Anda di halaman 1dari 8

ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro

Studi Keamanan Pengiriman Daya Pada Sistem Interkoneksi Sumsel –


Lampung Dengan Dua Tahap Optimasi
Lukmanul Hakim
Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
plgsekip@unila.ac.id

Intisari---Kebutuhan daya listrik di Propinsi Lampung masih bergantung kepada pengiriman daya
dari sistem Interkoneksi Sumbagsel terutama pada waktu beban puncak. Kondisi operasi seperti ini
menyebabkan saluran interkoneksi menjadi sangat kritis sehingga gangguan pada saluran
interkoneksi dapat mengakibatkan ketidakstabilan operasi mesin-mesin pembangkit yang
tersambung ke sistem interkoneksi Sumsel-Lampung. Karenanya sangat penting untuk mengkaji
keamanan pengiriman daya melalui sistem interkoneksi ini untuk mencegah kerusakan pada mesin-
mesin pembangkit tersebut. Dalam penelitian ini, kami melakukan kajian terhadap keamanan
pengiriman daya dengan mempertimbangkan kestabilan transien sudut rotor dari mesin-mesin
pembangkit yang tersambung ke sistem interkoneksi Sumsel-Lampung. Permasalahan ini didekati
dengan memaksimalkan pengiriman daya dari subsistem Sumsel ke subsistem Lampung. Teknik
optimasi yang dipergunakan dalam studi ini adalah metode interior point untuk pemrograman
nonlinier dengan iterasi Newton. Simulasi dilakukan untuk dua kondisi yaitu memaksimalkan
pengiriman daya tanpa kendala kestabilan transien dan memaksimalkan pengiriman daya dengan
mempertimbangkan kendala kestabilan transien. Untuk kondisi pembebanan sistem dalam kajian ini,
hasil simulasi menunjukkan, apabila kendala kestabilan transien dipertimbangkan, bahwa maksimal
daya yang diizinkan untuk dikirim dari subsistem Sumsel ke subsistem Lampung adalah sekitar 230
MW. Dengan kondisi seperti ini, maka penambahan unit-unit pembangkit di subsistem Lampung
menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki keamanan operasi sistem interkoneksi Sumsel-
Lampung secara keseluruhan.
Kata Kunci---keamanan sistem tenaga, pengiriman daya, interkoneksi, kestabilan transien

Abstract---During peak load, Lampung subsystem greatly depends on electric power supply from
South Sumatra (Sumsel) subsystem through interconnection system at 150 kV. This operating mode
causes critical operation of interconnecting line and may lead to unstable operation of generators
connected to the system on the occurrence of fault. Hence, it is importance to study power transfer
security to prevent further damage to the machines. In this research, we work on power transfer
security with respect to rotor angle stability of generators connected to Sumsel-Lampung
interconnection system. This problem is formulated by maximizing power transfer from Sumsel to
Lampung while meeting rotor angle stability constraints and other operational constraints and solved
by applying a Newtonian nonlinear programming primal-dual interior point. Simulation scenarios
include power transfer maximization with and without considering rotor angle transient stability.
Results on loading condition of this study reveal that maximum allowable transfer is about 230 MW.
Therefore, adding new generating units within Lampung area is an alternative solution to improve the
overall security operation of the interconnection system.
Keywords---power system security, power transfer, interconnection system, transient stability

I. PENDAHULUAN Berdasarkan waktu pelaksanaannya, kendali


preventif dilakukan sebelum gangguan benar-
Dewasa ini sistem tenaga listrik seringkali benar terjadi dan biasanya dicapai melalui
beroperasi sangat dekat batas aman penjadwalan ulang pembangkit, sementara
operasinya sebagai akibat dari meningkatnya kendali korektif bekerja sesaat setelah
kebutuhan energi listrik dan kerumitan akibat gangguan terjadi dengan melepas generator
interkoneksi dari beberapa sistem. Untuk yang kehilangan sinkronisasi dari sistem.
menjaga agar sistem tenaga listrik berada Meskipun demikian, semua perhitungan yang
dalam kondisi operasi yang aman, maka diperlukan untuk kedua jenis kendali ini
diadopsilah suatu sistem kendali baik yang dilakukan sebelum kontingensi.
bersifat preventif atau pun korektif.

Volume 7, No. 1, Januari 2013


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 15
Beban listrik di Propinsi Lampung hingga an diawali oleh Gan et al, 2000 [5] yang
saat ini sangat tergantung pada sistem memasukkan kestabilan transien sebagai
interkoneksi Sumsel – Lampung dimana pada kendala di dalam formulasi aliran daya
saat waktu beban puncak terdapat transfer optimal. Di sini, kestabilan transien
daya dari Sumsel ke Lampung hingga kisaran dilinierisasi sehingga persoalan aliran daya
400 MW. Kondisi ini mengakibatkan optimalnya dapat diselesaikan dengan
pembangkit-pembangkit yang terhubung ke pemrograman linier. Iwamoto dan Kato, 2002
dalam sistem interkoneksi beroperasi pada [6] mengembangkan metode kendali preventif
sekitar batas aman operasinya. Jika sampai untuk kestabilan transien untuk nilai waktu
terjadi gangguan pada saluran interkoneksi, pemutusan kritis (critical clearing time -
diperkirakan akan berdampak pada CCT) yang diinginkan. Dalam metode ini,
ketidakstabilan transien dan lebih jauh lagi mereka menentukan terlebih dahulu hubungan
dapat mengakibatkan lepasnya unit antara CCT dengan sudut rotor generator
pembangkit dari sistem dikarenakan menggunakan model satu mesin terhubung ke
hilangnya sinkronisasi dengan sistem. simpul tak hingga (one machine infinite bus –
Lepasnya unit pembangkit dari sistem OMIB). Nguyen dan Pai, 2003 [7]
interkoneksi membuat unit-unit pembangkit mengusulkan metode yang didasarkan atas
yang masih terhubung dengan sistem sensitifitas lintasan transien untuk menjadwal
interkoneksi akan memikul beban yang ulang keluaran daya unit pembangkit. Fang et
tadinya dipikul oleh unit pembangkit yang al, 2007 mengusulkan penggunaan teknik
kehilangan sinkronisasi. Pada gilirannya, jika integrasi mundur untuk mengevaluasi gradien
unit-unit pembangkit yang tersisa tidak dari indeks performansi kestabilan dan
mampu memikul beban tersebut, maka menggunakan indeks ini untuk
terjadilah pelepasan beban yang jika tidak mengoptimalkan penjadwalan unit
diantisipasi dengan tepat bisa berdampak pembangkit.
pemadaman total (total blackout).
Kendali preventif dengan penjadwalan ulang II. PERUMUSAN MASALAH
pembangkitan (generation rescheduling)
masih merupakan cara yang dipilih untuk Kendali preventif yang dipilih dalam
memperbaiki keamanan operasi sistem penelitian ini untuk menjaga kondisi operasi
tenaga, baik dalam konteks steady-state yang aman adalah dengan menggunakan
security atau pun dynamic security. Para pendekatan penjadwalan ulang unit
peneliti sebelumnya telah mencoba pembangkit (generation rescheduling).
mengaplikasikan berbagai metode untuk Dengan pendekatan ini, rumusan
mencapai keamanan operasi melalui kendali permasalahannya menjadi seminimal
preventif sistem tenaga. Diantaranya adalah mungkin penjadwalan ulang keluaran daya
penjadwalan pembangkit yang didasarkan dari unit-unit pembangkit yang terhubung
atas Transient Energy Function (TEF) oleh A. dalam sistem interkoneksi Sumsel – Lampung
A. Fouad dan T. Jianzhong, 1993 [1] serta A. dengan tetap memenuhi batasan-batasan
Bose dan D. H. Kuo, 1995 [2]. M. La Scala et operasional seperti kecukupan daya, kapasitas
al, 1998 [3] mengembangkan penjadwalan pembangkit, besaran tegangan pada setiap
ulang pembangkit dengan aliran daya optimal simpul, dan kestabilan transien.
lalu menguji penjadwalan pembangkitnya Dalam penelitian sebelumnya, kami telah
dengan kriteria kestabilan transien. M. Pavela mengembangkan metode aliran daya optimal
et al, 1998 [4] menggunakan metode SIME yang mempertimbangkan kestabilan transient.
(Single Machine Equivalent) untuk Dalam aliran daya optimal kami, persoalan
memeriksa kestabilan transien untuk diselesaikan dengan menggunakan algoritma
menjadwal ulang pembangkit dengan primal dual interior point untuk pemrograman
menurunkan keluaran daya pembangkit yang nonlinier. Namun demikian, dalam penelitian
kritis dan menaikkan keluaran daya ini, penjadwalan ulang pembangkit didekati
pembangkit yang tidak kritis. Kriteria dengan model linier yang disesuaikan agar
kritisnya diperiksa oleh metode SIME yang dapat diselesaikan dengan metode aliran daya
sudah mereka kembangkan. Era tahun 2000- optimal kami.

Volume 7, No. 1, Januari 2013


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 16
Karenanya, kontribusi penelitian ini adalah
sebuah model linier penjadwalan pembangkit F ( x , l , u ; y , z , w , ~z , w
~ )  f (x)  y T h (x)
yang mengakomodasi ketidaklinieran sistem  z T [ g ( x)  g  l ]
tenaga listrik seperti kendala kestabilan (3)
 w T g ( x )  g  u 
transien dan kendala-kendala nonlinier
~Tu
 ~z T l  w
lainnya dan diselesaikan dengan algoritma
interior point. Pendekatan fungsi tujuan
dengan model ini memungkinkan metode Sistem pada persamaan (3) ini kemudian
yang dikembangkan ini dipergunakan dalam diselesaikan dengan metode interior point
kondisi sistem kelistrikan yang telah di- untuk pemrograman nonlinier berdasarkan
deregulasi dan di-restrukturisasi dimana iterasi Newton.
model bid-offer dari para produsen energi Sehingga pada penelitian ini, formulasi
listrik dalam hal ini disebut independent generic-nya adalah sebagai berikut:
power producer (IPP) dapat diterapkan.
Dalam penelitian ini persoalan diselesaikan Tahap I:
dalam dua tahap optimasi yaitu Tahap 1 Fungsi : Maksimalkan
dilakukan maksimalisasi pengiriman daya Tujuan Pengiriman Daya
dari Sumsel ke
dari Sumsel ke Lampung tanpa
Lampung
mempertimbangkan batasan dan kendala Terkendal :
kestabilan transien serta sudut rotor lalu a Oleh
Tahap 2 dengan melakukan penjadwalan 1 Persamaan
ulang terhadap keluaran pembangkitan yang . Kesetimbangan
diperoleh dari optimasi tahap 1. Penjadwalan Daya (Power
ulang pembangkitan pada tahap 2 ini Balance Equation)
dilakukan dengan mempertimbangkan 2 Kapasitas Daya
kendala kestabilan transien dan batasan . Generator
maksimum sudut rotor. 3 Magnitude
. Tegangan pada
Setiap Bus
III. METODE PENELITIAN
Tahap II:
Bentuk umum dari sebuah sistem nonlinier Fungsi : Minimalkan
yang diminimalkan adalah sebagai berikut: Tujuan Perubahan Output
Daya Aktif
Min : f (x) Generator
s.t.: h(x)  0 Terkendal :
(1)
g  g (x)  g a Oleh
1. Persamaan
Dimana:
Kesetimbangan

x  x control | x state 
T
 Daya (Power
Balance Equation)
Sistem (1) kemudian dapat ditransformasikan 2. Persamaan Nilai
dengan memasukkan vektor slack variable Awal (Initial
Value Equation)
(l , u )   r :
3. Persamaan Ayunan
Sudut Rotor
Min: f (x) (Rotor Angle
s.t.: h(x)  0 Swing Equation)
g(x)  g  l  0 4. Kapasitas Daya
(2) Generator
g(x)  g  u  0 5. Magnitude
(l,u)  0 Tegangan pada
Setiap Bus
Untuk sistem (2), fungsi Lagrange-nya 6. Maksimum Sudut
adalah: Rotor Generator
yang Diizinkan

Volume 7, No. 1, Januari 2013


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 17
serta jumlah variable yang diselesaikan pada
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN setiap iterasi menjadi sangat besar yaitu 2 x
total generator atau 60 variable dan
Dalam studi ini, sistem kelistrikan yang persamaan untuk pembangkitan daya reaktif,
ditinjau adalah sistem interkoneksi Sumsel – ditambah 4 x total simpul atau 456 variable
Lampung pada tingkat tegangan 150 kV. dan kendala persamaan aliran daya, 4 x 4 x
Kami mengupayakan pemodelan sistem total generator x total langkah integrasi
interkoneksi ini serinci mungkin sesuai (trapezoidal rule) atau sekitar 96000 variable
dengan ketersediaan data dan keterbatasan dan kendala pada bagian persamaan ayunan
waktu. Patut dicatat di sini adalah bahwa untuk penyelesaian sudut rotor selama
subsistem Bengkulu dan subsistem Jambi periode transien, ditambah lagi 3 x total
masuk ke dalam subsistem Sumsel. Gambar 1 generator atau 90 variable dan persamaan
adalah one line diagram sistem interkoneksi untuk kendali preventif daya aktif generator,
dalam studi ini. Total generator yang ditambah 4 x total generator dan 4 x total
tersambung dalam studi ini adalah 30 generator atau 2 x 4 x total generator atau 240
generator dengan jumlah simpul/node adalah variable dan persamaan untuk persamaan nilai
114 bus. awal. Dengan demikian, setiap iterasi akan
Unit pembangkit dengan kapasitas terbesar menyelesaikan 96846 variabel x 96846
adalah PLTU Bukit Asam dan dalam studi ini, persamaan.
PLTU Bukit Asam dipilih sebagai Slack Bus.
Jumlah keseluruhan generator dalam studi ini
adalah 30 mesin. Dengan jumlah mesin
sebanyak ini, mengakibatkan jumlah kendala

Volume 7, No. 1, Januari 2013


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 18

12 13 14

37

42
44
78 79
Data Subsistem Sumbagsel 150 kV 82 83

43

80 81
8 9 10
5 6 45
35 50
34
32 1 2 3 4 84 85
7
72 92
73 69
31

48 47 33 46 51
67 68
86
90 88 89 70 87
71 93 94
49
11
91 52
57
36

103 95

56
21 22 23
102
41 19 20

58 55 54 53 40

97 98
104 105 99 96
10
101
0 66
64 60 59

114
112 106 107

16
15

38

75 61
74 65
24 25 26 27

113 108
63

62
111
28 29 30

18 17 109 110

39

76 77

Gbr. 1 One line diagram sistem interkoneksi Sumbagsel (Jambi - Sumsel - Bengkulu - Lampung)

Secara keseluruhan, untuk sistem interkoneksi 1360 MW. Dengan kondisi seperti ini, terjadi
Sumsel – Lampung yang dijadikan obyek sebesar 305 MW yang dikirim dari subsistem
penelitian di sini, total beban adalah 1018 Sumsel ke subsistem Lampung. Namun jika
MW dan total daya mampu pembangkitan terjadi gangguan, semua mesin-mesin

Volume 7, No. 1, Januari 2013


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 19
pembangkit akan mengalami kehilangan 70

sinkronisasi yang berarti ketidakstabilan. 50


Salah satu metode dalam meng-assess
30
kestabilan transien adalah melalui time
10
domain simulation. Untuk itu, urutan kejadian
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2
(sequence of events) yang menggambarkan -10

perubahan network topology harus dibangun -30

seakurat mungkin. Pada saat t = 0 detik, -50


sistem dalam keadaan operasi normal dan
-70
setimbang. Lalu disimulasikan gangguan G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10

tidak setimbang terjadi pada t = 100 milidetik. G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 G18 G19 G20

G21 G22 G23 G24 G25 G26 G27 G28 G29 G30
200 milidetik setelah gangguan, diasumsikan
peralatan proteksi bekerja mengisolasi Gbr. 2 Rotor angle plot untuk transfer daya maksimum
gangguan. 200 milidetik setelah gangguan 305 MW
diisolasi, saluran kembali beroperasi dengan
mode sirkit tunggal setimbang dimana satu Apabila dikenakan batas maksimum dan
sirkit dilepas dari sistem. minimum sudut rotor +/- 70 derajat, maka
Dalam studi ini, kriteria kestabilan transien tentunya ada penurunan transfer daya
menggunakan batas sudut rotor yang maksimum dari subsistem Sumsel ke
menyimpang dari center of angle sejauh 70 subsistem Lampung menjadi sebesar 230 MW
derajat. Penentuan sudut 70 derajat ini lebih saja. Namun demikian, system menjadi
ketat dibandingkan kriteria yang umum beroperasi dalam wilayah aman dimana jika
digunakan oleh operator yaitu 90 derajat. terjadi gangguan pada saluran interkoneksi.
Dalam kajian kestabilan transien Ini ditunjukkan pada gambar 3, bahwa selisih
menggunakan metode kriteria sama luas sudut rotor antara kedua kelompok generator
(equal area criterion) juga menunjukkan ini tidak menjauh. Untuk kriteria kestabilan
bahwa jika sampai sudut rotor generator ayunan pertama (first swing stable), time
melampaui batas 90 derajat, maka sudut rotor domain simulation hingga 2 detik cukup
akan terus menaik dan generator tersebut untuk mewakili kondisi kestabilan transien
tidak akan kembali ke titik operasi stabilnya. pada ayunan pertama. Jika multiple swing
Hal ini dikonfirmasi pada gambar 2, dimana stability yang akan dinilai, maka tentunya
sebahagian generator mengalami kenaikan memerlukan pemodelan yang lebih rinci atas
sudut rotor generator melampaui batas perilaku dinamis komponen sistem tenaga
kestabilan yaitu 70 derajat dan sebahagian pada saat dan setelah gangguan terjadi. Untuk
lainnya melampaui batas -70 derajat. Ini itu, maka waktu simulasi mesti diperpanjang
berarti, ada dua kelompok generator yang hingga 10 detik atau 30 detik.
selisih sudut rotornya semakin menjauh yang
menunjukkan hilangnya sinkronisasi di antara 70

kedua kelompok generator ini. 50

30

10

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2
-10

-30

-50

-70

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10

G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 G18 G19 G20

G21 G22 G23 G24 G25 G26 G27 G28 G29 G30

Gbr. 3 Rotor angle plot untuk transfer daya maksimum


230 MW

Volume 7, No. 1, Januari 2013


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 20
25
menambah unit-unit pembangkit baru di
20
wilayah subsistem Lampung. Penambahan
15
unit pembangkit baru ini akan menurunkan
10

5
ketergantungan subsistem Lampung terhadap
0
saluran interkoneksi. Untuk kondisi
-5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
pembebanan pada penelitian ini, maka
-10
pembangunan unit pembangkit baru dengan
-15 kapasitas di atas 200 MW akan menurunkan
pengiriman daya melalui saluran interkoneksi
Gbr. 4 Perubahan pembangkitan daya aktif (MW) pada
dan karenanya sistem akan beroperasi dalam
generator
wilayah yang aman.
Untuk memelihara keamanan operasi jika
REFERENSI
terjadi gangguan pada saluran interkoneksi,
pembangkitan daya aktif di Borang dan
[1] A. Fouad, T. Jianzhong, “Stability
Talang Duku (Bus 8, 9, 10, 11) harus
Constrained Optimal Rescheduling of
diturunkan hingga 10 MW. Untuk Generation,” IEEE Trans. on Power
mengkompensasi penurunan daya aktif pada Systems, Vol. 8, No. 1, Feb. 1993, pp. 105 –
pembangkit di wilayah pengirim (Subsistem 112.
Sumsel), maka pembangkit di Tarahan (lama) [2] H. Kuo, A. Bose, “A Generation
yang terdiri dari 1 PLTG dan 7 PLTD harus Rescheduling Method to Increase the
dinaikkan. Perubahan jadwal ini juga Dynamic Security of Power Systems,” IEEE
membawa konsekuensi kenaikan total biaya Trans. on Power Systems, Vol. 10, No. 1,
pembangkitan daya aktif pada sistem Feb. 1995, pp. 68 – 76.
interkoneksi Sumsel – Lampung. Perubahan [3] M. La Scala, M. Trovato, C. Antonelli, “On-
pembangkitan ini terlihat pada gambar 4. line Dynamic Preventive Control: an
Algorithm for Transient Security Dispatch,”
IEEE Trans. on Power Systems, Vol. 13, No.
V. KESIMPULAN 2, May 1998, pp. 601 – 608.
[4] D. Ruiz-Vega, A. L. Bettiol, D. Ernst, L.
Pada penelitian ini, sistem interkoneksi Wehenkel, M. Pavella, “Transient Stability-
Sumsel – Lampung memikul beban sebesar Constrained Generation Rescheduling,”
1018 MW dan untuk pembebanan sebesar ini, Proc. of Bulk Power Systems Dynamics and
maka daya sebesar 305 MW harus dikirim Control IV: Restructuring, Santorini, Greece,
Aug. 23 – 28, 1998, pp. 105 – 115.
dari subsistem Sumsel ke subsistem
[5] D. Gan, R. J. Thomas, R. D. Zimmerman,
Lampung. Pengiriman daya sebesar ini “Stability-Constrained Optimal Power
membawa akibat ketidakstabilan transien Flow,” IEEE Trans. on Power Systems, Vol.
dimana rotor angle separation antara dua 15, No. 2, May 2000, pp. 535 – 540.
kelompok generator semakin membesar jika [6] Y. Kato, S. Iwamoto, “Transient Stability
saluran interkoneksi mengalami gangguan. Preventive Control for Stable Operating
Agar sistem interkoneksi ini beroperasi Condition with Desired CCT,” IEEE Trans.
dengan aman dimana rotor angle separation on Power Systems, Vol. 17, No. 4, Nov.
antara kedua kelompok generator ini tidak 2002, pp. 1154 – 1161.
melampaui batas +/- 70 derajat, maka harus [7] T. B. Nguyen, M. A. Pai, “Dynamic
dilakukan penjadwalan ulang unit-unit Security-Constrained Rescheduling of Power
Systems Using Trajectory Sensitivities,”
pembangkit yang terhubung ke sistem. Total
IEEE Trans. on Power Systems, Vol. 18, No.
perubahan active power generation untuk 2, May 2003, pp. 848 – 854.
menarik sistem ke wilayah operasi yang aman [8] Z. Fang, Y. Xiaodong, S. Jingqiang, Y
adalah 69 MW yang terdistribusi antara Shiqiang, Z. Yao, “An Optimal Generation
pembangkit di wilayah pengirim (subsistem Rescheduling Approach for Transient
Sumsel) dan pembangkit di wilayah penerima Stability Enhancement,” IEEE Trans. on
(subsistem Lampung). Power Systems, Vol. 22, No. 1, Feb. 2007,
Untuk jangka panjang, solusi atas persoalan pp. 386 – 394.
keamanan operasi ini adalah dengan

Volume 7, No. 1, Januari 2013


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 21

Lukmanul Hakim - Sarjana Teknik dari Jurusan


Teknik Elektro
Universitas Sriwijaya,
1996, Master of Science
in Electrical Power
Engineering dari
University of Manchester
Institute of Science and
Technology, 1999 dan
Doctor of Engineering in Power Systems
Engineering dari Hiroshima University, 2010. Dr.
Hakim adalah anggota IEEE.

Volume 7, No. 1, Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai