Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Disusun Oleh:

Nama : Tri Hariyani

NPM : 2214901110085

Kelompok/ Ruangan : 2A/ Ruang Al-Razi

Preseptor Akademik : Rida Millati, Ns., M.Kep

Preseptor Klinik : Hilda Mariana, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2022/ 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Pengertian Manajemen Keperawatan


Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal
secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal yang diatur berjalan
seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain
(Gillies, 1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas-batas yang
telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa
manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasiaan, dan
pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Berdasarkan Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu
atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan
rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien
(Gillies, 1989). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai (Mugianti, 2016).

B. Fungsi Manajemen Keperawatan


Menurut Siswanto (2012), fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam
mencapai tujuan yang akan ditujukan dengan menerapkan proses keperawatan yang
terdiri pada empat elemen yaitu fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian
(Organizing), fungsi pengarahan (Actuating), dan fungsi pengendalian (Controling) yang
merupakan siklus manajemen yang saling berkaitan satu sama lain (Mugianti, 2016).
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan landasan dasar penerapan fungsi manajemen secara
menyeluruh ialah penerapan fungsi perencanaan (Planning). Menurut Gillies
(1999) yang menyatakan perencanaan yang matang sangat diperlukan untuk
menghindari kesalahan dan untuk meningkatkan efektifitas kerja. Hal ini terlihat
jelas bahwa fungsi perencanaan yang matang berdampak pada keselamatan pasien
(Hidaya & dkk, 2020). Perencanaan menurut Swansburg dan Swansburg (1999),
bahwa perencanaan adalah proses berkelanjutan yang diawali dengan menetapkan
tujuan, dan kemudian melaksanakannya sesuai dengan proses, memberikan umpan
balik dan melakukan modifikasi rencana jika diperlukan.
Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan
proses manajemen agar faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat
diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh
karena itu perencanaan harus mengandung unsur-unsur yang dapat menjawab
What, Why, Where, When, Who dan How (Mugianti, 2016). Secara lengkap
pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah:
1) Tindakan apa yang harus dikerjakan? Penjelasan dan perincian kegiatan yang
dibutuhkan, sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan
tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan.
2) Apa sebabnya tindakan itu harus di laksanakan? Penjelasan mengapa rencana
itu harus dikerjakan dan mengapa tujuan tertentu harus dicapai?
3) Dimana tindakan itu harus dikerjakan?
Penjelasan tentang tempat atau lokasi secara fisik dimana rencana kegiatan
harus dikerjakan sehingga tersedia sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan itu.
4) Kapan rencana itu harus dikerjakan? Penjelasan kapan dimulainya tindakan dan
kapan selesainya di setiap unit organisasi dengan penggunaan standar waktu
yang telah ditentukan?
5) Siapa yang mengerjakan tindakan itu? Petugas yang akan melakukan kegiatan
atau tindakan baik jumlah maupun kualifikasi keahlian, pengalaman maupun
pendidikan
6) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan itu? Penjelasan secara rinci teknik-
teknik melakukan kegiatan yang ditetapkan sehingga tindakan yang dimaksud
akan dapat dijalankan dengan benar.
Perencanaan manajemen keperawatan diawali dengan perumusan tujuan
institusi atau organisasi yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai
arah kebijakan organisasi (Mugianti, 2016).

a. Perumusan Visi
Visi merupakan dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga disusun
secara singkat, jelas, dan mendasar serta ada batasan waktu untuk pencapaian.
Visi merupakan pernyataan berisi tentang mengapa organisasi dibentuk.
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional untuk mencapai visi
yang telah ditetapkan.
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut keyakinan dan
praktik keperawatan dalam suatu organisasi.
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah kebijakan bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
mencapainya. Tujuan mutlak harus ada dalam organisasi pelayanan
keperawatan (Swansburg, 1999).

Dalam perencanaan di ruang perawatan biasanya yang digunakan adalah


perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan.
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim atau
perawat primer dan perawat pelaksana. Rencana bulanan adalah rencana yang berisi
kegiatan dalam satu bulan. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian.
Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim atau perawat primer.
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali, yang dibuat
berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasanya dibuat
oleh kepala ruang (Mugianti, 2016).

Proses penyusunan perencanaan diklasifikasikan menjadi: Pendekatan


perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treat). Pendekatan
perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) yaitu
perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana produksi yang dimiliki dan
dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan
terjadinya keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan.
Pendekatan SWOT ( Strenght, Wakness, Opportunity dan Threat) yaitu rencana
disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa faktor internal
yang berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weaknes),
selanjutnya melakukan analisa faktor eksternal yang berhubungan dengan peluang
(opportunity) dan tekanan atau ancaman (Threat). Setelah diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk
mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan ke dalam
rencana operasional yang mencantumkan target yang harus dicapai (Mugianti,
2016).

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


Menurut Gillies (1994) fungsi organizing (pengorganisasian) merupakan
kemampuan manajer dalam menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya
yang dimiliki institusi dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui penerapan
fungsi Organizing (pengorganisasian). Efektifitas fungsi keperawatan dalam
organisasi dapat didorong dengan penempatan keperawatan dalam struktur formal
dan informal. Dalam lingkup keselamatan pasien maka para manajer keperawatan
dapat menjalankan fungsi yaitu menyusun jadwal atau waktu dinas dari perawat
pelaksana, melakukan orientasi pada staf baru terutama mengenai kebijakan aturan
maupun standar keselamatan pasien yang harus ditaati dalam bekerja (Hidaya & dkk,
2020).
Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan
organisasi, ada empat prinsip yang harus perhatikan, empat prinsip tersebut yaitu:
1) Pembagian kerja
Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu. Untuk menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya
mengerti karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya.
2) Pendelegasian tugas
Penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu
kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya.
Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu.
3) Koordinasi
Kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang terlibat
dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga
terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada
di tempat kerja.
4) Manajemen waktu
Mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif
dengan cara analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori
kegiatan, memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada,
menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak atau rutin serta mendelegasikan kepada bawahan sesuai dengan sifat
pekerjaan.

Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode


asuhan keperawatan yang digunakan, yaitu:
a. Metode asuhan keperawatan fungsional
Pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat
dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut.
b. Model asuhan keperawatan kasus
Pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas atau jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien.

c. Model asuhan keperawatan tim


Pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian
tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok atau ketua tim.
Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya
sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan.
d. Model asuhan keperawatan primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Keperawatan
primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
e. Model asuhan keperawatan modular gabungan model asuhan keperawatan
primer dan Tim
Pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat profesional dan non profesional (perawat trampil) untuk
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan memimpin.
Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien (Mugianti, 2016).

3. Fungsi Ketenagaan (Staffing)


Fungsi ketenagaan (staffing) dalam manajemen diartikan sebagai suatu proses
prosedur langkah demi langkah yang berkesinambungan untuk menjaga agar
organisasi selalu memperoleh orang-orang yang tepat dalam posisi yang tepat pada
waktu yang tepat. Langkah-langkah tersebut antara lain, yaitu:
1) Perencanaan sumber daya manusia
Langkah-langkah perencanaan sumber daya manusia, yaitu:
a. Perencanaan untuk kebutuhan masa depan
b. Perencanaan untuk keseimbangan masa depan
c. Perencanaan untuk pengadaan dan seleksi atau pemberhentian
d. Perencanaan untuk pengembangan.

Untuk menyelesaikan langkah-langkah ini ada faktor yang perlu


pertimbangan, yaitu rencana strategi, tujuan dan sasaran serta taktik untuk
membuat organisasi menjadi realistik yang akan menentukan kebutuhan personil
dan organisasi. Perubahan-perubahan potensi pada lingkungan luar, hal
ini dapat berarti perubahan ketersediaan dana atau tenaga kerja.

2) Pengadaan pegawai baru (rekrutmen)


Dimaksudkan untuk menampung calon yang cukup banyak untuk
diadakan seleksi untuk mendapatkan calon pegawai yang memenuhi syarat-
sayarat administrasi secara umum. Seleksi dapat dilakukan dalam 2 macam, yaitu
seleksi umum (untuk kebutuhan tenaga yang bersifat umum) dan seleksi khusus
(untuk kebutuhan tenaga-tenaga spesialis atau ahli dibidang tertentu).
3) Pemilihan dan penempatan
Jika telah ditentukan kualifikasi untuk masing kedudukan
pekerjaan maka selanjutnya adalah diadakan pemilihan (seleksi) melalui
tahapan-tahapan seleksi mulai test tertulis, kesehatan, test psikologi, wawancara
dan surat-surat pernyataan mengenai kesanggupan kerja dan lokasi penempatan
kerja.
4) Induksi dan orientasi
Induksi dan orientasi memberi kepada pegawai baru tentang informasi
umum tentang pekerjaan sehari-hari, tinjauan tentang sejarah, lingkungan kantor,
visi dan misi organisasi serta, pengembangan ke masa depan, informasi mengenai
kebijakan-kebijakan organisasi, aturan kerja dan hal-hal mengenai gaji dan
tunjangan.
5) Pemindahan
Pemindahan terdiri dari promosi, mutasi dan demosi. Promosi adalah
memberikan tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar kepada pegawai,
dengan kata lain promosi adalah kenaikan pangkat atau jabatan yang lebih tinggi,
merupakan salah satu usaha untuk memajukan atau mengembangkan pegawai.
Mutasi adalah memindahkan pegawai dari jabatan yang satu ke jabatan yang lain
dalam satu tingkatan secara horizontal. Demosi adalah suatu tindakan
memberikan kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih kecil, dengan kata lain
penurunan pangkat atau jabatan karena dinilai kurang cakap dan kurang
berprestasi pada jabatan tersebut.
6) Latihan dan pengembangan
Latihan dan pengembangan adalah suatu pendekatan sistematik untuk
memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan diri
memanfaatkan kekuatan dan kemampuan untuk keperluan organisasi.
7) Penilaian prestasi
Penilaian prestasi adalah salah satu hal yang penting dalan
pengorganisasian, namun dalam pelaksanaannya sangat sulit untuk melihat hasil
yang memadai. Penilaian prestasi dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu formal
dan informal (Mugianti, 2016).

Beberapa metode dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan,


sebagai berikut:
a. Metode rasio
Penghitungan dalam metode rasio menggunakan jumlah tempat tidur
sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode ini
paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Cara rasio yang
umumnya digunakan berdasarkan surat keputusan Menkes RI No. 262 tahun
1979 tentang ketenagaan rumah sakit, standar sebagai berikut :
Tipe RS TT/TM TT /TK TT / TNK TT / TN
A dan B (4-7) / 1 1 /1 3/1 1/1
C 9/1 (3-4) / 2 5/1 3/4
D 15 / 1 2/1 - 6/1
Khusus Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan

Keterangan :
TT : Tempat Tidur
TM : Tenaga Medis
TK : Tenaga Keperawatan
TNK : Tenaga Non Keperawatan
TN : Tenaga Nonmedis

b. Metode Douglas
Penerapam sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori, yaitu :
 Kategori I : Self Care/Perawatan Mandiri (Minimal)
Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/hari. Kegiatan sehari-hari
dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian
shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.
 Kategori II : Intermediet Care/Perawatan Sedang (Partial)
Perawatan partial memerlukan waktu 3-4 jam/hari. Kegiatan sehari-hari
untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan
agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau
menyiapkan alat untuk ke kamar mandi pasien memerlukan bantuan
pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60
menit/shift dengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
 Kategori III : Intensive Care/perawatan total
Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/hari. Kebutuhan sehari-hari
tidak bisa dilaksanakan sendiri semua dibantu oleh perawat.

Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan


jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar
per shift nya, yaitu sebagai berikut:

Jumlah Klasifikasi KLien


Pasien Minimal Parsial Total
Pag Sore Malam Pagi Sore Mala Pagi Sor Malam
i m e
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst

c. Metode sistem akuitas


Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%

d. Metode Gillies
Gillis (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan
disatu unit perawatan adalah sebagai berikut :

A×B×C F
= =H
(C−D ) E G

Keterangan:
A = Rata –rata jumlah perawatan per pasien per hari
B = Rata-rata jumlah pasien per hari
C = Jumlah hari per tahun
D = Hari libur masing-masing perawat
E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan oelh unit tersebut

Prinsip perhitungan rumus Gillies


a) Perawatan Langsung
Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan perawatan langsung
pasien adalah 4 jam perhari sedangkan untuk:
• Self care dibutuhkan ½ x 4 jam = 2 jam
• Parstial care dibutuhkan ¾ x 4 jam = 3 jam
• Total care dibutuhkan 1 – 1,5 x 4 jam = 4 – 6 jam
• Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam = 8 jam
b) Perawatan Tidak Langsung
Perawatan tidak langsung meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang atau menyiapkan alat,konsultasi dengan
anggota tim, menulis dan membaca cacatan kesehatan. Menurut Wolf dan
Young dalam Gillis (1989) adalah 60 menit perhari.

Pendidikan kesehatan klien


a) Pendidikan kesehatan untuk klien 15 menit perhari
 Rata-rata klien perhari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata-ratanya atau menurut BOR “bed of occupancy rate”
dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu X 100 %
Tempat tidur X 365 hari
 Jumlah hari per tahun yaitu 365 hari.
 Hari libur perawat pertahun yaitu 128 hari (hari minggu = 52 hari ,
hari sabtu = 52 hari (tergantung kebijakan RS setempat), hari libur
nasional 12 hari, cuti tahunan 12 hari).
 Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam perminggu.
 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di suatu unit harus
ditambah 20 % (untuk antisipasi kekutrangan dan cadangan).

e. Metode Swansburg
Formula perhitungannya adalah:

Jumlah rata−rata pasien/hari× jumlah perawat / pasien /hari


jam kerja/hari

Rumus selanjutnya adalah untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan


perawat dalam satu minggu.
a) Jumlah shift perminggu:
Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari × Jumlah shift dalam 1 minggu
b) Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu
Jumlah shift /minggu
¿
jumlah hari kerja /minggu

Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),


merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari :

pagi : siang : malam = 47 % : 36 % :


17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
 Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
 Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
 Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang

4. Fungsi Pengarahan (Actuating)


Menurut Gillies (1994) fungsi pengarahan (actuating) lebih menenkankan
pada upaya mengarahkan dan menggerakan sumber daya manusia dalam mencapai
tujuan organisasi. Optimalisasi lingkungan kerja yang diciptakan melalui pengaruh
dan dukungan terhadap staf serta adanya komunikasi efektif merupakan upaya yang
sangat dibutuhkan agar staf termotivasi dan bersemangat dalam melakukan
pekerjannya apalagi untuk keselamatan pasien (Hidaya & dkk, 2020).

1) Kepemimpinan
Menurut Sullivan & Decleur (1989) kepemimpinan merupakan
penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Menurut Gillies (1996)
kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa yang
tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya. Dari pengertian diatas
kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain sebagai pengikutnya. Syarat sebagai pimpinan, yaitu:
a. Kekuasaan
Kekuasaan merupakan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk memimpin suatu kelompok.
b. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki
seseorang yang membuat orang lain bersedia melakukan perbuatan tertentu.
c. Kemampuan
Kemampuan merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang
dianggap melebihi kemampuan anggota kelompok lainnya.

Pemimpin memiliki peran, sebagai berikut:

a) Interpersonal role : peranan yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi.


b) Informational role : pernan yang berhubungan dengan informasi, baik
informasi yang diterima maupun disampaikan.
c) Decisional role : peranan terkait dengan pembuatan keputusan.

Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan


yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya
kepemimpinan yang berbeda. Berikut uraian dari teori-teori gaya kepemimpinan

a. Teori bakat
Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat muncul
karena adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki oleh
orang yang dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak sepenuhnya
benar sebab setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinannya.
b. Teori perilaku
 Otokratik : Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol maksimal
terhadap staf, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan
kelompok. Lebih menekankan pada penyelesaian tugas dari pada
hubungan interpersonal. Gaya ini cenderung menyebabkan permusuhan
dan agresif atau apatis sampai menurunnya inisiatif. Contoh kepala ruang
menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa mempertimbangkan
alasan staf perawat yang mengajukan ijin
 Demokratik : Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan. Lebih menekankan pada hubungan interpersonal
dan kerja kelompok. Pemimpin menggunakan posisinya untuk
mendapatkan pandangan dan pemikiran bawahan serta memotivasi mereka
untuk menentukan tujuan dan mengembangkan rencana. Hal ini cenderung
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Contoh kepala bidang
keperawatan selalu meminta kepala ruang memberikan masukan untuk
sebuah perubahan kebijakan
 Laissez Fair : Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan
perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa diberi petunjuk atau
bimbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan
membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan
mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Bila
kemampuan dan tanggung jawab bawahan kurang cenderung
menimbulkan keresahan dan frustasi. Contoh Kepala Ruang tidak pernah
mau tahu apa yang sedang terjadi di ruangan, staf perawat yang tidak
disiplin tidak mendapat teguran yang penting aman.
c. Teori situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya sesuai dengan
perubahan situasi yang terjadi. Jadi seseorang pemimpin yang efektif pada
situasi tertentu belum tentu mampu bersikap dan bertindak efektif pada situasi
lain.
2) Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam keperawatan,
karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan memiliki kontribusi yang besar
terhadap mutu layanan kesehatan. Rendahnya kinerja perawatan akan
mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan, sebaliknya bila kinerja perawat baik
maka akan dapat meningkatkan mutu layanan. Kinerja perawat baik, bukan hanya
karena perawat bersedia melakukan dan menyelesaikan tindakan keperawatan
secara rutin saja, tetapi yang terpenting adalah perawat melakukan tindakan
didasari dorongan atau motivasi diri. Motivasi internal yang kuat akan
memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam melaksanakan
kegiatan secara efektif dan efisien. Seorang manajer perawat harus mengenali
motivasi dan kebutuhan staf supaya dapat memicu kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif.
3) Komunikasi
Penerapan komunikasi yang baik antara manajer dan pelaksana
keperawatan dapat menghindari persepsi salah (missperception). Komunikasi
yang baik adalah komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar dua orang atau
lebih untuk menyampaikan dan meneruskan pesan yang berharga dari dan keluar
organisasi. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal maupun non verbal. Seorang
manajer perawat diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi
dengan menggunakan berbagai media moderen sebagai sarana mendapatkan
informasi dan melakukan komunikasi secara efektif, walaupun pada saat
pimpinan tidak berada di tempat. Implementasi komunikasi di dalam ruang rawat
inap dilakukan melalui kegiatan operan atau timbang terima, conference (pre,
middle, post), diskusi kasus, ronde keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas lainnya
(Mugianti, 2016).

5. Fungsi Pengendalian (Controling)


Menurut Marquis & Huston (2010) fungsi pengendalian (controlling)
merupakan standar keberhasilan program dalam bentuk target, prosedur kerja dan
penampilan staf dibandingkan dengan hasil yang mampu dicapai atau mampu
dikerjakan oleh staf merupakan hal penting dalam fungsi pengawasan dan
pengendalian. Dengan adanya pengawasan dan pengendalian maka pasien yang
belum mengalami perbaikan dapat dilakukan ronde keperawatan.
Menurut Cahyono (2008) ronde keperawatan terkait dengan keselamatan
pasien sangat dibtuhkan, saat ronde merupakan waktu untuk melihat langsung tentang
keadaan pasien baik pengobatan maupun lingkungan yang mungkin dapat
menimbulkan cedera yang dapat segera diantisipasi (Hidaya & dkk, 2020).
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga
jika muncul isue dapat segera direspons dengan cepat dengan cara duduk bersama.
Audit merupakan penilaian atau evaluasi dari pekerjaan yang telah dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang telah ditetapkan (Mugianti, 2016).
1) Audit stuktur
Audit yang berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan
(termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP
dan rekam medik), serta pelanggan (internal maupun eksternal). Standar dan
indikator diukur dengan menggunakan cek list.
2) Audit proses
Pemeriksaan dapat bersifat restropektif, concurrent, atau peer review.
Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent
adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peerreview
adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3) Audit Hasil
Audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi sumber daya
manusia (SDM), atau indikator mutu.

a. Kondisi pasien
Survey masalah keperawatan, audit dokumentasi asuhan keperawatan dan
survey kepuasan.
b. Kondisi SDM
Kepuasan tenaga kesehatan dan penilaian kinerja perawat.
c. Indikator mutu
 BOR (Perhitungan tempat tidur terpakai)
Bed occupancy rate adalah presentase pemakaian tempat tidur
pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar
internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan standar
nasional BOR adalah 70 – 80 %. Rumus penghitungan BOR, yaitu:

Jumlah hari perawatan


Rumus = x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu

Keterangan:

- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
- Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28 – 31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan
tersebut.
 ALOS (Perhitungan rata-rata lama perawat)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu
pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS yang ideal antara 6 – 9
hari.

Jumlah hari perawatan pasien keluar


Rumus =
Jumlah pasien keluar (hidup +mati )
 TOI (Tempat tidur tidak terisi)
Turn Over Interval ( TOI ) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari.
( Jumlah TT x hari )−Hari perawatan RS
Rumus =
Jumlah pasien keluar (hidup +mati )

 BTO (Angka perputaran tempat tidur)


Bed Turn Over adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali
(Kementerian Kesehatan, 2011).

Jumlah pasien keluar(hidup+ mati)


Rumus =
Jumlah tempat tidur
 NDR (Net Death Rate)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir
adalah kurang dari 25 per 1000 (Kementerian Kesehatan, 2011).

Jumlah pasien mati >8 jam


Rumus = x 1000
Jumlah pasien keluar(hidup+ mati)

 GDR (Gross Death Rate)


GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita
keluar (Kementerian Kesehatan, 2011).

Jumlah pasien mati seluruhnya


Rumus = x 1000
Jumlah pasien keluar(hidup+ mati)
DAFTAR PUSTAKA

Hidaya, N., & dkk. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan.
Indramayu: CV. Adanu Abimata.

Kamalia, L., & dkk. (2020). Manajemen Keperawatan. Bandung: CV. Media Sains
Indonesia.

Kementerian Kesehatan. (2011). Petunjuk Pengisian Pengolahan Data Sistem Informasi


Pelaporan Rumah Sakit Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia NOMOR 1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah
Sakit.

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Jakarta


Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Swansburg, R. (1999). Introductory Management and Leadership for Nurses. London:


Jones and Bartlett Publishers, Inc.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Tri Hariyani


NPM : 2214901110085
Judul Laporan Pendahuluan : Fungsi Manajemen

Banjarmasin, Januari 2023


Mengetahui,

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Rida Millati, Ns., M.Kep) (Hilda Mariana, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai