Anda di halaman 1dari 27

i

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

SOSIALISASI MENINGKATKAN PENGETAHUAN


MASYARAKAT TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA DI
DESA SIDO LUHUR KECAMATAN SUKA RAJA
KABUPATEN SELUMA

Diajukan sebagai syarat mengikuti KUKERTA ke XXX


di Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. Bengkulu

Disusun Oleh :
Pero Hernandes
16050052

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH. BENGKULU
BENGKULU
2019
ii
iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Permasalahan ......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ..................................................................... 3
2.2. Rencana Kegiatan .................................................................. 12

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN


3.1 Tujuan Kegiatan..................................................................... 14
3.2 Manfaat Kegiatan .................................................................. 14

BAB IV METODOLOGI PELAKSANAAN


4.1 Program Kegiatan .................................................................. 15
4.2 Lokasi Kegiatan ..................................................................... 15
4.3 Kondisi Dan Lokasi Potensi Kegiatan ................................... 15
4.4. Instrumen Kegiatan ............................................................... 16
4.5 Teknik Pelaksanaan Kegiatan ................................................ 16
4.6 Teknik Analisis Kegiatan ...................................................... 17
4.7 Jadwal Rencana Kegiatan ..................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PESERTA

iii
iv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin Melaksanakan Penelitian Dari Kepala Desa


2. Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kepala Desa
3. Surat keterangan telah mengumpulkan data
4. Surat keterangan telah selesai penelitian
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kabupaten Seluma adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Bengkulu, Indonesia dengan ibu kotanya Tais, terbentuk berdasarkan UU
No. 3, Tahun 2003, penduduknya sekitar 297.876 jiwa dengan komposisi
145.180 jiwa (laki-laki) dan 129.187 jiwa (perempuan). Kabupaten ini
merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa suku Serawai. Dulunya kabupaten ini masuk
dalam kabupaten tertinggal sebab berpenduduk sedikit dan belum sama
sekali berkembangnya potensi unggulan daerah, tetapi sejak tahun 2008
kabupaten ini bukan lagi kabupaten tertinggal karena padi adalah potensi
unggulan kabupaten ini.
Sido Luhur Kecamatan Suka Raja merupakan sebuah desa yang
terletak dalam (daerah) kecamatan Suka Raja, Kabupaten Seluma, Dalam
penyusunan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa merupakan instrumen yang sangat penting dalam menentukan rangka
perwujudan tata pemerintahan desa yang baik di tingkat desa. Penyusunan
peraturan desa perlu di lakukan proses penguatan kerjasama pemerintah
desa, BPD, dan masyarakat Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja
khususnya tahap penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungajawaban agar
berorientasi kepada peningkatan masyarakat Desa Sido Luhur Kecamatan
Suka Raja dan memenuhi prinsip-prinsip good village governance seperti
transpirasi, partisipasi, efektifitas dan akuntabel. Peraturan desa tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Sido Luhur Kecamatan
Suka Raja masih menggunakan kaidah penyusunan yang konsional.
Padahal dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sangat di
mungkinkan untuk berkreasi membuat model legal drafting peraturan desa.
Sebagai upaya pembenahan mekanisme penyusunan produk hukum lokal
sebagai implikasi dari kebijakan otonomi desa yang ada.

1
2

Masih banyaknya kendala dan hambatan yang belum dapat


diselesaikan dengan sempurna mengingat penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa kurang efektif dan efisien yang dampaknya
seperti belum layaknya jalan dilewati pada musim penghujan oleh
kendaraan roda empat maupun roda enam, masih bayaknya jalan
berlubang di area jalan di Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja, serta
belum terlaksanannya penerangan lampu jalan secara menyeluruh yang
mengakibatkan sering terjadinya pencurian, dan kecelakaan sehingga perlu
adanya penerangan lampu jalan desa maupun pantura. Perhatian dari
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Pusat sangat diperlukan
untuk mengatasi permasalahan di Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja
dalam rangka memajukan Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja supaya
tidak tertinggal jauh dengan desa lain. Lemahnya partisipasi (voice, akses
dan kontrol) masyarakat merupakan sisi lain dari lemahnya praktik
demokrasi di tingkat desa. Sampai sekarang, elite Desa Kebun Kecamatan
Suka Raja tidak mempunyai pemahaman yang memadai tentang
partisipasi. Bagi Kepala Desa partisipasi adalah bentuk dukungan
masyarakat terhadap kebijakan pembangunan pemerintah desa. Pemerintah
desa memobilisasi gotong-royong dan swadaya masyarakat yang keduanya
dimasukkan sebagai sumber penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa untuk mendukung pembangunan desa, masyarakat yang
bersangkutan perlu diberikan informasi sehingga hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat menjadi lebih dekat sebagai mitra kerja,
saling mendukung, dan efisien. (Bastian, Indra. 2006)
3

1.2. Permasalahan
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan
administrasi Negara sebagai berikut:
1. Masyarakat belum memiliki Pengetahuan Tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Dalam Pembangunan Desa di Desa Sido
Luhur Kecamatan Suka Rajai Kabupaten Seluma?
2. Belum Efektif dan Efisiennya Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa Dalam Pembangunan Desa di Desa Sido Luhur Kecamatan
Suka Rajai Kabupaten Seluma?
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi Desa
Dalam kata desa sendiri berasal dari bahasa India yakni swadesi
yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur
yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta
memiliki batas yang jelas. Sedangkan LAN dan BPKP, yang memandang
desa dari segi geografi, mendefinisikan desa sebagai suatu hasil dari
perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya.
Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau penampakan di muka bumi
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial ekonomis, politis dan
kultural yang saling berinteraksi antara unsur tersebut dan juga dalam
hubungannya dengan daerah lain ( Bastian,2006 )
Namun demikian, pengertian desa dapat juga dilihat dari pergaulan
hidup, seperti yang dikemukakan oleh Dunn dan William N yang
mendefinisikan desa sebagai salah satu bentuk kuno dari kehidupan
bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir semuanya saling
mengenal, kebanyakan yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian,
perikanan, dan sebagainya, usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan
kehendak alam. Dan dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan-
ikatan keluarga yang rapat, ketaatan pada tradisi dan kaidah-kaidah sosial
( Dunn, William N.2003 )
Lebih lanjut lagi menurut Manan dan Bagir menjelaskan bahwa
pengertian desa secara sosiologis adalah desa digambarkan sebagai suatu
bentuk kesatuan masyarakat atau kemunitas penduduk yang bertempat
tinggal dalam suatu lingkungan dimana mereka saling mengenal dan corak
kehidupan mereka relatif homogen serta banyak bergantung alam.
Adapun pengertian desa ditinjau dari sudut pandang ekonomi,
menurut Suhartono dalam Wasistiono dan Tahir desa mengandung arti

3
5

sebagai tempat orang hidup dalam ikatan keluarga dalam suatu kelompok
perumahan dengan saling ketergantungan yang besar di bidang sosial
ekonomi. Desa biasanya terdiri dari rumah tangga petani dengan kegiatan
produksi, konsumsi dan investasi sebagai hasil keputusan keluarga secara
bersama.
Sementara di dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014
tentang pemerintah daerah tentang Desa, desa adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki bataswilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan Desa
meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan adat istiadat Desa.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang desa diatas, maka desa
adalah tempat tinggal bersama orang banyak atau suatu bentuk kesatuan
masyarakat ataupun kelompok penduduk dalam suatu lingkungan yang
merujuk pada satu kesatuan hidup, saling mengenal satu sama lain, dan
kebanyakan mengandalkan hidup dari pertanian, perikanan, peternakan,
dll. Dengan satu kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas. (HR,
Syakuni. 2003)
6

2.1.2 Definisi Pemerintahan Desa


Di dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintah daerah tentang Desa, Pemerintahan Desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah desa.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain.
Ada tiga unsur penting dari desa yaitu kepala desa sebagai penguasa
tunggal dalam pemerintahan desa, ia adalah penyelenggara urusan rumah
tangga desa dan urusan-urusan pemerintah, dalam pelaksanaan tugasnya
harus memperhatikan pendapat desa. Di dalam pelaksanaannya tugas
kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Sedangkan untuk hal-hal yang
penting kepala desa harus tunduk pada rapat desa atau musyawarah desa.
Indonesia sebagai sebuah negara dibangun diatas dan dari desa. Desa
dipandang sebagai pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat
penuh. Desa memiliki hak otonomi asli berdasarkan hukum adat, dapat
menentukan susunan pemerintahan, mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, serta memiliki kekayaan dan aset. Oleh karena itu,
eksistensi desa perlu ditegaskan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat desa. Dengan di undangkannya Undang- undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, sebagai sebuah kawasan yang otonom memang
diberikan hak-hak istimewa, diantaranya adalah terkait pengelolaan
keuangan dan alokasi dana desa, pemilihan kepala desa, serta proses
pembangunan desa. Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan
utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya
pemerintah berkewajiban untuk menghormati otonomi asli yang dimiliki
oleh desa tersebut. Kedudukan pemerintah desa merupakan subsistem dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan di indonesia sehingga desa memiliki
7

kewenangan, tugas, dan kewajiban untuk mengatur serta mengurus


kepentingan masyarakatnya.
Pemerintah Desa berfungsi untuk mengatur dan menyelenggarakan
Pemerintahan di Desa, segala kegiatan yang dilakukan di Desa tersebut di
koordinir oleh Kepala Desa atau KADES. Menurut Suryaningrat
Pemerintah Desa adalah suatu kegiatan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan yang di laksanakan oleh organisasi Pemerintahan yang
terendah langsung di bawah Camat, yaitu Pemerintahan Desa dan
Pemerintahan Kelurahan.
Dalam undang-undang No.32 Thn 2004 pasal 200, disebutkan:
Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa
yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawatan desa. (Manan,
Bagir. 1994)
Kemudian dalam pasal 202 disebutkan:
a) Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa.
b) perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.
c) Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari
Pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
Desa merupakan organisasi Pemerintahan terendah yang langsung di
bawah Camat dan merupakan organisasi pertama yang langsung
berhubungan dengan masyarakat. Dengan demikian Desa menjadi sumber
utama dan pertama dari berbagai data dan keterangan yang diperlukan oleh
pemerintah dalam rangka dasar penyusunan rencana pembangunan Daerah
maupun Nasional.
Desa memberikan pelayanan, bantuan dan melaksanakan berbagai
urusan pada tahap masyarakat. Oleh karena itu administrasi desa harus
disesuaikan dengan kebutuhan semua perangkat pemerintahan yang lebih
tinggi. Sejumlah register harus dikelola oleh desa selama masih mengenai
hal yang umum, misalnya penduduk, luas tanah dan sebagainya.
Dari pengertian yang dijelaskan dengan uraian tersebut di atas maka
dapat disimpulkan bahwa, ada beberapa unsur yang harus dimiliki oleh
8

sebuah desa, unsur tersebut yaitu: Wilayah, Penduduk dan Pemerintahan


Desa.
2.1.3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa.
Susunan organisasi pemerintah desa merupakan sebuah efisiensi
dan efektifitas kelembagaan pemerintah desa dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial. Dalam pelaksanaan suatu pemerintahan desa terdapat
struktur atau susunan organisasi desa. Struktur organisasi yang jelas dalam
pemerintahan desa akan dapat mempermudah kinerjanya dalam
melaksanakan tugasnya. Maka pelaksanaan suatu pemerintahan desa
diperlukan adanya kinerja yang jelas untuk mempermudah pelaksanaan
tugasnya.

Hal senada juga dikatakan bahwa dalam menjalankan tugas-


tugasnya pemerintah desa harus memilki struktur organisasi sehingga
dapat mempermudah dalam menjalankan peran dan fungsinya untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanannya. Dalam pelaksanaan suatu
pemerintahan desa disebutkanbahwa struktur pemerintah desa meliputi:

a) Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkat Desa.


Perangkat Desa terdiri dari unsur staf, unsur pelaksana dan unsur
wilayah.
b) Struktur Pemerintahan Desa ini adalah merupakan lampiran peraturan
daerah dan merupakan satu kesatuan dengan peraturan daerah tersebut.
Peraturan lebih lanjut mengenai susunan organisasi Pemerintah Desa
ditetapkan dalam keputusan Bupati.
2.1.4 Proses Peraturan Desa
Pasal 69 UU Desa menjelaskan, regulasi di Desa meli- puti :
Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala
Desa. Dan peraturan-peraturan tersebut ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama BPD sebagai sebuah kerangka
hukum dan kebija- kan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan
pem- bangunan desa. Penyusunan regulasi yang aspiratif dan partisipatif
9

hendaknya mencerminkan komitmen bersama antara Kepala Desa (Kades),


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan masyarakat desa. Komitmen
bersama ini diharapkan jadi proses demokratisasi yang baik dalam
kehidupan bermasyarakat. Apalagi masyarakat desa sudah diberi
wewenang oleh pemerintah untuk mengatur dirinya sendiri, yaitu melalui
Perdes yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Kaloh, J.
2007)
Desa demokratis berakar pada asas musyawarah, asas demokrasi,
asas partisipasi, dan asas kesetaraan. Dan musyawarah desa yang menjadi
forum permusyawaratan merupakan hal yang paling fundamental. Dalam
musyawarah Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat Desa harus aktif ikut memusyawarahkan hal yang bersifat
strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa untuk menjadi sebuah
peraturan desa dalam Pasal 37– 38 PP No. 43 dan Pasal 15 – 20
Permendesa PDTT No. 1 Tahun 2015 dijelaskan secara gamblang yang
garis besarnya sebagaimana berikut :
1. Identifikasi dan interisasi kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten dengan mendapatkan usulan-usulan dari Desa. Desa
membuat daftar positif (positive list)
2. Setelah teridentifikasi dan terinventarisir, dibuatlah daftar kewenangan
dengan ditetapkan melalui sebuah peraturan bupati dan dibahas dengan
melibatkan partisipasi desa dan pihak-pihak lain.
3. Selanjutnya, Bupati melakukan sosialisai daftar kewenangan kepada
desa dilanjutkan penetapan daftar kewenangan.
4. Kepala desa bersama BPD dengan melibatkan masyarakat memilih
kewenangan sesuai kebutuhan dan kondisi desa.
5. Dan kalau dipandang perlu untuk menambahkan kewenangan untuk
ditetapkan menjadi suatu regulasi, maka hal itu bisa dilakukan dengan
mengusulkan lagi ke Bupati
Dalam tahapan-tahapan, mulai dari pemunculan kewenangan,
menentukan dan memilih kewenangan sampai menjadi suatu regulasi yang
10

efektif, keikutsertaan ketiga pihak (pemerintah desa, BPD dan masyarakat)


sangat-l
ah penting dan menentukan. Dan hal itu menjadi suatu keharusan,
karena Perdes ini merupakan pijakan dan fundasi kebijakan, program, dan
administrasi desa dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, juga
pemberdayaan masyarakat desa.
11

2.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah
peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi
pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan Desa, belanja Desa dan
pembiayaan. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dibahas
dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama
BPD menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dengan
Peraturan Desa (Indrati S, Maria Farida. 2011)
Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 3 Permendagri Nomor 37
Tahun 2007, yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan
Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa, dengan demikian maka
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa merupakan rencana operasional
tahunan dari program pemerintahan dan pembangunan desa yang dijabarkan
dan diterjemahkan dalam angka-angka rupiah yang mengandung perkiraan
target, pendapatan dan perkiraan batas tertinggi Belanja Desa.
Pasal 73 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa
menetapkan bahwa:
a. Anggaran pendapatan dan belanja desa terdiri atas bagian pendapatan
desa, belanja desa dan pembiayaan;
b. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dibahas dalam
musyawarah perencanaan pembangunan desa;
c. Kepala Desa bersama BPD menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
2.1.6 Penetapan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
12

Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa berdasarkan pada Rencana Kerja
Pembangunan Desa (RKP Desa) dan menyampaikan rancangan Peraturan
Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tersebut kepada
Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan.
Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa, paling
lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran sebelumnya,
kepada Badan Pemusyawaratan Desa untuk dibahas bersama dalam rangka
memperoleh persetujuan bersama. Pembahasan rancangan Peraturan Desa,
menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKP Desa.Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa yang telah
disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa sebagaimana
dimaksud, paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada
Bupati/Walikota untuk dievaluasi, dan Rancangan Peraturan Desa tentang
Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa ditetapkan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Kabupaten/Kota
ditetapkan.

2.1.7 Evaluasi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


Bupati/Walikota harus menetapkan Evaluasi Rancangan Anggaran
Pedapatan dan Belanja Desa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja.
Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa
dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pedapatan
dan Belanja Desa menjadi Peraturan Desa. Dalam hal Bupati/Walikota
menyatakan hasil evaluasi Reperdes tentang Anggaran Pedapatan dan
Belanja Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD
melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan
BPD, dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa
13

tentang Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa menjadi Peraturan Desa,


Bupati/walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan sekaligus
menyatakan berlakunya pagu Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa tahun
anggaran sebelumnya. Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan
berlakunya pagu tahun anggaran sebelumnya tersebut, ditetapkan dengan
Peraturan Bupati/Walikota. (CST, Kansil. 2004)
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan, Kepala Desa
harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya
Kepala Desa bersama BPD mencabut Peraturan Desa dimaksud dan
dilakukan dengan Peraturan Desa tentang pencabutan Peraturan Desa
tentang Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa. Pelaksanaan pengeluaran
atas pagu Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa tahun sebelumnya,
ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.

2.1.8 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa, khusus
bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka
pengaturannya diserahkan kepada daerah. Program dan kegiatan yang
masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan
wajib dicatat dalam Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa. Setiap
pendapatan desa tersebut harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
(Manan, Bagir. 1994)
Kepala Desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang
menjadi wewenang dan tanggungjawabnya. Pemerintah desa dilarang
melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam Peraturan Desa.
Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan
membebankan pada pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama
Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-
tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga. Pengembalian
dimaksud, harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Setiap
14

pengeluaran belanja atas beban Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa


harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah dan harus mendapat
pengsahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari
penggunaan bukti dimaksud.

2.2 Rencana Kegiatan


Sebagaimana Peran Mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, suatu hal
yang penting di harapkan bahwa mahasiswa dapat melakukan perubahan ke
arah yang lebih baik, maka penulis bersama-sama dengan rekan mahasiswa
yang lain khususnya rekan satu kelompok KUKERTA Fakultas FISIPOL
Unihaz Bengkulu bermaksud akan melakukan perubahan ke arah yang lebih
terbaik bagi masyarakat yaitu dengan memberikan penyuluhan Sosialisasi
Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa dalam pembangunan desa di Desa Sido Luhur Kecamatan Suka
Raja Kabupaten Seluma, minimal 3 ( Tiga) kali Pertemuan.
Rencana Kegiatan ini akan di tentukan waktunya yang paling tepat setelah
melakukan rapat/ pertemuan dengan masyarakat, dan akan di cantumkan
dalam jadwal kegiatan.
15

Mulai

Studi Literatur/ Pustaka Survei Lokasi

Sosialisasi Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Desa dalam pembangunan desa di Desa Sido
Luhur Kecamatan Suka Raja Kabupaten Seluma

Pengumpulan Data

Data Primer Data Skunder


 Observasi  Data
 Wawancara penduduk

Pengolahan Data

Analisa Data

Ya Tidak
Hasil

BAB II
Selesai
16

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN

3.1. Tujuan Kegiatan


Adapun tujuan dari Kegiatan Penulisan Proposal ini untuk
mengetahui sebagai berikut :
1. Agar Masyarakat memiliki Pengetahuan Tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Dalam Pembangunan Desa di Desa Sido
Luhur Kecamatan Suka Rajai Kabupaten Seluma.
2. Agar Efektif dan Efisiennya Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa Dalam Pembangunan Desa di Desa Sido Luhur Kecamatan
Suka Rajai Kabupaten Seluma.

3.2. Manfaat Kegiatan


Manfaat teoritis dan praktis yang diharapkan dalam Penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Tentang Sosialisasi Meningkatkan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa dalam
pembangunan desa di Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja
Kabupaten Seluma
2. Sebagai sumbangan teoritis bagi pengembangan ilmu umumnya dan
khususnya Tentang Sosialisasi Meningkatkan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa dalam
pembangunan desa di Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja
Kabupaten Seluma
3. Memberikan sumbangan pikiran atau penambahan wawasan dan
kajian terhadap public atau masyarakat tentang Tentang Sosialisasi
Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Anggaran
Pedapatan dan Belanja Desa dalam pembangunan desa di Desa Sido
Luhur Kecamatan Suka Raja Kabupaten Seluma
17

4. Memberikan sumbangan pikiran dan kajian bagi Pemerintah pada


khususnya tentang Sosialisasi Meningkatkan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa dalam
pembangunan desa di Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja
Kabupaten Seluma
18

BAB IV
METODOLOGI PELAKSANAAN

4.1 Program Kegiatan


Program Kegiatan Kukerta Fakultas Isipol Unihaz Bengkulu yaitu
Sosialisasi Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Anggaran
Pedapatan dan Belanja Desa dalam pembangunan desa di Desa Sido Luhur
Kecamatan Suka Raja Kabupaten Seluma, yaitu dengan cara :
1. Memberikan penyuluhan dengan kepada masyarakat agar mudah dalam
memahami Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Anggaran
Pedapatan dan Belanja Desa
2. Memberikan Tentang Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa dalam
pembangunan desa
3. Memberikan kesempatan bagi masyarakat yang kurang mengerti dengan
cara tanya jawab

4.2 Lokasi Kegiatan


Dalam melaksanakan program sosialisasi akan dilakukan pada saat
pelaksanaan Kukerta Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja Kabupaten
Seluma

4.3 Kondisi Potensi Lokasi Kegiatan


Penduduk Sido Luhur sebagian besar merupakan warga yang
berasal dari Jawa, berbaur dengan masyarakat pendatang lain. Sehingga
toleransi dan saling menghormati antar sesame dapat terwujud, Gotong
Royong masih kental sebagai tradisi untuk memelihara kelestarian dan
kekompakan warga, biasanya melakukan Gotong royong pad hari jum’at,
seperti pekerjaan pembersihan lingkungan Desa, Jalan, Saluran air bersih,
sarana umum dan sarana ibadah.

15
19

Desa Sido Luhur memiliki jumlah Penduduk 634 Jiwa (Data Induk
Penduduk Desa tahun 2015) yang terdiri dari Laki-laki: 346 Jiwa dan
Perempuan 288 Jiwa yang ada pada 193 KK.

4.4 Instrumen Kegiatan


Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
sesuatu. Yang dibutuhkan pada saat penyuluhan adalah buku-buku
mengenai sistem kearsipan serta Undang-Desa, Buku, Pena, dan materi
mengenai Sosialisasi Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam pembangunan desa di Desa
Sido Luhur Kecamatan Suka Raja Kabupaten Seluma

4.5 Teknik Pelaksanaan Kegiatan


Dalam melaksanakan Sosialisasi Meningkatkan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam
pembangunan desa di Desa Sido Luhur Kecamatan Suka Raja Kabupaten
Seluma dengan melakukan pendekatan kepada pemuka masyarakat,
aparatur desa, dan anak-anak di Desa Sido Luhur. Mendengarkan
keluhan-keluhan dari masyarakat tentang Anggaran Pedapatan dan
Belanja Desa.

4.6 Teknik Analisis Kegiatan


Kegiatan ini akan dimulai dengan membuat forum diskusi dan tanya
jawab untuk masyarakat Desa Sido Luhur. Adapun wujud nyata dari
kegiatan penyuluhan dan forum diskusi ini adalah sebuah momentum
yang dapat memberikan sebuah kesadaran dan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai Anggaran Pedapatan dan Belanja Desa.
20

4.7 Jadwal Rencana Kegiatan


NO Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Persiapan Proposal
2 Pengajuan Proposal
3 Survey dan Observasi Lokasi
4 Pengumpulan data Sekunder
5 Pengumpulan data Primer
6 Analisa dan Pengelolaan Data
Primer dan Sekunder
7 Pelaksanaan Program
8 Bazar/ Pameran Hasil Program
9 Penyusunan Draf Laporan
10 Seminar Laporan
11 Pengumpulan Laporan
21

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga.

CST, Kansil. 2004. Pemerintahan Daerah di Indonesia, Hukum Administrasi


Daerah, Jakarta :Sinar Grafika.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

HR, Syakuni. 2003. Akses Dan Indikator Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Yang Baik. Jakarta: Lembaga Kajian Hukum dan Kebijakan Otonomi
Daerah.

Indrati S, Maria Farida. 2011. Ilmu Perundang-Undangan 1 (Jenis, Fungsi,


Materi Muatan). Yogyakarta : Kanisius.

Kaloh, J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah. Jakarta: P.T Asdi


Mahasatya.

LAN dan BPKP, Akuntabilitas dan Good Governance, Modul 1 dari 5 Modul
Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Penerbit
LAN, Jakarta.

Manan, Bagir. 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD
1945. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
22

BIODATA PESERTA

I. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Pero Hernandes

2. NPM 16050052

3. Tempat dan Tanggal Lahir Manna , 31 agustus 1996

4. Alamat Asal Manna

5. Alamat Rumah Jl.Pematang Gubenur

6. Nomor Telepon +6285367270162

7. Nomor Hp +6285367270162

8. Status Tidak Bekerja

9. Status Perkawinan Tidak Kawin

10. Alamat Email Perohernandes560@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


1. PROGRAM SD SMP SMA

2. Nama SDN. SMPN MUHAMMADIYAH


Sekolah
10 12
BENGKULU BENGKULU
SELATAN SELATAN

3. Tahun Masuk 2003 2009 2012

4. Tahun Lulus 2009 2012 2015


23

Anda mungkin juga menyukai