Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki

peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap

perekonomian negara ini. Sub sektor peternakan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat khususnya peternak, serta memperluas kesempatan kerja. Salah satu

komoditi peternakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam rangka

pemenuhan kebutuhan protein adalah daging. Dalam upaya pemenuhan protein

hewani dan peningkatan pendapatan ternak, maka pemerintah telah berupaya

meningkatkan hasil produksi yang sumber dari usaha ternak, diantaranya ras ayam

pedaging atau broiler (Viastika 2021).

Ayam broiler atau pedaging merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

terutama memproduksi daging ayam. Ayam broiler baru popular di Indonesia

sejak tahun 1980-an. Unggas ini dapat dipanen dalam 5-6 minggu dan dipasarkan

pada bobot hidup antara 1,3-1,6 kg per ekor dengan waktu relatif singkat dan

menguntungkan bagi peternak. Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam

masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler, ayam ini telah banyak diusahakan

dan dikembangkan, baik oleh pengusaha-pengusaha besar maupun pengusaha-

pengusaha kecil yang berada di desa-desa maupun di kota-kota. Pengusahaan dan

pengembangan pesat terhadap jenis-jenis ayam ras pedaging ini memang sangat

beralasan, karena ayam ras atau ayam negeri tersebut memiliki keunggulan

1
berproduksi yang lebih tinggi dalam waktu yang relatif pendek. Disamping itu

ayam ras pedaging mempunyai kemampuan mengubah bahan makanan menjadi

daging dengan sangat hemat, artinya dengan makanan yang sedikit dapat

diperoleh penambahan berat badan yang tinggi. Disamping keunggulan dalam

berproduksi, pengembangan yang pesat terhadap pembudidayaan ras pedaging ini

juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat

terhadap daging ayam yang semakin pesat meningkat akibat pertambahan

penduduk yang pesat pula. Oleh karena itu pengembangan ayam ras pedaging

sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Prastyo and Kartika 2017).

Pengembangan usaha ayam broiler tidak terlepas dari permasalahan yang

dihadapi oleh peternak. Diantaranya adalah permasalahan kurangnya modal, pasar

yang tidak menentu karena harga pakan dan harga daging yang berfluktuasi, bibit

yang didapatkan kurang berkualitas sehingga produktifitasnya kurang optimal,

skala usaha tidak sesuai dengan kapasitas kandang, kepadatan ayam karena

lamanya masa panen. Tantangan lainnya yang dihadapi oleh peternak dalam

budidaya ayam broiler dengan sistem open house memerlukan pemilihan lokasi

kandang yang baik agar nantinya berdampak pada kualitas ayam. Sebelum

memutuskan sebuah tempat yang dijadikan sebagai lokasi kandang, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan di antaranya lahan, lokasi lahan harus memperhatikan

ketinggian lokasi dari wilayah sekitarnya dan fungsi lingkungan serta bebas dari

bakteri patogen yang membahayakan ayam broiler dan juga mudah di akses atau

terjangkau oleh alat transportasi. Tersedianya air bersih dan sumber energi yang

di butuhkan oleh ayam broiler. Lokasi kandang harus jauh dari pemukiman

penduduk. Tidak bisa di pungkiri bahwa dalam usaha peternakan ayam broiler

2
akan menghasilkan limbah yang berupa kotoran yang menimbulkan aroma yang

tidak sedap, kebisingan dari suara ayam dan ramainya kendaraan yang lewat saat

produksi dan saat panen tentu akan menimbulkan gangguan untuk masyarakat

sekitar. Cuaca dari kandang dengan sistem open house memastikan udara keluar

masuk melalui ventilasi sehingga sirkulasi di dalam kandang menjadi lebih baik,

ventilasi memiliki peranan yang penting dalam menjaga sirkulasi udara sehingga

temperatur di dalam kandang menjadi lebih sejuk, mengurangi kelembapan yang

berlebihan, debu, mengurangi gas beracun, dan menyediakan oksigen oleh ayam

broiler. Sedangkan untuk kandang close house tidak perlu memperhatikan

lingkungan, lokasi kandang, dan cuaca karna keseluruhannya bisa di kontrol

secara otomatis mulai dari sistem ventilasi, pemberian pakan, minum, suhu,

kelembapan di dalam kandang. Kondisi yang demikian memungkinkan bahwa

keadaan di dalam kandang tidak di pengaruhi oleh kondisi lingkungan di luar

kandang seperti udara, panas, angin, dan hujan (Umiarti,2020).

Jika dilihat dari jenis kandang ayam broiler dengan sistem kandang open

house, memiliki dinding kandang yang terbuka biasanya terbuat dari kayu atau

bambu. Sedangkan tipe close house, dinding kandang tertutup dan biasanya

terbuat dari bahan permanen dengan penggunaan teknologi tinggi. Sehingga, close

house mempunyai ventilasi yang baik yakni mampu mengurangi dampak dari

tingginya kelembaban udara, dengan memanfaatkan efek “wind chill” dalam

kandang. Pemeliharaan broiler pada sistem kandang close house dan open house

berpengaruh terhadap konsumsi pakan, berat badan dan FCR. Sistem kandang

close house, konsumsi pakan, bobot badan dan FCR lebih baik dibanding open

house (Viastika 2021).

3
Usaha peternakan ayam broiler sangat berkembang diprovinsi Sumatera

Barat. Populasi ternak ayam pedaging di Sumatera Barat meningkat pesat yaitu

pada tahun 2020 sebanyak 54.364.507 ekor dan tahun 2021 sebanyak 59.442.387

ekor ( Badan Pusat Statistik Sumatea Barat, 2021). Kabupaten Lima Puluh Kota

termasuk salah satu daerah sentra peternakan ayam pedaging atau broiler yang

terdiri dari 13 Kecamatan. Kecamatan Guguak merupakan salah satu wilayah

yang cocok untuk beternak ayam ras pedaging dengan temperatur udara 240C-

300C (Badan Pusat Statistik Sumbar, 2021).

Berdasarkan hasil survey di kecamatan Guguak terdapat satu perusahaan

mitra yang bekerja sama dengan peternak ayam broiler yaitu PT.KSM ( Karya

Semangat Mandiri ). PT. KSM memiliki keunggulan yaitu cepat dalam pengisisan

kandang setelah masa kosong kandang. Namun ada beberapa kendala dalam

bermitra dengan PT. KSM yaitu peternak harus memberi uang jaminan kepada

pihak perusahaan, membatasi kerjasama dengan peternak dengan persyaratan

peternak harus memiliki kapasitas kandang >5000 ekor ayam, bibit ayam yang

kurang bagus yang menyebabkan ayam sering stres yang menyebabkan produksi

rendah dan akan berimbas terhadap pendapatan peternak serta kerjasama yang

dilakukan antara perusahaan dan peternak adalah sistem kerjasama kemitraan inti

plasma dengan mekanisme harga pakan, doc dan harga ayam telah ditentukan oleh

perusahaan. Di Kecamatan Guguak memiliki populasi ayam broiler berjumlah

142.000 ekor dalam satu kemitraan dan terdapat 4 kandang close house dan 16

kandang open house. Masih sedikitnya peternak yang berminat untuk mengganti

kandang yang semula open house menjadi kandang close house, hal tersebut di

sebabkan karena pendapatan yang diterima dari sistem kandang open house

4
dengan sistem kandang close house tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler open house system dan close house

system di Kenagarian Kubang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini yaitu

1. Bagaimana biaya produksi dari kandang open house system dan close

house system di Kenagarian Kubang Kecamatan Guguk Kabupaten Lima

Puluh Kota.

2. Bagaimana Penerimaan dari Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan Open

house system dan Close House System di Kenagarian Kubang Kecamatan

Guguk Kabupaten Lima Puluh Kota.

3. Bagaimana Pendapatan Penerimaan dari Usaha Peternakan Ayam Broiler

dengan Open house system dan Close House System di Kenagarian

Kubang Kecamatan Guguk Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Biaya Produksi dari kandang Open House System dan Close

House System di Kenagarian Kubang Kecamatan Guguk Kabupaten Lima

Puluh Kota.

2. Mengetahui Penerimaan dari Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan

Open house system dan Close House System di Kenagarian Kubang

Kecamatan Guguk Kabupaten Lima Puluh Kota.

5
3. Mengetahui Pendapatan dari Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan

Open house system dan Close House System di Kenagarian Kubang

Kecamatan Guguk Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Agar dapat Menambah pengetahuan tentang biaya produksi Penerimaan,

dan pendapatan dari Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan Open house

system dan Close House System di Kenagarian Kubang Kecamatan Guguk

Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Agar dapat dijadikan pedoman oleh peternak dalam melanjutkan usaha

peternakan ayam broiler di tahun dengan menggunakan close house system

di Kenagarian Kubang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota.

6
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1. Ayam Pedaging ( Broiler)

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras

unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam pedaging

adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara

hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis

dalam bentuk daging (Mariandayani et al. 2013).

Ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur

6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan

yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Banyak

strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan kelompok

ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibit melalui proses pengembang

biakan untuk tujuan ekonomis tertentu (Mariandayani et al. 2013).

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya

teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu

pertambahan bobot badan yang cepat, konversi ransum yang baik dan dapat

dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih

cepat dan efesien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Viastika

2021).

7
2.2. Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Indonesia

Perkembangan ayam Broiler di Indonesia pada pertengahan dasawarsa

1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan usaha

ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya

hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi politik, serta kondisi

keamanan.

Usaha komersial ayam broiler tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

Daerah dengan populasi ayam broiler tersebar di Indonesia bagian barat yaitu

Pulau Jawa dan Sumatera. Populasi ayam broiler terbanyak terdapat di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah. Indonesia bagian Barat

menjadi daerah penyebaran ayam broiler komersial karena hampir semua

perusahaan pembibitan ayam broiler komersial serta pangsa pasar terbesar masih

didominasi oleh Indonesia bagian Barat, khususnya Pulau Jawa.

Pada akhir tahun 1998, usaha peternakan unggas mulai berkembang.

Harga daging ayam dan telur mulai dapat di kendalikan dan memberi keuntungan

bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak sudah tidak

berusaha secara mandiri melainkan bergabung menjadi mitra perusahaan terpadu

(Prastyo and Kartika 2017).

2.3. Tinjaun Umum Pola Kemitraan

Pola hubungan kemitraan ditujukan agar pengusaha kecil dapat lebih aktif

berperan bersama-sama dengan pengusaha besar, karena bagaimanapun juga

usaha kecil merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional dan mempunyai

eksistensi, potensi, peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan

pembangunan ekonomi khususnya. Peran pemerintah dalam mengatur dan sebagai

8
penghubung pola kemitraan antara pengusaha besar, menengah, dan kecil diatur

dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995

yang menyebutkan tentang :“Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha

menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang

berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan

prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.” Pola

kemitraan yang banyak dilaksanakan di Indonesia, yaitu pola inti plasma, pola

subkontrak, pola dagang umum, pola keagenan, pola kerjasama operasional

khusus (KOA), dan pola kemitraan penyertaan saham (Pakage et al. 2018).

2.4. Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai

guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam

memenuhu kebutuhan. Produksi tidak hanya terbatas pambuatannya saja tetapi

juga penyimpanan, distribusi, pengakutan, pengenceran, dan pengemasan kembali

atau yang lainnya.

Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input

diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa lain yang disebut output. Banyak

jenis-jenis aktifitas yang terjadi di dalam proses produksi, yang meliputi

perubahan-perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi.

Masing-masing perubahan-perubahan ini menyangkut penggunaan input untuk

menghasilkan output yang diinginkan.

Di dalam ilmu ekonomi kita mengenal apa yang disebut faktor produksi,

yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik

(output) dengan faktor-faktor produksi (input). Faktor-faktor produksi yang

9
dimaksud adalah modal, tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja

dan keahlian keusahawan, kekayaan alam dalam hal ini adalah tanah, dan

teknologi yang digunakan.

Upaya peningkatan produksi dilakukan dengan menambah input. Akan

tetapi dalam teori produksi ada hukum yang berlaku yaitu hukum hasil yang

semakin berkurang. Hukum ini menyatakan bahwa penambahan jumlah input

akan meningkatkan produksi marjinal input tersebut, namun pada suatu titik

penambahan input tersebut akan menurun sebanyak penambahan jumlah input

yang bersangkutan, dengan asumsi input produksi lainnya adalah konstant.

Hukum hasil yang semakin berkurang hanya berlaku jika hanya satu input yang

bertambah. Namun jika terjadi peningkatan proporsional terhadap semua input

maka dalam teori produksi dikenal hasil terhadap skala (return to scale). Ada tiga

kasus yang harus dibedakan:

1) Constant return to scale, menunjukkan kasus bilamana perubahan semua

input menyebabkan output dengan jumlah yang sama.

2) Decreasing return to scale, menunjukkan kasus bilamana peningkatan

semua input dengan jumlah yang sama menyebabkan peningkatan total

output yaang kurang proporsional.

3) Increasing return to scale, menunjukkan peningkatan semua input

menghasilkan peningkatan output yang lebih besar.

Kalau semua faktor produksi ditambah sekaligus maka hasil produksi akan

naik. Ilmu ekonomi produksi berminat untuk mempelajari apakah kenaikan itu

naik maka peristiwa itu disebut dengan skala produksi yang menaik (increasing

return to scale) dan kalau kenaikan hasil produksi hanya sebanding atau tetap

10
sama dengan hasil sebelumnya maka ini berarti skala produksi adalah konstant

(constant return to scale), sedangkan kalau kenaikan hasil produksi menurun

disebut skala produksi yang menurun (decreasing return to scale).

Dalam jangka panjang perbedaan-perbedaan dalam skala produksi tidak

begitu menonjol. Tetapi sudah disebutkan bahwa masalah demikian lebih

mengenai fungsi produksi dalam jangka panjang dimana berbagai variasi dalam

proporsi (perbandingan) faktor-faktor produksi sudah diterapkan sehingga akhirya

tinggal satu jalan lagi yang masih terbuka yaitu perluasan skala produksi

(Herrmann and Bucksch 2014).

2.5 Jenis Kandang Ayam Broiler

2.5.1 Sistem Kandang Open House

Sistem kandang open house merupakan Sistem peternakan ayam pedaging

yang umum diterapkan dan disebut juga pemeliharaan ayam pedaging secara

tradisional. Sistem pemeliharaan tersebut dapat mengakibatkan ayam pedaging

mengalami stress sehingga dapat menurunkan produktifitas. Hal lain yang juga

dapat menyebabkan menurunnya produktifitas ternak ayam pedaging adalah

iklim. Kondisi dimana iklim secara makro dan mikro tidak dapat dikendalikan

akan memberikan dampak pada menurunnya produktifitas bahkan sampai batas

ambang tertentu dapat menyebabkan kematian pada ternak ayam pedaging. Salah

satu teknologi yang tepat untuk mengantisipasi permasalahan diatas adalah

dengan penerapan atau perbaikan sistem perkandangan (Viastika 2021).

2.5.2 Sistem Kandang Close House

Sistem kandang close house merupakan sistem kandang tertutup yang

menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan

11
pengaturan ventilasi yang baik sehingga dapat meminimalkan stress pada ayam

pedaging. Pembangunan kandang tertutup memerlukan biaya yang sangat tinggi

(mahal) karena selain kandangnya yang harus di desain khusus untuk mendukung

peralatan kandang. Demikian juga dengan kandang terbuka yang memerlukan

berbagai biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap) yang alokasinya berbeda.

Alokasi faktor produksi akan mempengaruhi komposisi atau biaya struktur biaya,

penerimaan dan pendapatan. Usaha peternakan ayam pedaging dengan

menggunakan close house system sedang berkembang dengan pesat dan demikian

juga dengan open house system. Penggunaan close house system dan open house

system berhubungan dengan alokasi biaya yang akan mempengaruhi pendapatan

peternak ayam pedaging. Dengan demikian diperlukan kajian mengenai struktur

biaya yang digunakan serta pendapatan yang diterima oleh peternak ayam

pedaging yang menggunakan closed house (Viastika 2021).

2.6 Biaya

2.6.2. Biaya Tetap

Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya-biaya yang tidak Mengalami

perubahan hanya mengalami penyusutan seperti lahan, kandang, gudang, nipel,

tirai, tabung gas, blower fan, colling pad, tempat makan, tempat minum, dan

gasolec diukur dalam satuan Rupiah/Periode produksi (Viastika 2021).

2.6.3. Biaya Variable

Baiaya variabel (Variabel Cost) adalah biaya operasional dalam produksi,

yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia

untuk menghasilkan output, antara lain: Biaya DOC, Pakan, Obat-obatan/vaksin,

12
iuran listrik, Sekam, Gas dan tenaga kerja, diukur dalam satuan Rupiah/Periode

Produksi (Viastika 2021)

2.6.4. Biaya Total

Biaya total (total cost) adalah semua pengeluaran proses produksi sebagai

hasil penjumlahan biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).

Secara sistematis formula biaya dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶

Keterangan:

TC = Total Cost (biaya total)

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (total biaya tidak tetap)

2.6.5. Penerimaan

Penerimaan adalah perkalian jumlah unit yang dijual dengan harga per unit

produk tersebut. Penerimaan (nilai jual ternak, pupuk kandang dan karung bekas

tempat pakan) dengan memperhatikan harga pasaran ayam broiler, dimana ayam

broiler umumnya dipasarkan dalam bentuk ayam hidup dengan satuan kilogram,

penjualan pupuk kandang yang biasanya dijual perkarung, dan karung bekas

tempat pakan yang biasanya dijual per lembar. Menurut Ahyari (1987)

menggambarkan penerimaan dengan rumus sebagai berikut:

𝑅 =𝑝×𝑄

Keterangan:

R = Penerimaan (Rp/periode produksi)

p = Harga Produksi (Rp/ kg)

Q = Jumlah Produksi (kg/periode produksi)

13
2.7 Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang telah

dikeluarkan oleh peternak. Ahyari (1987) menggambarkan secara sistematis

sebagai berikut:

𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

Keterangan =

π = Pendapatan ( Rp/ Periode )

TR = Total Revenue/Penerimaan Total (Rp/Periode)

TC =Total Cost/Biaya Total (Rp/Periode) yaitu perbandingan antara

penerimaan dengan biaya (Viastika 2021).

2.8 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Benny Satria Febrianto dkk menjelaskan

Penelitian komparatif merupakan uji analisis yang sifatnya membandingkan

antara dua sampel yang berbeda dengan kurun waktu yang sama atau satu sampel

yang sama dengan kurun waktu berbeda. Hasil analisis komparatif pendapatan

menunjukan bahwa pendapatan antara dua usaha ayam niaga pedaging

berdasarkan sistem perkandangan memiliki kriteria hipotesis yaitu sangat berbeda

nyata dengan hasil uji t menunjukan t tabel (0,05) = 2,002 < t hitung pendapatan =

3,674 > t tabel (0,01) = 2,663. Hal tersebut menunjukan hasil bahwa kedua sistem

pemeliharan tersebut terdapat pebedaan pendapatan yang sangat nyata pada taraf

signifikan 99% (P<0,01). Besarnya perbedaan dari rata-rata pendapatan antara

kedua sistem perkandangan dikarenakan biaya operasional kandang sistem

kandang terbuka lebih besar dari sistem kandang tertutup dan penerimaan dari

sistem kandang tertutup lebih besar dari sistem kandang terbuka karena hasil

14
produksi yang dijual lebih tinggi. Peternak dengan sistem kandang terbuka dapat

meningkatkan keuntungannya dengan cara beralih ke sistem kandang tertutup

melihat dari hasil penelitian ini (Febrianto, Mastuti, and ... 2021).

Menurut Fani Dwi Evadewi dan Tri Sukmaningsih (2021) yang berjudul

“Evaluasi Pendapatan Peternak Ayam Broiler pada Sistem Perkandangan close

house dan Tradisional” bahwa Usaha peternakan ayam broiler dengan sistem

close house lebih menguntungkan daripada sistem tradisional, masing-masing

dengan jumlah pendapatan Rp 26.685.054,33 dan Rp 11.445.388,99.Usaha

peternakan ayam broiler dengan sistem close house dan tradisional layak untuk

dikembangkan, masing-masing dengan R/C Ratio 1,16 dan 1,09.

Menurut Fitri Mardhatilaa (2021) Performa produksi broiler yang

dipelihara di close house Fakultas Peternakan, Universitas Andalas yaitu broiler

dipanen dengan umur rata-rata 32 hari, rataan bobot badan panen yaitu 1,97

kg/ekor, konsumsi ransum 3,05kg/ekor/periode, rataan nilai FCR 1,55, rataan

deplesi 2,93%, dan rataan indeks ayam broiler 391. Semua indikator performa

produksi sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan serta indeks performa

broiler di close house Fakultas Peternakan,Universitas Andalastergolong sangat

baik. Rataan pendapatan yang diterima oleh close house Fakultas

Peternakan,Universitas Andalas adalah Rp69.779.935,- dengan nilai R/C 1,093

yang berarti closed house Fakultas Peternakan, Universitas Andalas sudah

menguntungkan.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada peternakan ayam broiler kandang

Open House System dan kandang Close House System yang berlokasi di

Kenagarian Kubang Kecamatan Guguk Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian

ini di lakukan adanya perubahan sistem kandang di tahun 2023 dari kandang Open

House System ke kandang Close House System. Penelitian ini dilakukan selama

satu bulan.

3.2. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data di ambil

pada penelitian ini yaitu Bapak Upimardi, sebagai peternak ayam broiler dengan

Close House System dan satu peternak dengan Open House System yaitu Bapak

Indra Masrul.

3.3. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan metode Kuantitatif

(Sugiyono, 2012). Metode Kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan

peternak ayam broiler dengan Open House System dan Close House System.

Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan,

dan pendapatan.

Data yang dikumpulkan di tabulasi dan di analisis dengan menggunakan

metode deskriptif. Untuk mengetahui biaya total, secara matematis ditulis sebagai

berikut :

16
1. Total Biaya Produksi (Total Cost/TC)

𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶

Keterangan :

TC = Total Cost/Biaya Total (Rp/Periode)

TFC = Total Fixed Cost/Biaya Tetap Total (Rp/Periode)

TVC = Total Variabel Cost/Biaya (Rp/Periode)

Biaya total kandang open house

Biaya tetap

 Kandang

 Tempat makan

 Tempat minum

 Tabung gas

 Terpal

 Jaring

 Gasolec

 Pipa peralon

 Kabel, dan

 Bola lampu

Biaya variabel

 Biaya DOC

 Pakan

 Obat – obatan ( vaksin )

 Iuran listrik

 Sekam, dan

17
 Tenaga kerja

Biaya total kandang close house

Biaya tetap

 Kandang

 Blower Fan

 Colling pad

 Controller

 Tirai

 Tempat makan

 Nipel

 Pipa peralon

 Kabel listri, dan

 Bola lampu

Biaya variabel

 DOC

 Obat – obatan ( vaksin )

 Pakan

 Sekam

 Listrik, dan

 Tenaga kerja

2. Selanjutnya untuk mengetahui penerimaan adalah Produksi dikali dengan harga

yang berlaku. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

18
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
𝑇𝑅 = 𝑄 × 𝑃 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 )
𝑇𝑅

Keterangan :

TR = Total Revenue/ Penerimaan Total (Rp/Periode)

Q = Quantity/ Jumlah produksi (kg/periode)

P = Price/ Harga Produksi (Rp/kg)

Kesepakatan harga plasma perunggasan open house dan close house

wilayah Padang, Pariaman, Pasaman, Payakumbuh, Solok, dan Dharmasraya PT.

Karya Semangat Mandiri ( KSM )

 Haraga jual sapronak ke plasma

1. DOC ( anak ayam ) = Rp. 8.500,-/1 ekor

2. FEED ( pakan ayam ) H-00 = Rp. 10.300,-/Kg

H-11 = Rp. 9.900,-/Kg

H-12 = Rp. 9.625,-/Kg

3. DRUG dan VACCINE ( obat – obatan ) Price List Suppller + 6% +

PPN 11%

 Harga beli / buy back ayam hidup dari plasma ( standard )

Berat Badan ( Kg/Ekor ) ( Rp./Kg)

>1.00 – 1,09 Rp. 23.520,00

1.10 – 1.19 Rp. 23.050,00

1.20 – 1,29 Rp. 22.920,00

1,30 – 1,39 Rp. 22.510,00

1,40 – 1,49 Rp. 22.320,00

1,50 – 1,59 Rp. 22.180,00

19
1,60 – 1,69 Rp. 22.070,00

1,70 – 1,79 Rp. 22.000,00

1,80 – 1,89 Rp. 21.940,00

1,90 – 1,99 Rp. 21.910,00

2,00 – 2,09 Rp. 21.870,00

2,10 – 2,19 Rp. 21.830,00

2,20 – 2,29 Rp. 21.780,00

2,30 – UP Rp. 21.740,00

Catatan :

1. Kesepakatan harga adalah harga standard

2. Kesepakatan ini bisa berubah sewaktu – waktu sesuai kondisi

3. Bilamana hasil pemeliharaan ayam lebih baik dari standard maka perusahaan

wajib membeli dengan harga lebih tinggi dari harga standard sebagaimana

diatur pada butir 4 dan butir 5

4. Harga beli berdasarkan perbandingan standard dan actual FCR sebagai berikut :

Selisih FCR Harga Beli

0,100 – 0,150 Rp. 150,00 / kg ayam panen

0,051 – 0,099 Rp. 200,00 / kg ayam panen

≤0,050 Rp. 250,00 / kg ayam panen

5. Harga beli berdasarkan perbandingan Mortality ( kematian ) sebagai berikut :

Selisih Kematian

Harga beli + Rp. 100,00 / kg ayam panen, dengan syarat:

 Berlaku untuk semua ukuran

20
 Tingkat kematian ( % ) <= standard

 Tingkat FCR <= standard

Berdasarkan rata – rata berat ayam

6. Harga beli karena selisih harga pasar dengan harga kesepakatan :

Beda Harga Pasar Rp Portal

0 – 1.500 500

1.501 – 2.000 700

2.001 – 2.500 900

2.501 – 3.000 1.000

% Aeh, EEF Selisih Harga Beli

95% 15%

98% 17%

> 101% 20%

Harga pasar adalah harga pasar neto sesua tanggal SPPA yang dihitung seca

rarata – rata keseluruhan SPPA perbedaan harga pasar Rp. Harus dikurangi

dengan portal sebelum menghitung selisih harga pasar.

7. Jika ayam sakit atau kualitasnya buruk, maka inti akan melakukan pemotongan

harga kesepakatan ( tergantung kondisi ayamnya ).

3. Setelah penerimaan diketahui, maka dapat pula diketahui Pendapatan adalah

penerimaan dikurangi dengan biaya total, secara matematis dapat ditulis sebagai

berikut :

𝑌 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

21
Keterangan =

Y = Pendapatan ( Rp/ Periode )

TR = Total Revenue/Penerimaan Total (Rp/Periode)

TC = Total Cost/Biaya Total (Rp/Periode)

Pendapatan per ekor dihitung berdasarkan selisih Penerimaan Per ekor dan

biaya Produksi Per ekor.

22
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik 2021. Sumatera Barat dalam Angka 2021. BPS
Provinsi Sumatera Barat. Padang

Evadewi, Fani Dewi dan Tri Sukmaningsih. 2021. “Evaluasi Pendapatan Peternak
Ayam Broiler pada Sistem Perkandangan Close House dan Tradision
Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Wijayakusuma Purwokert 22(2):30-
36. Media Peternakan

Febrianto, B S, S Mastuti, and ... 2021. “Comparative Analysis of the Economic


Performance of Broiler Business with Open House System and Closed House
System in Banyumas Regency.” ANGON: Journal of … 3(2): 223–32.
http://jnp.fapet.unsoed.ac.id/index.php/angon/article/view/1373.
Gobel. R.A , L.S. Kalangi. 2022. “Analisis Pendapatan Ayam Broiler dengan
Open House System dan Close House System di kabupaten Minahasa Utara”
Jurnal Fakultas Peternakan Umiversitas Sam Ratulangi Vol. 42 No.2: 317-
326.
Herrmann, Helmut, and Herbert Bucksch. 2014. “District.” Dictionary
Geotechnical Engineering/Wörterbuch GeoTechnik 13(2): 395–395.
Mariandayani, Harini, Dedy Solihin, Sri Sulandari, and Cece Sumantri. 2013.
“Keragaman Fenotipik Dan Pendugaan Jarak Genetik Pada Ayam Lokal Dan
Ayam Broiler Menggunakan Analisis Morfologi.” Jurnal Ekonomi dan
Bisnis 14(4): 475–80.
Mardhatilla, Fitri. 2021. "Analisis Performas Produksi dan Pendapatan Peternakan
Broiler di Kandang Close House Fakultas Peternakan Universitas Andalas".
Universitas Andalas. Padang.
Marom, A T, U Kalsum, and U Ali. 2017. “Evaluasi Performans Broiler Pada
Sistem Kandang Close House Dan Open House Dengan Altitude Berbeda.”
Dinamika Rekasatwa 2(2): 1–10
Monita, angria.2017. Analisis Laba Dan Skala Usaha Pada Kandang Closed
House Perusahaan Ayam Petelur Diteg Farm di Kecamatan Kinali
Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
Padang.
Pakage, S., B. Hartono, B. A. Nugroho, and D. A. Iyai. 2018. “Analisis Struktur
Biaya Dan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging Dengan
Menggunakan Closed House System Dan Open House System.” Jurnal
Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) 20(3): 193.
Prastyo, Didik, and I Nengah Kartika. 2017. “Analysis of Factors Influencing
Broiler Chicken Production in Marga District, Tabanan Regency.” Piramida
13(2): 79–87. https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/19496.

23
Umiarti, Apni Tristia. 2020. "Manajemen pemeliharaan ayam broiler". Pustaka
Larasan. Denpasar.

Viastika, Yanita Mutiaraning. 2021. “Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Broiler


Dengan Sistem Manajemen Closed House Dan Open House.” Eksis: Jurnal
Ilmiah Ekonomi dan Bisnis 12(1): 107.

24

Anda mungkin juga menyukai