NAMA
: LINDA E. SAMBUARI
NIM
: 011342038
I.
yaitu
perencanaan,
3. Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010).
Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan
perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan
(Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk
mencapai
tujuan
manajemen
keperawatan
dan
tujuan
asuhan
Konsep MPKP
A. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Ratna & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah
klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa
medik dan atau berdasarkan sistem tubuh. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan
metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan keperawatan
primer)
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.
C. Pilar-pilar dalam MPKP
1. Pilar I : Pendekatan Manajemen Keperawatan (manajemen approach)
Pilar ini terdiri dari:
a. Perencanaan:
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan
itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi:
1)
Visi :
Pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk
serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan
2)
perencanaan organisasi.
Misi :
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
3)
4)
satu.
Kebijakan:
Pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum
operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
Contoh dari rencana harian:
a. Rencana harian kepala ruangan:
1. Asuhan keperawatan
2. Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
3. Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
1. Operan
2. Pre conference dan Post conference
3. Mengecek SDM dan sarana prasarana
4. Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus
5. Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
6. Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
7. Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi.
8. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk
sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
b. Rencana harian ketua tim adalah:
1. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Melakukan supervisi perawat pelaksana.
3. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
4. Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
1. Operan
2. Pre conference dan Post conference
3. Merencanakan asuhan keperawatan
4. Melakukan supervisi perawat pelaksana.
5. Menulis dokumentasi
6. Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
7. Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
c. Rencana harian perawat pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat
pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam
satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat
pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
1. Operan
2. Pre conference dan Post conference
3. Mendokumentasikan askep
d. Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan
melalui observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian. Setiap
ketua tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari.
Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian
masing-masing perawat.
Presentasi RH =
Jumlah RH yg dibuat
x 100%
keluarga
Membuat jadwal dinas
Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana
7. Melakukan audit dokumentasi
8. Membuat laporan bulanan
b. Rencana bulanan ketua Tim
e) Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
orang atau unit yang tepat?
f) Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat?
g) Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil
benar-benar tepat?
Fungsi perencanaan mencakup aktifitas dalam menetapkan sasaran, pedoman,
dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan
merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua
faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
Fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang serta
jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya.
Pengadaan, merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kepada
instansi-instansi pelaksana.
Fungsi penyimpanan dan penyaluran, merupan penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu
untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
Fungsi pemeliharaan adalah usaha atau proses
kegiatan
untuk
mempertahankan kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil barang inventaris.
Fungsi penghapusan, yaitu berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan perkataan lain, fungsi penghapusan
adalah usaha untuk menghapus kekayaan (assets) karena kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis,
kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan
suatu
kelompok
tenaga
keperawatan,
menentukan
cara
dari
lain
yang
digunakan
sebagai
padanan
pengarahan
adalah
4. Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output
(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang
telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI,
audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana
yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin
kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1.
2.
3.
4.
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian
pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
1. Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan,
termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP
dan rekam medic; pelanggan.
2. Audit Proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat
retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan
menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan
dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu :
a
b
Ketenagaan Keperawatan
Metoda pemberian asuhan keperawatan
Proses Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut
Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3
kategori, yaitu :
Waktu Klasifikasi
Minimal
Partial
Total
Pagi
0.17
0.27
0.36
Sore
0.14
0.15
0.30
Malam
0.10
0.7
0.20
bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana
yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Keuntungan:
1)
2)
keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian:
1)
2)
3)
4)
5)
jawab
perawat
primer,
dan
perawat
asosiet
yang
akan
gugat meningkat.
Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
Terciptanya kolaborasi yang baik.
Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
Metoda ini mendukung pelayanan professional.
Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian:
Identifikasi masalah
menyusun alternatif penyelesaikan masalah
pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu :
a. pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
b. diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan
c. rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d. implementasi rencana, dan
e. evaluasi hasil tindakan.
4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih
spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber
data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan,
dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai nilai
professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian
asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan
keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
Lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut:
a.
renpra.
PP
mempunyai
otonomi
dan
akuntabilitas
untuk
c.
d.
Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang
manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e.
keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000)
di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain. Menurut
Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya
manusia yang ada yaitu:
a. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang
sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan
tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang
dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasilhasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut
tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.
MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala
Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1
b.
Keperawatan.
MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana
c.
Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang
dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil
BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa
dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.Pada modul ini akan
dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional
yaitu management approach, compensatory reward, professional relationshipdan patient care
delivery.
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan professional
yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul.
Modul-modul tersebut adalah:
1.
Modul I
: Manajemen Keperawatan
2.
Modul II
: Compensatory Reward
3.
Modul III
: Professional Relationship
4.
Modul IV
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan
model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang
bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.
DAFTAR PUSTAKA