Anda di halaman 1dari 36

BAB 2

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

D. Konsep Dasar

1. Defenisi Manajemen

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan

secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain.

Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya

orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan

dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman,

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1998).Menurut

Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui

perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam

mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri

utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif

dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional

dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya,2004).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional

yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para staf untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen

asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang

optimal, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan

digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan.Seluruh

Universitas Sumatera Utara


aktifitas manajemen baik kognitif, efektif dan psikomotor berada dalam satu atau

lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan.

Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah

perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya

untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-

fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus

diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan. Sedangkan dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen

utama berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), staffing (kepegawaian), directing (pengarahan) dan

controlling (pengendalian/ evaluasi).

2.1 Planning (Perencanaan)

Swansburg (1999) mengatakan bahwa perencanaan adalah satu

proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana

tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses

dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang

sebelumnya & memodifikasi rencana yang diperlukan. Perencanaan formal

menekankan pada apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara

mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen bersama ( Robbin, 1997).

Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena


perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara

efektif dan efisien. Di dalam perencanaan ditentukan seberapa luas yang

akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya

(Swanburg, 2000).

Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin

bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka

butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar

mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan. Keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di

masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

(Siagian, 1999). Adapun tujuan perencanaan adalah: (1) sebagai upaya

koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan

kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik

secara mandiri maupun tim, (2) mengurangi dampak perubahan, (3)

memininimalkan hasil yang sia-sia, tidak efektif dan tidak efisien serta

menghindari pengulangan kegagalan, (4) menetapkan standar

pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi

dan tindakan korektif yang diperlukan, (5) menimbulkan keberhasilan

dalam mencapai sasaran dan tujuan, (6) efektif dalam hal biaya.

2.2 Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan atau

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas

pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada


staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan defenisi

tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan

(sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan

personil, finansial, material, dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah disepakati bersama (Swansburg, 2000).

Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi (man, money, material, method, machine) akan

diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004). Melalui

pengorganisasian dapat diketahui: (1) pembagian tugas untuk perorangan

atau kelompok, (2) hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi

anggota atau staf sebuah organisasi, (3) pendelegasian wewenang, dan (4)

pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.

2.3 Actuating(Pengarahan)

Douglas dalam Swanburg (2000) mendefinisikan pengarahan

sebagai pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan

pekerja mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta

pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien

untuk mencapai obyektif organisasi. Pengarahan merupakan hubungan

antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan

terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian kerja

yang efektif untuk tujuan yang nyata. Ada beberapa tujuan dari fungsi

pengarahan antara lain menciptakan kerjasama yang efisien,


mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf, menimbulkan rasa

memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja

yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja serta membuat

organisasi berkembang dan dinamis.

Ada 12 aktivitas teknis atau obyektif yang berhubungan dengan

fungsi pengarahan pada manajemen tingkat pertama atau rendah (Douglas

dalam Swanburg, 2000). Aktivitas-aktivitas ini adalah bagian dari fungsi

pengarahan manajer perawat yang mencakup: (1) merumuskan tujuan

perawatan yang realistis untuk klinik kesehatan pasien dan personal

perawatan, (2) memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau

klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan, (3) melaksanakan

koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang diberikan oleh bagian penunjang,

(4) mengidentifiaksi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang

dilakukan oleh staf perawatan, (5) memberikan perawatan yang aman dan

berkesinambungan, (6) mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas

yang bervariasi dan pengembangan staf perawatan, (7) memberikan

kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal pengajaran,

konsultasi dan evaluasi, (8) mempercayai anggota untuk mengikuti

perjanjian yang telah mereka sepakati, (9) menginterpretasikan protokol

untuk berespon terhadap hal-hal insidental, (10) menjelaskan prosedur yang

harus diikuti dalam keadaan darurat, (11) memberikan laporan ringkas dan

jelas, (12) menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji

kualitas pelayanan yang diberikan dan mengevaluasi penampilan kerja

individu dan kelompok kerja staf perawatan.


2.4 Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan

fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang

erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan

terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang

ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip

yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan

kesalahan agar dapat disepakati (Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk

menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang

sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standar yang telah ditetapkansebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara

paling efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Manfaat fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan

tepat, maka akan dapat diketahui : (1) apakah suatu kegiatan atau program

telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja, (2) adanya

penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan

tugas-tugasnya, (3) apakah waktu dan sumber daya lainnya telah

mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar, (4) staf yang

perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.


3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan

RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua

anggota tim kesehatan.Komponen pengkajian keperawatan meliputi:

1) Pengumpulan data, kriteria: (a) menggunakan format yang baku, (b) sistematis,

(c) diisi sesuai item yang tersedia, (d) aktual, (e) valid

2) Pengelompokan data, kriteria: (a) data biologis, (b) data psikologis, (c) data

sosial, (d) data spiritual

3) Perumusan Masalah, kriteria: (a) kesenjangan antara status kesehatan dengan

norma dan pola fungsi kehidupan, (b) perumusan masalah ditunjang oleh data

yang telah dikumpulkan.

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan

pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.

Kriteria : (1) diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan

dan pemenuhan kebutuhan pasien, (2) dibuat sesuai dengan wewenang perawat,

(3) komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri

dari masalah dan penyebab (PE), (4) bersifat aktual apabila masalah kesehatan
pasien sudah nyata terjadi, (5) bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien

kemungkinan besar akan terjadi, (6) dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

1) Prioritas masalah, kriteria: (a) masalah yang mengancam kehidupan merupakan

prioritas utama, (b) masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua, (c) masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: (a) spesifik, (b) bisa diukur, (c) bisa

dicapai, (d) realistik, (e) ada batas waktu.

3) Rencana tindakan, kriteria: (a) disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan

keperawatan, (b) melibatkan pasien/keluarga, (c) mempertimbangkan latar

belakang bidaya pasien/ keluarga, (d) menentukan alternatif tindakan yang

tepat, (e) mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, (f) menjamin rasa aman dan

nyaman bagi pasien, (g) kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya

yang mudah dimengerti.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang

mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan

kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : (1)

dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, (2) menyangkut keadaan bio-


psiko-sosio spiritual pasien, (3) menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang

akan dilakukan kepada pasien/keluarga, (4) sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, (5) menggunakan sumber daya yang ada, (6) menerapkan prinsip

aseptik dan antiseptik, (7) menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi

dan mengutamakan keselamatan pasien, (8) melaksanakan perbaikan tindakan

berdasarkan respon pasien, (9) merujuk dengan segera bila ada masalah yang

mengancam keselamatan pasien, (10) mencatat semua tindakan yang telah

dilaksanakan, (11) merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan,

(12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang

telah ditentukan.

e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana

untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: (1) setiap tindakan keperawatan

dilakukan evaluasi, (2) evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada

rumusan tujuan, (3) hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, (4)

evaluasi melibatkan pasien,keluarga dan tim kesehatan, (5) evaluasi dilakukan

sesuai dengan standar.

f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: (1)

dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, (2) dapat digunakan

sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, (3) dilakukan segera setelah

tindakan dilaksanakan, (4) menulisannya harus jelas dan ringkas serta

menggunakan istilah yang baku, (5) sesuai dengan pelaksanaan proses

keperawatan, (6) setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama


perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, (7) menggunakan formulir

yang baku, (8) disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang

yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan,

keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip dari

Priharjo R, 1995).

4.1 Metode Kasus

Disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan

metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab

untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam

setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap

pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga

perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

4.2 Metode Fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang

administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan.

Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih

ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini

dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur

komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta
mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah

munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari

berbagai kategori tenaga keperawatan.

Kepala

Perawa t: Perawat: Merawa Peraw at: Injeksi Perawat:

Pasie

Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional

4.3 Metode Tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an

yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada

tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional

yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim

keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat

praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12

jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat

anggota dimotivasi untuk belajar (Nursalam, 2002).

Hal pokok yang harus diketahui adalah konferensi tim yang dipimpin

ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang


berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari

memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya

kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim

nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi

kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan

kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan

memenuhi standar asuhan keperawatan (Gillies, 1998).

Kepala

Ket Ket Ket

Staf Staf Staf

Pasie Pasie Pasie

Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim

4.4 Metode Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab

selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang

memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.

Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan

manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat

prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan,

mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan


keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan,

perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan

tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk

pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan

perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan

pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

D Kepala Sar

Perawa t primer

PP P PP

Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”

4.5 Sistem Manajemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para

manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus

pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam

beberapa cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3) Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan

membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan

pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek

keperawatan dengan budget yang tinggi.

Kepala

Staf Staf Staf

Pasi Pasi Pasi

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan manajemen kasus

4.6 Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

MPKP yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional)

yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan

keperawatan (Hoffart dan Woods, 1996). Lima Komponen dalam Model

Praktek Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan Woods (1996): (a)

nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan

profesional (MPKP), (b) hubungan antar profesional, (c) metode pemberian

asuhan keperawatan, (d) pendekatan manejemen dalam perubahan

pengambilan keputusan, (e) sistem kompetensi dan penghargaan.


B. Analisis Ruang Rawat

Dalam bagian ini akan dibahas aspek manajemen keperawatan di lahan

praktik khususnya manajemen pelayanan keperawatan ruangan di Ruang III/

Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan yaitu pengkajian fungsi manajemen yang

meliputi elemen man, method, money, dan material.Pengkajian dilakukan pada

tanggal 11 Mei - 15 Juni 2012 melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala

ruangan, observasi dilakukan mahasiswa pada shift pagi, meliputi observasi

situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyebaran kuesioner

kepada beberapa pasien pada tanggal 14 Juni 2012 tentang kepuasan pasien

terhadap pelayanan keperawatan dan penyebaran kuesioner kepada seluruh

perawat tentang kepemimpinan dan kepuasan perawat dalam melakukan

pelayanan kesehatan pada tanggal 15 Juni 2012.

1. Pengkajian

a. Man

Di Ruang III/ Melati I terdapat 20 orang perawat yang terdiri dari terdiri

dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 1 orang wakil

kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 3 orang ketua tim dengan

pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 2 orang dan S1 sebanyak 1 orang (yang

merangkap sebagai wakil kepala ruangan), 1 orang sebagai kepala ruangan,

perawat pelaksana yang terdiri dari 4 orang berpendidikan D3 Kebidanan, 8

orang berpendidikan D3 Keperawatan, dan 3 orang tenaga non keperawatan

dengan rincian yaitu 1 orang bagian keuangan, 1 orang bagian PRT, dan 1

orang bagian gizi.Proses perekrutan tenaga perawat dilakukan melalui seleksi


ujian penerimaan PNS oleh Pemko Medan. Pegawai yang diterima,

diorientasikan selama 2 bulan yang kinerjanya dinilai oleh kepala ruangan

disampaikan kepada Kepala kelompok kerja (Kapokja) Instalasi diteruskan ke

KepalaBidang (Kabid) Keperawatan, setelah ditempatkan di ruangan, pegawai

baru diorientasikan selama 3 bulan di bagian tersebut. Perekrutan tenaga honor

dilakukan langsung oleh Direktur Rumah Sakit yang kemudian ditempatkan

diruangan tertentu dan diorientasikan terlebih dahulu selama 3 bulan.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat

untuk meningkatkan pendidikannya, dengan persyaratan yaitu mengambil

pendidikan yang berhubungan dengan pelayanan rumah sakit dan

meningkatkan pelayanan rumah sakit namun tidak meninggalkan pelayanan di

rumah sakit. Kesempatan ini berupa kelonggaran jadwal dinas yang

disesuaikan kepalaruangan dengan jadwal kuliah tenaga perawat yang

meningkatkan jenjang pendidikannya.Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan di Ruang III/ Melati I terdapat mahasiswa praktik belajar dari

berbagai institusi baik yang ada di daerah Medan maupun di luar Medan.

Kepala ruangan juga selalu melakukan pertemuan dengan staf perawat

setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan dari pasien ke pasien,

membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan

terhadap pasien. Perawat akan mendampingi pasien pada saat visitedokter.

Jumlah pasien saat pengkajian yaitu pada tanggal 11 Juni2012 sebanyak

22 orang dengan tingkat ketergantungan perawatan minimal 16 orang ,

perawatan parsial 5 dan 1 orang dengan perawatan total.Berdasarkan data


tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja di Ruang III/Melati I

berdasarkan Douglas adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III/Melati I

Tingkat Pagi Sore Malam


ketergantungan pasien
Minimal Care 16 x 0.17 16 x 0.14 16 x 0.10
Partial Care = 2.72 = 2.24 = 1.6
Total Care 5 x 0.27 = 5 x 0.15 = 5 x 0.07 =
1.35 0.75 0.35
1 x 0.36 = 1 x 0.30 = 1 x 0.20 =
0.36 0.30 0.20
Jumlah 4.43 (5 3.29 (3 2.15 (2
orang) orang) orang)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah tenaga perawat/ bidan

yang dibutuhkan untuk dinas pagi, sore dan malam adalah 4.43 + 3.29 + 2.15

= 9.87 (10 orang). Faktor libur dan cuti = 25% x 10 orang = 2.5 (3 orang).

Maka jumlah perawat untuk satu ruangan akan didapat dari perhitungan dinas

pagi + dinas sore + dinas malam + faktor libur/ cuti + 1 kepala ruangan = 10

orang + 3 orang + 1 orang kepala ruangan = 14 orang.Berdasarkan

perhitungan di atas dapat di simpulkan menurut rumus Douglass, perawat/

bidan yang dibutuhkan dengan jumlah pasien seperti diatas (22 orang) adalah

sebanyak 14 orang, dalam hal ini tenaga perawat/ bidan berlebih 6 orang.

Hasil penyebaran kuesioner mengenai kepuasan pasien, kepuasan

perawat dan gaya kepemimpinan, diperoleh data mengenai kepuasan pasien

yakni 33,33% menyatakan puas terhadap pelayanan perawat, 66,67%

menyatakan kurang puas dengan pelayanan, prosedur tindakan, dan

komunikasi perawat di Ruang III / Melati I dalam hal memperkenalkan diri

kepada pasien dan penjelasan prosedur sebelum dilakukan tindakan

keperawatan. Sedangkan untuk kuesioner kepuasan perawat diperoleh data


sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya

kepemimpinan kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di

Ruang III / Melati I. Dari hasil kuesioner mengenai gaya kepemimpinan

kepala ruangan di ruangan, didapatkan kesimpulan bahwa Kepala ruangan

menggunakan gaya kepemimpinan demokratis (91,67%).

b. Method

RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit Umum Daerah

Tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat dan merupakan rumah sakit

rujukan terbesar kedua di Sumatera Utara juga sebagai rumah sakit pendidikan.

Adapun visi dan misi RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah:

1. Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan

“Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota

Medan Mantap tahun 2010 ( Mandiri, Tanggap dan Profesional)”.

Mandiri: Dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat

Tanggap: Terhadap tuntutan Masyarakat , perubahan pola penyakit dan

kemajuan (IPTEK, di bidang tertentu).

Profesional: Dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika

2. Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Meningkatkan Upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan

masyarakat secara merata dan terjangkau sesuai dengan tugas pokok,

fungsi, serta peraturan yang berlaku

b) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat yang bersifat

spesialistik dan subspesialistik yang bermutu


c) Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis

agar timbul kepercayaan dan harapan serta aman dan kenyamanan

bagi penderita

d) Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan,

penelitian, dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan.

3. Falsafah RSUD Dr.Pirngadi Medan

”Badan pelayanan kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan

menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna yang bermutu, terpadu dan

berkesinambungan dengan mengindahkan kebutuhan bio-sosial, spritual dan

hak penderita dengan dilandasi oleh nilai, norma, dan moral Pancasila dan

Undang-Undang dasar 1945”

4. Motto RSUDDr. Pirngadi Medan

”Aegroti Salus Lex Suprema” (Kepentingan Penderita adalah yang Utama)

5. Fungsi RSUDDr. Pirngadi Medan

a) Menyelenggarakan Pelayanan Medis

b) Menyelenggarakan Pelayanan Non Medis

c) Menyelenggarakan Pelayanann Asuhan Keperawatan

d) Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan

e) Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan

f) Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan


6. Tujuan RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Tujuan Umum:

1) Terwujudnya peningkatan penyelenggaraan upaya kesehatan

paripurna kepada semua golongan masyarakat, terjangkau sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan yang berlaku

2) Terciptanya peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

bersifat spesialistik dan subspesialistik, bermutu, profesional dan

etis.

b) Tujuan Khusus:

Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan,

pengembangan IPTEK di bidang Kesehatan.

7. Norma RSUD Dr. Pirngadi Medan

Sebagai Pedoman dan batasan berperilaku dan bertindak dalam

bertugas dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kami

seluruh staf dan karyawan RSUD Dr. Pirngadi Medan akan melaksanakannya

sesuai dengan norma: Iman dan taqwa, kemanusiaan dan kepedulian, ramah

dan berbudi luhur, disiplin dan bertanggung jawab, bersih dan sehat, setia dan

taat, terampil dan berprestasi, kebersamaan dan persaudaraan.

Ruang III/Melati I memiliki visi dan misi yang mengacu pada visi misi

Rumah Sakit Dr. Pirngadi tetapi belum memiliki visi misi ruangan tersendiri.

Ruang III/Melati I belum memilikiStandar Asuhan Keperawatan (SAK) yang

menjadi dasar pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam

melakukan tindakan keperawatan. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan


keperawatan di Ruang III belum optimal berdasarkan Standar Asuhan

Keperawatan (SAK).

Ruang III/Melati I memiliki metode penugasan dalam bentuk metode

tim terdiri dari kepala tim I, II, III dan perawat pelaksana. Kepala tim I

bertanggungjawab terhadap pasien gastroenteritis, hematologi, dan neurologi;

kepala tim IIbertanggungjawab terhadap pasien pulmo (paru), kardiologi

(jantung, dan gizi buruk; dan kepala tim III bertanggungjawab terhadap pasien

infeksi, DHF, dan nefrotik syndrome. Jika kepala ruangan berhalangan hadir

maka kepala ruangan mendelegasikan tugasnya kepada wakil kepala ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan Wakil kepala

ruangan bahwa seluruh perawat pelaksana termasuk kepala ruangan dan wakil

kepala ruangan belum pernah mengikuti pelatihan / workshoptentang

keperawatan anak guna mendukung pemberian pelayanan keperawatan kepada

pasien anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan, jam dinas

pegawai di Ruang III/Melati I disusun oleh kepala ruangan. Jumlah jam kerja

perawat pelaksana sekitar 56 jam perminggu (shift pagi 2 hari, shift sore 2 hari,

shift malam 2 hari, libur 1hari). Pembagian jadwal dinas dilakukan secara adil

oleh Kepala ruangan. Jumlah pegawai yang dinas pagi 11 orang, 3 orang dinas

sore, 3 orang dinas malam. Gaya kepemimpinan kepala Ruang III/Melati I

bersifat demokratis dan telah dijalankan dengan baik. Kebijakan maupun hasil

rapat yang harus disosialisasikan kepada perawat pelaksana akan

disosialisasikan oleh kepala ruangan secara lisan kepada perawat pada saat

operan.
Supervisi dilakukan oleh bidang keperawatan, kepala instalasi dan

kepala ruangan. Supervisi yang dilakukan oleh bidang keperawatan tidak

ditentukan waktunya secara teratur, meliputi kepuasan pasien terhadap

pelayanan ruangan seperti penyebaran angket pada pasien, pemeriksaan

dokumentasi asuhan keperawatan, pemantauan peralatan yang ada. Kepala

ruangan3/Melati I menerapkan sistem operan dengan pegawainya setiap

pergantian shift. Operan pagi yang dilakukan kepala ruangan biasanya dengan

mengumpulkan pegawai setiap paginya untuk membaca buku rawatan lalu

melakukan operan dari pasien ke pasien. Operan shift sore dan malam

biasanya pegawai yang akan bertugas terlebih dahulu membaca buku rawatan

kemudian operan dari pasien ke pasien

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana

diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga belum

dilakukan secara terstruktur oleh perawat ruangan. Selama ini perawat hanya

memberikan pendidikan kesehatan secara lisan dan langsung tanpa terlebih

dahulu ada preplanning dan catatan dokumentasi pada akhir pendidikan

kesehatan.

Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit dan hak/kewajiban

pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan keluarga pasien bahwa

perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit

secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan kunjungan keluarga yang

tidak sesuai dengan jam besuk.


Kepala Ruangan (Ns. Nelly Bangun,

Keuangan PRT : Nita


Wakil Kepala Ruangan Ahli Gizi : Mariani
: Mannaria,

KaTim I Tiurlan KaTim II Magdalen a KaTim III Ns. Tetty


Munthe Berutu, S.Kep

Anggota: Anggota: Anggota:


1. Dewani, S.Kep 1. Sartika 1. Hermina
2. Eliza, AmK 2. Rumintan, AmK 2. Sri Amah, AmK
3. Supinda, AmK 3. Rukiah, AmK 3. B.Idalimi Purba, AmK
4. Ratna Dewi, AmKeb 4. Desy A. Purba, AmKeb
5. Indah Lestari, AmKeb 5. Sondang Sinambela
6. Dewi Maya, AmKeb 6. Listeria, S.Kep
7. Rukiah Zendrato, AmK

Skema 5. Struktur organisasi Ruang III/Melati I

c. Money

Ruang III/Melati I memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh

Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

Ruang III/Melati I hanya memiliki pendanaan dari institusi untuk renovasi

ruangan, Perbaikan dan kelengkapan alat dengan cara membuat surat permintaan

kepada institusi melalui kapokja sarana. Tenaga perawat memperoleh insentif atau

jasa medik sesuai dengan golongan/jabatan masing-masing.


d. Machine/Material

Pengelolaan logistik di ruangan dikelola secara sentralisasi, yaitu kepala

ruangan membuat daftar obat yang ingin diajukan kepada sarana medis (di bawah

wakil direktur). Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan ini

dilakukan secara periodik misalnya pertahun sekali. Untuk pengajuan logistik

bahan habis pakai seperti plester, alkohol, bethadine dan sebagainya dilakukan

dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang

tersebut diperlukan. Pengelolaan machine dan material di Ruang III/Melati I

sebagai berikut :

1) Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal

disediakan oleh rumah sakit. Penggantian alat-alat tenun dilakukan

setiap hari pada shift pagi/ dikondisikan. Pencucian alat tenun dilakukan

secara sentralisasi di ruang loundry, ruangan hanya mengantar alat

tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik, yaitu

disimpan dalam lemari.

2) Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-

lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai

digunakan.

3) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan

dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam

dan lainnya disimpan di gudang.

4) Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku

ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat


dan operan oksigen, jadwal dinas dan status pasien telah dikelola

dengan baik.

5) Ruangan belum memiliki wastafel bagi perawat untuk mencuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan guna mencegah

infeksi nosokomial.

6) Suasana Ruang III juga belum ditata dengan baik sesuai dengan

ruangan bernuansa anak sehingga menimbulkan suasana yang tidak

nyaman bagi pasien anak

7) Ruangan juga belum memiliki fasilitas ruangan khusus untuk terapi

bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan

menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi.

8) Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang

menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung

dalam satu ruangan.


2. Analisa SWOT

a. Man

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman)


a. Perawat diberi izin oleh pihak RS a. Perawat belum melakukan a. Adanya mahasiswa a. Anggapan masyarakat
untuk belajar dan melanjutkan penyuluhan dan memberikan Fakultas Kedokteran, bahwa rumah sakit
pendidikan lebih tinggi pendidikan kesehatan secara Fakultas Keperawatan, Dr.Pirngadi Medan
b. Rekrutmen perawat melalui ujian optimal Stikes, Akbid dan Akper merupakan rumah
penerimaan PNS dan dari b. Perawat tidak pernah mendapat yang praktek di ruangan. sakit pendidikan, yang
kebijakan pihak rumah sakit serta pelatihan/seminar tentang b. Rekruitmen pegawai menjadikan pasien
seleksi dari Pemko dan tenaga keeperawatan anak guna melalui ujian pegawai sebagai lahan praktik.
honorer. meningkatkan pengetahuan negeri sesuai dengan b. Adanya asumsi
c. Orientasi pegawai baru dilakukan terbaru tentang perawatan anak. usulan rumah sakit dan masyarakat bahwa
satu bulan pada dinas pagi agar c. Berdasarkan kuesioner kepuasan perekrutan tenaga honorer rumah sakit swasta
dapat dinilai langsung oleh perawat diperoleh data sebanyak dan magang melalui jauh lebih baik bila
kepalaruangan 15% perawat puas dan 85% direktur rumah sakit yang dibandingkan dengan
d. Kepalaruangan melakukan operan perawat merasa tidak puas akan disesuaikan dengan tingkat rumah sakit
dari pasien ke pasien dengan gaya kepemimpinan Kepala kebutuhan masing-masing pemerintah
perawat pada saat shift pagi ruangan, gaji dan hubungan antar ruangan
e. Pegawai mendampingi pasien teman sejawat di Ruang III /
pada saat visite dokter Melati I.
f. Berdasarkan hasil perhitungan
ketenagaan menurut Douglas
diperoleh bahwa jumlah
perawat/bidan di ruangan berlebih
sebanyak 6 orang.

Universitas Sumatera Utara


b. Method

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity Threatened


(Kesempatan) (ancaman)
a. Ruangan memiliki a. Belum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan Adanya kesempatan Adanya tuntutan
struktur organisasi yang kepada pasien/keluarga secara rutin dan terstruktur untuk mendapatkan akan pelayanan
jelas b. Belum ada jobdesc secara tertulis pendelegasian tugas keperawatan
b. Ruanganmemiliki alur c. Ruangan belum memiliki visi misi tersendiri, masih yang lebih baik
pendelegasian tugas mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr.Pirngadi. dan profesional.
dengan metode tim. d. Ruangan belum memiliki SAK (Standar Asuhan
c. Jadwal dinas pegawai Keperawatan) yang baku yang dapat dijadikan
disusun langsung oleh pedoman untuk menerapkan implementasi
kepala ruangan keperawatan anak.
d. Ruangan memiliki batasan e. Ruangan belum memiliki SOP (Standar Operasional
jam kerja dalam setiap Prosedur) yang dapat dijadikan panduan dalam
shift dan ada penanggung melakukan tindakan keperawatan.
jawab dalam setiap shift. f. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit belum
e. Kepala ruangan dilaksanakan secara optimal.Berdasarkan hasil
melakukan supervisi wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat
terhadap pegawai dan tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan
pasien setiap hari Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak
f. Adanya kolaborasi dan padat dengan kunjungan keluarga yang tidak sesuai
koordinasi yang baik dengan jam besuk.
dengan tim kesehatan lain.
c. Money

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened


(Ancaman)
a. Ruang III/Melati I memiliki sistem - Adanya bantuan/jaminan -
budgeting yang diatur langsung oleh pembayaran bagi masyarakat
rumah sakit baik untuk pelayanan miskin melalui JAMKESMAS
maupun untuk penggajian pegawai (jaminan kesehatan msyarakat),
ruangan. bantuan dari PEMPROVSU dan
b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang ASKES sosial.
dikeluarkan oleh pihak rumah sakit
setiap bulan dan diberikan kepada
perawat
d. Material/ Machine

Strenght Weakness Opportunity Threatened


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
a. Kepala ruangan mengadakan a. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, 1. Adanya kebutuhan Adanya persaingan
supervisi terhadap keadaan gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan dana/ anggaran dari mutu pelayanan antar
logistik di ruanganRuang tidak disterilkan setiap akan digunakan dan pemerintah rumah sakit terkait
III/Melati I. selesai digunakan. bekerjasama dengan dengan kelengkapan
b. Ruangan sudah memiliki b. Ruangan belum memiliki wastafel bagi perusahaan dari luar logistik
pembuangan sampah medis perawat untuk mencuci tangan sebelum dan yang memasok dan
dan non medis. sesudah melakukan tindakan keperawatan mensubsidi peralatan
c. Ruangan memiliki sarana guna mencegah infeksi nosokomial. di rumah sakit.
komunikasi tidak langsung c. Suasana Ruang III juga belum ditata dengan 2. Rumah sakit RSU
seperti papan pengumuman baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak Dr.Pirngadi Medan
yang dapat dimanfaatkan. sehingga menimbulkan suasana yang tidak memiliki fasilitas
nyaman bagi pasien anak pemeriksaan yang
d. Ruangan juga belum memiliki fasilitas lengkap dan canggih
ruangan khusus untuk terapi bermain anak
yang dapat mendukung proses
penyembuhan anak dan menghindari stres
psikologis yang dialami anak karena
hospitalisasi.
e. Ruangan belum memiliki tempat untuk
pemisahan pasien anak yang menderita
penyakit infeksi atau non infeksi. Semua
pasien digabung dalam satu ruangan.
3. Perumusan Masalah

Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi/kondisi

yang terjadi dengan situasi/kondisi yang diharapkan.Masalah juga dapat

dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja, dan kendala yang dihadapi staf dalam

pelaksanaan kegiatan program (Muninjaya,2004). Berdasarkan analisa situasi

(SWOT) maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Seluruh perawat ruangan belum pernah mengikuti pelatihan/

workshop tentang keperawatan anak dan rendahnya tingkat

pendidikan tenaga perawat di ruangan

b. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal

berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

c. Perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan

kepada pasien dan keluarga

d. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit, hak dan kewajiban

pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal.

e. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-

lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan

selesai digunakan serta tidak memiliki wastafel untuk mencuci tangan.

f. Ruang IIIbelum memiliki fasilitas khusus sebagai ruang rawat inap

anak seperti ruang terapi bermain anak dan belum ada pemisahan

pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi.

Universitas Sumatera Utara


4. Rencana Penyelesaian Masalah

No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Wakt Penanggu


u g jawab
1. Kurangnya upaya promosi Meningkatkan pengetahuan Memberikan penyuluhan/ 20 Juni 2012- Betty, Waslifour,
kesehatan kepada pasien dan pasien tentang penyakit pendidikan kesehatan kepada 22 Juni 2012 Delima, Yoga
keluarga anak sehingga pasien sesuai kebutuhan pasien
pasien/keluarga pasien secara terjadwal
mampu melakukan
perawatan yang tepat
selama masa sakit.

2. Ruang III/Melati I belum Tersedianya Standar Asuhan Menyusun dan menyediakan 28 Juni 2012 Betty, Delima,
memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di format Standar Asuhan Waslifour, Yoga
Keperawatan (SAK) yang baku ruang III/ Melati I Keperawatan (SAK) 10
yang dapat dijadikan pedoman penyakit terbesar di ruang III/
dalam menerapkan implementasi Melati I
keperawatan pada pasien di
ruangan

3. Papan struktur organisasi di Tersedianya struktur Mengganti nama-nama perawat 23 Juni 2012 Betty, Delima,
ruang III/ Melati I belum organisasi di ruang III/ di papan struktur organisasi di Waslifour, Yoga
diperbaharui Melati I yang ter-up ruang III/ Melati I
date
4. Belum tersedianya bunga di Menyediakan bunga bunga di 5 Juli 2012 Betty,Delima,
ruang III/ Melati I untuk Tersedianya bunga di ruang ruang III/ Melati I Waslifour,Yoga
menambah keindahan ruang anak III/ Melati I

Universitas Sumatera Utara


5. Implementasi

Berdasarkan rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi masalah

yang ditemukan di Ruang III/Melati I maka praktikan melakukan:

a. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak dengan diare

pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Yoga, pencegahan DBD dan perawatan

anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012, nutrisi yang baik

pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty, latihan ROM pada

tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima.

b. Memperbaiki papan struktur organisasi ruangan pada tanggal 25 Juni

2012

c. Membuat rancangan format asuhan keperawatan di Ruang III/Melati

Ipada tanggal 2 Juli 2012 berdasarkan pendekatan NIC / NOC (Nursing

Interventions Classification ) / (Nursing Outcomes Classification) dengan

menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu

mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian

keperawatan.

d. Menyediakan sebuah bunga untuk menambah keindahan ruangan dan

membuat suasana yang nyaman dan asri pada tanggal 2 Juli 2012.

6. Evaluasi

Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan

baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan

tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80% peserta

penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak

Universitas Sumatera Utara


dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh

praktikan pada akhir penyuluhan. Kepala ruangan mengatakan setuju dengan

jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan

menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan

optimal di ruangan.

Kepala ruangan juga setuju dengan adanya Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) berdasarkan NIC/NOC yang telah disusun oleh praktikan dan akan

menggunakannya di ruangan sebagai pedoman dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan.Perawat ruangan dan pasien serta keluarga menyatakan senang

dengan adanya bunga yang diletakkan di tengah ruangan sehingga ruangan

tampak indah.
C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan olehpraktikan di Ruang

III/Melati I pada tanggal 11 Juni – 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang

dijumpai diantaranya: pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum

optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK), perawat kurang

optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga,

suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak. Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, kelompok menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan

kemampuan kelompok. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan

dievaluasi dan kemudian dbandingkan dengan teori yang ada.

1)Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal

berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu informasi lengkap

meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan

keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya.

Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan karena

memiliki aspeklegalitas dan menjadi aspek hukum untuk melindungi setiap

tindakan keperawatan, bila sesuatu hal tidak diinginkan terjadi.

Pendokumentasian asuhan keperawatan juga sebagai bukti otentik telah

dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien (Capernito, 1999).Dalam

kasus hukum, dokumentasi keperawatan menjadi landasan berbagai kasus

gugatan atau sebagai alat pembela diri perawat, dokter atau fasilitas (Iyer

& Camp, 2004).Dokumentasi keperawatan juga bermanfaat dalam

penentuan akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat


sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada

pasien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan

pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.

Untuk mengatasi masalah pendokumentasian tersebut, kelompok

membantu membuat rancangan format asuhan keperawatan dan Standar

Asuhan Keperawatan berdasarkan 10 penyakit terbesar di ruangan anak

dengan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) /

(Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check

list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam

melakukan pendokumentasian keperawatan.

2) Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga kurang

optimal

Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan

pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan

mencegah timbulnya penyakit, memperthankan derajat kesehatan yang

sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta

membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Menurut Mach Foed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses

perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan

masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses

belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan

keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.


Untuk membantu perawat dalam melakukan penyuluhan maka

praktikan memberikan penyuluhan kesehatan secara terjadwal tentang

perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh M. Isa

Syahputra Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita

DBD pada tanggal 21 Juni 2012 oleh Waslifour Glorya Daeli, nutrisi yang

baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty Manurung, latihan

ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima Siahaan.

3) Suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak

Menurut Supartini (2004) bahwa ruangan anak idealnya

dimodifikasi bernuansa anak sehingga dapat meningkatkan keceriaan,

perasaaan aman, dan nyaman bagi pasien anak. Modifikasi ruang

perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan

memiliki dekorasi bernuansa anak dengan adanya gambar dinding berupa

gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna

ceria, dan dinding ruangan yang berwarna-warni.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kelompok menyediakan sebuah

bunga yang indah di tengah ruangan untuk mendukung suasana ruangan

anak yang nyaman dan asri.

Anda mungkin juga menyukai