Oleh:
DEA AZHAR
NIM. 2021310633
KELOMPOK III
A. Latar Belakang
Ayam pedaging (broiler) adalah hasil persilangan dari berbagai macam jenis
ayam yang memiliki produktifitas yang tinggi sehingga menghasilkan ayam yang
unggul. Ayam pedaging (broiler) akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika
di dukung dengan pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ayam, perwatan yang
baik, ketepatan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit dan sistem
perkandangan yang baik (Mashito dan Nahraeni, 2016).
Keberhasilan produksi ayam broiler diekspresikan dalam performans atau
penampilan ayam broiler yang dapat diukur melalui mortalitas, konsumsi pakan,
bobot badan akhir, rasio konversi pakan (FCR), dan indeks performans (IP).
Untuk dapat mencapai performans ayam broiler secara optimal faktor yang
mempengaruhi adalah bibit, pakan, dan pengelolaan atau manajemen. Faktor
manajemen itu sendiri sangat ditentukan oleh manajemen perkandangan. Pada
pemeliharaan secara intensif, kandang mempunyai peranan penting sebagai
penentu keberhasilan usaha peternakan ayam broiler (Mashito dan Nahraeni,
2016).
Mortalitas merupakan faktor penting dalam mengukur keberhasilan
manajemen pemeliharaan, faktor yang menyebabkan angka kematian yaitu
lingkungan, genetik dan penyakit. Apabila suhu lingkungan fluktuatif tidak dapat
dikontrol, maka harus dapat disiasati pada saat suhu terlalu dingin ataupun terlalu
panas untuk ayam broiler. karena kondisi tersebut dapat meningkatkan resiko
terserangnya penyakit dan kematian pada ayam broiler (Nuryati, 2019).
Berdasakan pernyataan tersebut inilah yang melatar belakangi dilakukannya
prakikum wawancara kepada salah satu peternak ayam broiler mengenai
manajemen yang diterapkan dalam pemeliharaan ayam pedaging.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui biaya apa saja yang
dikeluarkan peternak, pendapatan yang didapatkan dalam usaha peternakan ayam
broiler dan menganalisis usaha peternakan ayam broiler.
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Peternakan
Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu peternakan ayam broiler
diperoleh yaitu:
Tabel 1. Profil peternakan
No
. Pengamatan Keterangan
1 Jenis peternakan Unggas
2 Alamat Desa Padang, Kec. Gantarang
3 Nama pemilik Adiman
4 Jumlah ternak 3000 ekor
5 Nama peternakan Peternakan Ayam Broiler
Sumber: Data Hasil Wawancara Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler, 2023.
Berdasarkan hasil wawancara di Desa Padang bersama dengan bapak
Adiman (narasumber) diperoleh bahwa peternakan yang di jalankannya bekerja
sama dengan PT Ciomas Adisatwa atau yang dikenal dengan Japfa sebagai mitra
dikarenakan ada beberapa keuntungan yang di dapat seperti penyediaan DOC,
pakan, obat-obatan dan pemasaran. Sehingga tidak terlalu pusing untuk mencari
bibit DOC, pakan, dan dalam pemasaran, yang diperlukan hanya kandang dan
biaya produksi untuk pemeliharaan termasuk tenaga kerja dan . Hal ini sesuai
dengan pendapat Ratnasari dkk (2015), bahwa Kemitraan atau perusahaan besar
menyediakan input seperti DOC, pakan dan obat-obatan. Pihak peternak
menyediakan kandang dan peralatannya serta tenaga kerja untuk pemeliharaan
ayam sampai panen. Sehingga adanya kemitraan diharapkan mampu mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak seperti permodalan, pengetahuan
tatalaksana pemeliharaan, dan pemasaran hasil.
Berdasarkan hasil wawancara pada narasumber bahwa dalam manajemen
pemeliharaan yang dilakukannya semua mengikuti SOP dari kemitraan termasuk
dalam pengendalian penyakit dan penggunaan obat-obatan. Narasumber tidak
pernah mengambil atau menggunakan pemberian vaksinasi maupun pemberian
obat-obatan yang berasal dari luar perusahaan kemitraan dikarenakan takut
beresiko pada ternak yang di peliahara. Waktu panen dalam satu periode produksi
yang dijalankan bapak Adiman tidak mengejar target hari tetapi target berat
dimana targetnya yaitu minimal 1,8 kg- 2kg per ekor sehingga kadang sampai 45
hari baru di panen dan dalam satu tahun narasumber hanya 4 kali- 5kali. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nalarati (2020), bahwa menjadi seorang peternak ayam
pedaging broiler tidak semudah yang dibayangkan. Apabila peternak
menginginkan hasil yang maksimal dari usaha peternakan tersebut, maka peternak
harus menyediakan apa yang dibutuhkan oleh ayam dan juga harus mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan beternak agar hewan yang diternak terawat dengan
baik dan mampu mengeluarkan potensi genetik yang dimilikinya. Serta
Pramitadkk (2017) mengatakan bahwa jenis usaha peternakan pedaging ini
mempunyai prospek yang cukup tinggi karena produk yang dihasilkan yakni
daging ayam banyak diminati masyarakat karena rasanya yang enak dan harganya
yang terjangkau, serta masa produksinya relatif singkat yaitu 4 - 5 minggu sudah
dapat dipanen, sehingga usaha pengembalian modalnya relatif singkat dibanding
usaha peternakan lain.
B. Biaya Peternakan (nama peternakan yg dikunjungi)
Berdasarkan hasil wawancara mengenai biaya yang dikeluarkan dalam
manajemen pemeliharaan ayam broiler yang mencakup biaya tetap dan biaya
variabel yaitu:
Tabel 2. Biaya Tetap
Luas Umur Harga Total biaya (Rp)
Satuan ekono satuan
No. keterangan kebutuhan mi (Rp)
1 Kandang 1 350 m2 Rp 150 jt
Rp 150.000.000
2
Jumlah biaya Rp 150.000.000
tetap
Sumber: Data Hasil Wawancara Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler, 2023.
Berdasarkan data hasil wawancara yang didapat bahwa biaya pembuatan
kandang dan alat-alat perkandangan merupakan biaya tetap dalam usaha
peternakan ayam broiler, yang dimana biaya tetap tidak berubah dan tidak
tergantung hasil produksi atau penjualan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Simanjuntak (2018), bahwa Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah biaya yang
terlibat dalam produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah
produksi yang dihasilkan. Komponen biaya tetap meliputi biaya penyusutan,
seperti penyusutan kandang, penyusutan peralatan kandang (tempat makan,
tempat minum dan lain-lain), bunga atas pinjaman modal operasional, biaya pajak
bumi dan bangunan dan atau biaya sewa kandang dan dan biaya – biaya lainnya
Tabel 3. Biaya Variabel
Satuan Harga jumlah(Rp)
No satuan
. keterangan kebutuhan (Rp)
Operasional : Min Rp 2 jt –
1. DOC 3.000 ekor Rp 3 jt
2. Pakan
3. Obat-obatan
4. Tabung Gas
5. Listrik
Jumlah biaya Rp 2.000.000
variabel
Sumber: Data Hasil Wawancara Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler, 2023.
Biaya variabel dalam peternakan merupakan biaya yang tidak tetap atau
biaya yang dapat berubah sejalan dengan volume produksi dan aktivitas usaha,
biaya variabel akan meningkat atau menurun sasuai perubahan dalam produksi
ternak atau jumlah ternak yang dipelihara. Hal ini sesuai dengan pendapat
Simanjuntak (2018), bahwa Biaya variabel atau disebut dengan biaya tidak tetap
biasa didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan atau ditanggung oleh peternak
selama masa produksi yang besar kecilnya dipengaruhi oleh skala atau jumlah
produksi. Artinya bahwa semakin tinggi skala produksi maka akan semakin
meningkat pula biaya variabel yang harus ditanggung oleh peternak selama masa
produksi berlangsung
Biaya total = Biaya tetap (biaya kandang) + Biaya variabel
= Rp 150.000.000 + Rp 2.000.000
= Rp 152.000.000
a. Penerimaan = Harga jual x jumlah produksi
= Rp 60.000 x 2.850 Ekor
= Rp 171.000.000
b. Keuntungan = Penerimaan – Biaya total
= Rp 171.000.000 – Rp 152.000.000
= Rp 19.000.000
C. Distribusi dan Pemasaran
Proses pemasaran yang diguanakan yaitu dibawah atau di ambil langsung
oleh peusahaan PT Ciomas Adisatwa atau dikenal dengan sebutan Japfa dengan
keuntungan dan kerugian tidak menentu.
D. Analisis keuntungan, performa dan kendala
Adapun performance dari peternakan unggas yaitu Feed Convertion Ratio
(FCR) dan Indeks Produksi (IP).
jumlah zak yg dihabiskan dlm1 kali periode x total berat zak (kg)
FCR =
total berat ayam hasil panen(kg)
= 60 x 50 kg
522 kg
= 5,74
ayamhidup ( % ) x berat badan rata−rata
Indeks Produksi =
umur x fcr
= 99,05% x 1,8 kg
35 x 5,74
= 178,29
200,9
= 0,88
A. Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
B. Saran Untuk Laboratorium
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA