1.Pengertian
a. Harga diri ( self esteem ) merupakan salah satu komponen dari konsep diri.
Harga diri merupakan penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik prilaku
sesuai dengan ideal diri ( Stuart,2009). Penentuan harga diri seseorang
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain (dicintai,dihormati,dan dihargai)
yang timbul sejak kecil dan berkembang sesuai dengan meningkatnya usia.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat,walaupun melakuakan kesalahan,kekalahan dan
kegagalan,tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Seseorang
yang mengalami keberhasialan akan dapat meningkatkan harga
dirinya,disamping itu seseorang akan menurun harga dirinya apabila orang
tersebut sering mengalami kegagalan,tidak dicintai dan tidak diterima
dlingkunganya. Harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang
buruk yang beresiko mengalami depresi dan skizofrenia.harga diri rendah
dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional atau kronis.
b. harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dandi pertahankan dalam waktu yang
lama(NANDA,2011)
c. Menurut Depkes RI, (2000), individu cenderung menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain.penilaian negative dan perasaan rendah
diri ini dapat mempengaruhi semua aspek dari hidup kita, yaitu dapat
menambah rasa takut (yang menyebabkan kita harus menghindari),membuat
kita berespon terhadap seseorang yang dicintai dengan rasa marah dan
depensif, menerima diisolasi,tidak sanggup mendapat kritikan/serangan dan
dapat juga mempengaruhi kesehatan fisik yang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan atau peningkatan tekanan darah.
d. Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor,dimana
aktivitas merupakan bentuk hukuman atau punishment.(stuart dan laraia,2005;
stuart,2009).
e. Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri,hilangnya
percaya diri dan harga diri,merasa gagal mencapai keinginan.(Keliat,2010).
2. Komponen Konsep Diri
a. Aktualisasi diri
pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang
pengalaman sukses.
b. Konsep diri Positif
pasien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya,dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai suatu
masalah sesuai dengan norma-norma social dan kebudayaan suatu tempat jika
menyimpang ini merupakan respon adaptif.
c. Harga diri Rendah
Transisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung berfikir
kearah negative.
d. Kerancuan identitas
kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-kanak kedalam
kematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara
harmonis.
e. Depersionalisasi
perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepaniakan dan tidak dapat membedakan
dirinya dari orang lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.
Sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan,tidak dicintai dan tidak diterima lingkungan. Perkembangan harga diri
seseorang sejalan dengan perkembangan konsep diri,dimana konsep diri seseorang
menurut Stuart,(2009) tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,dengan orang terdekat,dan dengan
realitas dunia.Hal ini berarti haeg diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia.
Untuk meningkatkan harga diri seseorang, maka mulai dari masa kanak-kanak anak
diberi kesempatan untuk sukses;menananmkan cita-cita ;mendorong aspirasi;dan
membantu untuk membentuk pertahanan diri terhadap persepsi diri (Coopersmith,
1967; Mruk, 1999 dalam stuart,2009)
Harga diri sangat mengancam pada masa adolescence/remaja, ketika konsep
diri sedang diubah dan banyak keputusan diri dibuat.sedangkan pada usia dewasa
harga diri menjadi stabil memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan
cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya dan kurang idialis dari
remaja(stuart,2009).Hal ini dapat diakaitkan dengan kematuran seseorang,dimana
semakin dewasa seseorang maka semakin baik cara berfikirnya.. Apabila remaja tidak
dapat melakukan penyesuai dengan kondisi tersebut, maka akan menyebabkan harga
diri rendah (Hawari,2001). Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional
(Trauma) atau kronis (penilain yang negative terhdap diri yang berlangsung lama).
Model stress Adaptasi Stuart dari keperawtan jiwa memandang prilaku
manusia dalam perspektif yang holistik terdiri atas biologis.psikologi dan
sosiokultural dan aspek-aspek tersebut saling berintergrasi dalam perawatan.
Komponen biopsikososial dari model tersebut termasuk dalam factor predisposisi,
prepitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan mekanisme koping (Stuart
& laraia,2005; Stuart, 2009 ) menurut Stuart (2009), masalah harga diri rendah dapat
dijelaskan dengan menggunakan psikodinamika masalah keperawatan jiwa seperti
skema dibawah ini
Faktor predisposisi
Biolog Psikologis Sosial kultural
Stressor prespitasi
Sumber koping
Mekanisme koping
Konstruktif Destruktif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Skema psikodinamika Masalah Keperawatan JIwa
(Stuart,2009)
1.Faktor predisposisi
Proses terjadinya harga diri rendah kronis juga di pegaruhi beberapa factor
predisposisi seperti biologis,psikologis, social dan cultural.
a. Faktor biologis
Faktor prsdisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu keadaan
atau factor resiko yang dapat mempengaruhi peran serta manusia dalam menghadapi
stressor. Adapun yang termasuk dalam factor biologis ini adalah:
1) Neuroanatomi
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada pasien depresi dan
skizoprenia sehingga pasien mengalami masalah harga diri rendah kronis adalah:
a) Lobus prontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu control motorik
gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi pikir dan control berbagai
ekspresi emosi (Towsend,2009). Biasanya kerusakan pada lobus frontal ini
akan dapat menyebabkan gangguan berfikr dan gangguan dalam berbicara
serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga kognitif pasien negatif tentang
diri,orang lain lingkungan serta prilaku yang mal adaptif sebagai akibat
kognitif negative. Kondisi seperti ini menunjukan gejala harga diri rendah pada
pasien.
b) Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat dengan telinga
dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan dengan pendengaran,
keseimvangan dan juga sebagaian dari emosi dan memori(Boyd & Nihart,
1998; Towsend,2009) fungsi utama lobus temporalis adalah bahasa, ingatan
dan emosi (Kapian ,et al, 1996). Lobus temporalis anterior mempunyai
hubungan dengan sistim limbik dalam perananya dalam proses emosi.
Gangguan dalam penerimaan dan penyampaian informasi secara verbal yang
juga dipengaruhi oleh daya ingat pasien akan mempengaruhi emosi pasien
yang akan menimbulkan harga diri rendah.
c) System limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi di permukaan medial
masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat katup serebrum. Fungsinya
adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,2002: stuart &
laraia,2005). Kerusakan system limbik menimbulkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi, perubahan kepribadian (Kaplan, et al, 1996). Menurut
Boyd dan Nihart,(1998) perubahan hipotesa dalam system limbik menunjukan
perubahan yang signifikan pada kelainan mental, skizoprenia, depresi dan
kecemasan. Hambatan emosi yang kadang berubah seperti sedih ,dan terus
merasa tidak berguna atau gagal terus menerus akan membuat pasien
mengalami harga diri rendah .
d) Hipothalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum
yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum.fungsi utamanya
adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood
dan motivasi (suliswati,2002; stuart & laraia,2005). Kerusakan hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas
dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada pasien
dengan harga diri rendah, dimana pasien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan terutama dari keluarga dan juga oleh perawat dalam melaksanankan
tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama.
2) Neurotransmiter
Selain gangguan pada struktur otak,apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan
neurotransmitter di otak. Neurotransmitter adalah kimia otak yang ditransmisikan
oleh suatu neuron ke neuron lain (stuart &laraia,2005). Neurotransmitter yang
sangat berhubungan dengan depresi adalah
noreprineprin,dopamine,serotonin,acetilkolin seperti:
a) Noreprineprin ( Boyd & Nihart,1998; suliswati,2002) berfungsi untuk
kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi ;proses pembelajaran dan memori.
Jika terjadi penurunan kadar noreprineprin akan dapat mengakibatkan
kelemahan dan peningkatan harga diri rendah sehingga perilaku yang
ditampilkan pasien cenderung negative.
b) Serotonin ( Boyd & Nihart,1998) berperan sebagai pengontrol nafsu makan
,tidur ,alam perasaaan ,halusinasi,persepsi nyeri,muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),efektif (alam perasaan ) dan
psikomotor (perilaku) (Hawari,2001) jika mengalami penurunan akan
mengakibatkan kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
pasien lebih dikuasai oleh kognitif-kognitif negative dan rasa tidak berdaya.
c) Acetycholine (Ach) ( Boyd & Nihart,1998) berperan penting untuk belajar dan
memori. Jika terjadi peningkatan kadar acetycholine akan menurunkan atensi
mood , sehingga pada pasien dengan harga diri rendah dapat kita lihat adanya
gejala kurangnya perhatian dan malas dalam beraktifitas.
d) Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan kordinasi, emosi,
kemampuan pemecahan masalah secara volunteer ( Boyd &
Nihart,1998;suliswati,2002). Transmisi dopamine berimplikasi pada penyebab
gangguan emosi tertentu. Disamping itu pada pasien skizoprenia menurut
hawari (2001) dopamine dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),
efektif (alam perasaan )dan psikomotor (perilaku ). Kondisi ini pada pasien
harga diri rendah memperlihatkan adanya kognitif-kognitif negatif, pasien
selalu dalam keadaan sedih berkepanjangan serta menunjukan perilaku yang
menyimpang serta menarik diri dan berkemungkinan untuk melakuakan
bunuh diri.
b. Faktor Psikologis
Harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan
individu menjalankan peran dan fungsi. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran.termasuk dalam harga diri rendah
situasional. Harga diri rendah situasional merupakan pengembangan persepsi negatif
tentang dirinya sendiri pada suatu kejadian (NANDA,2011). Jika lingkungan tidak
meberikan dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus
menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
Harga diri rendah kronis terjadi diawali dari individu berada pada suatu situasi yang
penuh dengan stressor (krisis),individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak
tuntas sehingga timbul kognitif bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Haraga diri rendah juga merupakan komponen episode
mayor, dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart &
laraia,2005). Harga diri rendah merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka
berkepanjangan (Stuart&sundeen 2009).
Harga diri rendah adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila memgaganggu prilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan
muncul bersama penyakit lain. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis (Stuart&sundeen 2009). Meliputi penolakan
orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis,orang tua yang tidak percaya pada
anaknya,tekana teman sebaya, kurnag mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
c.Faktor social dan kultural
secara social status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah. Dimana dalam kehidupan sehari-hari anak tumbuh kembang di tiga
tempat,yaitu Rumah (keluarga),di sekolah (lembaga pendidikan ) dan dilingkungan
masyarakat socialnya (Hawari,2011). Kondisi social dimasing-masing tempat tempat
tersebut akan berinteraksi satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
Lingkungan keluarga, sekolah ataupun pergaulan sosialnya kondusif (membuat
pengaruh yang baik) maka perkembangan jiwa/ kepribadian anak akan kearah yang
baik dan sehat akan semakin besar. Sebaliknya bila lingkungan tersebut tidak
kondusif maka akan beresiko terganggunya perkembnagan jiwa /kepribadian anak.
Contoh masalah social yang dapat menimbulkan harga diri rendah, antara lain
kemiskinan,tempat tinggal daerah kumuh dan rawan kriminalitas.dimana menurut
hawari(2001) rasa tidak aman dan tidak terlindung membuat jiwa seseorang tercekam
sehingga mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup yang lama kelamaan daya
tahan seseorang menurun hingga mengalami gangguan. Tuntutan peran sesuai
kebudayaan juga sering meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara laian
:wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kea
rah gaya hidup individualisme.
2.Faktor presipitasi
Seluruh factor predisposisi yang dialami pasien akan menimbulkan harga diri
rendah setelah adanya factor presipitasi yang berasal dari dalam diri sendiri ataupun
dari luar,antara lain ketegangan peran,konflik peran, peran yang tidak jelas, peran
berlebihan, perkembang transisi ,situasi transisi peran dan transisi peran sehat sakit
(Stuart&Laraia, 2005).
Menurut westermeyer (2006), empat area gejala umum yang menunjukan masalah
harga diri rendah:
a. Fisik
Respon fisiologis tersebut merupakan tanggapan dari fisik seseorang yang
dirasakan dan mempengaruhi fungsi tubuh. Tanda dan gejala dari respon
fisiologiterhadap penurunan harga diri antara lain penurunan energy,lemah
,agitasi,penurunan libido,insomnia/hipersomnia,penurunan / peningkatan
nafsu makan,anoreksia,sakit kepala,(westermeyer,2006; Stuart&sundeen
2005).kondisi ini akan menunjukan perilaku yang maladptif pada pasien
dimana pasien akan malas beraktivitas,lebih banyak tidur sehingga kurang
berinteraksi dengan orang lain.
b. Kognitif
Menurut stuart and Laraia (2005) kognitif adalah tindakan atau proses dari
pengetahuan.proses ini di perlukan dan memungkinkan mengetahui kondisi
otak untuk proses informasi dalam hal ketelitian, penyimpanan dan
keterangan.seseorang dengan skizoprenia sering kali tidak sanggup untuk
menghasilkan logika berfikir yang kompleks dan mengungkapkan kalimat
yang berhubungan karena neurotransmitter dalam memproses system
informasi memerlukan pengorganisasian dari input sensori dengan proses otak
untuk respon prilaku. Input sensori dari kedua persaan internal dan eksternal
menyaring kesesuaian untuk perhatian seseorang, kemampuan untuk
mengingat, belajar deskriminasi,menafsirkan dan pengorganisasian
informasi.terjadinya penurunan kemampuan kognitif menurut Laeckenote
(1996) adalah karena factor neuroanatomic, psikologis, lingkungan dan factor
lain dan kejadian.
Kognitif yang sering muncul pada pasien dengan masalah harga diri rendah
(Stuart&Laraia 2005; Boyd &Nirhart, 1998)adalah :
1) Bingung
Kebingungan adalah kumpulan prilaku termasuk tidak adanya
perhatian dan pelupa, perubahan perilaku seperti
agersif,bimbang,delusi (efek dari perilaku) dan ketidak mampuan atau
kegagalan dalam kegiatan sehari-hari (deficit perilaku) (deficit
perilaku) (Metha ,yaffe,and convinsky,2002 dalam stuart &
Laraia,2005) biasanya kebingungan tidak spesifik digunakan untuk
istilah apatis (Tidak menghiraukan)menarik diri atau pasien tidak
kooperatif.
Beberapa kategori pasien menyatakan kebingungan merupakan
masalah pasien,seperti pasien dengan masalah komunikasi( menelan
pembicaraan ,ketidakmampuan mengekspresikan pembicaraan )
,pasien menolak nilai personal orang lain, pasien yang sedih, pasien
yang tidak sehat.kondisi ini penting untuk perawat secara spesifik
ketika berhubungan dengan pasien yang mengalami kebingungan.
2) kurang memori dalam jangka waktu panjang / pendek memori
meliputi kemampuan untuk mengingat atau meniru terhadap pelajaran
atau pengalaman.kerusakan memori merupakan cirri-ciri dari beberapa
kekacauan kognitif dan dimensia khusus( Boyd &
Nihart,1998),kerusakan memori menurut mohr,2006 adalah ketidak
mampuan mempelajari informasi baru(memori jangka pendek) dan
ketidak mampuan mengingat informasi yang sudah lama (memori
jangka panjang). Gangguan memori berhubungan dengan kerusakan
social atau fungsi pekerjaan.dan kemunduran dari fungsi sebelumnya.
Kerusakan dari orientasi, memori dan berfikir secara abstrak serta
orientasi dapat diobservasi.orientasi waktu,tempat dan orang
merupakan gejala sisa yang relative lengkap kecuali kalau pasien
memenuhinya secara khusus. Semua aspek memori berpengaruh
dalam skizoprenia atau untuk mengingat kembali infomasi baru yang
di pelajari.
3) Kurangnya perhatian
Perhatian merupakan proses mental yang kompleks yang meliputi
konsentrasi seseorang terhadap aktivitas yang dialakuakan(Boyd &
Nihart,1998) menurut stuart dan Laraia,2005 perhatian adalah
kemampuan untuk memfokuskan kegiatan pada satu aktivitas dan
sikap konsentrasi secara terus menerus.
Kekacauan perhatian menurut stuart dan Laraia,2005 adalah kerusakan
dalam kemampuan untuk menunjukan perhatian,mengamati,
memfokuskan dan konsentrasi terhadap realita ekternal. Gangguan
perhatian merupakan keadaan yang biasa ditemuakan pada kasus
skizoprenia dan terdapat kesukaran dalam menghadapi tugas yang
kompleks,kesulitan konsentrasi pada pekerjaan dan mudah beralih
perhatian/kekacauan kognitif. Kekacauan kognitif berhubungan
dengan mudah menarik perhatian pasien dari stimulus eksternal yang
tidak relevan seperti kegaduhan,mengeluarkan buku dari rak buku dan
orang yang lewat,kondisi lainya. Pasien memiliki pengalaman
halusinasi pendengaran yang sering mengalihkan perhatian mereka
hingga menimbulkan masalah dengan perhatian.
Kerusakan perhatian tersebut tidak kostan dan berfluktuasi (naik
turun) tergantung pada kehendak aktivitas otak.kondisi ini banyak
menyebabkan pasien merasa frustasi,dan mereka sering complain
tentang ketidak mampuan melaksanakan tugas yang komplek karena
mereka merasa kognitif saya menyimpang. Perawat akan siap untuk
mengambil alih tugas mereka dan perawat juga membutuhkan
pengulangan yang sering dalam waktu yang pendek untuk melatih
pasien melaksanakan tugas mereka secara bertahap.
4) Merasa putus asa
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif dimana individu melihat
tidak adanya atau terbatasnya alternatif pribadi yang tersedia dan
ketidakmampuan untuk memobilisasi energi untuk kepentingan
sendiri. Seseorang yang mengalami keputusasaan dapat disebabkan
karena tertinggal dari orang lain,stress berkepanjangan,kegagalan dan
pembatasan aktivitas.karakteristik yang terlihat pada pasien dengan
putus asa adalah: miskin bicara,suka mengeluh,kontak mata buruk,
nafsu makan menurun, respon menurun, aktivitas tidur berkurang atau
meningkat, tidak ada inisiatif dan menolak pembicaraan.
5) Merasa tidak berdaya
Ketidak berdayaan merupakan persepsi tingkah laku seseorang,tidak
akan mempengaruhi hasi,atau kurangnya kontrol selama situasi tetap
atau kejadian yang mendadak, ketidak berdayaan seseorang dapat
terlihat dari gejala : ekspresi tidak menentu dan ragu-ragu,pasif,tidak
ada berpartisipasi,ketergantungan pada orang lain,tidak mampu
mengekspresikan perasaan yang benar dan tidak mampu mencari
informasi selama perawatan.
6) merasa tidak berharga/berguna
Keyakinan seseorang terhadap kasih saying,kemampuan,perasaan
diterima,dan perasaan diperlukan bagi orang lain dan merasa berguna
dari perhatian dan respon yang ditunjukan orang lain (Boyd &
Nihart,1998).
Theory of reasoned yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) yang
menekankan bahwa proses kognitif sebagai dasar bagi manusia untuk
memutuskan prilaku apa yang akan diambilnya,yang secara sistematis
memanfaatkan informasi yang tersedia disekitarnya(wismanto,
http://www.unica.ac.id fakultas/psikologi/artikel/bm-1 tanggal diperoleh
tanggal 22 mei 2006). Hal ini berarti bahwa kognitif seseorang akan
menentukan prilaku orang tersebut.
c. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap stimulus baik yang berasal dari luar maupun
dalam dirinya (Matra,1997). Menurut Notoadmodjo ,(2010) perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktivitas manusia , baik yang dapat diamati langsung ,maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku atau aktivitas individu tidak muncul
dengan sendirinya tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu
yang bersangkutan baik dari stimulus eksternal maupun internal . Skiner,( 1938
dalam Notoatmodjo ,2010) mengemukakan bahwa perilaku merupakan respon s atau
reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar). Sunaryo (2004) bahwa
perilaku adalah aktivitas yang timbul dari stimulus dan respons serta dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena perilaku ini terjadi karena
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon.
Pada pasien dengan masalah harga diri rendah perilaku yang ditampilkan maladaptif
seperti :
4. Penilaian Stressor
Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor psikologis,
sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting adalah persepsi pasien tentang
ancaman.
5. Sumber Koping
Semua orang ,tanpa memperhatikan gangguan perilakunya mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:
a. Aktivitas olahraga dan aktivitass diluar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan , vokasi atau posisi
g. Bakat tertentu
h. Kecerdasan
i. Imajinasi dan kreativitas
j. Hubungan interpersonal
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk peertahanan koping jangka penfek atau jangka
panjang atau penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi yang menyakitkan . pertahanan jangka pendek
mencakup:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri(
misal:konser musik, bekerja keras, menontoon televisi secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberi identitas pengganti sementara( misal: ikut serta
dalam klub sosial, agama , politik ,kelompok, gerakan , atau geng)
c. Aktivitas sementara yang menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu( misal: olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup:
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang di inginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan , aspirasi atau potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima
masyarakat.
1. Gangguan penyesuaian
2. Ansietas
3. Gangguan citra tubuh*
4. Hambatan komunikasi verbal
5. Ketidakefektifan koping
6. Keputusasaan
7. Gangguan identitas
8. Resiko kesepian
9. Ketidakberdayaan
10. Resiko ketidakberdayaan
11. Ketidakefektifan performa peran*
12. Defisit perawatan diri
13. Resiko harga diri rendah situasional
14. Harga diri rendah situasional*
15. Gangguan persepsi sensori
16. Ketidakefektifan pola seksualitas
17. Hambatan interaksi sosial
18. Isolasi sosial
19. Distress spritual
20. gangguan proses pikir
21. resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
objektif :
1. penurunan produktivitas
2. tidak berani menatap lawan
bicara
3. lebih banyak menundukan
kepala saat berinteraksi
4. bisaca lambat dengan nada suara
lemah
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
F. POHON MASALAH
(Direja, 2011)
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
2. - evaluasi kegiatan
pertama yang telah - evaluasi kegiatan
dilatih dan berikan keluarga dalam
pujian membimbing pasien
- bantu pasien melaksanakan
memilih kegiatan kegiatan pertama
kedua yang akan yang dipilih dan
dilatih latih pasien. Beri
- latih kegiatan pujian
kedua ( cara san - bersama keluarga
alat) melatih pasien
- masukan dalam dalam melakukan
jadwal kegiatan kegiatan kedua
untuk latihan 2 yang di pilih pasien
kegiatan masing- - anjurkan membantu
masing 2kali sehari pasien sesuai jadwal
dan memberi pujian
3. - evaluasi kegiatan - evaluasi kegiatan
pertama dan kedua keluarga dalam
yang telah dilatih membimbing pasien
dan berikan pujian melaksanakan
- bantu pasien kegiatan pertama
memilih kegiatan dan kedua yang
ketiga yang akan di dipilih dan dilatih
latih pasien. Beri pujian
- latih kegiatan - bersama keluarga
ketiga(cara dan melatih pasien
alat) dalam melakukan
- masukan pada kegiatan ketiga
jadwal kegiatan yang di pilih pasien
untuk latihan 3 - anjurkan membantu
kegiatan masing- pasien sesuai jadwal
masing 2x/hari dan beri pujian
I. Intervensi Spesialis