1. Latar Belakang
Ada beberapa faktor resiko masalah yang dialami oleh lansia seperti sumber finansial
yang kurang,tipe kepribadian : manajemen stress, kejadian yang tidak terduga, Jumlah
kejadian pada waktu yang berdekatan, dukungan sosial kurang
Menurut Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS
Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam penelitiannya
banyak lansia yang hidup di panti wreda 85 % mengalami masalah psikososial seperti
gangguan konsep diri dan gangguan alam perasaan seperti depresi.
Untuk mengidentifikasi masalah mental yang muncul pada lansia perlu dilakukan
pengkajian. Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal yang menentukan langkah
berikutnya untuk menentukan diagnosa keperawatan dan perencanaan.
Pengkajian keperawatan pada klien psikogeriatri merupakan proses yang komplek.
Pengaruh aspek biologik, psikologik, dan sosiokultural akibat proses penuaan
menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi masalah yang muncul.Pengkajian status
mental merupakan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data tentang fungsi
psikososial. Pengkajian ini meliputi : Penampilan umum klien,kesadaran, Fungsi afektif,
Karakteristik bicara, orientasi, perhatian dan konsentrasi, penilaian, memori, persepsi ,
serta isi dan proses pikir.Pengkajian ini bertujuan untuk menentukan pikiran – pikiran
dan proses mental yang mempengaruhi pada pencapaian tingkat optimal dari fungsi
lansia.Pengkajian ini terintegrasi dalam wawancara dan pemeriksaan fisik.
Dari hasil pengamatan dan pengkajian selama dua hari pada klien Y di panti wreda
Kasih, ditemukan beberapa masalah yang terjadi pada klien Y, seperti klien merasa tidak
berguna, mengagap dirinya tidak di anggap oleh adiknya, klien suka minder sama
lingkungan dan adiknya.
Menurut informasi yang didapat klien merasa minder karena belum pernah nikah sampai
sekarang dan merasa malu karena klien berada di Panti wreda.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masah
gangguan psikososial harga diri rendah di panti Wreda Kasih Cirebon.
Landasan Teori
a. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan atau hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal.
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau
harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).
b. Etiologi
Situasional yaitu, yang terjadi trauma secara tiba – tiba misalnya pasca operasi,
kecelakaan cerai, putus sekolah, Phk, sering gagal, perasaan malu karena terjadi (korban
perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).
Kronik, yaitu Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum
sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Menurut Ericson, masa balita adalah kemandirian yang ragu dan malu anak belajar
mengendalikan diri dan kepercayaan diri, sebabnya bila banyak dikendalikan dari luar
maka akan timbul bibit keraguan dan rasa malu yang berlebihan. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain.
c. Factor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ;
orang tua tidak percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah.
d.Faktor Presipitasi :
Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi
Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan.
Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran.
Peran yang berlebihan
Menampilkan seperangkat peran yang konpleks.
Perkembangan transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri.
Situasi transisi peran
Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu.
Transisi peran sehat sakit
Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan
dan perawatan.
3. Pengkajian
A. Pengkajian statsu mental
a. Penampilan umum
b. Kesadaran
c. Fungsi afektif
d. Karakteristik bicara
e. Orientasi
f. Perhatian dan konsentrasi
g. Penilaian
h.Memory
i. Persepsi
j. Isi dan proses pikir.
B. Pengakijan persepsi diri
Ideal diri
Harga dri
Identitas diri
Peran diri
Gambaran diri
4. analisa data
No Data Masalah
1 DS :
Adanya ungkapan yang menegatifkan diri.
Mengeluh tidak mampu dilakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan menyalahgunakan diri sendiri.
DO :
Kontak mata kurang, sering menunduk.
Mudah marah dan tersinggung.
Menarik diri.
Menghindar dari orang lain.
Gangguan konsep diri : HDR
2 DS :
Adanya ungkapan takut dan khawatir
DO :
cemas. ansietas
3 DS :
Mengungkapkan ketidak mampuan mengontrol dan mempengaruhi pikiran.
Enggan mengekspresikan perasaan yang sebelumnya.
Mengungkapkan keputusan.
Mengatakan kata – kata pesimis.
Menyatakan secara tidak ada cara untuk memproleh hubungan dengan orang lain.
DO :
Respon terhadap stimulasi terlambat / melambat.
Kurang berenergi.
Pasif tampak apatis.
Lebih banyak tidur menarik diri.
Marah. Keputusasaan
5. Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah b/d merasakan/mengantisipasi kegagalan pada peristiwa-peristiwa
kehidupan.
Koping individu tidak efektif b/d ketidak seimbangan sistem saraf : kehilangan
memori : keseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan memecahkan
masalah/keputusasaan.
Ansietas b/d krisi situasional/maturasional.
Prinsip Tindakan
Meningkatkan harga diri
Memaksimalkan kemandirian : self care, ADL
Meningkatkan kontrol diri : peran serta, pengambilan keputusan
Menyediakan dukungan sosial
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1
2
Koping individu tidak efektif b/d ketidak seimbangan sistem saraf : kehilangan memori :
keseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah/keputusasaan.
-Meningkatkan peran-peran yang tersedia bagi lansia termasuk identitas personal, harga
diri & penampilan peran
Meningkatkan ingatan masa lalu & kemampuan berempati terhadap annggota lain
Tujuan khusus :
Klien mampu memecahkan masalah dengan tepat tanpa bantuan
Klien tidak putusasa
Klien tidak khawatir dan cemas. 1. dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang
dikatakan
2. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal tersebut
mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah.
5. Tunjukan hasil kerja usia lanjut dan perkenalkan pada semua peserta untuk dapat
meningkatkan kreasi baru
3. Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah
terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas.
memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang diminati dengan cara yang
membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling.
hobi dapat meningkatkan aktivitas.
Jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan dimasa lampau,
mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi tegangan dan memelihara rasa
kontrol individu.
perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapat
mendiskusikan dan menghadapinya.
respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari. Persepsi
yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan.
7. Evaluasi
1. Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri sebagai orang
yang mampu mengatasi masalahnya.
2. Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping pribadi/kemampuan
memecahkan maslah.
3. Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke tingkat
yang dapat diatasi.
4. Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit
5. dan pemahaman regimen pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Capernito Lynda juall ( 1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa
Yasmin Asih EGC jakarta
Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa, EGC Jakarta