Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH AGRIBISNIS

Oleh:

WIDIA HARYANSANTI
E2D022009

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I. PENDAHULUAN

Agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam


perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75%
angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa
usaha rumah tangga diperhitungkan maka sebesar 80% dari jumlah penduduk nasional
menggantung hidupnya pada sektor agribisnis. Peranan sektor agribisnis yang
demikian besar dalam perekonomian nasional memiliki implikasi penting dalam
pembangunan ekonomi nasional ke depan. Apabila perencanaan pembangunan
pertanian dan pelaksanaannya dikelola dengan baik, pembangunan pertanian yang
dilaksanakan dengan seksama dapat memperbaiki pendapatan penduduk secara
merata dan berkelanjutan. Pada akhirnya, hasil pembangunan tersebut dapat
memakmurkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan (Setiawan, 2017).

Kondisi tersebut memerlukan peran manajemen dalam bidang agribisnis


mutlak diterapkan guna mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara optimal dalam arti kegiatan agribisnis
tersebut dapat berjalan secara cukup efektif dan efisien (Firdaus, 2008).
Kegiatan yang dilaksanakan manusia bertujuan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu baik berdaya guna dan berhasil guna. Untuk mencapai tujuan tersebut,
kegiatan perlu dilakukan secara sistematis dan terencana. Disisi lain, adanya
keterbatasan kemampuan manusia dalam melakukan kegiatan dengan demikian
memerlukan orang lain untuk ikut bekerjasama sehingga membentuk sebuah
kelompok kerja. Kerjasama tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan maka disebut
dengan kegiatan manajemen agribisnis (Firdaus, 2008).
Manajemen agribisnis ialah rangkaian pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
yang diterapkan pada perusahaan agribisnis yang menghasilkan barang seperti ikan,
ternak, hasil tanaman maupun jasa seperti penyuluhan, keuangan, teknologi, dan
produksi (Musyadar, 2017).
Pentingnya manajemen dalam agribisnis ini terkait dengan kegiatan organisasi
atau perusahaan yang selalu melibatkan fungsi-fungsi manajemen dalam agribisnis
tersebut yang terdiri dari perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
pengarahan (Directing), pengkoordinasian (Coordinating), dan pengawasan atau
Controling (Firdaus, 2008).
BAB II. PERKEMBANGAN DAN PROSES

2.1 Pengertian Manajemen


Manajemen adalah sebuah proses , yang terdiri dari kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan
dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan bantuan manusia maupun sumber
daya yang lain (George, 1982).
Mary Parker Follet memberikan batasan manajemen sebagai seni untuk
melakukan pekerjaan melalui orang-orang. Definisi ini sesuai dengan kenyaataan
sehari-hari yang kita temukan, terkadang manajer tidak mengerjakan sendiri tugas-
tugas yang harus diselesaikan, melainkan dengan cara mengatur orang-orang lain
untuk melakukannya.
James A.F Stoner mengemukakan bahwa manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan anggota organisasian
dan proses penggunaan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen ialah suatu
ilmu dan seni. Sebagai ilmu berfungsi menerangkan gejala-gejala, kejadian, dan
keadaan yang ada. Sedangkan sebagai seni menjelaskan bagaimana melaksanakan
suatu hal untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien (Firdaus, 2008).
2.2 Fungsi-fungsi Manajemen
Perusahaan atau kegiatan dalam agribisnis melakukan bermacam-macam
kegiatan sebagai bagian dari proses operasional. Kegiatan tersebut terdiri dari
membeli bahan mentah/input, memproduksi/onfarm, memasarkan barang/jasa,
melakukan kegiatan personalia dan administrasi. Kegiatan tersebut dilakukan guna
mencapai tujuan yang ditetapkan agar memperoleh keuntungan, bertahan hidup
maupun tujuan sosial, kegitan tersebut memerlukan proses yang diatur dengan baik.
Proses tersebut dinamakan dengan fungsi manajemen, yang terdiri dari:(Firdaus,
2008)
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pengarahan (Directing)
4. Pengkoordinasian (Coordinating)
5. Pengawasan (Controling)
2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen Agribisnis
Proses dari fungsi-fungsi manajemen berjalan secara kronologis dimulai dari
perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Directing),
pengkoordinasian (Coordinating), dan pengawasan (Firdaus, 2008).
Perencanaan merupakan penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan, pengorganisasian merupakan penetapan susunan organisasi serta
tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi serta menetapkan
kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut, pengarahan
merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan,
saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas
masing-masing agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju
pada tujuan yang telah ditetapkan semula, pengkoordinasian merupakan daya upaya
untuk mensinkronkan dan menyatukan tindakan-tindakan sekelompok manusia dan
pengawasan merupakan mengadakan penilaian maupun koreksi sehingga apa yang
dilakukan bawahan dapat diarahkan guna tercapainya tujuan yang sudah tetapkan
diawal (Masyhuri, 2005).
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Fungsi Perencanaan (Planning Function)


Perencanaan merupakan hasil pemikiran yang mengarah kemasa yang akan
datang, berkaitan dengan serangkaian kegiatan berdasarkan pemahaman yang
mendalam terhadap semua faktor yang terlibat dan diarahkan kepada sasaran khusus.
Sehingga perencanaan merupakan penentuan serangkaian kegiatan yang didasarkan
pada pemilihan dari berbagai alternatif data atau informasi yang ada, berupa
keputusan yang akan dikerjakan untuk masa yang akan datang dalam usaha mencapai
tujuan (Firdaus, 2008) .
Fungsi perencanaan (planning function) yang baik dapat memuat enam unsur
yaitu the way, the why, the where, the when, the who, dan the how. Jadi suatu
perencanaan yang baik harus memberikan jawaban enam pertanyaan berikut:
Tindakan apa yang harus dikerjakan ? Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan
? Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ? Kapankah tindakan itu dilaksanakan ?
Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu, dan bagaimanakah caranya
melaksanakan tindakan itu ? (Masyhuri, 2005).
Jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas, suatu rencana sistem agribisnis,
harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Penjelasan dari rincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya seperti dalam
penciptaan suatu produk agribisnis melalui faktor-faktor produksi dan proses
produksi/operasi serta pendistribusian produk melalui proses pemasaran
agribisnis agar apa yang menjadi tujuan dapat dicapai.
2. Penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan agribisnis harus dikerjakan dan mengapa
tujuan yang ditentukan itu harus dicapai, seperti penjualan untuk pencapaian
profit serta pemasaran untuk pencapaian customer satisfaction.
3. Penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan agribisnis yang harus dikerjakan,
sehingga tersedia segala fasilitasfasilitas yang dibutuhkan untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut, seperti lokasi kegiatan agribisnis letaknya strategis misalnya
mudah memperoleh bahan baku dan dekat dengan konsumen.
4. Penjelasan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya pekerjaan,
baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan maupun untuk seluruh pekerjaan. Disini
harus ditetapkan standar waktu untuk mengerjakan, baik bagianbagian pekerjaan
maupun untuk seluruh pekerjaan yang dilakukan dalam agribisnis, seperti kapan
order mulai dikerjakan ? Dan kapan selesainya ?
5. Penjelasan tentang para sumberdaya manusia (petugas) dalam agribisnis atau
yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, baik mengenai kuantitas dan kualitas
maupun kontinuitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi pegawai, seperti keahlian,
pengalaman, dan sebagainya. apakah yang mengerjakan/ melaksanakan tugas itu
karyawan atau manajer ?
6. Penjelasan tentang teknik mengerjakan pekerjaan dalam agribisnis dapat
dilakukan dengan penerapan kerja secara manual atau teknologi. Penanganan
pada sistem teknologi agribisnis bertujuan menghasilkan produk berdasarkan
kualitas, kuantititas, kecepatan menghasilkan suatu produk, dan sebagainya.
3.2 Fungsi Pengorganisasian (Organizing Function)
Pengorganisasian meliputi usaha-usaha untuk menetapkan struktur,
menentukan pekerjaan yang harus dilaksanakan, memilih, menekankan dan melatih
karyawan, merumuskan garis kegiatan, serta membentuk sejumlah hubungan di dalam
organisasi dan kemudian menunjuk stafnya, dalam hal ini manajer sebagai pengambil
keputusan dan menetapkan kebijakannya. Semua bisnis tentunya memiliki struktur
organisasi begitu juga usaha bidang agribisnis. Dengan adanya pengorganisasian
maka suatu badan usaha mampu berjalan dengan baik dan mampu memaksimalisasi
pencapaian tujuan karena staf dalam organisasi tersebut sesuai dengan bidang
keahlian masing-masing (Firdaus, 2008).
Sebagai bagian dari fungsi pengorganisasian, manajer agribisnis harus dapat
memilih, menentukan, dan menempatkan pembagian kerja, bahkan melatihnya serta
memberikan wewenang dan delegasi wewenang berdasarkan seluruh tujuan
organisasi. Menurut Hasibuan (2000), wewenang merupakan alat atau dasar hukum
untuk bertindak, sedangkan delegasi wewenang merupakan kunci dinamika
organisasi.
3.3 Fungsi Pengarahan (Directing Function)
Pengarahan merupakan aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan
yang mengikat bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan pikiran dan
tenaganya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
berarti pengarahan ini merupakan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan
efisien (Firdaus, 2008).
Usaha agribisnis baik usahatani maupun proses pabrikasi atau agroindustri
masing-masing terdapat pimpinan atau manajer yang memberikan arahan terhadap
karyawan atau pekerja terhadap pekerjaannya demi kelancaran penyelesaian tugas-
tugasnya. Selanjutnya, menurut Downey dan Erickson (1992:35), pengarahan dapat
ditujukan untuk menentukan kewajiban dan tanggung jawab, menetapkan hasil yang
harus dicapai, mendelegasikan wewenang yang diperlukan, dan menciptakan
keinginan untuk berhasil.
3.4 Fungsi Pengkoordinasian (Coordinating Function)
Pengkoordinasian merupakan daya upaya untuk menyingkronkan dan
menyatukan tindakan-tindakan sekelompok manusia. Jika manajer menemukan
kesulitan yang berkelanjutan dalam kooerdinasi, maka ia harus mencurigai kelemahan
program perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Agar koordinasi
berlangsung dengan baik, maka semua unsur karyawan agar memahami program,
rencana, kebijakan, prosedur, dan praktek yang harus dilakukan, terciptanya arus
informasi, agar tercapainya keberhasilan dan terbinanya hubungan antar karyawan
dan sikap yang mengarah kepada masa depan (Firdaus, 2008).
3.5 Fungsi Pengawasan (Controling Function)
Pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam suatu organisasi, yang mana
kegiatan ini berfungsi sebagai alat ukur seberapa jauh hasil yang telah didapatkan.
Fungsi ini perlu dilakukan setiap tahap dari fungsi manajemen agar muda diadakan
perbaikan apabila terjadi penyimpangan. Untuk melakukan kegiatan tersebut manajer
perlu mempelajari rencana-rencana yang lampau dan kelemahan-kelemahannya,
berkaitan dengan apa yang telah terhadi dan mencari sebabnya (Firdaus, 2008).
Sistem pengawasan dalam perusahaan agribisnis dapat dikatakan efektif dan
efisien jika saat terjadi kesalahan segera dilaporkan kegiatan tersebut di mana
kesalahan itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan itu.
Ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan, yakni waktu pengawasan,
objek pengawasan, subjek pengawasan, dan cara mengumpulkan fakta-fakta guna
pengawasan (Masyhuri, 2005).
1. Waktu pengawasan, dapat dilakukan dengan :
a. Pengawasan preventif yaitu pengawasan dilakukan sebelum terjadinya
penyelewengan, kesalahan atau deviation. Tindakan pencegahan tersebut agar
jangan terjadi kesalahan di kemudian hari.
b. Pengawasan repressif yaitu pengawasan setelah rencana sudah dijalankan, dengan
kata lain diukur hasil-hasil yang dicapai dengan alat pengukur standar yang
telah ditentukan terlebih dahulu.
2. Objek pengawasan
Objek pengawasan agribisnis dapat dilakukan mulai dari hulu/input sampai ke
hilir/output seperti pengadaan/ distribusi bahan baku, proses produksi (usahatani),
proses pengolahan hasil pertanian, pemasaran /distribusi, dan keuangan atau
budgeting.
3. Subjek pengawasan
Subjek pengawaan berkaitan dengan siapa yang mengadakan pengawasan, baik
di dalam (intern) perusahaan, seperti proses produksi dan keuangan, maupun di luar
(ekstern) perusahaan seperti distribusi pemasaran; dan (4) cara mengumpulkan
fakta-fakta guna pengawasan dapat dilakukan dengan personal observation, laporan
lisan (oral report), laporan tertulis (written report), dan control by exception .
BAB IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen


agribisnis terdiri dari perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
pengarahan (Directing), pengkoordinasian (Coordinating), dan pengawasan
(Controling).

Setiawan, J. 2017. Peran dan Perkembangan Agribisnis di papua Barat.


https://pamartanusantara.co.id/peran-dan-perkembangan-agribisnis-di-papua-
barat/

Anda mungkin juga menyukai