralihan pakan dilakukan setelah ayam berumur 8 minggu. Peralihan pakan harus
dilakukan secara bertahap agar ayam tidak stres.
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai standar. Agar ayam tidak terlalu gemuk
atau tidak terlalu kurus, karena dapat mempengaruhi masa produksinya.
Protein % 14,5 – 15
Lemak % 4–5
Kalsium % 0,9
Phospor % 0,5
Air minum yang disukai oleh ayam adalah air bersih yang segar, tidak berbau dan
tidak berwarna. Air minum diberikan secara tidak terbatas.
1. Pemberian pakan
Protein % 17 – 18
Lemak % 2–3
Garam % 0,25
Kalsium % 2–4
Phospor % 0,6
2. Pencahayaan
Pada saat ini tersedia beberapa macam lampu yang digunakan dalam bisnis
poultry yaitu Incandescent, Fluorescent, Metal Halide dan High-Pressure.
b. Cahaya
Lama pencahayaan berhubungan dengan umur ayam dan tipe kandang yang
digunakan.
3. Bentuk kandang
Kandang untuk layer adalah kandang terbuka tanpa dinding. Arah kandang
adalah arah Utara ke Selatan agar kandang mendapatkan sinar matahari pagi dan
sore. Kandang utama berukuran 5×15 meter dengan tinggi sekitar 3.5 m (1000 ekor
ayam). Masing-masing ayam dimasukkan dalam kandang baterai.
Sedangkan ukuran kandang baterai adalah sebagai berikut :
Panjang kandang baterai adalah 110 cm yang dibagi menjadi 4 ruangan yang sama
luas. Masing-masing kandang baterai dapat memuat maksimal 2 ekor ayam layer
yang siap bertelur.
2.5.1. Seleksi
Cara menyeleksi ayam petelur dapat dilakukan oleh peternak ayam petelur
sebagai berikut:
1. Memilih ayam yang bermutu tinggi dari suatu kelompok dalam sehari-hari.
Seleksi dimulai dari saat masih kutuk dengan memperhatikan tingkah laku,
nafsu makan, keadaan tubuh dan Iain-lain.
2. Tingkah laku ayam yang sehat ditandai dengan kelincahan bergerak dan
mencari makan.
3. Nafsu makan baik, aktif mencari makan dan tembolok selalu penuh berisi.
4. Kaki-kaki dan paruh cukup kuat
5. Pancaran mata cerah serta mempunyai bentuk yang baik
6. Keadaan tubuh padat, yang menandakan bahwa ayam matnpu beproduksi
secara baik.
2.5.2. Culling
Tanda-tanda
Bagian Petelur yang Baik Petelur yang Jelek
Kepala dan Muka Halus, lebar, bersih Kasar, kecil, pucat
Jengger dan Pial Lebar, berminyak, Kecil, keriput pucat
mengkilap, merah
Mata Cerah bersinar, bulat Sayu, malas
Tulang supit (pubis) Jaraknya berjauhan lebih Sempit, kurang dari 2 jari
besar dari 2 jari tangan tangan
Perut Halus, penuh, elastis Keras berlemak
Kulit Tipis, halus, longgar Tebal dan kasar
Kloaka Oval dan selalu basah Sempit dan kering
Badan Lebar dan dalam Sempit
Kaki Rata, pipih Bulat, besar
Force molting adalah untuk mendapatkan masa peneluran kedua yang serasi.
Selama masa meranggas (moulting) berat badan layer akan berkurang sekitar 400-
600 gram yaitu dengan cara mengatur makanannya. Banyak metode yang dilakukan
dalam memberikan pakan kepada ayam yang sedang moulting, umumnya yaitu
selama 6 minggu diberikan makanan dengan kadar protein rendah tetapi ditambah
trace mineral dan vitamin, sesudah 6 minggu diberikan makanan yang normal dan
unggas akan berproduksi secara normal selama 4 minggu berikutnya.
Ayam petelur mulai berproduksi sekitar umur 22-24 minggu dan produksinya
akan terus meningkat serta mencapai puncaknya pada umur 34-36 minggu. Setelah
itu, produksinya akan terus menurun sesuai dengan bertambahnya umur dan pada
umur sekitar 18 bulan (72 minggu) secara alami ayam akan mengalami proses ganti
bulu yang lazim disebut moulting (Kartasudjana, 2006). Akibatnya, setalah terjadi
proses alamiah tersebut maka produksi akan turun dan terhenti sehingga peternak
tidak akan mendapatkan telur (keuntungan), tetapi setelah terjadi proses tersebut
maka ayam akan kembali berproduksi lagi (tidak maksiamal). Untuk menjaga
kesinambungan ayam, maka harus diganti dengan ayam dara (pullet), akan tetapi
harga ayam dara dari hari ke hari semakin meningkat sehingga proses gugur bulu
tersebut dapat dipersingkat selama sekitar 2 bulan, dengan menerapkan proses
gugur bulu paksa (force moulting), maka setelah itu, produksi akan meningkat
dengan presentase tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mulyono (2004)
bahwa secara normal rontok bulu terjadi setelah ayam berumur lebih dari 80
minggu. Pada umur ini merupakan saat yang tepat bagi ayam untuk diapkir. Proses
perontokan bulu biasanya terjadi selama 2-4 minggu.
a. Biaya produksi, biaya pada pelaksanaan force moulting lebih murah dari
pada biaya untuk membesarkan doc, sehingga pelaksanaan force moulting
lebih baik.
b. Angka kematian, angka kematinan pada siklus pada produksi kedua lebih
rendah dari pada siklus produksi tahun pertama.
c. Konsumsi ransum, konsumsi ransum pada siklus produksi tahun pertama
lebih tinggi dari pada tahun kedua.
d. Masa berproduksi, masa produksi pada tahun pertama lebih lama
dibandingkan dengansiklus produksi kedua.
e. Produksi telur, puncak produksi tahun kedua 7-10 % lebih rendah dari tahun
pertama dan terus menurun secara perlahan setelah mencapai puncak
produksi.
f. Kualitas kulit telur, kualitas telur pada siklus kedua lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun pertama.
g. Berat telur, berat telur pada tahun kedua lebih tinggi dari pada tahun
pertama.
Ada dua cara force moulting, yaitu cara konvensional dan nonkonvensional.
Cara konvensional dilakukan dengan menggunakan perlakuan sederhana melalui
pambatasan ransom, air minum, dan cahaya. Cara nonkonvensional dengan
menggunakan obat-obatan yang disuntikkan. Metode force moulting yang
sederhana melalui pembatasan pemberian, yaitu :
Tujuan force moulting adalah agar ayam berhenti bertelur dan memberi
waktu istirahat bertelur agar siap bertelur lagi. Bila selama 2 bulan force moulting
benar-benar terjadi dan ayam berhenti bertelur maka dapat diduga di tahun kedua
ayam akan bertelur banyak dan besar-besar. Ada dua program yang baik melakukan
force moulting, yaitu two-cycle molting dan three-cycle molting program.
1. two-cycle molting program meliputi satu kali rontok bulu dengan dua siklus
produksi telur
2. three-cycle molting program meliputi 2 kali rontok bulu dan 3 siklus
produksi telur.
Setelah pengambilan telur, sebaiknya tidak ada proses pencucian telur hasil
panen. Telur yang sedikit kotor cukup dilap menggunakan lap yang bersih dan
kering. Pasalnya, pencucian telur dapat menyebabkan penurunan kualitas telur yang
menyebabkan telur menjadi ;ebih cepat busuk.
Telur yang kotor sekali memang mau tidak mau harus dicuci agar
tampilannya terlihat lebih baik. Pencucian dilakukan dengan cara menyelupkan
telur sebentar ke dalam air bersih, kemudian mengelapnya hingga benar-benar
bersih dan kering. Telur yang dicuci ini harus dipisahkan dari telur yang tidak
dicuci. Telur yang dicucu ini sebaiknya dijual di sekitar peternakan saja atau dijual
langsung ke konsumen yang akan segera mengkonsumsinya dalam waktu dekat.
Telur yang dicuci ini biasanya memiliki daya simpan yang tidak terlalu lama.
Waktu maksimum sekitar satu minggu.
Penyimpanan telur konsumsi yang utuh dan segar biasanya dilakukan pada
suhu rendah dengan kelembaban tinggi. Telur konsumsi yang disimpan atau
dipasarkan biasanya dikemas, baik secara kemasan eceran dengan nampan telur
(egg tray), maupun secara kemasan partai dengan kotak kayu atau keranjang.
Transportasi telur konsumsi diperlukan selama melewati jalur pemasaran dimulai
dari peternak ke pedagang, dari daerah produsen ke daerah konsumen, dan dari
grosir ke para pengecer. Selama penanganan pascapanen, telur dapat mengalami
penurunan mutu atau kerusakan produk. Karenanya diperlukan pengelolaan
pelaksanaan penanganan pascapanen yang tepat.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan telur, daging, susu dan kulit, semula
petani memelihara ternak hanya beberapa ekor. Ternak peliharaannya bebas
mencari makanan sendiri di kebun-kebun atau di ladang dan jumlah limbah yang
dihasilkan masih sangat sedikit dan belum menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Lingkungan hidup masih mampu mengabsorpsi banyaknya limbah
yang dihasilkan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Tetapi setelah waktu
berlalu, tidak hanya menambah jumlah ternaknya, petani juga meningkatkan sistem
pemeliharaannya dengan membangun kandang dan gudang dengan maksud untuk
menjaga petani dan hewan peliharaannya dari gangguan cuaca yang buruk. Pada
waktu yang sama, dikarenakan jumlah ternak bertambah dan dikandangkan, petani
dihadapkan pada masalah penanganan limbah ternak yang bertambah banyak dan
menumpuk di lantai kandang. Sejak kondisi ini terjadi, petani mulai memikirkan
bagaimana cara menangani limbah peternakan agar usahanya tidak merugi. Bila
diamati, pada waktu yang lalu sebagian besar petani menggunakan sistem
penanganan limbah dengan parit (gutter) dan kemiringan lantai kandang (sloping
floors).
Arah kemiringan dibuat agar pada saat dibersihkan dengan air, dengan
mudah limbah mengalir menuju ke parit. Limbah ternak berbentuk cair tersebut
dikumpulkan diujung parit untuk kemudian dibuang. Pada kandang
sistem feedlots terbuka, sebagian besar limbah ternak menumpuk di lokasi yang
terbuka di depan kandang. Agar pengumpulan limbahnya lebih mudah, lantai pada
lokasi ini biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan kemiringan
tertentu untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk membersihkan lantai digunakan
pipa semprot yang kuat agar limbah cair dapat didorong dan mengalir ke tempat
penampungan.
Scraping
Scraping diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang paling tua dilakukan
oleh para petani-peternak. Scraping dapat dilakukan dengan cara manual ataupun
mekanik. Pada dasarnya, kedua cara tersebut menggunakan alat yang terdiri atas
plat logam yang fungsinya untuk mendorong atau menarik limbah sepanjang lantai
dengan maksud agar limbah terlepas dari lantai dan dapat dikumpulkan
Free-fall
Isolasi
Sanitasi
Sanitasi ini meliputi praktek disinfeksi bahan, manusia, dan peralatan yang
masuk ke dalam peternakan, serta kebersihan pegawai di peternakan (Jeffrey 1997).
Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan – bahan
dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan. Pengertian disinfeksi adalah upaya
yang dilakukan untuk membebaskan media pembawa dari mikroorganisme secara
fisik atau kimia, antara lain seperti pembersihan disinfektan, alkohol, NaOH, dan
lain-lain (Anonymous, 2000).
Cara menyeleksi ayam petelur dapat dilakukan oleh peternak ayam petelur
sebagai berikut:
Memilih ayam yang bermutu tinggi dari suatu kelompok dalam sehari-
hari. Seleksi dimulai dari saat masih kutuk dengan memperhatikan
tingkah laku, nafsu makan, keadaan tubuh dan Iain-lain.
Tingkah laku ayam yang sehat ditandai dengan kelincahan bergerak dan
mencari makan.
Nafsu makan baik, aktif mencari makan dan tembolok selalu penuh
berisi.
Kaki-kaki dan paruh cukup kuat
Pancaran mata cerah serta mempunyai bentuk yang baik
Keadaan tubuh padat, yang menandakan bahwa ayam matnpu
beproduksi secara baik.
Jeffrey JS. 1997. Biosecurity for poultry flocks. Poultry fact sheet 1(26). [terhubung
berkala]. http://www.vmtrc.ucdavis.edu.html [5 Juni 2011].
McSwane D, Rue N, Linton R. 2000. Essentials of Food Safety and Sanitation. 2nd
Ed. UpperSaddleRiver: Prantice Hall.
Rinaldo :-
Yosia Dwiadmojo :-
Frank C.T :-