Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

Manajemen Broiler

Kelas A
Kelompok 6
Desti Hidayatini 200110150006
Angga Juliana 200110150008
Noldy David Panjaitan 200110150036
Anisa Nurul 200110150042
Suci Rahayu Safitri 200110150169
Andiani Pratiwi 200110150203
Aditya Kusuma 200110150213

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan

pemenuhan gizi khususnya protein hewani meningkatkan permintaan produk

peternakan. Broiler atau ayam pedaging merupakan sumber protein hewani yang

banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sehingga peternakan broiler

semakin meningkat. Selain memiliki nilai gizi tinggi, broiler juga memiliki harga

yang murah dan mudah didapat.

Broiler atau ayam pedaging adalah ayam ras yang mempunyai

kemampuan untuk tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam

waktu relatif singkat yaitu lima sampai tujuh minggu. Ayam broiler memiliki

sifat-sifat yang menonjol secara ekonomis dapat memberikan keuntungan. Sifat

tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi dengan penggunaan pakan

yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat merangsang berkembangnya

peternakan ayam broiler.

Sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat akan daging ayam,

pemeliharaan ayam pedaging membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik.

Pemeliharaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai hasil yang maksimal dengan

membantu peningkatan produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha

peternakan ayam broiler secara baik. Hal inilah yang kemudian mendasari

perntingnya mengetahui manajemen pemeliharaan ayam broiler.


1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah Manajemen Broiler, yaitu:

1. Mengetahui persiapan dan peralatan manajemen Broiler

2. Mengetahui manajemen fase starting Broiler

3. Mengetahui manajemen fase finishing Broiler

4. Mengetahui manajemen kandang Broiler

5. Mengetahui manajemen pemanenan Broiler

6. Mengetahui proses karkasing Broiler

7. Mengetahui manajemen penanganan limbah Broiler

8. Mengetahui manajemen operasional pada Broiler


II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Kandang dan Peralatan

2.1.1 Persiapan Kandang Sebelum DOC Datang

Sebelum tiba, kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang

telah dicampur dengan pembunuh kuman/desinfektan. Kandang kemudian

dibiarkan selama beberapa saat dan tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

Semua peralatan, termasuk indukan, tempat pakan, dan tempat minum juga harus

disterilkan, sementara alas litter disemprot dengan bahan pembunuh

kuman/fumigan. Penggunaan fumigan harus sesuai dengan etika dan aturan

pakainya dan harus diperhatikan dengan benar karena setiap merek dagang

memiliki aturan pakai yang berbeda-beda (Rasyaf, 2012). Sebelum anak ayam

tiba maka kandang harus sudah siap. Persiapan kandang DOC untuk ayam broiler

tidak berbeda dengan DOC untuk ayam petelur. Begitu pula perlengkapan

kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan bulu yang sempurna. Penempatan

tempat makan dan minum juga sama (Suprijatna dan Kartasudjana, 2006). Waktu

istirahat kandang dalam keadaan bersih minimal 2 minggu agar siklus penyakit

diharapkan dapat putus.

Adapun tahapan persiapan kandang, yaitu sebagai berikut : mengarungkan

pupuk; merapikan tempat pakan dan tempat minum; mematikan aliran listrik;

mematikan saluran air minum; merapikan peralatan kandang lainnya seperti sekat

dan brooder guard; mencuci kandang dengan air kemudian desinfektan;

mengapur kandang; mencuci tirai dan alas litter; menaburkan litter dan memasang

peralatan; memasang tirai; menyemprot ulang desinfektan; membiarkan kandang

tertutup tirai; mencuci peralatan kandang (Santoso dan Sudaryani, 2011).


2.1.2 Persiapan Kandang untuk Penerimaan DOC

DOC memerlukan kandang yang bersih dan hangat. Karena DOC

ditetaskan dengan mesin tetas dan tidak ada induk ayam yang menghangatkan

tubuhnya, penambah pemanas buatan yang bisa berupa bohlam listrik, pemanas

gasolek (gas)/pemanas semawar/minyak tanah dan kompor batu bara. Selain itu

perlu dibuat guard chick atau brooder guard yang berupa seng supaya anak ayam

mengumpul untuk menghemat pemakaian pemanas (Santoso dan Sudaryani,

2011). Ditambahkan juga oleh Fadilah (2005) bahwa lingkaran pelindung bisa

terbuat dari seng, layar, karung, triplek atau boks bekas DOC. Pemanas

dinyalakan 2 - 3 jam sebelum kedatangan DOC. Kemudian siapkan minuman

(campuran air, vitamin, antibiotic) dan dimasukkan ke dalam guard chick

(Rahayu dkk, 2011). Guard chick dan pemanas harus sudah dipasang 2 - 3 hari

sebelum DOC datang. Sementara itu penyemprotan ulang dengan desinfektan

dilakukan 1 - 2 hari sebelum DOC datang ke seluruh ruangan dan peralatan

(Santoso dan Sudaryani, 2011).

2.1.3 Peralatan Kandang

Perlengkapan dan peralatan untuk kandang dipengaruhi oleh umur dan

fase pertumbuhan dari ayam yang dipelihara. Perlengkapan dan peralatan yang

harus disediakan untuk fase DOC antara lain adalah piring untuk pakan anak

ayam, galon minuman untuk DOC, dan pemanas untuk DOC. Setelah ayam

memasuki umur dewasa peralatan makan dan minum diganti dengan tempat pakan

dan minum yang khusus dewasa (Rahayu dkk, 2011). Kandang juga harus

dilengkapi dengan peralatan, seperti tempat pakan, tempat minum, alat pemanas,

alat penerangan, alat sanitasi atau kebersihan (Suprijatna dkk, 2008). Satu unit
nipple sudah mencukupi untuk 10 ekor broiler dan tekanan air selalu diatur di

regulator (Broiler Management Guides, by ISA HUBBARD, 2000) dalam buku

Anita dan Widagdo, 2011.

Jenis peralatan kandang yang digunakan selama proses produksi ayam

pedaging adalah :

a. Tempat pakan

Tempat pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1

hari sampai panen terdiri dari chick feeder tray digunakan umur 1 hari sampai satu

atau dua minggu dengan kapasitas 100 DOC / buah. Setelah ayam berumur dua

minggu maka tempat pakan untuk anak ayam diganti seluruhnya dengan tempat

pakan ayam ayam dewasa. Pada umumnya menggunakan round feeder (tempat

pakan bundar) dengan kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan kapasitas 3-5

kg dengan diameter 40 cm digunakan untuk 20 ekor ayam pedaging. Sedangkan

tempat pakan kapasitas 7 kg digunakan untuk 15 ekor ayam pedaging. Kapasitas

tempat pakan berhubungan dengan eating space seekor ayam. Bentuk tempat

pakan ada 2 tipe yaitu bundar dan panjang.

b. Tempat Air Minum

Tempat air minum yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai

umur 1 hari sampai satu atau 2 minggu adalah chick found dengan kapasitas 75

DOC/ buah. Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih dari 2 minggu

menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik yang manual atau secara

otomatis. Untuk tempat air minum manual, dengan kapasitas bervariasi: 600 ml, 1

liter, 1 gallon dan 2 gallon, kapasitas 2 gallon untuk 100 ekor ayam pedaging,

sedangkan tempat air minum otomatis yang circumference 110 cm untuk

kapasitas 50-75 ekor/buah. Kapasitas tempat air minum berhubungan dengan


drinking space. Ada dua bentuk tempat air minum yaitu berbentuk bundar dan

panjang, dengan standar drinking space yang sama yaitu tempat minum manual

memanjang standar 1 cm/ekor, sedangkan tempat minum manual bundar standar

1 cm/ekor.

c. Alat pemanas/ heater

Sumber energi panas dapat diperoleh dari listrik, gas, minyak tanah, batu

bara, serbuk / gerjaji kayu yang halus atau menggunakan kayu bakar. Pilihlah

sumber energi yang mudah didapat, dan murah biaya energinya, agar tidak terjadi

biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu kandang.

2.2 Starting Management

Periode starter pada ayam broiler merupakan periode awal pemeliharaan

ayam broiler mulai dari chick in dan berlangsung selama 3 minggu (ada juga yang

menyebutkan sampai 4 minggu). Periode starter merupakan periode yang penting

dan kritis karena beberapa hal berikut:

a. Periode starter menentukan baik atau buruknya performa ayam broiler

selama pemeliharaan sampai panen.

b. Ayam broiler di masa starter masih banyak dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar seperti suhu, udara, litter, dan sebagainya. Ayam broiler di masa

starter belum mempunyai kemampuan yang optimal untuk mengendalikan

kondisi tubuhnya.

c. Kondisi psikologis ayam broiler di masa starter juga masih rentan

sehingga ayam mudah stress. Ayam broiler yang stres dapat berakibat

performa yang kurang baik seperti nafsu makan turun, lesu, dll sehingga

target pemeliharaan ayam broiler tidak dapat tercapai dengan maksimal.


Untuk itu, ayam broiler pada periode starter ini membutuhkan manajemen

khusus yang dapat mengakomodasi kebutuhan ayam broiler.


2.2.1 Persiapan kandang

Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah siap. Persiapan

kandang doc untuk ayam broiler tidak berbeda dengan doc utuk ayam petelur.

Begitu pula perlengkapan kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan bulu yang

sempurna.

Mulai umur 3 hari dilakukan pelebaran sekat secara bertahap mengikuti

kondisi ayam. Pelebaran harus diikuti dengan penambahan serta pengaturan

tempat pakan/minum. Posisi pemanas diatur sedemikian rupa agar penyebaran

panas bisa merata. Sebagai acuan, pelebaran chick guard dapat diatur sebagai

berikut:

Umur (hari) Ekor/m2


1 60 – 65
3 40 – 45
6 25 – 30
8 20 – 25
10 15 – 20
14 10 – 15
18 8 – 10
> 18 8 (full house)
Tabel 1. Pelebaran Chick Guard

a. Pemanas dan Litter

Sebaiknya di setiap brooder disediakan termometer untuk memantau suhu

ruang, akan tetapi pengamatan terhadap kondisi kenyamanan ayam yang paling

tepat adalah dengan melihat perilaku ayam itu sendiri. Pemanas dinyalakan

setidaknya sampai umur 14 hari. Jika kondisi dingin, bisa diperpanjang. Apabila

ayam kepanasan, pemanas dapat dimatikan dengan tetap memperhatikan kondisi

dan penyebaran ayam dalam chick guard.


Litter yang digunakan harus kering dan sudah didesinfeksi sebelumnya.

Formalin dapat digunakan untuk desinfeksi litter (misal: sekam) (5 liter formalin

40% dalam 95 liter air).

 Untuk kandang panggung

Penggantian litter disarankan dilakukan pada umur 8-10 hari. Pembukaan

cover slat atau tirai alas dapat dimulai pada umur 18 hari untuk daerah panas dan

21 hari untuk daerah dingin. Dengan tetap mempertimbangkan kondisi litter,

pembukaan cover slat dapat ditunda jika cuaca benar-benar sangat

dingin. Pembukaan cover slat dilakukan secara bertahap mulai dari 25%, 50%,

75%, hingga terbuka semua. Saat pembukaan cover slat, tirai samping bawah

(sarung) harus sudah terpasang.

Gambar 1. Urutan Pembukaan Tirai Alas


 Untuk kandang postal dan double deck

Ketebalan litter minimal 3-5 cm, penggantian litter mengikuti jadwal sbb:

Umur (hari) 8-10 16-17 21-25 28-dst


Penggantian Ganti 100% Ganti yang Ganti 100% Tabur
litter menggumpal

Tabel 2. Jadwal Penggantian Litter

Setelah umur 25 hari litter cukup ditabur dan diambil yang menggumpal

saja. Penggantian litter dilakukan secara perlahan-lahandan hati-hati agar ayam


tidak stres. Litter yang digunakan untuk penggantian sangat disarankan bahkan

harus di desifenktan dulu agar tidak membawa bibit penyakit. Berikut tahapan

penggantian litter

Gambar 2. Urutan Pembukaan Tirai

Setelah pengerukan dan penggantian liter selesai, posisi ayam dapat digeser

ke arah liter baru dan lakukan penggantian pada sisi

berikutnya. Setelah penggantian litter harus diikuti pemberian vitamin untuk

meningkatkan kekebalan tubuh dan menghindari stres saat penggantian litter.

a. Masa Brooding

Urutan pembukaan tirai apabila temperatur brooder terlalu panas adalah

sebagai berikut:

- Buka tirai plafon.


- Buka tirai dalam mulai dari atas ke bawah.

- Bila masih terlalu panas bisa ditambah bukaan pada tirai luar pada sisi

yang berlawanan dengan arah angin, juga dari atas ke bawah –> Bila suhu

mulai dingin, urutan penutupan tirai dilakukan sebaliknya.

b. Selepas masa brooding

Pembukaan tirai samping selepas masa brooding harus dimulai dari atas ke

bawah dengan pengaturan sebagai berikut:

Buka terlebih dahulu tirai yang berlawanan dengan arah angin. Pembukaan

dilakukan secara bertahap mengikuti kondisi ayam. Jika pembukaan tirai samping

dirasa belum cukup, bisa dilanjutkan pembukaan tirai samping bawah atau sarung

(buka dulu tirai yang berlawanan dengan arah angin, dibuka dari bawah ke atas).

b. Pencahayaan

Sebagai patokan praktis, untuk setiap chick guard minimal diberi 10 watt

SL/TL atau 60 watt lampu pijar dengan ketinggian 170 cm, selanjutnya ditambah

sesuai kebutuhan.bJika siang hari cuaca gelap, lampu harus dinyalakan agar feed

intake dan water intake tidak terganggu. Mulai umur 4 hari, pada malam hari

perlu dibuat suasana gelap 1-2 jam untuk produksi hormon pertumbuhan

(melatonin) dan sebagai antisipasi jika suatu saat terjadi lampu padam tiba-tiba,

ayam tidak mati menumpuk.

2.2.2 Pakan dan Air Minum

Pakan ayam broiler pada periode starter menggunakan pakan dengan

kandungan protein 19 – 21%. Kandungan protein yang tinggi bertujuan untuk

memacu pertumbuhan ayam pada periode awal pemeliharaan ayam broiler.

Pemberian pakan dilakukan secara bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal

(1 minggu). Selama 3 hari pertama anak ayam harus dipaksa untuk aktif makan
dan minum. Agar anak ayam broiler aktif makan dan minum bisa dibantu dengan

cara mengetuk chick guard secara perlahan-lahan atau pakan diberikan sesering

mungkin. Selain itu, kandang harus terang agar anak ayam broiler lebih giat

makan dan minum. Pakan yang tersisa dikumpulkan dan diayak kemudian

dipisahkan dari kotoran untuk diberikan kembali pada anak ayam, tetapi jangan

dicampur dengan pakan baru. Prinsip pemberian pakan adalah full feed (pakan

selalu tersedia setiap saat), tetapi perlu diingat bahwa ayam lebih suka makan

pada suhu optimum sesuai dengan naluri ayam yaitu pagi hari (jam 05.00 – 08.00)

dan sore hari(jam 17.00-20.00). Jadi pada jam-jam tersebut harus lebih

diperhatikan ketersediaan pakannya. Setelah masa brooding, pakan diberikan

minimal 2 kali sehari dengan tempat pakan diatur setinggi tembolok ayam.

Tempat pakan harus selalu bersih dan kering sebelum pakan baru

diberikan. Di bawah pemanas sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray

karena panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Tinggi tempat pakan

setinggi tembolok yang diukur dari bibir atas tabung. Pada umur 8 hari tempat

pakan gantung mulai diperkenalkan. Diharapkan pada umur 10 hari ayam sudah

mengenal tempat pakan gantung, dan paling lambat umur 12 hari semua tempat

pakan harus sudah digantung.

Air minum harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, bersih, segar,

layak minum, dan dapat juga diklorinasi (3 ppm). Klorinasi bertujuan untuk

mencegah pencemaran dan penularan bibit penyakit. Pada temperatur normal,

konsumsi air minum ayam adalah 1,6-1,8 kali (dapat juga 2 kali) dari konsumsi

pakan. Faktor ini sebaiknya digunakan sebagai pedoman, sehingga penyimpangan

konsumsi yang berkaitan dengan kualitas pakan, temperature dan kesehatan ayam

dapat segera diketahui. Beberapa suplemen, vitamin, antibiotik, dan vaksin dapat
juga diberikan bersama dengan air minum. Mulai umur 2 hari tempat minum

harus digantung, dan setiap hari tingginya disesuaikan setinggi punggung ayam.

Jika menggunakan tempat minum otomatis (bell drinker), perhatikan level air

sebagai berikut:

 Umur kurang dari 10 hari, permukaan air 0.6 cm di bawah bibir

drinker (supaya terjangkau dan mudah diminum ayam kecil)

 Umur lebih dari 10 hari, permukaan air 0.6 cm dari dasar drinker (supaya

tidak mudah tumpah dan tetap terjangkau ayam besar)

 Piringan tempat minum dibersihkan setiap pagi dan sore, sisa air dibuang.

Jika menggunakan nipple drinker perlu diperhatikan beberapa hal berikut:

 Ketinggian nipple disesuaikan sehingga ayam dapat minum dengan

mendongakan kepalanya 45º terhadap nipple.

Jenis DOC Feed Intake Minggu I Body Weight Minggu Deplesi


(gram) I (gram)
PlatinumGold 160 > 170 gr 0.5%
Silver 150 > 160 gr 0.7%
140 > 150 gr 1.5%
Tabel 3. Contoh standar DOC

2.2.3 Ransum starter (0-3 minggu)

Ransum yaitu campuran dari berbagai bahan pakanyang diberikan selama

24 jam. Bahan pakan yang biasa digunakan untuk ransum ayam broiler yaitu
jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, minyak

kelapa, kulit kerang, dan tepung tulang.

Penyusunan ansum ayam broiler, didasarkan pada kandungan energi dan

protein. Untuk ayam broiler, pada umur 0-3 minggu, ransum yang digunakan

harus mengandung protein 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg (NRC/2984).
Namun menururt beberapa penelitian bisa juga digunakan ransum dengan protein

22% dan energi metabolis 3000 kkal/kg sampai ayam tersebut dipanen.

Kandungan lain yang harus diperhatikan yaitu serat kasar 7%, lemak 8%, kalsium

1%, dan phosphor yang tersedia sekitar 0,45%.

Untuk itu jika akan menyusun ransum perlu diketahui kandungan zat-zat

makanan yang terkandung di dalam bahan pakan yang akan digunakan.

Kandungan zat makanan dapat diketahui melalui analisa laboratorium dapat

dilihat pada tabel 4.

No Bahan pakan Protein Lemak (%) Serat kasar (%) Energi


(%) metabolis
(kkal/kg)
1 Jagung kuning 8,6 3,9 2,0 3.370
2 Dedak halus 12,0 13,0 12,0 1.630
3 Bungkil kedelai 45,0 0,9 6,0 2.240
4 Bungkil kelapa 21,0 1,8 15,0 1.540
5 Bungkil kacang 42,0 1,9 17,0 2.200
tanah
6 Tepung ikan 61,0 4,0 1,0 2.830

Tabel 4. kandungan zat-zat makanan dan energi metabolis pakan

Berdasarkan hasil analisa kandungan zat-zat pada bahan pakan dan

kebutuhan ransum untuk ayam maka dapat disusun ransum yang diperlukan.
Contoh ransum ayam broiler untuk fase starter dapat dilihat pada tabel 5.

No Bahan pakan Jumlah Protein lemak Serat kasar EM


1 Jagung 60,00 5,16 2,34 1,20 2.022,00
2 Dedak halus 3,00 0,36 0,39 0,36 48,90
3 Bungkil kedelai 20,50 9,23 0,18 1,23 459,20
4 Bungkil kelapa 1,50 0,32 0,02 0,23 23,10
5 Tepung ikan 13,00 7,90 0,52 0,13 370,50
6 Minyak kelapa 1,50 - - - 129,00
7 Premix-A 0,50 - - - -
Jumlah 100,00 22,97 3,45 3,15 3.052,70

Tabel 5. susunan ransum ayam broiler fase starter

Untuk memudahkan perhitungan, ransum disusun per seratus kilo gram.

Ransum pada tabel 5 dihitung dengan menggunakan energi metabolis 3000

kkal/kg dengan protein 23%. Kandungan protein ransum ini cukup tinggi, agar

bisa mendukung pertumbuhan ayam. Masa pertumbuhan ayam broiler yang paling

cepat yaitu sejak menetas sampai umur 3-4 minggu.

2.2.4 Pencegahan penyakit

Untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat, selain memperhatikan

kebersihan lingkungan juga perlu melakukan vaksinasi maupun pemberian obat-

obatan dan vitamin. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit unggas

menular yang tidak bisa diobati misalnya ND/tetelo, dan gumboro. Jenis vaksin

ND ini banyak tersedia di poultry shop dengan merk dagang dan cara penggunaan

yang berbeda. Contoh vaksin gumboro yaitu Medivac Gumboro-A, yang

diberikan sekitar 12 hari. Pemberian jenis vaksin yang berbeda tidak dilakukan

pada waktu yang bersamaan karena dikhawatirkan ayam tidak tahan. Contoh
program pencegahan penyakit dalam pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada

tabel 6.

Dosis pemakaian dan petunjuk penggunaannya biasanya tercantum dalam

kemasan vaksin yang akan digunakan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada sore

hari agar ayam lebih mudah ditangkap (bila vaksin melalui suntikan ). Di samping

itu, vaksin tidak akan terkena sinar matahari yang dapat mematikan vaksin. Jika
vaksin diberikan melalui air minum, maka ayam harus dipuasakan dulu sekitar 2-3

jam sebelummya supaya air minum yang telah diberi larutan vaksin cepat habis,

sehingga vaksin tidak mati atau terbuang.

Program pencegahan penyakit atau penggunaan obat-obatan/ vitamin,

untuk tiap peternak berbeda-beda tergantung kepada jenis penyakit yang sering

timbul di peternakan tersebut. Serangan penyakit ini dapat meningkatkan angka

kematian. Angka kematian sekitar 5% dari mulai pemeliharaan DOC sampai

dipasarkan, masih dianggap cukup berhasil.

Umur Nama vaksin/obat Teknik pelaksanaan Tujuan


(hari)
1-2 Hidrostress 5 g/10 liter air minum Mengurangi stress
1-6 Vaksin ND Tetes mata Mencegah penyalit ND
3-5 Sindoflox 1 ml/2 liter air minum Mencegah CRD
6-8 Vitastress 1 g/1 liter air minum Mengurangi stress
9-11 Theraphy 1 g/2 liter air minum Mencegah coccidiocis
12 Medivac Gumboro A Melalui air minum Mencegah gumboro
12-15 Hidrostress 5 g/10 liter air minum Mengurangi stress
16-17 Theraphy 1 g/2 liter air minum Mencegah coccidiocis
18-19 Hidrostress 5 g/10 liter air minum Mengurangi stress
22-23 Theraphy 1 g/2 liter air minum Mencegah coccidiocis
24-27 Hidrostress 5 g/2 liter air minum Mengurangi stress
28-23 Dinabro 5 g/10 liter air minum Merangsang
pertumbuhan
Tabel 6. Program pencegahan penyakit dalam pemeliharaan ayam broiler

2.3 Finishing Management

2.3.1 Kandang

Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya,

maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam


pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-
problema terus menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak

membantu (Williamsons dan Payne, 1993).


a. Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk,
mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari
timur ke barat.
b. Pergantian udara dalam kandang.
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.
c. Suhu udara dalam kandang.
Tabel 7. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :
Umur Suhu (0C)
(hari)
01 – 07 34 – 32
08 – 14 29 – 27
15 – 21 26 – 25
21 – 28 4 – 23
29 – 35 23 – 21

d. Kemudahan mendapatkan sarana produksi


Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana
peternakan.
e. Kepadatan Kandang
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga
kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk
pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal
untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka
tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa
yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum,
stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk
mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat
untuk kenyamanan ayam. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap
produksi, performen dan tingkat kenyamanan ayam broiler (May dan Lott, 1992).

Kartasudjana (2013) menyatakan bahwa jika kandang terlalu padat akan

mempengaruhi performa ayam, misalnya sebagai berikut :

1. Konsumsi ransum menurun akibat beberapa hal, misalnya temperature

kandang meningkat, ransum banyak yang tumpah, dan kesempatan makan

yang berkurang

2. Pertumbuhan menurun

3. Efisiensi pakan menurun

4. Kematian bertambah

5. Kanibalisme bertambah

6. Banyak terjadi breast blister (bagian yang mengeras dibagian dada)

7. Petumbuhan bulu berkurang banyak terjadi patah tulang pada saat


processing (Condemnation)

Tabel 8. Kepadatan kandang yang ideal sesuai dengan umur ayam adalah sebagai

berikut (Susilorini, 2013) :

Kepadatan
Umur (hari)
(ekor/m2)
1 60
3 40
6 30
12 15
28 (Periode
5-6
Finisher)
Dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terdapat dua system

perkandangan, yaitu system litter dan system cages. Sistem litter yaitu kandang

yang lantainya ditutup dengan bahan organik yang partikelnya berukuran kecil.

Sistem litter banyak dipakai karena relatif mudah dan murah, sementara kandang

system cages pemeliharaannya lebih sulit dan relative mahal (Kartasudjana,

2013). Kandang dengan system cages jarang digunakan peternak ayam broiler

karena biayanya yang cukup mahal.

Tempat pakan untuk ayam fase finisher berbeda dengan ayam fase starter,

untuk ayam fase finisher biasanya menggunakan hanging feeder atau tempat

pakan gantung, hanging feeder mulai digunakan setelah ayam berumur 10 hari.

Tempat pakan ini terdiri atas bagian piringan dan tabung yang dikaitkan oleh

kawat. Tingginya bisa diatur sesuai umur ayam. Ada beberapa ukuran tempat

pakan gantung antara lain 3 kg, 4 kg, 5 kg, dan 7 kg (Tamalludin, 2014).

Tamalludin (2014) menyatakan ada dua tipe tempat minum yaitu :

(1) System terbuka

Tempat minum system terbuka adalah tempat minum yang banyak

digunakan oleh peternak karena lebih mudah dalam perawatan serta harganya

relative lebih murah. Kelemahannya adalah bisa terkontaminasi kuman yang

berasal dari debu. Kandang dan kotoran yang masuk ke tempat minum. Tempat

minum terbuka terdiri atas tempat minum manual (gallon) dan tempat minum

otomatis (automatic bell drinker).

(2) System tertutup (nipple)

Nipple biasanya digunakna di kandang tipe tertutup. Nipple berbentuk

memanjang seperti pipa, lalu air minum di pipa, lalu air minum keluar dari pipa

yang menjulur ke bawah dan akan keluar jika disentuh paruh. Kelebihannya
adalah air tidak terkontaminasi kotoran, tidak boros air, tidak perlu dibersihkan

setiap hari, dan pemberiannya mudah. Kelebihannya membutuhkan investasi yang

tinggi dan perawatannya harus baik.

c. Sekat pembahas

Sekat pembatas berfungsi memisahkan ayam sesuai dengan bobot ayam

saat diseleksi, sekat dapat dibuat dari bilahan bambu dengan tinggi 50 cm. sekat

ini juga berfungsi membatasi pergerakan sehingga energy ayam tidak banyak

terbuang (Tamalludin, 2014).

d. Tirai kandang dan pelapis kandang

Tirai dapat menggunakan terpal, plastic, maupun karung bekas pakan.

Tirai bagian luar lebih baik menggunakan terpal karena dapat menahan angina

dari luar. Bagian dalam bisa menggunakan plastic atau karung. Tirai ini berfungsi

untu menstabilkan suhu dan kelembaban, terutama pada masa brooding

(Tamalludin, 2014).

2.3.2 Ransum

Pada masa akhir pemeliharaan (finisher), perlu dilakukan pergantian pakan

karena kebutuhannya berbeda dengan ayam fase starter. Pergantian pakan yang

dilakukan haruslah secara bertahap, pada hari ke 1 pakan yang digunakan adalah

¾ starter + ¼ finisher, pada hari ke 2 pakan yang digunakan ½ starter + ½

finisher, hari ke 3 pakan yang digunakan ¼ starter + ¾ finisher, dan pada hari ke

4 seluruh pakan yang digunakan adalah pakan finisher (Kartasudjana, 2013).

Pada saat pemberian pakan, pastikan jumlah dan rasio tempat pakan dan

tempat minum telah terpenuhi. Untuk kandang berukuran 5 – 7 m, lajur tempat

pakan dan tempat minum masing-masing adalah 4 lajur dan untuk lebar kandang 8

– 10 m, lajur tempat pakan dan tempat minum masing masing adalah 5 jalur. Pada
daerah pemeliharaan yang memiliki iklim panas, pakan sebaiknya diberikan pada

temperatur yang tidak terlalu panas seperti pada pagi dan sore hari. Pakan

diberikan minimal 2 kali sehari dengan perbandingan pagi dan sore 40% : 60%.

Jika pakan dirasa kurang dapat ditambahkan. Pada siang hari tempat pakan dapat

dinaikkan agar ruang gerak ayam lebih banyak dan dapat mengurangi panas,

tetapi tetap pada jangkauan ayam. untuk meningkatkan feed intake ayam di

malam hari, perlu dilakukan upaya membangunkan ayam minimal 5 kali dalam

semalam.
Tabel 9. Susunan ransum broiler finisher
PK LK SK Ca P EM
No Bahan Pakan Jml
% (Kkal/kg)
Jagung
1 60,0 5,16 2,34 1,20 0,01 0,06 2022,00
kuning
2 Bk. Kedelai 15,0 6,75 0,13 0,90 0,04 0,04 336,00
3 Dedak halus 5,5 0,66 0,71 0,66 0,01 0,01 89,65
4 Tp. Ikan 11,0 6,71 0,44 0,11 0,60 0,30 311,30
5 Bk. Kelapa 5,0 1,05 0,09 0,75 0,01 0,01 84,70
Minyak
6 2,0 - 2,00 - - - 172,00
kelapa
7 Grit 1,0 - - - 0,38 0,20 -
8 Premix 0,5 - - - - - -
Jumlah 100 20,33 5,71 3,62 1,05 0,62 3015,65
Sumber : Kartasudjana (2013)
2.3.3 Pencegahan Penyakit

Penyakit yang sering menyerang ayam broiler fase finisher adalah CRD

(ngorok), coccidiosis (berak darah), dan snot (pilek ayam). Faktor penyebab dari

munculnya penyakit tersebut sebagian besar adalah tingkat kebersihan kandang

yang kurang terjaga, bahan litter yang jarang diganti, penggunaan peralatan yang

belu disterilisasi, hingga sirkulasi udara yang kurang baik (Fadillah, 2012).

Pencegahan penyakit pada ayam broiler fase finisher dapat dilakukan

dengan cara menjaga kebersihan kandang, membersihkan peralatan kandang


dengan rutin, serta mengisolasi ayam yang terkena penyakit agar tidak menular

kea yam yang lain (Fadillah, 2012).

2.3.4 Perlakuan Khusus untuk Memperoleh Daging yang Baik

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam PedaginAgar daging yang

diperoleh berkualitas tinggi, terdapat beberapa perlakuan khusus terhadap ayam

broiler fase finisher, yaitu:

(1) Pemanenan tidak boleh melebihi umur 8 minggu. Ayam broiler harus

dipanen sebelum umur 8 minggu, pasalnya daging ayam yang umurnya


lebih dari 8 minggu tingkat keempukannya menurun, serta mengalami

penumpukan lemak sehingga persentase karkasnya menurun.

(2) Membatasi gerak ayam. Hal tersebut dimaksudkan agar otot-otot

dagingnya tidak mengeras karena terlalu sering bergerak. Kandang yang

digunakan harus sesuai

(3) Menggunakan litter yang baik. Lantai litter yang baik, empuk, kering dan

halus akan membantu menjaga bagian tubuh ayam terutama bagian dada

agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Dengan cara ini akan

dihasilkan karkas daging yang empuk dan berkualitas.

2.4 Manajemen Kandang (Ventilasi, Litter, Kecepatan Angin,

Penerangan)

Syarat Kandang Ayam

1. Syarat Lokasi

Terdapat empat syarat lokasi yang harus dipenuhi agar kandang yang

dibangun nantinya dapat berfungsi dengan baik. keempat syarat tersebut antara

lain lokasi harus berada jauh dari pemukiman penduduk, mempunyai sumber air
yang mencukupi terutama ketika kemarau tiba, lokasi mendukung adannya

sirkulasi udara yang baik, dan lokasi mempunyai akses menuju jalan, telepon, dan

sumber listrik.

2. Syarat Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah salah satu dari empat hal yang menjadi

syarat pembuatan kandang ayam broiler. Yang dimaksud lingkungan masyarakat

adalah masyarakat atau penduduk yang berada di sekitar kandang berdiri. Syarat

yang harus dipenuhi untuk lingkungan masyarakat adalah lingkungan masyarakat

yang harmonis. Hal ini dijadikan salah satu syarat yang harus dipenuhi karena

tidak sedikit kasus yang mana lingkungan masyarakat yang tidak harmonis dapat

menyebabkan usaha peternakan ayam menjadi terhambat.

3. Syarat Keamanan

Keamanan kandang menjadi syarat yang harus dipenuhi agar ternak ayam

broiler dapat berjalan dengan sesuai harapan. Syarat keamanan yang harus

dipenuhi adalah bahwa kandang harus memiliki jaminan keamanan dari segala

gangguan, baik gangguan dari hama pemangsa ayam maupun dari gangguan

kriminal seperti pencurian.

4. Syarat Perizinan

Syarat terakhir yang harus dipenuhi adalah syarat perizinan. Pembuatan

kandang sudah seharusnya didirikan hanya jika sudah memenuhi syarat perizinan.

Syarat perizinan yang berlaku di Indonesia disebutkan bahwa setiap usaha

peternakan harus memiliki izin usaha. Jadi, izin usaha tersebutlah yang harus

dipenuhi peternak jika hendak melakukan pembuatan kandang. Untuk dapat

memiliki izin usaha tersebut, biasanya dimulai dari menandatangani surat

persetujuan lingkungan masyarakat disekitar lokasi kandang, kemudian surat


rekomendasi dari desa, izin prinsip dari pemerintah kabupaten, surat amdal dan

izin mendirikan usaha, SIU(surat izin usaha) dan surat izin gangguan.

2.4.1 Ventilasi

Jenis kandang ayam broiler berdasarkan tipe dinding (ventilasi) dapat

dibedakan menjadi kandang terbuka ( open house ) dan kandang tertutup

(closed house). Closed house mempunyai ventilasi yang baik yakni mampu

mengurangi dampak dari tingginya kelembaban udara, dengan memanfaatkan

efek “ wind chill ” dalam kandang. Adanya aliran udara hangat dalam kandang

yang mengenai tubuh ayam akan memberikan “rasa lebih dingin dari suhu

udara yang terukur. Teknologi yang diterapkan pada kandang closed house dan

juga adanya kelebihan seperti kesehatan, pencemaran yang kecil dan

terutama suhu, kelembapan, ventilasi yang dapat dikontrol. Closed house

berguna untuk menyediakan udara yang sehat bagi ternak (sistem ventilasi

yang baik) yaitu udara yang menghadirkan sebanyak-banyaknya oksigen, dan

mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida

dan amonia.

Kandang closed house atau sistem tertutup secara konstruksi dibedakan

menjadi dua yakni sistem tunnel dan evaporative cooling system (ECS).

Perbedaan antara kedua sistem tersebut, sistem ECS mengandalkan aliran angin

dan proses evaporasi dengan bantuan angin dari cooling pad, cocok digunakan

pada daerah panas dengan suhu udara diatas 350C. Sedangkan letaknya yang

berada pada dataran tinggi dan kecepatan angin cukup tinggi, penggunaan

konstruksi kandang menggunakan sistem tunnel. Karena kerja dari tunnel adalah

mengandalkan angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air, dan penyediaan
oksigen bagi kebutuhan ayam. Pemeliharaan ayam broiler dengan model kandang

closed house dirancang agar lebih mudah mengatur ventilasi kandang secara baik.

Sistem ventilasi yang ada pada kandang terbuka terlihat sirkulasi terjadi

dari arah mana saja. Kecepatan angin maupun kelembapan daerah tersebut tidak

dapat dikontrol dengan baik sehingga perlu tambahan pemanas dan kipas.

Pemanas maupun kipas digunakan sebagai penyeimbang suhu bagi ayam broiler

agar selalu nyaman dalam kandang. Sirkulasi seperti pada kandang terbuka

mengakibatkan banyaknya penyakit yang masuk dari udara maupun dalam

kandang tersebut. Peralatan yang digunakan dalam kandang open house masih

menggunakan gasolec dan tungku batu bara. Pengaturan masih manual dan perlu

adanya ketelitian dari anak kandang. Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan

mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi maka

ventilasi kandang harus baik.. Ventilasi yang baik mampu memberikan jaminan

terhadap efisiensi penggunaan makanan, sehingga kesehatan dan pertumbuhan

terjamin. Sebab ventilasi yang baik akan : (a) mempermudah udara kotor (C02)

dari sisa pernapasan dan amoniak (NH3) keluar dari dalam kandang, (b)

mempermudah udara segar dari luar (02) masuk ke dalam ruangan kandang,

menggantikan udara kotor yang ada di dalam kandang. Mengurangi suasana panas

dan pengap.

Sebaliknya ventilasi kandang yang jelek, akan menyebabkan kadar 02

berkurang, dan terjadi peningkatan kadar C02 (Korban dioksida), air, gas berbau,

peningkatan suhu kandang, litter cepat basah dan menggumpal. Hal tersebut akan

mengakibatkan kandang berbau keras, terjadi polusi, ternak menjadi sesak napas,

yang mengakibatkan menurunnya konsumsi makanan, dan akhirnya wajah

menjadi pucat. Jika hal semacam ini tidak lekas teratasi, maka walaupun ayam
mendapatkan cukup gizi untuk keperluan pokok hidup dan berproduksi, akan

tetapi apabila ventilasi kandangnya jelek, sehingga udara di dalam ruangan

kandang menjadi sangat kotor, maka metabolisme di dalam sel tubuh yang

menggunakan 02 tidak akan berjalan normal. Peristiwa semacam ini merupakan

salah satu hambatan bagi pertumbuhan broiler. Ventilasi yang diatur secara

berhadapan akan memberikan jaminan sirkulasi udara di dalam ruangan kandang

yang lebih baik.

2.4.2 Lantai dan Litter

Faktor konstruksi yang dituntut untuk kandang ayam yang baik meliputi

ventilasi, dinding kandang, lantai, atap kandang, dan bahan bangunan kandang

(Priyatno, 2001). Berdasarkan konstruksi kandang, kandang dapat dibedakan

menjadi: Kandang bateray, kandang postal dan kandang panggung. Kandang

bateray menggunakan sistem alas berlubang atau kawat. Kandang bateray adalah

sangkar segi empat yang disusun secara berderet memanjang dan bertingkat dua

atau lebih (North, 1994). Kandang bateray berbentuk kotak yang bersambung satu

dengan yang lain terbuat dari kayu, bambu atau kawat. Masing-masing kotak

berukuran lebar 30 sampai 35 cm, panjang 45 cm dan tinggi 60 cm. Lantai

kandang baterai letaknya agak miring ke salah satu sisi sekitar 6-7 cm. (North,

1994).

Kandang dengan tipe litter adalah suatu tipe pemeliharaan unggas dengan

lantai kandangnya ditutup oleh bahan penutup lantai seperti sekam padi, serutan

gergaji, tongkol jagung, jerami padi yang dipotong-potong, serta dapat digunakan

kapur mati yang penggunaannya dicampurkan dengan bahan litter (Sudjarwo dan

Indarto, 1989). Litter yang baik harus dapat memenuhi beberapa kriteria yakni

memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak menyebabkan kerusakan
dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan menyeragamkan

temperatur dalam kandang (Sudjarwo, 1989).

Bahan litter yang efektif adalah bersifat daya serap air (absorben) tinggi,

bebas debu, sukar untuk dimakan ayam, tidak beracun, murah, mudah diangkut

dan diganti, serta tersedia melimpah. Sainsburry (1995) menyatakan bahwa litter

harus menimbulkan kenyamanan bagi unggas dan terbebas dari parasit dan bakteri

yang dapat menyebabkan infeksi pada unggas. Pengawasan terhadap kualitas litter

sangat penting untuk kesuksesan manajemen perkandangan unggas. Litter dapat

menggunakan bahan organik yang bersifat menyerap air. Contohnya, serbuk

gergaji, sekam padi, potongan jerami kering, potongan rumput kering, atau

tongkol jagung yang dihaluskan (Carmen dan George, 1988). Bahan tersebut

dapat dicampur dengan bahan lain, seperti kapur dan super fosfat. Ketebalan litter

pada pemeliharaan anak ayam (day old chicken) awalnya hanya sekitar 5 cm

sampai 8 cm. secara bertahap, litter ditambah sampai mencapai maksimal 10 cm

sampai 13 cm. Untuk broiler dewasa, ketebalan awal 10 cm sampai 13 cm, dan

secara bertahap ditambah sampai ketebalan maksimal 23 cm (Suprijatna, 2005).

Litter tidak berfungsi sehingga kandang becek dan lembab. Dampaknya, timbul

polusi ammonia, berupa bau kandang yang menyengat. Hal tersebut karena litter

terlalu tipis atau populasi terlalu padat (Suprijatna dkk, 2008). Alas lantai atau

litter harus secara teratur diaduk-aduk dan ditambah ketebalannya, agar dampak

negatif dapat dihindarkan.(Murtidjo, 1987)

Keuntungan dari lantai litter antara lain keadaan kandang lebih hangat dan

pengelolaannya lebih mudah. Kerugiaannya adalah terjadinya fermentasi litter

yang menghasilkan gas metan dan amonia yang dapat meningkatkan suhu udara

dalam kandang sehingga dapat menyebabkan perubahan tingkah laku yaitu


timbulnya sifat agresif (Duncan dan Wood-Gush, 1971). Frekuensi ke tempat

makan ayam pada kandang lantai litter sekam di tanah nyata lebih tinggi

dibandingkan dengan kandang lantai slat bambu dan litter panggung. Hal ini

disebabkan karena keadaan kandang lantai litter sekam di tanah lebih tidak

nyaman dibandingkan dengan kandang lantai slat bambu dan litter panggung yang

diindikasikan oleh suhu dan kelembaban udara dalam kandang yang nyata lebih

tinggi (Puspani, 2008).

Kandang litter juga memiliki kelebihan yaitu pertama dapat memberikan

hasil yang memuaskan, baik kuantitas (bobot badan) maupun kualitas daging,

kedua dapat menghindarkan ternak ayam menderita lepuh dada atau

pembengkakan tulang dada (Breast Blister), memudahkan didalam pengelolaan

yakni seperti pembersihan dan pembuangan kotoran, serta dapat menghemat

tenaga kerja (Riswanti, 2014).

Kebaikan dari kandang panggung yaitu memiliki ventilasi yang sangat

baik bagi ayam di dalamnya, sebab udara bertiup melalui seluruh bagian tubuh

ayam. Keuntungan lain dari penggunaan kandang panggung adalah kemudahan

dalam mekanisme kandang, tidak diperlukan biaya untuk pembelian litter dan

mengurangi kontak ayam dengan feses (Hypes et all.). Menurut

Suprijatna (2005), terdapat beberapa tipe konstruksi atap, yaitu: atap bentuk

jongkok, atap bentuk A, atap gabungan bentuk A dan bentuk jongkok, atap

bentuk monitor, dan atap bentuk semimonitor

2.4.3 Kecepatan Angin

Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dengan udara di

sekitarnya. Kecepatan angin yang semakin tinggi menyebabkan pencampuran dan

penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga
konsentrasi zat pencemar menjadi encer begitu juga sebaliknya. Hal ini akan

menurunkan konsentrasi zat polutan di udara (Hasnaeni, 2004). Pengaturan angin

bisa dilakukan dengan penggunaan kandang panggung dengan ketinggian sekitar

1,25-2 m karena memiliki sirkulasi udara yang baik atau juga menggunakan

blower atau kipas dengan kecepatan angin < 2,5 m/s dan arah aliran anginnya juga

harus searah, biasanya dari depan ke belakang dengan penggunaan exhaust fan di

bagian belakang. Nuriyasa dan Astiningsih (2002) menyatakan pada kecepatan

angin dalam kandang 0,8 M per dt menyebabkan tingkat kenyamanan kandang

lebih tinggi dari pada kecepatan angin 0,4 m perdt. Tingkat kelembaban udara

berpengaruh nyata pada tingkat pelepasan panas terutama saat suhu tubuh ternak

tinggi (Esmay, 1978).

2.4.5 Penerangan

Penerangan yang diberikan pada ayam broiler bertujuan untuk menjaga

kualitas, memberi kehangatan, dan juga membantu pencapaian berat badan dan

tingkat hidup yang optimal dari ayam.

Tatalaksana ternak broiler intensif, penerangan tambahan mempunyai

pengaruh baik yakni membantu meningkatkan performa ayam sampai masa

pemasaran. Pelaksanaan program penerangan tambahan, tidak boleh gegabah.

Sebab bila ayam broiler terlalu banyak mensisntesis vitamin D3, berpengaruh

buruk juga, yakni terjadinya penyimpangan dalam pemindahan Ca dan P dari

jaringan tulang. Adapun program penerangan untuk minggu pertama yaitu secara

total selama 24 jam, dengan intensitas cahaya lampu pijar 40 watt/20m2 dan

untuk minggu-minggu berikutnya ada pengurangan lama penyalaan (Murtidjo,

1987).
2.5 Manajemen Pemanenan

2.5.1 Gambaran Umum

Ayam broiler dipanen pada umur 5-6 minggu (Kartasudjana dan

Suprijatna, 2006). Menurut Amrullah (2004), semakin mendekati waktu panen,

konsumsi energi tersedia dilebihkan sehingga ayam dapat menyimpan padatan

lemah bawah kulit dan rongga perutnya. Murtidjo (1987) menambahkan, tinggi

atau rendahnya kadar energi metabolis dalam ransum ayam broiler, akan

memmpengaruhi banyak sedikitnya ayam broiler mengkonsumsi ransum.

Dalam manajemen pemanenan, tidak diberikan pakan secara penuh pada

ayam yang akan dipanen. Dua belas jam atau minimal 8 jam sebelum dipanen

ayam sudah tidak diberi ransum lagi, tapi hanya diberi air minum. Tujuannya agar

ayam tidak terkontaminasi oleh pakan dan bilamana akan dipotong tidak

menghasilkan kotoran yang terlalu banyak (Amrullah, 2004). Saat dipanen, ayam

ditimbang untuk mengetahui bobot akhir. Bobot badan ayam broiler setelah

pemeliharaan 4-6 minggu mencapai 2 kg (Amrullah, 2004). Namun tentunya tidak

akan merata, sebab menurut soeparno (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi

bobot hidup ayam yaitu konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama

pemeliharaan dan aktivitas. Sehingga manajemen ketika pemeliharaan sangat

berpengaruh.

Setelah ayam dipanen, kemudian dilakukan prosesing. Menurut Milda

(2016) dalam jurnal Teknologi Pasca Panen Broiler, secara garis besar prosesing

setelah panen meliputi penyembelihan/pemotongan (Bleeding), scalding,

pencabutan bulu (picking), eviscerating (pengeluaran organ dalam), pendinginan

(chilling), seleksi menurut kwalitas (grading), pengepakan, penyimpanan dan

pemasaran. Alat yang di pakai untuk pemotongan ayam ada 2 (dua) macam yaitu
alat sederhana dengan memakai pisau dan pemotongan memakai mesin potong

ayam.

2.5.2 Evaluasi Pemeliharaan

Saat panen, kemudian ditentukan keberhasilan pemeliharaan. Dua hal penting

dalam penentuan keberhasilan adalah FCR dan IP. Selanjutnya, dibahas sebagai

berikut

a. Feed Converstion Ratio (FCR)

FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi


dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti

jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging

semakin sedikit (Edjeng dan Kartasudjana, 2006).Semakin tinggi konversi

ransum berarti semakin boros ransum yang digunakan (Fadilah 2002).

Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa faktor utama yang

mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kulitas pakan,

jenis pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit dan pengobatan serta

manajemen pemeliharaan, selain itu meliputi faktor penerangan, pemberian

pakan, dan faktor sosial.

b. Indeks Performa (IP)

Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan

pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks performa.Indeks Performa (IP)

adalah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui performa ayam

broiler(Kamara, 2009). Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik

prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan. Berikut rumus hitungnya
Nilai indeks performa dihitung berdasarkan bobot badan siap potong, konversi

pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan

(Kamara, 2009). Nilai yang diperoleh dibandingkan terhadap standar. Nilai

indeks performa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut. Sumber: Santoso

dan Sudaryani (2009)

Indeks Performa (IP) Nilai


<300 Kurang
301-325 Cukup
326-350 Baik
351-400 Sangat Baik
>400 Istimewa

2.6 Prosesing Karkas


Jenis kelamin ayam broiler dapat mempengaruhi komposisi kimia daging
(Soeparno, 2011). Ayam broiler betina lebih berlemak daripada ayam broiler

jantan, karena adanya perbedaan laju pertumbuhan dan kebutuhan nutrient,

termasuk kebutuhan protein dan energi. Ayam broiler betina membutuhkan lebih

sedikit protein selama pertumbuhan dibandingkan dengan ayam broiler jantan,

sehingga efisiensi konsumsi protein/energi lebih tinggi. Hal ini diakibatkan karena

adanya perbedaan aktivitas otot, otot yang lebih aktif lebih banyak membutuhkan

energi dan kelebihan energi dapat ditimbun menjadi lemak (Soeparno, 2011).

Ayam diambil secara acak kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot

akhir. Setelah itu ayam dipuasakan selama kurang lebih 8 jam lalu dipotong
secara manual menggunakan pisau dengan metode Kosher yaitu memotong arteri

karotis, vena jugularis, trachea dan oesophagus. Ayam yang telah dipotong dan

dikeluarkan darahnya kemudian direndam dalam air hangat 55-60 oC selama 45 –

90 detik sebelum dilakukan pencabutan bulu dengan cara manual. Proses

selanjutnya pemotongan kepala dan kaki lalu pengeluaran jeroan atau organ dalam

Ayam yang telah dikeluarkan jeroan menjadi karkas yang selanjutnya ditimbang

untuk mendapatkan bobot karkas (Solikin, T).

Muchtadi dan Sugiono (1992) menyatakan bahwa karkas kosong yaitu

hasil prosesing ayam tanpa darah, bulu, kepala, leher, kaki dan organ dalam. Card

dan Nesheim (1973) menyatakan bahwa karkas ayam adalah ayam yang telah

dipotong dikurangi darah, bulu, kepala, kaki bagian bawah dan isi perut kecuali

hati, jantung serta gizard.

Haysedan Marion (1973) menyatakan bobot karkas yang dihasilkan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, besar

dan komformasi tubuh, perlemakan, kualitas dan kuantitas ransum serta strain

yang dipelihara. Rasyaf (1995) menyatakan bahwa persentase karkas broiler umur

5 – 6 minggu adalah 65 – 70 % dari bobot akhir. Persentase karkas strain Hubbard

paling rendah dibandingkan strain Copp dan Hybro. Hal ini disebabkan pada

karkas strain Hubbard terdapat banyak lemak (Risnajati, 2012). Menurut

Mountney (1976), lemak danjeroan merupakan hasil ikutan yang tidak dihitung

dalampersentase karkas sehingga jika lemak tinggi maka persentase karkas akan

rendah.
2.7 Penanganan Limbah

2.7.1 Limbah Peternakan Ayam Pedaging (Broiler)

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk

ternak, dan lain lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair

seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,

tulang, tanduk, dan isi rumen.

Menurut Fadilah (2005) limbah peternakan meliputi semua kotoran yang

dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan

cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang

berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau

isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang

berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian

alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam

fase gas.

2.7.2 Upaya Pengendalian Limbah Peternakan Ayam Broiler

Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian telah menyadari hal

tersebut dengan mengeluarkan peraturan menteri melalui SK Mentan No.

237/1991 dan SK Mentan No. 752/1994, yang menyatakan bahwa usaha

peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan

dan pemantauan lingkungan. Untuk usaha peternakan ayam ras pedaging, yaitu

populasi lebih dari 15.000 ekor per siklus terletak dalam satu lokasi. (Deptan,

1994).
a. Upaya Pengelolaan Bau dari Kotoran Ayam Broiler

Ada banyak cara untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan

feses ayam broiler antara lain: penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur

pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pakan. Penggunaan

zeolit lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang lebih besar

dalam menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek

samping dari penggunaan zeolit yang lebih tinggi. Penambahan kapur 1% dan 3%

pada kotoran ayam broiler dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan

mikroba starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar

amonia dilingkungan kandang (Zainuddin dkk, 1994). Untuk menurunkan bau

kotoran ayam broiler dan mengurangi kepadatan lalat bisa menggunakan Effective

Organisme. Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah

ternak berupa kotoran ayam yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk.

b. Upaya Pengendalian Pencemaran Air dan Pencemaran Tanah

Upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian pencemaran air dan

pencemaran tanah yang terutama adalah pada pihak peternakannya. Pengelola

peternakan harus memiliki manajemen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan). Cara pengendalaian limbah peternakan ayam broiler dapat

dilakukan dengan membuat saluran air dan selokan khusus untuk limbah cair.

Untuk masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi peternakan tersebut harus

membuat sumur yang letaknya jauh dari sumber pencemar (limbah peternakan)

sesuai dengan aturan dalam syarat pembuatan sumur yang baik. Hal ini juga

berlaku pada masyarakat yang airnya telah tercemar, masyarakat harus membuat

sumber air bersih (sumur) yang letaknya berjauhan dari sumber pencemar.

c. Upaya Pengendalian Lalat yang Banyak


Keberadaan lalat dapat diberantas dengan cara biologis, kimiawi, elektrik

dan tekhnis. Secara biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan makhluk

lainnya yang merupakan predator lalat, contohnya kumbang parasit, lebah. Cara

biologis lainnya dengan menggunakan hormone serangga sintesis yang

dicampurkan ke dalam pakan ternak. Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan

menggunakan berbagai macam racun serangga yang efektif dalam membunuh

lalat. Secara elektrik yaitu dengan menggunakan lampu neon yang memiliki

daya tarik pandangan lalat, sehingga lalat yang mendekati lampu akan tersetrum

aliran listrik dan mati. Sedangkan secara teknis yaitu menggunakan alat

penangkap lalat yang paling sederhana hingga modern.

Selain usaha tersebut di atas, keberadaan lalat juga dapat diatasi dengan

memelihara kotoran ayam agar tetap kering dan secara mekanik yaitu dengan

biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan (pembersihan dan disenfeksi

kandang, terutama setelah panen) dan manajemen sampah (pembuangan litter,

kotoran dan bangkai ayam).

2.8 Biosecurity Operasional di Broiler

Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk

mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk

mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian

untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Selanjutnya biosecurity

operasional pemeliharaan broiler menurut Upik (2010) dalam jurnalnya sebagai

berikut

2.8.1 Kontrol lalu lintas

Biosekuritas ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas

orang, seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan
masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka

didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi

khusus yang telah didesinfeksi. Tangan orang bisa juga menyebabkan infeksi dan

harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau meninggalkannya.

Pada peternakan yang harus menjalankan biosekuritas dengan ketat (Grand parent

stock) akan menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan

masuk sebelumnya tidak boleh mengunjungi farm pada level dibawahnya (Parent

stock, komersial, prosesing dll) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan tersebut.

Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk orang tetapi juga untuk

hewan seperti burung-burung liar , tikus, kumbang predator, serangga dan lainnya.

Kucing dan anjing seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit yang potensial,

tetapi bukti-bukti kurang mendukung, dan manfaatnya dalam mengendalikan tikus

cukup nyata dibandingkan kerugian yang ditimbulkannya. Konstruksi bangunan

yang terbuka sebaiknya diberi kawat pelindung untuk mencegah masuknya

serangga terbang atau predator, meskipun tidak efektif paling tidak dapat

mengurangi resiko. Kebersihan halaman dan teras dinding serta pemotongan

rumput harus teratur.

2.8.1 Vaksinasi

Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi.

Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat

yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di

dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam broiler . Vaksin

virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi

virus yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh

karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan
menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi

faktor-faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.

Tidak semua vaksin efektifitasnya sama. Beberapa vaksin memberikan kekebalan

yang baik tetapi menimbulkan reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari

penyakit itu sendiri. Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat

perlindungannya sangat rendah. Tetapi, kehebatan reaksi biasanya tidak

berhubungan dengan tingkat kekebalan. Virus yang ideal untuk vaksin adalah

yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa

vaksin untuk infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif

1. Pencatatan Riwayat Flok

Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan

flok ayam. Ayam harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium,

dengan mengecek titer darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring

bakteriologis dan sampling lainnya. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium

harus disimpan bersamaan dengan data performans setiap flok atau kandang.

Laporan ini sangat bermanfaat begitu masalah muncul.

2. Pencucian kandang ayam broiler

Pencucian kandang ayam broiler bisa dilakukan secara total atau

menyeluruh. Secara total artinya dilakukan terhadap seluruh kandang secara

lengkap dari bagian atas sampai ke bawah. Hal ini dilakukan paling tidak setahun

sekali. Pencucian bisa juga secara parsial biasanya dilakukan tidak menyeluruh,

tetapi hanya bagian bawah (lantai) dan sekitarnya.

3. Kontrol terhadap pakan

Biosekuritas terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik

pengolahan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen
penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan. Upaya yang harus dilakukan

untuk mengamankan pakan ayam adalah:

a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko terjadinya kesalahan

formulasi pakan seperi kelebihan garam dan lain-lain.

b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku secara teratur, seperti

kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan

mikroorganisma, dan analisis proksimat untk mengetahui kualitas

kandungan pakan.

c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya konsumen dari breeding farm

biasanya minta persayaratan pakan tertentu untuk mencegah terjadinya

salmonellosis. Pakan yang diinginkan melalui perlakuan panas (pada suhu

65-90 OC) dan penambahan vitamin, crumbelling/pelleting, dan

penambahan acidifier (asam format, asam laktat, asam proprionant, asam

butirat, atau asam sitrat).

d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin jamur dengan

menambahkan toxin binder.

e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat

maupun setibanya di farm konsumen.

f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku ataupun penyimpanan

pakan jadi.

6. Kontrol Air
Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui

pakan dan udara. Berbagai penyakit yang ditularkan melaluiair antara lain

Salmonellosis, Kolibasilosis, Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena

itu monitoring untuk program biosekuritas air adalah: \

a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal sekali dalam satu tahun yang

meliputi pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal, mineral) dan

bakteriologis.

b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk

menguji tingkat higienitas air minum ayam (kwalitatif dan kwantitatif).

Pengujian dilakukan secara berurutan dari hulu ke hilir, mulai dari sumber

air sampai ketempat minum ayam (drinker).

c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat

pencemarannya. Umunya sanitasi dilakukan dengan cara klorinasi, tetapi

saat ini sudah banyak produk komersial lain seperti pemberian asam

organik.

d. Secara teratur melakukan flushing (penggelontoran) air di instalasi air di

dalam kandang minimal seminggu sekali. Perlakuan ini dilakukan

mengingat seringnya peternak memberikan vitamin, mineral ataupun

antibiotik melalui air minum. Munculnya jonjot (semacam lendir) organik

pada pipa-pipa air minum dapat mengakibatkan tersumbatnya pipa-pipa

saluran tersebut.

7. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati

Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah

sudah jelas akan dijumpai. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh

mungkin sari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang
mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di

luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar,

maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan

sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta

mencegah pencemaran lingkungan.


III

KESIMPULAN

Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah

jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Broiler juga

memiliki karakteristik ekomomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

penghasil daging dengan masa panen yang pendek.

Memiliki usaha peternakan ayam broiler sebenarnya merupakan usaha

yang dapat mengahasilkan keuntungan yang besar, namun ada beberapa hal yang

harus diperhatikan yaitu persiapan kandang dan peralatan, starting management,

finishing management pada ayam broiler, manajemen kandang (ventilasi, litter,

kecepatan angin, penerangan) pada ayam serta manajemen pemanenan, prosesing

karkas, penanganan limbah dan biosekuriti operasional pada ayam broiler yang

merupakan faktor pendukung suksesnya usaha peternakan ayam broiler.


DAFTAR PUSTAKA

Card , L. E.dan Nasheim, M, C. 1973. Poultry Production 12th Ed. Lea and
Febiger, Philadelphia. New York.

Deptan. 1994. Surat Keputusan Menteri Pertanian, SK Mentan


No.752/Kpts/OT.210/10/94,21 Oktober 1994. Departemen Pertanian RI.
Jakarta.

Duncan, I.J.H. dan Wood-Gush, D.G.M. 1971. Frustation and aggression in the
domestic fowl. J. Anim. Behav. 19 : 500- 504.

Esmay, M.L. 1978. Principles of Animal Environment. Avi Publishing Company,


Inc. Westport, Connecticut.

Fadillah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. PT


AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Fadillah, R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial Edisi


Revisi. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.

Fadilah, R. 2005. Kunci Sukses Beternak Ayam Broilerdi Daerah Tropis. Cetakan
ke-2. AgromediaMediaPustaka. Jakarta

Fadillah, R. 20012. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis.


Agromedia Pustaka. Jakarta

Hayse, P.L. and W.W. Merion. 1973. Eviscerated Yield Components Part and
Variabel 14 Sains Peternakan Vol. 10 (1), 2012. Meat Skin Bone Ration in
Chicken Broiler. Poultry Science 52 ; 718 – 721.

Kartasudjana, R dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya. Jakarta

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna.2013. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya.Jakarta.

May, J. and B. D. Lott. 1992.Feed and Water Consumption Patterns of Broiler


atHigh Environmental Temperatures. Poultry Science. 71 : 331-336

Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.


Departemen penelitian dan kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Murtidjo, B.A. 1987. Beternak Ayam Pedaging. Kanisisus. Yogyakarta.

Mountney, G.J. 1976. Poultry Product Technology. 2nd Ed. The Avi Publishing
Co. Inc. Westport. Conecticut.

North, M.O. and D.D. Bell. 1994. Commercial Chicken Production Manual. 3th.
Ed. The Avi Publishing Co. Inc Westport. Conecticut

Nuriyasa, I M. dan Astiningsih, N.K. 2002. Pengaruh tingkat kepadatan ternak


dan kecepatan angin dalam kandang terhadap tabiat makan ayam
pedaging. Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Peternakan Unud. 3 (5) :
99-103.

Nuriyasa, I M. 2003. Pengaruh tingkat kepadatan dan kecepatan angin dalam


kandang terhadap indeks ketidaknyamanan dan penampilan ayam
pedaging pada dataran rendah. Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas
Peternakan Unud. 2 (6) : 40 - 45.

Puspani, Eny; I M. Nuriyasa , A.A.P Putra Wibawa, dan D.P.M.A. Candrawati.


2008. Pengaruh Tipe Lantai Kandang Dan Kepadatan Ternak Terhadap
Tabiat Makan Ayam Pedaging Umur 2-6 Minggu. Fakultas Peternakan,
Universitas Udayana, Denpasar. ISSN : 0853-899. Majalah Ilmiah
Peternakan, Volume 11 Nomor 1 Tahun 2008

Rahayu, Iman, Sudaryani, Santosa, Hari. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta

Rasyaf, M. 2012. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta

Rasyaf, Muhammad. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging.


Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama

Riswanti, Naritha Ayudya. 2014. Kelayakan Pembesaran Ayam Broiler Sistem


Perkandangan Terbuka Dan Tertutup Pada CV Perdana Putra Chicken
Bogor. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Santoso,U. 2011. Pengaruh tipekandang dan pembatasan pakan diawal
pertumbuhan terhadap performans dan penimbunan lemak pada ayam
pedaging unsexed. JITV7(2): 84-8

Schein, M.W. 1975. The Physical Environment and Behaviour. In : The


Behaviour of Domestic Animal. Edited by E.S.E. Hafez P. 82-95. 3nd Ed.
Bailliere Tindal, London.

Soeparno. 2011. Komposisi tubuh dan evaluasi daging dada sebagai pedoman
penilaian kualitas produk ayam kampung jantan. Buletin Peternakan 16:
7−14

Solikin, Tarsito. Wiwin Tanwiriah, Endang Sujana. Bobot Akhir, Bobot Karkas,
Dan Income Over Feed And Chick Cost Ayam Sentul Barokah Abadi Farm
Ciamis Rm Ciamis. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Sumedang

Suprijatna, E. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.


Swadaya Jakarta. Halaman 22-40.

Tamalludin, F. 2014. Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarata Timur

Upik Kesumawati Hadi.2010. Pelaksanaan Biosekuritas Pada Peternakan Ayam.


Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah


Tropis. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Zainuddin, D., K. Dwiyanto dan Suharto. 1994. Penggunaan probiotik starbio


(mikroba starter) dalam ransum ayam pedaging terhadap produktivitas,
nilai, ekonomis (IOFC) dan kadar amonia lingkungan kandang. Prosiding
Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian.
Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian hal.159-165.
1994.

Anda mungkin juga menyukai