Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Pedaging


Ayam pedaging adalah istilah yang digunakan untuk menyebut strain ayam hasil
budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan cepat
sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, siap dipoting pada umur relatif
muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Ayam pedaging merupakan
penghasil daging yang digunakan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan protein
hewani (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

Ayam broiler ini adalah sejenis ayam yang dibudidayakan khusus untuk
komersial. Di Indonesia ayam broiler ini termasuk komoditas ternak yang relatif baru
jika dibandingkan dengan usaha ternak sapi, ternak kambing atau ternak itik. Usaha
peternakan ayam broiler ini dapat melibatkan masyarakat multinasional maupun
masyarakat peternak kecil, karena usaha ini modal dan segala aspek lain yang
diperlukan tergantung pada peternak itu sendiri.

Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang murah,
dibanding dengan daging sapi atau kambing. Keunggulan ayam pedaging adalah
pertumbuhannya yang sangat cepat, sehingga dapat dijual sebelum usia 5 minggu,
dengan bobot rata-rata 1,5 kg. Ayam pedaging sangat efisien dalam merubah pakan
menjadi daging. Pakan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keberhasilan pemeliharaan ayam, khususnya ayam pedaging.

Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan
masyarakat. Menurut kecepatan pertumbuhannya, periode pemeliharaan ayam
pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode starter dan finisher. Periode starter dimulai
umur 1--21 hari dan periode finisher dimulai umur 22--35 atau sesuai umur dan bobot
potong yang diinginkan (Murwarni, 2010).

Usaha ayam pedaging


a. Usaha ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu jenis usaha yang sangat
potensial dikembangkan. Beberapa faktor pendukung usaha budidaya ayam pedaging
sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik
terhadap ayam pedaging masih sangat besar. Hal ini bertujuan agar para peternak atau
produsen tidak mengalami kerugian besar dalam usahanya. Jika tidak, maka usaha
ternak yang memiliki manajemen dan strategi yang baik saja yang mampu bertahan
dan mampu berkembang. Untuk dapat bertahan atau berkembang, suatu usaha
peternakan membutuhkan suatu strategi – strategi tertentu.
b. . Usaha pemotongan ayam pedaging merupakan usaha yang dapat memudahkan
masyarakat untuk memperoleh daging ayam pedaging yang lebih hygienis dalam
bentuk karkas yang siap dipasarkan atau dimasak (ready to cook). Menurut Matharani
(2013) pemotongan ternak secara langsung dilakukan pada ternak yang dinyatakan
sehat dan dapat disembelih. Penyembelihan pada ternak bertujuan untuk
mengeluarkan darah dari dalam tubuh ternak, sehingga dapat menghasilkan daging
yang lebih sehat. Usaha pemotongan ayam pedaging selain menghasilkan daging
yang sehat untuk dikonsusmsi, juga dapat menjadi sumber pendapatan dan lapangan
kerja bagi pelaku-pelaku usaha yang bergerak pada usaha pemotongan.
c. Usaha peternakan ayam pedaging dengan menggunakan closed house system sedang
berkembang dengan pesat dan demikian juga dengan open house system. Penggunaan
closed house system dan open house system berhubungan dengan alokasi biaya yang
akan mempengaruhi pendapatan peternak ayam pedaging. Dengan demikian
diperlukan kajian mengenai struktur biaya yang digunakan serta pendapatan yang
diterima oleh peternak ayam pedaging yang menggunakan closed house system dan
open house system.
d. usaha ayam pedaging juga merupakan salah satu usaha peternakan yang memiliki
prospek yang cukup cerah. Hal ini disebabkan ayam pedaging memiliki keunggulan
yaitu pertumbuhan cepat, produksi daging cukup tinggi, siap dipotong pada usia
relatif mudah, dan menghasilkan daging yang berserat lunak (Murtidjo, 1991). Usaha
ini perlu terus dikembangkan dalam rangka untuk memperbesar penyediaan sumber
protein hewani bagi masyarakat luas

Pola kemitraan
a. Usaha peternakan ayam boiler ini dapat dilakukan dengan pola mandiri maupun
kemitraan. Menurut Basuki Sigit P, dkk dalam Yunus (2009) pola kemitraan usaha
peternakan ayam ras pedaging (broiler) adalah pola yang dilaksanakan dengan pola
inti plasma, yaitu kemitraan antara peternak mitra dengan perusahaan mitra, dimana
kelompok mitra bertindak sebagai plasma, sedangkan perusahaan mitra sebagai inti.
b. Pola kemitraan merupakan suatu kerjasama antara perusahaan sebagai inti dalam
upaya pengolaan usaha peternakan (Suhano , 2002 ).
c. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling
menguntungkan dan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra. Pola
kemitraan di bidang peternakan, adalah salah satu jalan kerjasama antara peternak
kecil (plasma) dengan perusahaan swasta dan pemerintah sebagai inti (Hafsah, 2000).
d. Sistem kemitraan pola dagang umum adalah pelaksanaan kemitraan yang legal di
Indonesia sesuai dengan regulasi Menteri Pertanian Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 13/PERMENTAN/ PK.240/5/2017 tentang Kemitraan Usaha Peternakan.
Sistem kemitraan pola dagang umum dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama
pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari usaha mikro,
kecil, dan menengah oleh usaha besar yang dilakukan secara terbuka. Sistem
kemitraan pola dagang umum biasanya dilakukan peternak dalam bentuk kerjasama
pemasaran dan penerimaan pasokan untuk perusahaan industri pengolahan. Setianti et
al. (2016) menyatakan bahwa pentingnya integrasi antara peternak dengan perusahaan
pascapanen, sehingga peternak bisa memprediksi harga pasar ayam pedaging di masa
depan. Pentingnya prediksi harga ayam pedaging di masa depan untuk pengembangan
usaha ternak karena terkait perencanaan produksi (Huang et al., 2009) karena
menurut Gocsik et al. (2015) menyebutkan bahwa sektor peternakan ayam pedaging
mempunyai perspektif terbaik dalam bisnis jangka pendek dan menengah untuk
pengembangan pasar. Usaha peternakan banyak diminati ialah peternakan ayam
pedaging karena mempunyai permintaan pasar yang tinggi (Rohani dan Darwis,
2017)

Anda mungkin juga menyukai