Anda di halaman 1dari 6

2.

2 Tatalaksana Pemeliharaan

2.2.1 Kedatangan DOC (Chick In)

Pemeliharaan ayam broiler diawali dengan penerimaan DOC yaitu chick in.

chick in pada saat praktikum dilakukan pada hari selasa tanggal 08 Oktober 2019

yang dilakukan pada sore hari pukul 17.30. Pada saat chick in ada beberapa hal yang

dilakukan yaitu memasukan DOC ke kandang secara hati-hati yang sudah

dipersiapkan seperti sudah ditaburi sekam dan sudah ditutupi oleh kertas koran dan

brooder sudah dinyalakan.

Hal tersebut sesuai dengan literature (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006)

bahwa sebelum DOC datang ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu idealnya

semua kandang beserta peralatan dalam satu lingkungan yang sudah dipersiapkan,

dan cek semua peralatan dan kelengkapan kandang dan memasang chick guard

dengan tinggi dindingnya 40–50 cm, menghidupkan pemanas 2–3 jam sebelum

DOC datang, memastikan temperatur dalam areal brooder sesuai, menyiapkan

tempat pakan dan minum.

Setelah persiapan sebelum kedatangan doc dilakuakan. Selanjutnya, ketika

kedatangan doc yaitu chick in hal yang dilakukan adalah memasukan DOC
kekandang secara hati-hati dan memeriksa kondisi DOC, setelah itu penimbangan

masing-masing DOC sejumlah 5 ekor dan mencatat masing-masing berat DOC

tersebut direcording. Kemudian di beri air gula 5% yang bertujuan untuk

menambah energy anak ayam dan di beri makan berupa ransum secara adlibitum

dengan cara di tebar di atas litter yang di alas koran.

Sesuai dengan literature Fadilah dkk (2007) Setelah kedatangan Sedapat

mungkin ayam yang akan dimasukkan kdalam kandang dengan umur yang sama.

Pindahkan DOC secara hati-hati namun sesegera mungkin ke dalam kandang dan

tempatkan disekeliling chick guard. Buka tutup boks-nya dan adaptasikan selama

kurang lebih 1 jam dengan kondisi dalam kandang, sebelum DOC ditebar kedalam
chick guard. Setelah kurang lebih 1 jam diadaptasikan pada lingkungan dalam

kandang dan segera lepaskan DOC ke dalam areal brooder. Setelah 1–2 jam

dilepaskan kedalam brooding area, praktikan kandang harus memastikan apakah

anak ayam dapat makan dan minum dengan leluasa serta menyebar dengan merata

dalam area brooding. Pengaturan tempat pakan dan minum serta alat pemanas,

dilakukan bila diperlukan. Kontrol terhadap keadaan anak ayam harus dilakukan

minimum setiap 4-6 jam, terutama pada 24 jam pertama, untuk memperhatikan

ventilasi, temperatur, pakan dan minum.

2.2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Fase Starter - Finisher

Berdasarkan hasil praktikum pemeliharan ayam broiler dilaksanakan

selama 4 minggu dari mulai tanggal 08 Oktober samapai 14 November 2019. Pada

saat pemeliharaan yang dilakukan adalah anak ayam atau DOC (day old chick)

dipelihara selama 28 hari atau selama 4 minggu. Namun hal ini tidak sesuai dengan

literature menurut (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006) bahwa Ayam broiler adalah

ayam jantan atau betina berwarna putih yang umumnya dipanen pada umur 5

sampai 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging dan periode pemeliharaan
ayam broiler terdiri dari dua fase yaitu fase starter dan fase finisher. Fase starter

dipelihara pada umur 1 hari sampai dengan 3 atau 4 minggu, sedangkan fase finisher

dipelihara dari umur 4 atau 5 minggu sampai dengan dipanen atau dipasarkan. Hal

tersebut dipengauhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi pakan yang tidak

memungkinkan untuk pemeliharaan diatas 4 minggu, kondisi ayam yang tidak

memungkinkan untuk menjalani proses pemeliharaan lebih lanjut. Sehingga,

pemeiharaan ayam hanya sampai dengan 4 minggu atau 28 hari saja. Yang berarti

pemeliharaan yang dilakukan pada saat praktikum hanya pada periode starter saja.

Manajemen pemeliharaan yang dilakukan pada saat praktikum pada fase

starter adalah pemberian pakan untuk DOC yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan air minum diberikan secara ad libitum yaitu pakan diberikan secara

terus menerus. Pakan diberikan dengan menggunakan baby chick feeder yang

diletakan didalam kandang dengan cara digantung stinggi bahu ayam agar

memudahkan dalam mengkonsumsi pakan. Namun, untuk hari pertama ketika DOC

baru datang pemebrian pakan ditabur sebagian diatas litter. Karena ketika DOC

baru datang DOC akan memakan apa saja yang ada disekitar kandag DOC dan

ketika DOC baru datang belum mengetahui tempat pakan. Hal ini juga dilakukan

untuk tempat air minum yang menggunakan round feeder yang diletakan dengan

cara digantung setinggi bahu ayam. Hal ini dilakuan agar pakan dan minum tidak

tumpah dan tidak tercampur dengan sekam. Sekam yang tercampur dalam pakan

atau minum akan membahayakan ternak jika memakannya, karena dapat

mengganggu saluran pencernaan.

Pengecekan pakan dan minum dilakukan 3 kali dalam sehari untuk

memastikan pakan dan air minum masih ada atau tidak dan melakukan pencucian

tempat minum dan penggantian air sebanyak 3 kali dalam sehari. Hal ini sesuai

dengan pendapat Fadilah dkk (2007) yang menyatakan bahwa pemberian pakan

pada saat starter diberikan menggunakan baby chick feeder yang diberikan pakan
secara adlibitum dan pada saat finisher diberikan menggunakan feeder tube yang

digantung dan untuk minum diberikan secara adlibitum juga namun untuk fase

fiinisher tidak dilakukan pada praktikum ini.

Chick guard pada praktikum pemeliharaan hanya digunakan pada fase

starter digunakan pada saat minggu pertama saja. Yang berfungsi untuk agar DOC

terfokus ke pakan dan minum. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah dkk (2007)

yang menyatakan chick guard berfungsi melindungi anak ayam dan membantu

panas dari brooder agar tetap terkonsentrasi dan memfokuskan ayam terhadap

pakan.
Vaksinasi pada saat praktikum pemeliharaan fase starter dilakukan pada

minggu pertama dengan menggunakan vaksin ND dan untuk minggu kedua

menggunakan vaksin Gumboro yang dilakukan melalui cara tetes mata. Hal ini

sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa vaksinasi

dilakukan dengan berbagai cara antara lain tetes mata, hidung, mulut dan air minum

dan pemberian vaksin dapat mencegah timbulnya penyakit.

Tirai dalam praktikum pemeliharaan ayam broiler pada fase starter tidak

dibuka. Hal ini tidak sesuai dengan literature menurut pendapat Rasyaf (1995) yang

menyatakan bahwa tirai pada fase starter ditutup dan setelah ayam berumur lebih

dari 1 minggu tirai ditutup pada malam hari atau pada saat suhu rendah, ketika ada

angina kencang dan hujan. Hal ini dilakukan agar suhu dalam kandang tetap

nyaman. Tirai pada siang hari atau ketika suhu tinggi dibuka untuk ventilasi udara

sehingga sirkulasi udara berjalan dengan lancar dan baik dan pertukaran udara

didalam kandang akan sangat penting untuk membuang gas-gas amonia yang

mengganggu pertumbuhan ayam. Hal ini menyebabkan kondisi didalam kandang

panas dan ayam mengalami kepanasan yang mengakibatkan ayam tidak banyak

makan. Faktor yang menyebabkan tirai tidak dibuka pada fase pemeliharaan karena
kondisi tirai yang tidak memungkinkan untuk dibuka karena dipasangkan dalam

keadaan permanen pada dinding kandang.

Pada saat praktikum pemeliharaan berlangsung penggantian litter atau tidak

dilakukan meskipun litter dalam kedaan basah. Hal ini tidak sesuai dengan

pendapat Fadilah (2006) yang menyatakan bahwa litter yang basah bisa

meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai

penyakit dan menyebabkan bulu ayam kotor sehingga penggantian sekam atau litter

harus dilakukan. Hal ini disebabkan oleh faktor ketidak tahuan praktikan bahwa

sekam atau litter harus diganti.


Pengaturan suhu dalam kandang saat praktikum pemeliharaan

menggunakan brooder yaitu menggunakan lampu bohlam yang dimatikan ketika

pagi hari sampai dengan sore hari tanpa mengukur suhu kandang terlebih dahulu.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Surya dan Hasbianto (2008) bahwa sistem

perkandangan yang ideal adalah temperature suhu berkisar 32,2-35OC dan

kelembapan 60-70 %. Hal tersebut mengakibatkan kondisi ayam mengalami suhu

yang tidak sesuai yang mengakibatkan pertumbuhan tidak optimal.

Sanitasi yang dilakukan secara rutin adalah sanitasi peralatan kandang yaitu

pembersihan tempat pakan dan minum yang dilakuakn 3 kali dalam sehari tetapi

untuk sanitasi kandang tidak dilakukan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat

Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa sanitasi dilakukan secara rutin meliputi

sanitasi kadang, peralatan dan praktikan yang masuk kandang (biosecurity) yang

bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang dan ternak mencapai performans

yang baik dan terhindar dari penyakit. Kurangnya sanitasi yang dilakukan saat

praktikum pemeliharaan menyebabkan ayam tidak tumbuh secara optimal.

Recording atau pencatatan pada saat praktikum pemeliharaan dilakukan dari

fase kedatangan DOC sampai dengan dipanen yaitu dari fase starter sampai dengan
finisher dan dilakukan juga evaluasi setiap minggunya untuk menghitung FCR,

PBB,BB. Hal ini sesuai dengan pendapat Tamalludin (2012) yang menyatakan

bahwa pencatatan laporan kegiatan harus dilakukan sejak DOC datang sampai

dengan panen. Data recording yang memuat data tanggal DOC masuk, ayam mati,

pakan, obat, vaksin.

DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, R., A Polana, S. Alam, dan E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam
Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Fadilah, R., A Polana, S.Alam, dan E. Parwanto. 2006. Sukses Beternak Ayam.
Agromedia Pustaka, Jakarta.

Murtidjo, B.A., 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Usaha Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1995. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Cetakan ke 5. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., dan R. Kartasudjana. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Surya dan A. Hasbianto. 2008. Usaha Tani Ayam Buras Di Indonesia


Permasalahan dan Tantangan. Jurnal Litbang Pertanian.

Tamalluddin, F. 2012. Ayam Broiler 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai