PROVINSI BENGKULU
Oleh:
WIDIA HARYANSANTI
E2D022009
i
KATA PENGANTAR
Tugas ini memuat bahasan mengenai analisis sistem agribisnis aya broiler di
Provinsi Bengkulu. Penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat dan dapat
diterima pembaca dengan senang hati. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih
banyak kekurangan sehingga penulis mengharap kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 3
1.3 Kegunaan ............................................................................................. 3
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Sistem Agribisnis ............................................................... 4
2.2. Analisis Mikro Sistem Agribisnis......................................................... 4
2.3. Analisis Makro Sistem Agribisnis ........................................................ 6
2.4. Aspek Kesesuaian dalam Sistem Agribisnis ......................................... 7
Bab III. Situasi Pengembangan Sistem Agribisnis
3.1. Faktor Mikro dalam Sistem Agribisnis Ayam Broiler .......................... 9
3.2. Faktor Makro dalam Sistem Agribisnis Ayam Broiler ........................ 10
Bab IV. Pembahasan
4.1. Analisis Mikro dalam Sistem Agribisnis Ayam Broiler ..................... 12
4.1.1. Situasi di Subsistem Pengadaan Sarana dan Prasarana Produksi..12
4.1.2. Situasi di Subsistem Produksi Usahatani .................................. 14
4.1.3. Situasi di Subsistem Pengolahan Hasil Produksi....................... 15
4.1.4. Situasi di Subsistem Pemasaran ................................................ 16
4.1.5. Situasi di Subsistem Penunjang ................................................ 17
4.2. Analisis Makro dalam Sistem Agribisnis Ayam Broiler ..................... 18
4.2.1. Faktor Pendorong Pengembangan Sistem Agribisnis Ayam
Broiler ...................................................................................... 18
4.2.2. Faktor Penghambat Pengembangan Sistem Agribisnis Ayam
Broiler ..................................................................................... 20
4.2.3. Peran Kebijakan dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Ayam
Broiler ...................................................................................... 22
4.3. Prospek Pengembangan Sistem Agribisnis Ayam Broiler ................... 24
4.3.1. Potensi dan Sumberdaya Pendukung ....................................... 24
4.3.2. Rencana Pengembangan ........................................................... 26
4.3.3. Alternatif Langkah-langkah Strategik ....................................... 28
4.3.4. Proyeksi Situasi Hasil Pengembangan ...................................... 28
Bab V. Penutup
5.1. Kesimpulan........................................................................................ 31
5.2. Saran ................................................................................................. 33
Daftar Pustaka ................................................................................................... 34
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1
pemilik, upah, manajemen dan kapital milik sendiri yang dipakai untuk usaha
(Hoddiet al, 2016).
Pola yang digunakan untuk menyelenggarakan usaha peternakan ayam broiler
dibedakan menjadi dua, yaitu pola mandiri dan pola kemitraan. Pola mandiri pada
umumnya digunakan oleh peternak yang menyediakan seluruh input produksi
usahanya dari modal sendiri, serta memiliki kebebasan untukmengambil keputusan
waktu memulai beternak dan memasarkan output produksinya. Pola kemitraan
adalah hubungan kerjasama antara peternak sebagai plasma dengan perusahaan
sebagai inti menggunakan kontrak perjanjian.Pada pola ini peternak hanya
menyediakan kandang, peralatan, dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan
menyediakan input produksi yang berupa DOC, pakan, vaksin, obat-obatan, dan
vitamin. Pengawasan dan pembinaan secara teknis dilakukan oleh perusahaan
sekaligus menjamin pemasaran output produksi peternak dengan mengambil hasil
panen berdasarkan harga yang telah ditentukan dalam kontrak perjanjian. Skala usaha
adalah besaran yang menentukan pendapatan yang diperoleh peternak dari proses
produksi usahanya, sehingga perlu diperhitungkan untuk mencapai usaha yang
menguntungkan. Skala usaha peternakan ayam broiler dapat dibedakan menurut
jumlah tenaga kerja yang digunakan.Idealnya, satu orang tenaga kerja mampu
menangani 5.000 ekor ayam broiler jika bekerja di kandang yang menggunakan
tempat minum otomatis (Tamalluddin, 2014).
Keberhasilan dalam usaha budidaya ayam broiler tergantung dari beberapa
faktor seperti adanya sistem agribisnis, yang dimulai dari subsektor hulu, Budidaya,
subsistem agroindustri/pengolan pasca panen, pemasaran dan sarana penunjang.
Sistem agribisnis sendiri dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai dari
pengadaan barang dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-
produk yang dihasilkan oleh semua usahatani. Sehingga sistem agribisnis merupakan
suatu sistem yang terdiri atas berbagai subsistem (Bano, 2020).
2
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk:
1. Menganalisis faktor mikro ayam broiler dalam sistem agribisnis di provinsi
Bengkulu
2. Menganalisis faktor makro ayam broiler dalam sistem agribisnis di provinsi
Bengkulu
3. Mengetahui prospek pengembangan sistem agribisnis ayam broiler di provinsi
Bengkulu
1.3 Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai faktor mikro ayam broiler dalam sistem
agribisnis di provinsi Bengkulu.
2. Menambah wawasan tentang faktor makro ayam broiler dalam sistem
agribisnis di provinsi Bengkulu
3. Menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang prospek pengembangan
sistem agribisnis ayam broiler di provinsi Bengkulu.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
4
dapat melenyapkan seluruh upaya yang dilakukan secara susah payah di tingkat
mikro tersebut (Fitri, 2014).
Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang langsung
berkaitan dengan perusahaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani
pasar. Tujuan utama setiap perusahaan adalah melayani dan memuaskan seperangkat
kebutuhan khusus dari sebuah pasar sasaran yang terpilih yang menguntungkan
perusahaan itu. Untuk melaksanakan tugas ini, perusahaan menghubungi jumlah
pemasok bahan mentah dan perantara pasar untuk menjangkau para pelanggan
sasarannya. Mata rantai pemasok, perusahaan, pemasaran/para perantara, para
pelanggan itu merupakan inti sistem pemasaran suatu perusahaan. Keberhasilan
perusahaan akan dipengaruhi oleh dua kelompok tambahan yaitu: sejumlah pesaing
dan kelompok masyarakat. Manajemen perusahaan harus mengamati dan
merencanakan segala sesuatu yang berkenaan dengan para pelaku itu (Raharjo, 2010).
Lingkungan mikro (micro environment) adalah para pelaku dan kekuatan
yang paling dekat dengan perusahaan yang langsung mempengaruhi pelayanan
perusahaan terhadap pelanggan, (marketing intermediaries), pelanggan (customers),
pesaing (competitors), dan masyarakat (publics) (Oktaviani, 2015).
Lingkungan mikro dalam konteks usaha ayam broiler merujuk pada faktor-
faktor atau elemen-elemen yang secara langsung memengaruhi atau berinteraksi
dengan operasi harian peternakan ayam broiler. Faktor-faktor ini sangat penting untuk
memastikan kesejahteraan ayam dan keberhasilan produksi. Lingkungan mikro ayam
broiler meliputi: kandang ayam, pakan dan air, manajemen kesehatan, pengendalian
penyakit, vaksinasi, dan pemantauan kesehatan ayam, kebersihan kandang, keamanan
dan perlindungan, manajemen populasi, pencahayaan, manajemen stres, kepemilikan
dan manajemen usaha, keputusan tentang manajemen produksi, penggunaan sumber
daya, dan kebijakan internal akan memengaruhi hasil usaha, dan penggunaan
teknologi.
Adapun kerangka analisis Mikro sistem agribisnis dapat dilihat sebagai
berikut:
5
LINGKUNGAN JAUH
Ekonomi, politik, sosial
budaya, teknologi dan faktor-
faktor alam
MANAJEMEN
LITBANG
Distributor
Karakteristik
Administrasi Keuangan
Bahan Baku
dan Personalia
Lingkungan Tugas
Gambar 1. Kerangka Analisis Mikro Sistem Agribisnis
6
demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik,
dan lingkungan budaya (Anonim, 2009).
PENGAMBIL
KEBIJAKAN
Ekonomi
Politik Industri Usaha Proses I Proses II
Saprotan Budidaya
Sosial
Budaya
Hankam
Teknologi
SDA
Pasar Pasar Produk Pasar Produk Pasar Produk
Saprotan Primer Sekunder Akhir
7
Kesesuaian Ekonomi
Agribisnis harus memiliki model bisnis yang menguntungkan dan
berkelanjutan. Ini mencakup perhitungan biaya produksi, harga penjualan yang wajar,
dan pengelolaan keuangan yang baik. Kesesuaian dengan pasar yang ada dan
permintaan konsumen. Ini termasuk pemahaman tentang tren pasar dan kemampuan
untuk menyesuaikan produksi dengan perubahan permintaan.
Kesesuaian Lingkungan
Agribisnis harus memperhatikan dampak lingkungan dari aktivitasnya, seperti
penggunaan pestisida dan pupuk, pengelolaan limbah, dan penggunaan sumber daya
alam secara berkelanjutan. Menerapkan praktik pertanian berkelanjutan yang
meminimalkan degradasi tanah, pencemaran air, dan kerusakan ekosistem.
Kesesuaian Sosial
Mematuhi aturan dan regulasi yang berlaku dalam bidang agribisnis, termasuk
perlindungan hak pekerja, keselamatan kerja, dan hak-hak konsumen. Berkontribusi
pada pembangunan komunitas setempat dengan menciptakan lapangan kerja,
mendukung petani lokal, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang bermanfaat.
Kesesuaian Hukum
Agribisnis harus mematuhi semua peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku terkait dengan produksi, pengolahan, dan pemasaran produk pertanian.
Memastikan perlindungan hak kekayaan intelektual, seperti paten untuk teknologi
pertanian inovatif.
Kesesuaian dengan Standar Kualitas dan Keamanan Pangan
Memastikan bahwa produk pertanian yang dihasilkan memenuhi standar keamanan
pangan yang berlaku, termasuk penanganan dan pengolahan yang tepat. Kesesuaian
dalam sistem agribisnis penting untuk mencapai keberlanjutan, meminimalkan
dampak negatif, dan memastikan keberhasilan jangka panjang dalam usaha agribisnis.
Agribisnis yang sesuai dengan berbagai aspek ini memiliki peluang yang lebih baik
untuk mencapai kesuksesan jangka panjang sambil menjaga lingkungan dan
masyarakat setempat.
8
BAB III. Situasi Pengembangan Sistem Agribisnis
3.1 Faktor Mikro Ayam Broiler dalam Sistem Agribisnis
1. Faktor Pengadaan Sarana dan Prasarana Produksi Ayam Broiler
Kandang
Vertilasi
DOC
Pakan
Obat dan vitamin
feeder, drinker, dan sistem pemanas
Sumber Daya Air
Sumber energi
2. Faktor Usahatani/Budidaya/Beternak Ayam Broiler
Pemilihan Bibit
Persiapan Infrastruktur dan peralatan
Pengolahan Nutrisi dan Pakan
Pengolahan kesehatan
Kualitas Lingkungan
Manajemen Produksi
Panen
3. Faktor Pengolahan Hasil
Pengolahan hasil ayam broiler biasanya melalui beberapa tahan mulai dari
pemotongan, pembersihan dan vakum (frozen food), Nugget ayam, ayam fitlet
maupun dijual berupa ayam segar di pasar dan supermarket. Adapun kegiatan
tersebut terdiri dari :
Pemotongan dan Penyembelihan:
1. Pembersihan dan Penghilangan Bulu:
2. Pemotongan, Pemisahan, dan Pengolahan Lanjutan:
3. Pengemasan:
4. Penyimpanan:
9
5. Pengiriman dan Distribusi:
6. Pemantauan Kualitas:
7. Perizinan dan Regulasi:
8. Pengelolaan Limbah:
9. Inovasi dan Peningkatan:
4. Faktor Pemasaran Ayam Broiler
Penawaran Produk
Saluran distribusi
Struktur Harga
Promosi
Lembaga pemasaran
5. Faktor Sarana Penunjang Ayam Broiler
Akses Jalan
Perizinan dan Regulasi
Manajemen
3.2 Faktor Makro Ayam Broiler dalam Sistem Agribisnis
1. Faktor pendorong pengembangan Usaha Ayam Broiler
Faktor pendorong pengembangan ayam broiler di provinsi Bengkulu salah
satunya tersedianya lahan, iklim dan cuaca yang mendukun, mudah memperoleh
sarana produksi, kemudahan pendistribusian hasil produksi, konsumen yang ada
setiap saat, dan pesaing yang masih sedikit.
2. Faktor Penghambat Pengembangan Usaha Ayam broiler
Resiko pasar yaitu resiko akibat menurunnya harga pasar substansial baik
keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi,
keuangan negara, perubahan manajemen perusahaan ataupun kebijakan pemerintah.
Resiko psikologis yaitu resiko bagi investor yang bertindak secara emosional
dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pasisme yang
dapat mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham.
3. Kebijakan dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Usaha Ayam Broiler
10
Pelaku usaha perunggasan terutama pada ayam broiler sebagian besar adalah
perusahaan swasta, untuk itu dalam perkembangannya tidak diperlukan lagi campur
tangan pemerintah akan tetapi pemerintah berkewajiban membantu menjaga
keseimbangan supply demand agar tidak terjadi gejolak supply maupun demand.
11
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Mikro Ayam Broiler dalam Sistem Agribisnis di Provinsi Bengkulu
4.1.1. Situasi di Subsistem Pengadaan Sarana dan Prasarana Produksi Ayam
Broiler
Situasi dalam subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi ayam
broiler dapat sangat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi geografis,
skala usaha, teknologi yang digunakan, dan peraturan lokal. Namun, berikut adalah
beberapa aspek umum yang perlu dipertimbangkan dalam situasi ini:
1. Ketersediaan Pakan
ketersediaan pakan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha
budidaya ayam broiler. Pakan yang berkualitas adalah faktor kunci dalam
produksi ayam broiler yang sukses. Hal ini termasuk komposisi nutrisi yang
tepat, kebersihan pakan, dan penyimpanan yang baik.
Hambatan utama dari faktor pakan adalah harga, penyediaan dan distribusi
yang tidak merata, yang menyebabkan peternak mengalami ketidakpastian dalam
penerimaan laba atau keuntungan.
2. Ketersediaan DOC
Faktor utama agar usaha budidaya ayam broiler tetap berlangsung adalah
adanya bibit (DOC) yang memedai dengan kualitas yang unggul. Di provinsi
Bengkulu para pelaku usaha masih memperoleh DOC dengan cara memesan dari
luar kota.
3. Kandang Ayam
Kualitas kandang sangat penting dalam produksi ayam broiler. Kandang harus
dirancang untuk memastikan kebersihan, sirkulasi udara yang baik, suhu yang
sesuai, dan ketersediaan air bersih.
4. Sistem Ventilasi
Ventilasi yang baik diperlukan untuk menjaga suhu dan kelembaban yang
sesuai di dalam kandang. Ini membantu dalam menghindari stres panas pada
ayam broiler.
12
5. Peralatan
Penggunaan peralatan seperti feeder, drinker, dan sistem pemanas yang
tepat dapat mempengaruhi efisiensi produksi dan kesejahteraan ayam broiler.
6. Sumber Daya Air
Ketersediaan air bersih yang cukup dan kualitas air yang baik sangat
penting dalam budidaya ayam broiler, terutama untuk pemenuhan kebutuhan
minum ayam.
7. Sumber Energi
Energi listrik dan bahan bakar diperlukan untuk operasional mesin-mesin,
sistem pemanas, dan pencahayaan di peternakan ayam broiler.
Situasi dalam subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi ayam
broiler harus selalu diperbarui dan diperbaiki sesuai dengan perubahan dalam
industri, teknologi, dan peraturan. Peternak harus berusaha untuk menciptakan
lingkungan yang optimal bagi ayam broiler agar dapat mencapai produktivitas yang
tinggi, efisiensi, dan kesejahteraan hewan yang baik.
4.1.2. Situasi di Subsistem Produksi Usahatani Ayam Broiler
Situasi dalam subsistem usahatani ayam broiler mencakup berbagai aspek
yang memengaruhi produksi ayam broiler dari awal hingga akhir siklus produksi.
Berikut adalah beberapa aspek utama dalam situasi ini:
1. Pemilihan Bibit
Peternak ayam broiler harus memilih bibit dengan baik. Hal ini melibatkan
pemilihan jenis ayam yang sesuai dengan tujuan produksi, seperti ayam pedaging
atau ayam petelur. Pemilihan bibit yang sehat, bebas dari penyakit, dan dengan
genetika yang baik sangat penting untuk pertumbuhan dan produktivitas yang
optimal.
2. Persiapan Peralatan dan Infrastruktur
Kesiapan kandang dan peralatan produksi yang baik adalah kunci kesuksesan.
Peralatan meliputi pemanas, drinker, feeder, ventilasi, dan pencahayaan yang tepat.
Kandang harus dirancang dengan baik untuk memastikan sirkulasi udara yang baik,
suhu yang sesuai, dan ketersediaan air bersih.
13
3. Pengolahan Nutrisi dan Pakan
Manajemen nutrisi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan yang
optimal. Pemilihan pakan yang berkualitas, formulasi pakan yang sesuai, dan
manajemen konsumsi pakan yang baik perlu diperhatikan. Peternak harus memantau
perkembangan ayam dan mengatur formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan mereka.
4. Pengelolaan Kesehatan
Manajemen kesehatan yang efektif termasuk jadwal vaksinasi yang tepat,
pemantauan kesehatan harian, dan tindakan pencegahan penyakit. Tindakan segera
terhadap penyakit dan isolasi ayam yang sakit untuk mencegah penyebaran infeksi.
5. Kualitas Lingkungan
Kondisi lingkungan yang baik dalam kandang, seperti suhu yang nyaman,
kelembaban yang terkendali, dan ventilasi yang baik, sangat penting untuk
kesejahteraan ayam broiler. Pengelolaan limbah dan sanitasi yang baik untuk
menghindari pencemaran dan menjaga kebersihan lingkungan.
6. Manajemen Produksi
Pengawasan dan pemantauan produksi secara rutin untuk memastikan
efisiensi, produktivitas, dan kualitas ayam broiler yang dihasilkan. Manajemen
inventaris ayam untuk mengatur penjadwalan produksi dan pengiriman.
7. Panen
Panen ayam broiler adalah tahap akhir dari siklus produksi dalam usahatani
ayam broiler, di mana ayam broiler siap untuk dipanen untuk dijual sebagai produk
konsumsi.
4.1.3 Situasi di Subsistem Pengolahan Hasil Produksi Ayam Broiler
Situasi dalam subsistem pengolahan hasil produksi ayam broiler mencakup
berbagai tahapan dari pemotongan hingga distribusi produk akhir kepada konsumen.
Berikut adalah beberapa aspek utama dalam situasi ini:
1. Pemotongan dan Penyembelihan
Proses pemotongan dan penyembelihan ayam broiler harus dilakukan dengan
hati-hati dan sesuai dengan standar kebersihan dan keamanan pangan yang berlaku.
14
Pemotongan dan penyembelihan dilakukan untuk memisahkan daging ayam dari
bagian lain, termasuk organ dalam.
2. Pembersihan dan Penghilangan Bulu
Ayam yang telah dipotong harus dibersihkan dan dihilangkan bulunya. Ini
melibatkan proses pencelupan dalam air panas dan penggunaan mesin pemisah bulu
yang disebut "scalders" dan "pluckers."
3. Pemotongan, Pemisahan, dan Pengolahan Lanjutan
Setelah pemotongan dan pemisahan, daging ayam dapat dipotong menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, seperti paha, dada, atau sayap, sesuai dengan
permintaan pasar. Beberapa ayam broiler juga diolah menjadi produk olahan seperti
nugget, sosis, atau produk ayam lainnya.
4. Pengemasan
Produk ayam broiler yang telah diolah harus dikemas dalam kemasan yang
sesuai dengan standar keamanan pangan. Ini bisa berupa kemasan plastik, kemasan
vakum, atau kemasan lainnya.
5. Penyimpanan
Produk ayam broiler yang telah dikemas harus disimpan pada suhu yang tepat
untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan mempertahankan kualitas produk.
Penyimpanan harus mematuhi peraturan keamanan pangan dan menghindari
kontaminasi silang antara produk.
6. Pengiriman dan Distribusi
Produk ayam broiler yang telah diolah harus didistribusikan ke pasar, toko,
restoran, atau konsumen sesuai dengan perjanjian dan jaringan distribusi yang telah
ditetapkan. Proses distribusi harus memastikan produk tetap dalam kondisi yang baik
selama transportasi.
7. Pemantauan Kualitas
Selama seluruh proses pengolahan, kualitas produk harus terus dipantau. Ini
melibatkan pengawasan untuk memastikan bahwa produk bebas dari kontaminan dan
cacat.
15
8. Perizinan dan Regulasi
Semua tahapan dalam pengolahan harus mematuhi perizinan dan regulasi
pangan yang berlaku, termasuk ketentuan kebersihan dan keamanan pangan.
9. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah dari proses pengolahan ayam broiler harus dilakukan
dengan baik untuk menghindari pencemaran lingkungan.
10. Inovasi dan Peningkatan
Usaha untuk terus berinovasi dalam proses pengolahan untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas produk.
Situasi dalam subsistem pengolahan hasil produksi ayam broiler sangat
penting karena dapat memengaruhi kualitas dan keamanan produk akhir yang
diterima oleh konsumen. Proses pengolahan yang baik harus mematuhi standar
tertinggi dalam hal kebersihan, keamanan pangan, dan kualitas produk.
Saat ini pengolahan hasil pada komoditas ayam broiler di Provinsi Bengkulu
hanya sebatas penjualan produk segar (ayam potong) belum ada pengolehan lanjutan
menjadi produk yang siap di eksport ke berbagai daerah dalam bentuk siap konsumsi.
Situasi ini menjadi peluang bagi masyarakat Bengkulu untuk mengembangkan
subsistem pengolahan hasil, namun terkendala beberapa faktor seperti teknologi yang
kurang memadai.
4.1.4 Situasi Pemasaran Ayam Broiler
Peningkatan produksi ayam Broiler sejalan dengan permintaan masyarakat
terhadap daging ayam yang meningkat. Namun seperti yang terlihat perbandingan
grafik pada Gambar 3 dan Gambar 4 menunjukkan bahwa untuk populasi ayam
broiler cenderung mengalami penurunan pada tahun 2012-2021, sedangkan untuk
permintaan daging ayam cenderung mengalami peningkatan. Tentunya hal ini
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara populasi dan produksi daging
ayam. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ayam broiler yang ada di Provinsi
Bengkulu berpotensi tidak dapat memenuhi permintaan masyarakat, sehingga
diperlukan pasokan lebih banyak ayam broiler dari luar Provinsi Bengkulu.
Masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan daging ayam melalui dua cara yang
16
berbeda dalam pendistribusiannya (Yurike, 2023). Pertama, dapat didistribusikan
dengan cara konvensional, seperti pemasaran dari kandang ke pasar konvensional
atau pemotongan konvensional. Kedua, ada saluran distribusi kontemporer seperti
penjualan ayam beku, dimana rantai pemasarannya dari kandang ke pemotongan lalu
penyimpanan dan dijual dalam bentuk beku (Suharno, 2012).
17
4.1.5 Sarana Penunjang Agribisnis Ayam Broiler di Provinsi Bengkulu
1. Akses Jalan
Akses yang baik ke peternakan sangat penting untuk distribusi pakan,
pengiriman ayam broiler ke pasar, dan perawatan kandang.
2. Perawatan Kesehatan dan Manajemen
Pengelolaan kesehatan ayam broiler, termasuk vaksinasi, pengendalian
penyakit, dan manajemen pencegahan penyakit, sangat penting untuk
meminimalkan kerugian.
3. Perizinan dan Regulasi
Peternakan ayam broiler harus mematuhi perizinan dan regulasi yang
berlaku dalam bidang pertanian dan peternakan. Hal ini termasuk pengendalian
limbah, peraturan lingkungan, dan ketentuan kesejahteraan hewan.
4. Keberlanjutan Lingkungan
Subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi ayam broiler harus
memperhatikan dampak lingkungan, termasuk pengelolaan limbah dan
penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
5. Manajemen Risiko
Peternakan ayam broiler perlu memiliki strategi manajemen risiko untuk
menghadapi kemungkinan tantangan seperti fluktuasi harga pakan, penyakit, atau
perubahan cuaca yang dapat memengaruhi produksi.
4.2 Analisis Makro dalam Sistem Agribisnis Ayam Broiler di Provinsi Bengkulu
4.2.1. Faktor Pendorong Pengembangan Sistem Agribisnis Ayam Broiler
Pengembangan sistem agribisnis ayam broiler didorong oleh berbagai faktor
yang memengaruhi industri ini. Beberapa faktor pendorong utama termasuk:
1. Permintaan Konsumen
Permintaan konsumen yang tinggi terhadap produk daging ayam broiler
menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri ini. Ayam
broiler adalah sumber protein hewani yang relatif murah dan mudah didapatkan.
18
2. Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan populasi manusia mengakibatkan peningkatan permintaan akan
sumber protein hewani, termasuk daging ayam broiler. Ini memicu ekspansi industri
untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat.
3. Efisiensi Produksi
Penggunaan teknologi modern dalam produksi ayam broiler telah
meningkatkan efisiensi. Proses seleksi genetik, manajemen pakan, penggunaan obat-
obatan, dan teknologi pemeliharaan yang canggih memungkinkan produsen untuk
mencapai berat badan yang lebih besar dalam waktu yang lebih singkat.
4. Ketersediaan Sumber Daya
Ketersediaan sumber daya seperti pakan, air, lahan, dan energi mendukung
pertumbuhan industri ayam broiler. Teknik manajemen yang baik juga membantu
dalam memaksimalkan penggunaan sumber daya ini.
5. Teknologi dan Inovasi
Pengembangan teknologi baru dalam hal genetika, nutrisi, dan pengelolaan
kesehatan telah meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi ayam
broiler.
6. Dukungan Pemerintah
Dukungan pemerintah dalam bentuk insentif, kebijakan yang mendukung
pertanian, dan regulasi yang relevan dapat mendorong pertumbuhan industri ayam
broiler.
7. Pasar Ekspor
Kesempatan ekspor daging ayam broiler ke pasar internasional menjadi faktor
pendorong bagi produsen untuk meningkatkan produksi dan kualitas produk agar
sesuai dengan standar pasar global.
8. Investasi Swasta
Investasi dari sektor swasta dalam bidang peternakan ayam broiler dapat
mempercepat pengembangan industri ini melalui pembiayaan modernisasi fasilitas,
teknologi, dan pelatihan peternak.
19
9. Kesadaran Kesehatan
Kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan nutrisi telah meningkatkan
permintaan akan daging ayam yang dianggap lebih sehat daripada sumber protein
hewani lainnya.
10. Stabilitas Harga
Stabilitas harga pakan dan input lainnya dapat memberikan kepastian kepada
produsen dan mendorong investasi jangka panjang dalam industri ayam broiler.
11. Perubahan Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup yang cenderung lebih sibuk dan urbanisasi
meningkatkan permintaan terhadap produk makanan yang mudah disiapkan dan
diolah, seperti produk ayam broiler yang praktis.
Semua faktor ini bersama-sama mendorong pertumbuhan dan pengembangan
sistem agribisnis ayam broiler di berbagai negara. Namun, penting untuk memastikan
bahwa pertumbuhan ini juga berjalan sejalan dengan keberlanjutan lingkungan dan
kesejahteraan hewan.
4.2.2. Faktor Penghambat Pengembangan Sistem Agribisnis Ayam Broiler
Pengembangan sistem agribisnis ayam broiler juga dihadapkan pada sejumlah
faktor penghambat yang dapat menghambat pertumbuhan industri ini. Tantangan dan
hambatan dalam usaha peternakan ayam ras ras antara lain manajemen pemeliharaan
yang lemah, fluktuasi harga produk, fluktuasi harga sarana produksi, tidak ada
kepastian waktu jual, marjin usaha rendah, sarana produksi yang sangat tergantung
pada impor dan persaingan global yang semakin ketat. Namun demikian, tantangan
tersebut sebaiknya tidak membuat calon investor yang ingin berinvestasi di sektor
budidaya ayam ras ras mengurungkan niatnya, tetapi harus menjadi penuntun untuk
mencari jalan pemecahan masalah. Salah satu pemecahan masalah yang dapat
dilakukan adalah penerapan sistem agribisnis, yang dapat membuat usaha peternakan
ayam ras ras tetap potensial dan berkembang. Agribisnis merupakan salah satu sektor
dalam melakukan kegiataan (Hidayati,2017).
Beberapa faktor penghambat utama termasuk:
20
1. Kesehatan dan Penyakit
Penyakit ayam, terutama wabah penyakit yang merajalela seperti flu burung,
dapat menyebabkan kerugian besar dalam industri ayam broiler. Kondisi ini dapat
menghambat produksi, meningkatkan biaya perawatan kesehatan, dan bahkan
mengakibatkan penutupan peternakan.
2. Ketahanan Terhadap Antibiotik
Penggunaan antibiotik dalam budidaya ayam broiler dapat menghasilkan
ayam yang lebih besar dan mengurangi risiko penyakit. Namun, penggunaan
berlebihan dan yang tidak terkontrol dapat menghasilkan ketahanan terhadap
antibiotik, yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mengakibatkan regulasi
yang lebih ketat.
3. Ketidakstabilan Harga Bahan Pakan
Perubahan harga bahan pakan seperti jagung dan kedelai dapat memengaruhi
biaya produksi ayam broiler. Kenaikan tiba-tiba dalam harga pakan dapat mengurangi
profitabilitas peternakan.
4. Isu Lingkungan
Praktik-praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, seperti penggunaan
berlebihan pupuk dan limbah peternakan yang tidak terkendali, dapat mengakibatkan
masalah lingkungan yang dapat menghambat pertumbuhan industri.
5. Peraturan Lingkungan yang Ketat
Regulasi yang ketat terkait dengan pengelolaan limbah, polusi air, dan emisi
gas rumah kaca dapat meningkatkan biaya operasional dan memerlukan investasi
dalam teknologi pengolahan yang lebih mahal.
6. Kualitas Air dan Pasokan Energi
Kualitas air yang buruk atau pasokan listrik yang tidak stabil dapat
memengaruhi kesejahteraan ayam broiler dan kualitas produk.
7. Ketidakpastian Iklim
Perubahan iklim dapat mengakibatkan cuaca yang tidak terduga, yang dapat
memengaruhi produksi dan menyebabkan kehilangan ayam.
21
8. Persaingan Pasar
Persaingan dalam industri ayam broiler bisa sangat sengit, dan peningkatan
produksi yang berlebihan dapat menghasilkan tekanan pada harga dan profitabilitas.
9. Kendala Pasar Ekspor
Perubahan aturan perdagangan internasional, termasuk hambatan teknis
perdagangan dan perubahan dalam akses pasar, dapat menghambat kemampuan
produsen untuk mengekspor produk ayam broiler.
10. Kesadaran Konsumen
Kesadaran konsumen tentang masalah kesejahteraan hewan dan keberlanjutan
dapat mengakibatkan tuntutan untuk standar yang lebih tinggi dalam produksi ayam
broiler, yang dapat menambah biaya produksi.
11. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah, seperti perubahan dalam tarif impor, regulasi
perdagangan, atau perubahan dalam dukungan subsidi pertanian, dapat memengaruhi
profitabilitas dan pertumbuhan industri ayam broiler.
4.2.3. Peran Kebijakan dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Ayam Broiler
Kebijakan pemerintah memiliki peran penting dalam pengembangan sistem
agribisnis ayam broiler. Kebijakan yang baik dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi pertumbuhan industri ini, meningkatkan kesejahteraan peternak, dan
memastikan produksi yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa peran utama
kebijakan dalam pengembangan sistem agribisnis ayam broiler:
1. Regulasi Kesehatan Hewan
Kebijakan yang memastikan pemantauan kesehatan ayam broiler, vaksinasi
yang tepat, dan tindakan pencegahan penyakit dapat membantu melindungi ayam dari
wabah penyakit yang dapat merusak industri.
2. Regulasi Keamanan Pangan
Kebijakan keamanan pangan yang ketat membantu memastikan bahwa produk
ayam broiler yang dihasilkan aman untuk konsumsi manusia. Ini mencakup standar
pengolahan, pemantauan residu obat-obatan, dan inspeksi pabrik pengolahan.
22
3. Kebijakan Kesejahteraan Hewan
Kebijakan yang memperhatikan kesejahteraan ayam broiler, seperti regulasi
tentang kepadatan kandang, kebersihan kandang, dan perlindungan terhadap
perlakuan yang tidak manusiawi, penting untuk memastikan bahwa hewan diurus
dengan baik.
4. Dukungan Finansial
Kebijakan yang memberikan insentif finansial kepada peternak, seperti
subsidi pakan atau dukungan kredit, dapat membantu mengurangi biaya produksi dan
mendorong pertumbuhan industri.
5. Kebijakan Pangan dan Nutrisi
Kebijakan yang mendukung penyediaan pakan berkualitas tinggi dengan
harga terjangkau dapat membantu meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas ayam
broiler.
6. Pengembangan Pasar
Kebijakan yang mendukung pemasaran produk ayam broiler, termasuk
promosi produk, peningkatan akses pasar, dan dukungan ekspor, dapat membantu
membuka peluang pasar yang lebih luas.
7. Dukungan Teknologi dan Riset
Kebijakan yang mendukung riset dan pengembangan teknologi dalam
budidaya ayam broiler dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi.
8. Pengelolaan Lingkungan
Kebijakan yang mengatur pengelolaan limbah peternakan dan dampak
lingkungan lainnya dapat membantu meminimalkan dampak negatif industri terhadap
lingkungan.
9. Pelatihan dan Pendidikan
Kebijakan yang mendukung pelatihan dan pendidikan peternak dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam manajemen ayam broiler
yang baik.
23
10. Regulasi Impor dan Ekspor
Kebijakan yang mengatur impor dan ekspor produk ayam broiler dapat
memengaruhi akses pasar global dan persaingan dengan produk dari negara lain.
11. Kebijakan Perubahan Iklim
Kebijakan yang mendukung praktik pertanian berkelanjutan dan berkontribusi
pada pengurangan emisi gas rumah kaca dapat membantu industri ayam broiler
beradaptasi dengan perubahan iklim.
Kebijakan yang efektif harus seimbang antara mendukung pertumbuhan industri
dan melindungi kesejahteraan hewan, keamanan pangan, dan lingkungan. Dalam
pengembangan sistem agribisnis ayam broiler yang berkelanjutan, peran pemerintah
sangat penting untuk menciptakan kerangka kerja yang seimbang dan berkelanjutan.
24
Pasokan air yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk peternakan ayam
broiler. Air digunakan untuk minum, membersihkan, dan menjaga kondisi lingkungan
yang sesuai.
4. Pakan dan Bahan Baku
Ketersediaan pakan berkualitas dan bahan baku pakan, seperti jagung, kedelai,
dan bahan tambahan nutrisi, sangat penting untuk menjaga efisiensi produksi.
5. Infrastruktur
Infrastruktur yang baik, termasuk jaringan jalan raya, transportasi, dan akses ke
pasar, memudahkan distribusi produk dan akses ke sumber daya lainnya.
6. Teknologi dan Inovasi
Kemajuan dalam teknologi, seperti teknologi manajemen kandang, pemantauan
kesehatan ayam, dan otomatisasi produksi, dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan bagi peternak, teknisi, dan pekerja pertanian
dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola
usaha ayam broiler dengan baik.
8. Pasokan Energi
Pasokan energi yang stabil dan terjangkau untuk keperluan pemanas, ventilasi,
dan fasilitas lainnya sangat penting.
9. Dukungan Keuangan
Akses ke dukungan keuangan, termasuk pinjaman, subsidi, dan insentif pajak,
dapat membantu peternak mengatasi biaya awal dan mengembangkan usaha mereka.
10. Pasar dan Konsumen
Permintaan yang stabil dan meningkat untuk produk ayam broiler di pasar
domestik dan internasional adalah faktor penting dalam pengembangan industri ini.
11. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang mendukung pertanian dan peternakan ayam broiler, termasuk
regulasi yang sesuai, perlindungan terhadap penyakit hewan, dan dukungan terhadap
keamanan pangan, dapat membantu menciptakan lingkungan yang kondusif.
25
12. Pengalaman dan Jejaring
Pengalaman peternak dan jejaring antara peternak, asosiasi peternakan, dan
lembaga penelitian juga merupakan sumber daya yang berharga dalam
pengembangan sistem agribisnis ayam broiler.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ini dengan baik dapat mendukung
pertumbuhan yang berkelanjutan dalam industri ayam broiler, meningkatkan
kesejahteraan peternak, dan menyediakan produk daging ayam yang berkualitas bagi
konsumen.
4.3.2. Rencana Pengembangan Ayam Broiler di Provinsi Bengkulu
Rencana pengembangan ayam broiler di Provinsi Bengkulu dapat berupa
pengolahan pasca panen dan melakukan kerjasama dengan mitra-mitra agar
pembiayaan dapat terpenuhi. Berikut adalah langkah-langkah dalam merencanakan
pengembangan usaha ayam broiler:
1. Analisis Situasi
Lakukan analisis situasi awal untuk memahami kondisi pasar, persaingan, dan
kebutuhan konsumen. Evaluasi sumber daya yang Anda miliki, termasuk lahan,
infrastruktur, modal, dan tenaga kerja.
2. Tujuan dan Sasaran
Tentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang Anda untuk usaha ayam
broiler. Ini mungkin mencakup target produksi, keuntungan, dan pangsa pasar yang
ingin dicapai.
3. Pemilihan Lokasi
Pilih lokasi yang sesuai untuk membangun kandang ayam broiler. Pastikan
ada akses ke pasokan air yang cukup, energi, dan infrastruktur transportasi.
4. Desain dan Konstruksi Kandang
Rancang dan bangun kandang ayam broiler dengan memperhatikan aspek
seperti ukuran, ventilasi, pemanas, dan penyediaan air bersih yang memadai.
Pastikan kandang memiliki perlindungan yang baik terhadap cuaca dan predator.
26
5. Pemilihan Bibit dan Genetika
Pilih bibit ayam broiler dengan cermat. Faktor seperti kecepatan pertumbuhan,
konversi pakan, dan resistensi terhadap penyakit perlu dipertimbangkan. Pastikan
bibit yang Anda pilih sehat dan bebas dari penyakit.
6. Manajemen Nutrisi
Buat formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ayam broiler Anda.
Monitor asupan pakan, dan pastikan ayam menerima nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan yang optimal.
7. Manajemen Kesehatan
Tetapkan jadwal vaksinasi dan perawatan kesehatan rutin untuk ayam.
Sediakan tindakan pencegahan terhadap penyakit seperti pengendalian serangga dan
manajemen sanitasi yang baik.
8. Pengelolaan Lingkungan
Kelola limbah dengan baik untuk mencegah pencemaran lingkungan. Ini
termasuk manajemen kotoran ayam dan sistem pengolahan limbah.
9. Pencatatan dan Pemantauan
Selalu mencatat data produksi dan kesehatan ayam. Pantau berat ayam,
tingkat pertumbuhan, dan konversi pakan secara rutin untuk mengidentifikasi
permasalahan yang mungkin muncul.
10. Pasar dan Pemasaran
Identifikasi pasar target dan saluran distribusi yang tepat. Kembangkan
strategi pemasaran untuk mempromosikan produk ayam broiler Anda.
11. Keuangan dan Manajemen Risiko
Buat rencana keuangan yang memperhitungkan biaya operasional, investasi
awal, dan perkiraan pendapatan. Pertimbangkan risiko yang mungkin terkait dengan
fluktuasi harga pakan, penyakit ayam, atau perubahan regulasi.
12. Pelatihan dan Pengembangan
Pastikan bahwa Anda dan tim Anda memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk mengelola usaha ayam broiler dengan baik. Terus belajar
tentang perkembangan terbaru dalam industri ini.
27
13. Keberlanjutan dan Inovasi
Pertimbangkan langkah-langkah keberlanjutan dalam usaha Anda, seperti
penggunaan energi terbarukan atau praktik pertanian berkelanjutan. Selalu mencari
inovasi dalam manajemen dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi.
14. Evaluasi dan Penyesuaian
Lakukan evaluasi rutin terhadap usaha Anda dan siap untuk melakukan
penyesuaian jika diperlukan. Jadikan pelajaran dari pengalaman sebelumnya untuk
terus meningkatkan kinerja usaha Anda.
Rencana pengembangan usaha ayam broiler harus disesuaikan dengan kondisi
lokal, perubahan pasar, dan kemajuan teknologi. Ini adalah proses yang dinamis yang
memerlukan komitmen dan pemantauan terus-menerus untuk mencapai kesuksesan
jangka panjang.
4.3.3. Alternatif Langkah-langkah Strategik
Strategi yang tepat digunakan pada usaha peternakan ayam broiler di Provinsi
Bengkulu adalah Strategi SO dan WT. Strategi SO (Strenght dan Oppurtunities) yang
memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang dimiliki oleh usaha. Dengan
menjaga kualitas produk dengan baik, agar pelanggan dan masyarakat tetap membeli
ayam. Membuat harga ayam broiler relatif murah, agar dapat dijangkau oleh
masyarakat. Memiliki lokasi tempat usaha yang strategis, agar masyakarat dapat lebih
mudah menemukan ayam broiler. Melakukan iklan secara giat, baik di pangsa pasar
maupun di berbagai platform media digital, agar masyarakat mengetahui produk yang
ada di usaha peternakan ayam.
Strategi WT (Weakness-Threaths) digunakan pada saat usaha harus mampu
mengatasi kelemahan (weakness) yang dimiliki agar dapat terhindar dari ancaman
(threaths) usaha yang dihadapi. Adapun strategi WT (Weakness-Threaths) yang
ditempuh peternakan ayam broiler di Provinsi Bengkulu ialah peningkatkan kualitas
produk usaha peternakan ayam dan Mempromosikan produk usaha peternakan ayam
agar mampu bersaing
28
4.3.4. Proyeksi Situasi Hasil Pengembangan Usaha Ayam Broiler
Proyeksi situasi hasil pengembangan usaha ayam broiler dapat membantu
Anda merencanakan dan mengukur perkembangan dan kinerja usaha Anda di masa
depan. Ini melibatkan estimasi atau proyeksi berbagai aspek usaha ayam broiler
dalam jangka waktu tertentu. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat
diproyeksikan:
1. Volume Produksi
Proyeksikan jumlah ayam broiler yang akan Anda hasilkan dalam jangka waktu
tertentu, biasanya dalam bentuk berat (misalnya, berapa kilogram daging yang akan
diproduksi per bulan atau per tahun).
2. Pendapatan
Hitung pendapatan yang diharapkan dari penjualan ayam broiler berdasarkan
proyeksi volume produksi dan harga jual yang diantisipasi.
3. Biaya Produksi
Proyeksikan biaya-biaya produksi, termasuk biaya pakan, vaksinasi, obat-obatan,
listrik, dan tenaga kerja. Ini akan membantu Anda menghitung margin keuntungan
yang diharapkan.
4. Margin Keuntungan
Proyeksikan margin keuntungan bersih dengan mengurangkan biaya produksi dari
pendapatan. Ini akan memberi Anda gambaran tentang profitabilitas usaha Anda.
5. Pertumbuhan Usaha
Mengembangkan usaha ayam broiler dengan menambah kapasitas produksi atau
ekspansi ke pasar baru, proyeksikan pertumbuhan ini dalam jangka waktu yang
diinginkan.
6. Pasar dan Penjualan
Proyeksikan penjualan ayam broiler Anda ke pasar lokal atau internasional. Anda
dapat memperkirakan pangsa pasar dan perubahan dalam permintaan konsumen.
7. Kesejahteraan Hewan
29
Proyeksikan upaya-upaya yang akan Anda lakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan hewan dalam usaha Anda, seperti peningkatan kondisi kandang atau
pakan yang lebih baik.
8. Keberlanjutan Lingkungan
Berfokus pada keberlanjutan lingkungan, proyeksikan perubahan yang akan Anda
buat untuk mengurangi dampak lingkungan usaha ayam broiler Anda.
9. Inovasi Teknologi
Proyeksikan penggunaan teknologi baru dalam usaha Anda, seperti otomatisasi
kandang atau pemantauan kesehatan ayam berbasis sensor.
10. Kemampuan Keuangan
Proyeksikan arus kas dan kemampuan keuangan usaha Anda dalam jangka
panjang. Ini dapat membantu Anda merencanakan investasi dan kebutuhan keuangan
lainnya.
11. Manajemen Risiko
Identifikasi risiko-risiko yang mungkin muncul dan proyeksikan upaya yang akan
Anda lakukan untuk mengelola risiko ini.
12. Peluang Ekspansi
Jika Anda memiliki rencana untuk ekspansi ke bisnis terkait, seperti pengolahan
produk olahan ayam broiler, proyeksikan perkembangan ini.
13. Evaluasi Kinerja
Proyeksikan metrik-metrik kinerja utama seperti tingkat konversi pakan,
mortalitas ayam, dan rasio efisiensi produksi.
Proyeksi situasi hasil pengembangan usaha ayam broiler adalah alat yang
berguna untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi di
masa depan. Ini juga membantu Anda membuat rencana tindakan yang sesuai untuk
mencapai tujuan bisnis Anda. Selalu perbarui proyeksi ini secara berkala sesuai
dengan perkembangan usaha Anda dan perubahan dalam kondisi pasar.
30
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
31
b. Faktor penghambat pengembangan sistem agribisnis ayam broiler terdiri
dari kesehatan dan penyakit pada ayam, ketahanan terhadap antibiotik,
ketidak stabilan harga bahan pakan, isu lingkungan, peraturan lingkungan
yang ketat, kualitas air dan pasokan energi, ketidakpastian iklim,
persaingan pasar eksport, kesadaran konsumen, dan kebijakan pemerintah
c. Peran kebijakan dalam pengembangan sistem agribisnis ayam broiler
terdiri dari regulasi kesehatan hewan, regulasi keamanan pangan,
kebijakan kesejahteraan hewan, dukungan finansial, kebijakan pangan dan
nutrisi, pengembangan pasar, dukungan teknologi dan riset, pengolahan
lingkungan, pelatihan dan pendidikan, regulasi import dan eksport dan
kebijakan perubahan iklim.
3. Prospek pengembangan sistem agribisnis ayam broiler di provinsi Bengkulu,
potensi dan sumberdaya pendukung pengembangannya terdiri dari
ketersediaan lahan, tenaga kerja, sumberdaya air, pakan dan bahan baku,
infrastruktur, teknologi dan inovasi,pendidikan dan pelatihan, pasokan energi,
dukungan keuangan, pasar dan konsumen, kebijakan pemerintaj,
penganalaman dan jejaring.
4. Rencana pengembangan ayam broiler di provinsi Bengkulu adalah analisis
situasi tujuan dan sasaran, pemilihan lokasi, desain dan konstruksi kandang,
pemilihan bibit dan genetika, manajemen nutrisi, manajemen kesehatan,
pengolahan lingkungan, pencatatan dan pemantauan, pasar dan pemasaran,
keuangan dan manajemen resiko, pelatihan dan pengembangan, keberlanjutan
inovasi, serta evaluasi dan penyesuaian.
5. Alternatif langkah-langkah strategik terdiri dari analisis SO dan WT.
6. Proyeksi situasi hasil pengembangan usaha ayam broiler teridir dari beberapa
aspek yaitu volume produksi, pendapatan, biaya produksi, margin keuangan,
pertumbuhan usaha, pasar dan penjualan, kesejahteraan hewan, kerberlanjutan
lingkungan, inovasi teknologi, kemampuan keuangan, manajemen resiko,
peluang ekspansi, dan evaluasi kinerja.
32
5.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Bano, M., & Herewila, K. (2020). Analisis Sistem Agribisnis Usahatani Sawi Putih
Di Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal
Excellentia, 9(01), 84-92.
Oktaviani, G., 2015. Lingkungan Pemasaran Mikro dan Makro. Artikel. http://
memahamiadministrasiperkantoran.blogspot.co.id201510lingkunganpemasaran
-mikro-makro.html.
Raharjo, D., 2010. Lingkungan Pemasaran Makro dan Mikro. Artikel. http://
dendyraharjo.blogspot.co.id201011lingkungan-pemasaran-makromikro.html
Setyawan, W. I., Dahlan, M., & Wahyuning, D. (2017). Analisa Usaha Peternakan
Ayam Broiler Pola Kemitraan Di Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Ternak, 8(2).
Tamalluddin Ferry, Panduan Lengkap Ayam Broiler, Jakarta: Penebar Swadaya, Cet.
2, 2016.
Yurike, Y. 2023. Forecasting Produksi dan Analisis Trend Harga Daging Ayam
Broiler di Provinsi Bengkulu. Bulletin of Tropical Animal Science, 4(1), 18-25.
34