Anda di halaman 1dari 62

1.

NAPZA (NARKOTIKA ALKOHOL PSIKOTROPIK DAN ZAT


ADIKTIF)
A. PENGERTIAN NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi zat
alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis,
serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).

NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang
mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa
banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA
lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).

Narkotika, alkohol, psikotropika dan zat-zat adiktif yang ketika dikonsumsi akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Zat adiktif lainnya adalah zat-zat kimiawi yang dimasukan
kedalam tubuh manusia baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung). Kata lain
yang sering dipakai adalah narkoba.

B. JENIS-JENIS NAPZA
1. Ganja

Ganja atau mariyuana adalah psikotropika mengandung tetrahidronabinol dan kanabidiol


yang membuat pemakainya mengalami euforia. Ganj biasanya dibuat menjadi rokok untuk
dihisap supaya efek dari zatnya bereaksi.

Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari dengan bunga
jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecil-kecil dalam
dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di
atas 1.000 meter di atas permukaan laut.

Beberapa negara menggolongkan tumbuhan ini sebagai narkotika, walau tidak terbukti


bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang
menggunakan bahan-bahan sintetis atau semisintetis yang merusak sel-sel otak. Di antara
pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia. Meskipun dampak
penggunaan ganja bagi kesehatan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, tetapi kadar
tetrahidrokanabinol pada ganja yang semakin meningkat dari tahun ke tahun patut
diperhatikan. Kadar tetrahidrokanabinol pada daun ganja dulu berkisar antara 1% sampai 4%,
saat ini kadarnya bisa mencapai 7%. Semakin meningkatnya kadar tetrahidrokanabinol dapat
menyebabkan seseorang semakin mudah mengalami ketergantungan terhadap ganja.

Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban
dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya
disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung ganja untuk medis dan ganja
untuk rekreasi. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit
tertentu (termasuk kanker).

Adapun jenis tanaman yang masuk ke dalam golongan narkotika yaitu ganja adalah
sebagai berikut :

- Cimeng
Cimeng adalah ganja atau marijuana
- Cannabis

Kanabis adalah genus dari dioecious yang merupakan tanaman obat yang termasuk


famili Cannabaceae. Tumbuhan ini telah dibudidaya selama 5000 tahun di seluruh dunia dan
digunakan dalam tekstil, industri, medis, dan rekreasi.

Tanaman cannabis di beberapa negara termasuk Indonesia dimasukkan ke dalam


golongan narkotika yang secara hukum dianggap berbahaya demi kepentingan politik dan
ekonomi negara-negara tersebut.

- Casra
- Rasta
2. Opiat/candu

Opiat atau Opium disebut juga dengan candu adalah getah bahan baku narkotika yang


diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L. atau P. paeoniflorum) yang belum
matang.

Opium merupakan tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan


kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jorong dengan tepi
bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan keluar dari ujung ranting. Satu tangkai hanya
terdiri dari satu bunga dengan kuntum bermahkota putih, ungu, dengan pangkal putih serta
merah cerah. Bunga opium sangat indah hingga beberapa spesies Papaver lazim dijadikan
tanaman hias. Buah opium berupa bulatan sebesar bola pingpong bewarna hijau.
Obat ini merupakan golongan narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap
(inhalasi). Penggunaannya dapat menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation) dan
semangat yang menggebu-gebu. Penggunanya juga merasakan waktu berjalan lambat, pusing,
kehilangan keseimbangan/mabuk, birahi meningkat, dan timbul masalah kulit di sekitar mulut
dan hidung.

3. Putaw/Heroin

Heroin pertama kali dibuat pada tahun 1898 oleh Bayer, perusahaan farmasi Jerman, dan
dipasarkan untuk terapi TBC dan untuk menyembuhkan kecanduan morfin.
Heroin adalah senyawa narkotika yang sangat keras dengan sifat adiktif yang tinggi,
berbentuk butiran, tepung atau cairan. Jenis heroin yang populer saat ini adalah “putauw”.
Heroin diperoleh dari morfin melalui suatu proses kimiawi yang dikenal dengan istilah
“acetylion” (karena menggunakan acetic anhidrida dan acetyl chlorida).
Orang yang menggunakan heroin akan merasakan euphoria tau yang lebih dikenal dengan
perasaan yang sangat luar biasa senangnya. Namun sayang rasa yang ditimbulkan saat
memakai tidak sepadan dengan efek yang dihasilkan setelah memakai heroin, efeknya sangat
akan berdampak buruk dan berkepanjangan bagi kehidupan pemakai heroin tersebut tersebut .
Heroin (diacetylmorphine) adalah obat ilegal yang sangat adiktif dan penggunaannya
merupakan masalah serius di Amerika. Heroin adalah golongan opiat yang paling banyak
disalahgunakan dan paling adiktif. Heroin diproses dari morfin, suatu zat alami yang
diekstrak dari biji varietas tanaman poppy tertentu.
Heroin murni adalah bubuk putih dengan rasa pahit. Kebanyakan heroin dijual sebagai
bubuk putih atau kecoklatan dan biasanya “dicampur” dengan obat lain atau dengan zat
seperti gula, tepung, susu bubuk, atau kina. Heroin juga dapat dicampur dengan strychnine
atau racun lainnya. Karena pelaku penyalahguna heroin tidak tahu kekuatan sebenarnya dari
obat tersebut atau komposisi yang sebenarnya, mereka beresiko mengalami  overdosis atau
kematian. Bentuk lain dari heroin yang dikenal sebagai “tar hitam” mungkin lengket seperti
tar batubara seperti  atap atau keras, dan warnanya dapat bervariasi dari coklat tua sampai
hitam.
Nama umum untuk heroin yaitu Smack, H, Skag, Junk, Brown gula, Kuda,
Lumpur  dan  tar Black.
Sebenarnya penggunaan heroin dapat juga bermanfaat asalkan tidak disalah gunakan.
Heroin biasanya digunakan dalam dunia kedokteran sebagai obat bius. Heroin jika
dikonsumsi yang sangat mudah membuat seseorang kecanduan karena efeknya sangat kuat.
Obat ini bisa ditemukan dalam bentuk pil, bubuk, dan juga dalam bentuk cairan. Heroin
mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan sering disalahgunakan orang.
Heroin disebut juga putaw.
Adapun yang masuk ke dalam golongan heroin yaitu sebagai berikut :
- Pakauw
- Pete
- Hero
- Gepang
4. Kokain

Kokaina atau juga disebut sebagai kokain adalah senyawa sintesis yang


memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokaina merupakan alkaloid yang didapatkan
dari tumbuhan koka Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa
dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan”.

Saat ini kokaina masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk


pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu.
Kokaina diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama
dengan morfina dan heroina karena efek adiktif.

Zaman dahulu kala, sebelum ada obat bius, kokain digunakan oleh dokter sebagai
obat pereda rasa sakit. Namun saat ini, kokain tidak lagi digunakan untuk indikasi
medis apapun karena efeknya jauh lebih berbahaya dari manfaat yang bisa didapatkan.

Saat masuk ke dalam tubuh, kokain menyebabkan produksi dopamin di tubuh jadi
meningkat drastis. Dopamin adalah salah satu jenis neurotransmitter di tubuh yang
berhubungan dengan rasa kenikmatan dan kesenangan. Penumpukan dopamin di otak
inilah yang menjadi awal mula keburukan penggunaan kokain. Sebab, saat digunakan
terus-menerus tubuh akan mulai membiasakan diri dihujani  oleh dopamin yang bisa
memberikan rasa senang dan euforia.

Akibatnya, saat dopamin dalam jumlah banyak tersebut tidak terpenuhi, tubuh akan
mulai merasakan ngidam. Jika berhubungan dengan penggunaan narkoba, kondisi
sakau bisa muncul. Penggunaan kokain ini lalu akan mengubah susunan kimiawi di
otak, sehingga membuat kecanduan.
Adapun yang masuk ke dalam golongan heroin yaitu sebagai berikut :

- Coke

- Inex

5. Ekstasi

Ekstasi semula dibuat oleh Perusahaan Farmasi Merck pada tahun 1912. Aslinya, Ekstasi
terdiri dari Methylenediozymethamphetamine (MDMA), obat psikoaktif yang memiliki zat
stimulan yang sama dengan metamfetamin. Dalam bentuk aslinya, ia dikenal sebagai
"MDMA". MDMA digunakan di tahun 1953 oleh tentara Amerika Serikat dalam uji coba
perang, dan muncul kembali di 1960-an sebagai obat psikoterapi untuk “menurunkan
inhibisi1”. Baru pada 1970-an MDMA mulai digunakan sebagai narkoba pesta.
Di awal 1980-an, MDMA dipromosikan sebagai “zat kimia terbaik untuk pencarian
kebahagiaan” dan “narkoba wajib” untuk pesta-pesta akhir pekan. Masih tidak dilarang di
tahun 1984, MDMA dijual dengan nama dagang “Ekstasi,” tetapi di tahun 1985 dilarang
untuk dipergunakan dengan alasan keselamatan.
Sejak akhir 1980-an, Ekstasi menjadi istilah “marketing” bagi penjual narkoba “jenis
Ekstasi” yang dalam kenyataannya mungkin hanya sangat sedikit atau tidak ada kandungan
MDMA-nya. MDMA saja sudah dapat membuat efek yang sangat merusak. Yang dinamakan
ekstasi saat ini dapat berupa campuran zat-zat dari LSD, kokain, heroin, amfetamin dan
metamfetamin, sampai racun tikus, kafein, obat anti cacing anjing, dll. Terlepas dari logo
lucu yang dikenakan oleh para pengedar pada pil-pil itu, inilah yang membuat Ekstasi sangat
berbahaya; pengguna tidak benar-benar tahu apa yang dia konsumsi. Bahaya meningkat
ketika pengguna meningkatkan dosis untuk mendapatkan high yang setara dengan
sebelumnya, tanpa menyadari bahwa dia mungkin mamakai obat yang bahan campurannya
sama sekali berbeda.
Ekstasi paling sering berbentuk pil tetapi juga dapat disuntikkan dan dipakai dengan cara-
cara lain. Ekstasi cair sebenarnya adalah GHB (Gamma Hidroksibutirat), penekan sistem
saraf—zat yang juga dapat ditemukan di pembersih pipa, pembersih lantai atau pelarut lemak.
Adapun yang masuk ke dalam golongan ekstasi yaitu sebagai berikut:
- Buterfly
- Black heart
- Bonjovi
- Brow sugar
6. Shabu-Shabu
Metamfetamina (metilamfetamina atau desoksiefedrin), disingkat met, dan dikenal
di Indonesia sebagai sabu-sabu adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik. Obat ini
dipergunakan untuk kasus parah gangguan hiperaktivitas kekurangan
perhatian atau narkolepsi dengan nama dagang Desoxyn, tetapi juga disalahgunakan
sebagai narkotika. "Crystal meth" adalah bentuk kristal dari metamfetamina yang dapat
dihisap lewat pipa.
Sabu-sabu mengandung berbagai zat yang buruk bagi tubuh. Sabu-sabu yang dibuat
secara ilegal biasanya mengandung kafein tinggi, talk, dan racun lainnya. Studi mengatakan,
penggunaan sabu-sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada otak
yang menyebabkan gangguan emosi dan memori. Sabu-sabu memberikan efek
menyenangkan pada penggunanya. Ini bisa terjadi karena saat mengonsumsi sabu-sabu, tubuh
akan melepaskan neurotransmiter dopamin dalam jumlah yang besar. Dopamin merupakan
zat kimia yang dapat meningkatkan motivasi, kebahagiaan, dan kemampuan motorik.
Zat ini akan bekerja pada bagian otak yang menyebabkan seseorang selalu tergoda untuk
mengonsumsi lebih banyak sabu-sabu. Dalam banyak kasus 'pesta sabu', para penggunanya
akan berpesta dengan hanya mengonsumsi sabu-sabu selama beberapa hari tanpa makan
makanan apa pun. Efek dari menggunakan sabu-sabu adalah meningkatnya perhatian,
meningkatnya aktivitas, cara bicara yang cepat, penurunan nafsu makan, berkurangnya rasa
lelah, kehilangan kontrol diri, dan merasa euforia. Secara fisik, orang yang menggunakan
sabu-sabu akan bernapas lebih cepat, jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, suhu
tubuh meningkat, dan tekanan darah tinggi. Orang-orang yang menggunakan sabu-sabu
biasanya akan mengalami gejala psikis seperti paranoid, agresif, halusinasi baik pada
penglihatan maupun pendengaran, gangguan mood, dan delusi.
C. BAHAN ADIKTIF
1. Alkohol

Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa


organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon,[1] yang
ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol, dan


kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol
yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup
alkohol lainnya.

Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di


berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja,
umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.

Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek


samping ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir,
merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada
sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan
tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.

Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya
ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas,
terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi,
seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis
yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung, bicara mengawur, atau kehilangan
konsentrasi.

Efek samping terlalu banyak minuman beralkohol juga menumpulkan sistem kekebalan
tubuh. Alkoholik kronis membuat jauh lebih rentan terhadap virus termasuk HIV.

Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom
putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar
dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.

2. Nikotin

Nikotin adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami


oleh berbagai macam tumbuhan, seperti suku terung-terungan solanaceae dan tembakau.
Nikotin bertindak sebagai agonis (senyawa yang akan menimbulkan efek) di kebanyakan sel-
sel reseptor asetilkolin nikotin (nAChRs) di dalam tubuh terkecuali di dua subunit reseptor
nikotinik (nAChRα9) dan (nAChRα10), dimana nikotin bertindak sebagai reseptor antagonis
(tidak menimbulkan efek).

Pada tembakau, kadar nikotin dapat mencapai 0,6 sampai 3% dari berat kering tembakau.
Nikotin juga terkandung di dalam berbagai tumbuhan yang sering dikonsumsi sebagai
makanan, seperti terung, kentang, dan tomat, walaupun dalam kadar di bawah 200 nanogram
per gram berat kering.

Nikotin dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk melawan


serangan serangga dan binatang herbivora lainnya, sehingga pada masa lalu sering digunakan
sebagai insektisida.

Nikotin bersifat adiktif. Dalam rata-rata, sebatang rokok memberikan asupan 2mg nikotin
yang terserap dalam tubuh. Senyawa inilah yang membuat perokok mengalami
ketergantungan terhadap rokok dan produk yang mengandung nikotin lainnya.

Ciri-ciri adiksi dan ketergantungan nikotin diantaranya adalah perubahan perilaku,


penggunaan berlebihan, kembali ke kebiasaan merokok setelah berhenti,
ketergantungan fisik dan psikologis, serta toleransi obat. Selain ketergantungan, dalam jangka
pendek dan jangka panjang, nikotin tidak dikategorikan berbahaya bagi orang dewasa.
Walaupun demikian, dalam dosis yang sangat tinggi, nikotin dapat menyebabkan keracunan
dan berpotensi mematikan.

3. Solvent
Solvent atau pelarut adalah zat yang melarutkan zat lainnya untuk membentuk suatu
larutan. Dimana larutan adalah campuran homogen dalam tingkat molekul, apabila kedua zat
dicampur pada suatu perbandingan,maka zat yang lebih banyak disebut pelarut dan zat
lainnya disebut zat pelarut. Pelarut dapat berupa gas atau zat padat, namun yang paling sering
digunakan adalah cairan. Contohnya air, alkohol, aseton. Pelarut lain yang juga umum
digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut
organik.

Kegunaan solvent adalah sebagai pelarut yang berperan penting dalam industri maupun
laboratorium, misalnya dalam memproduksi cairan pembersih dan penyalut (pada tinta dan
cat). Pelarut juga dapat digunakan dalam proses ekstraksi (biasanya dalam kimia analis,
pemurnian kimiawi, dan pengilangan minyak bumi).

 Efek Napza/ Narkoba


Berdarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari penggunaan napza dapat
dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Stimulan
Stimulan menimbulkan persaaan yang segar dan bersemangat, tidak lelah, tidak lapar,
rasa nikmat dan bahagia, disorientasi mental, rasa cemas tinggi, mudah tersinggung,
gugup, sulit tidur, mual-mual serta keringat dingin. Contoh stimulan yaitu: Amphetamine,
Metamphetamine (shabu), XTC-Ecstasy, Kokain/Crack, Kafein, Alkohol, dan Marijuana.
2. Depresan
Depresan memberikan efek mengantuk sampai tidur, menimbulkan persaaan nyaman dan
tenang, mempengaruhi koordinasi gerakan, dan konsentasi. Contoh depresan yaitu
Opiate: heroin (PT), Barbiturat: hipnotik-sedative, Marijuana-Ganja, ocyContin,
Benzodiazepan, dan Alkohol.
3. Halusinogen
Halusinogen menyebabkan halusinasi, sangat dipengaruhi oleh perasaan saat itu, dapat
menyebabkan prilaku yang memalukan atau membahayakan. Contohnya yaitu: Jamur
kotoran sapi, Bunga kaktus, dan Lem (Aica Aibon, Fox).
 Cara Pakai Napza
Napza dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik dengan dihisap, dikunyah, ditelan
(melalui oral) ,dihirup (melalui hidung) maupun intravena (melalui jarum suntik)
sehingga dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.
 Berdasarkan Bentuk Napza
Berdasarkan bentuknya napza dibedakan menjadi cair, padat, kristal, lem, kertas, dan
bentuk-bentuk natural seperti daun, biji, bunga, getah.
 Berdasarkan Bahan Napza
Napza dibedakan menjadi 2 yaitu dari bahan alamai ( Natural) seperti tumbuh-tumbuhan
dan tanaman dan bahan buatan (Sintetik) seperti bahan kimia.
 Pengguna-Penyalahguna-Adiksi
 Pengguna: tidak akan memiliki masalah akibat penggunaanya karena semua aspek
kehidupan masih berjalan lancer.
 Penyalahguna: lebih sering menggunakan dan mencari situasi dimana ia memiliki
alasan untuk menggunakan atau ia menggunakan setiap kali ada masalah
 Adiksi: ketergantungan atau kecanduan dimana kebutuhan untuk mengkonsumsi
napza secara teratur dan tidak mampu menghentikan. Proses ini terjadi pada bertahap
dalam beberapa waktu tanpa terasa.
 Pengunaan VS Penyalahgunaan
 Pengunaan
Selama menjadi bagian dari kultur setempat dengan kontrol sosial, tidak menjadi
masalah sosial yang besar.
 Penyalahgunaan
Ketika digunakan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, tanpa memperhatikan
kepentingan pengobatan atau kultural akan menjadi masalah besar.
 Alasan Menggunakan Napza
1. Coba-coba : rasa ingin tahu
2. Pengobatan : sesuai dosis dan batas pengunaan
3. Tekanan lingkungan: ingin diterima kelompok
4. Tuntutan pekerjaan
5. Budaya
6. Adiksi
 Kiat-Kiat Penyalahgunaan Napza
1. Tidak mencoba-coba
2. Yakinkanlah diri anda bahwa anda tidak membutuhkan napza
3. Batasi pergaulan intensif dengan kelompok pengguna napza
4. Hindari ketergantungan (dalam relasi sosial) terhadap pengguna napza
 Dampak Buruk Penyalahgunaan Napza
 Fisik: Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi, Gangguan pada jantung dan pembuluh
darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah,
Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim,
Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual, dll
 Psikologis: Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang, gelisah, hilang kepercayaan
diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan
tertekan
 Ekonomi: Dalam konteks ekonomi pengunaaan napza berdampak terhadap seorang
pengguna yaitu banyak diantara mereka yang berakhir dengan kesulitan finansial
karena tidak mampu lagi bekerja akibat dari efek yang ditimbulkan oleh napza
tersebut.
 Sosial: Dampak di lingkungan keluarga yaitu suasana nyaman yang terganggu, sering
terjadi pertengkaran, marah yang tak terkendali, dan mudah tersinggung. Serta
perilaku menyimpang anak meningkatkan. Putus sekolah atau menganggur karena
dikeluarkan sekolah, meningkatnya pengeluaran orang tua karena besarnya dana
pengobatan, di sekolah dapat merusak disiplin dan motivasi belajar, meningkatnya
tingkat kenakalan mempengaruhi peningkatan penyalahgunaan, dan di masyarakat
dapat tercipta pasar gelap, pengedar atau bandar sering menggunakan perantara
remaja atau siswa, meningkatnya kejahatan, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, dan
menurunnya daya tahan sosial.
 Kaitan Napza Dengan IMS, HIV dan AIDS
Resiko sangat tinggi tertular IMS atau HIV apabila napza digunakan dengan cara suntik
yang tidak aman. Selain itu melakukan prilaku seksual saat dibawah pengaruh napza bisa
menyebabkan seseorang pada risiko tinggi tertular IMS atau HIV.
 Mitos dan Fakta
 Adiksi bisa sembuh
 Kalau sedikit saja, tidak apa-apa
 Hanya dipakai anak jalanan
 Pengguna napza bisa dilihat dari ciri-ciri fisiknya
 Pakai napza jadi keren
 Menolak tawaran teman untuk pakai napza berarti pengecut atau sok alim
 Peran PL Dalam Persoalan Napza dan Kelompok Dampingan
Memberikan pengetahuan dan informasi yang benar dan tepat tentang napza termasuk
tentang kaitan napza dengan risiko tertular IMS atau HIV secara seksual. Serta merujuk
KD pada pelayanan napza apabila dibutuhkan.

2. ANASTESI LOKAL DAN ANASTESI UMUM


A. Definisi
Anastesi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit dengan penggunaan obat dalam prosedur pembedahan telah dilakukan sejak jaman
kuno, termasuk dengan pemberian ethanol dan opium (opiate) secara oral. Pembuktian ilmiah
pertama dari penggunaan obat anestesi untuk pembedahan dilakukan oleh William Morton di
Boston pada tahun 1846 dengan menggunakan diethyl eter. Sedangkan istilah anestesi
dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi yang
dilakukan dahulu oleh orang Mesir menggunakan narkotik, orang Cina menggunakan
cannabis Indica, dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk menghilangkan
kesadaran.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: anestesi umum dan anestesi lokal. Berikut
ini akan dijelaskan mengenai anestesi umum dan anestesi lokal.

1. Anastesi Lokal

Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian
tubuh tertentu tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi
atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari anestesi umum yang
meliputi seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok secara reversible pada system
konduksi saraf pada daerah tertentu sehingga terjadi kehilangan sensasi dan aktivitas motorik.

Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
Sebagai contoh, bila anestetik lokal dikenakan pada korteks motoris, impuls yang dialirkan
dari daerah tersebut terhenti, dan bila disuntikkan ke dalam kulit maka transmisi impuls
sensorik dihambat. Pemberian anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis
sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafanya. Banyak macam zat yang dapat
mempengaruhi hantaran saraf, tetapi umumnya tidak dapat dipakai karena menyebabkan
kerusakan permanen pada sel saraf. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersifat reversible,
tanpa merusak serabut atau sel saraf.

Obat anestesi lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh dari Erythroxylon
coca yang dapat memberi rasa nyaman dan mempertinggi daya tahan tubuh. Pada awalnya di
dunia kedokteran digunakan untuk menghilangkan nyeri setempat misal pada gigi dan mata.
Karena kemampuannya untuk merintangi transmisi ke batang otak kemudian dipakai sebagai
anestesi blokade saraf pada pembedahan maupun dalam anestesi spinal umum. Barulah
kemudian pd thn 1892 dikembangkan anestesi lokal sintesis seperti prokain dan benzokain
beserta derivatnya. Kemudian pd tahun 1940 keatas dikenalkan anestesi modern yaitu
lidokain, prilokain dan bupivakain.

Obat - obat anestesi lokal umumnya dipakai adalah garam kloridanya yang mudah larut
dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya ditambahkan suatu vasokonstriktor yang
dapat menciutkan pembuluh darah sehingga absorbsi akan diperlambat, toksisitas berkurang,
mula kerja dipercepat dengan khasiat yang lebih ampuh dan lokasi pembedahan praktis tidak
berdarah, contohnya adrenalin dan efineprin.

1. Anestesi lokal dikatakan ideal bila memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
c. Toksisitas sistemis rendah
d. Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal pd selaput lendir
e. Mula kerja sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu cukup lama
f. Larut dalam air dengan menghasilkan larutan stabil dan tahan pemanasan (proses
sterilisasi).

KHASIAT DAN MEKANISME KERJA

2. Anastesi Lokal Mengakibatkan Kehilangan Rasa Dengan Cara:

1) Menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui


sel - sel saraf dan ujungnya.

2) Menghambat penerusan impuls dgn jalan menurunkan permiabelitas membran


sel saraf untuk ion natrium, yg dibutuhkan oleh sel saraf yg layak.

3. Efek Lain

1. Menekan sistem saluran pernafasan, bisa menyebabkan depresi dan terhambatnya


pernapasan sampai akhirnya kematian.tp anastesi lokal sintetik tdk terlalu berat menekan
ssp dibanding kokain.

2. Menekan sistem kardiovaskular

 Penurunan kepekaan untuk rangsangan listrik

 Penurunan kecepatan penerusan impuls dan daya kontraksi jantung

 Efek ini digunakan sebagai obat anti aritmia spt : prokain dan prokainamida

3. Vasodilatasi, pada dosis yang agak besar yang bisa mencapai peredaran darah (kecuali
kokain yang berefek vasokonstriksi)
4. Efek Samping
Efek samping penggunaan anestesi lokal terjadi akibat khasiat efek depresi terhadap
sistem saluran pernafasan dan efek kardio depresifnya (menekan fungsi jantung) dengan
gejala penghambatan pernapasan dan sirkulasi darah, serta efek lain dapat mengakibatkan
hipersensitasi berupa dermatitis alergi.

Seharusnya obat anestesi lokal diserap dari tempat pemberian obat. Jika kadar obat dalam
darah meningkat terlalu tinggi, maka akan timbul efek samping pada berbagai sistem
organ tubuh, yaitu:

a) Sistem Saraf Pusat


Efek terhadap SSP antara lain ngantuk, kepala terasa ringan, gangguan visual dan
pendengaran, dan kecemasan. Pada kadar yang lebih tinggi, akan timbul pula nistagmus dan
menggigil. Akhirnya kejang tonik klonik yang terus menerus diikuti oleh depresi SSP dan
kematian yang terjadi untuk semua anestesi local termasuk kokain.
Reaksi toksik yang paling serius dari obat anestesi local adalah timbulnya kejang karena
kadar obat dalam darah yang berlebihan. Keadaan ini dapat dicegah dengan hanya
memberikan anestesi local dalam dosis kecil sesuai dengan kebutuhan untuk anestesi yang
adekuat saja. Bila harus diberikan dalam dosis besar, maka perlu ditambahkan premedikasi
dengan benzodiapedin; seperti diazepam, 0,1-0,2 mg/kg parenteral untuk mencegah
bangkitan kejang.
b) Sistem Saraf Perifer (Neurotoksisitas)

Bila diberikan dalam dosis yang berlebihan, semua anestesi local akan menjadi toksik
terhadap jaringan saraf.

c) Sistem Kardiovaskular
Efek kardiovaskular anestesi local akibat sebagian dari efek langsung terhadap jantung
dan membran otot polos serta dari efek secara tidak langsung melalui saraf otonom. Anestesi
lokal menghambat saluran natrium jantung sehingga menekan aktivitas pacu jantung,
eksitabilitas, dan konduksi jantung menjadi abnormal. Walaupun kolaps kardiovaskular dan
kematian biasanya timbul setelah pemberian dosis yang sangat tinggi, kadang-kadang dapat
pula terjadi dalam dosis kecil yang diberikan secara infiltrasi.

d) Darah
Pemberian prilokain dosis besar selama anestesi regional akan menimbulkan penumpukan
metabolit o-toluidin, suatu zat pengoksidasi yang mampu mengubah hemoglobin menjadi
methemeglobin. Bila kadarnya cukup besar maka warna darah menjadi coklat.

5. Penggunaan

Anestesi lokal umumnya digunakan secara parenteral, misalnya pembedahan kecil


dimana pemakaian anestesi umum tidak dibutuhkan. Berdasarkan cara pemakaiannya
Anestesi lokal dibagi menjadi 6 jenis :

a) Anestesi Lokal, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya
larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata
untuk mengukur tekanan intraokuler mata atau mengeluarkan benda asing di mata, juga
sebagai salep untuk gatal dan nyeri luka bakar dan dlm bentuk supp. Untuk anti wasir.
b) Anestesi infiltrasi, yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung
sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi (pencabutan gigi)
c) Anestesi konduksi (penyaluran saraf), injeksi di tulang belakang, yaitu dengan
penyuntikan di suatu tempat dimana banyak saraf terkumpul, sehingga mencapai
anestesia dr suatu daerah yang luas, misal pada pergelangan tangan atau kaki, jg unt
mengurangi nyeri yg hebat
d) Anestesi spinal (intratechal)/injeksi punggung, dicapai pembiusan dr kaki sampai tulang
dada hny dalam beberapa menit. Kesadaran penderita tdk dihilangkan dan selesai
pembedahan tdk terasa mual.
e) Anestesi epidural, termasuk injeksi punggung. Obat disuntikan diruang epidural.
Tergantung pd efek yg dikehendaki, injeksi diberikan dilokasi yg berbeda: secara lumbal
(unt Sectio caesarea), obstreti dan pembedahan perut bag. Bawah, scr servical mencapai
hilang rasa ditengkuk; scr thoracal untuk pemotongan di paru-paru dan perut bag. atas
f) Anestesi permukaan, sebagai suntikan banyak digunakan sbg penghilang rasa oleh dokter
gigi unk mencabut geraham dan untuk pembedahan kecil, spt menjahit luka pd kulit, jg
digunakan untk bronkoskopi, gastroskopi, dan sitoskopi.
- Penggolongan

Secara kimiawi anestesi lokal dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

1) Senyawa ester, Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada
degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu
golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan
golongan amida. Contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain dan oksibuprokain.

2) Senyawa amida, contohnya : lidokain, prilokain, mepivakain, bupivikain, cinchokain

3) Serba-serbi, contohnya: jokain dan benzilalkohol

- Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Bupivikain

Bupivikain adalah obat anestesi lokal jenis amida


yang memiliki masa kerja panjang dan mula kerja yang
pendek. Seperti halnya anestesi lokal lainnya,
bupivacaine akan menyebabkan blokade yang bersifat
reversibel pada perambatan impuls sepanjang serabut
saraf, dengan cara mencegah pergerakan ion-ion
natrium melalui membran sel, ke dalam sel.

a) Indikasi :

a. Anestesi local
b. Anestesi Intrathekal (sub-arachnoid, spinal) unutk pembedahan
c. Pembedahan di daerah perut selama 45 – 60 menit (termasuk operasi Caesar)
d. Pembedahan dibidang urologi dan naggota gerak bawah selama 2- 3 jam

b) Kontra indikasi:

1) Hipersensitif terhadap anestesi lokal jenis amida


2) Penyakit akut dan aktif pada sistem saraf, seperti meningitis, poliomyelitis,
perdarahan intrakranial, dan demyelinating, peningkatan tekanan intrakranial,
adanya tumuor otak atau di daerah spinal
3) Stenosis spinal dan penyakit aktif (spondilitis) atau trauma (fraktur) baru pada
tulang belakang.
4) TBC tulang belakang
5) Infeksi pada daerah penyuntikan
6) Septikemia
7) Anemia pernisiosa dengan degeerasi kombinasi sub-akut pada medulaspinalis
8) Gangguan pembekuan darah atau sedang mendapat terapi antikoagulan secara
berkesinambungan
9) Hipertensi tidak terkontrol
10) Syok kardiogenik atau hipovolemi
11) Obstetric paracervical block
12) Anestesi Intravena (Bier’s Block) dan semua pemberian secara intravena
c) Efek samping:

a. Pada umumnya, hampir semua efek samping yang terjadi pada anestesi spinal,
berhubungan dengan efek blokade pada saraf itu sendiri, bukan karena efek
obatnya, antara lain: hipotensi, bradikardi, sakit kepala setelah punksi dural
b. Total blok spinal yang akan menyebabkan terjadinya depresi kardiovaskuler,
yang disebabkan blok pada sistem saraf simpatetis yang luas, dengan akibat
hipotensi, bradikardi, bahkan henti jantung; dan depresi pernapasan yang
disebabkan blokade otot-otot pernapasan, termasuk otot diafragma.
c. Cedera neurologis, meskipun sangat jarang, seperti parastesi, anestesi,
kelemahan motorik, hilangnya kontrol sphincter. meskipun bersifat reversibel,
tetapi dilaporkan juga adanya gangguan yang bersifat permanen.
d. Reaksi alergi, meskipun jarang, yang berupa dermatitis alergikan,
bronchospasme dan anafilaksis.
e. Toksisitas sistemik akut, seperti mengantuk (drowsiness), gelisah, excitement,
gugup, pandangan kabur, mual, muntah, kekakuan otot, sampai kejang hingga
hilangnya kesadaran dan henti jantung. Hal ini biasanya akibat terjadinya
penyuntikan ke intravaskuler secara tidak sengaja, yang ditandai rasa tebal di
lidah, light headedness, dizziness, dan tremor yang diikuti dengan kejang dan
gangguan kardiovaskuler.
d) Sediaan: Injeksi

2. Etil klorida

Etil klorida adalah obat anestesi lokal yang dapat digunakan untuk mengontrol rasa nyeri
terkait suntikan, prosedur bedah minor (seperti drainase abses kecil), dan analgesik sementara
pada cedera olahraga ringan. Etil klorida adalah agen vapocoolant (pendingin kulit) yang
ditujukan untuk pemberian topikal. Obat ini juga dapat digunakan
sebagai counterirritant dalam tata laksana nyeri myofasial dan ketegangan otot.
a) Indikasi:

a. Anestesi local
b. Anestesi untuk Mengurangi Nyeri Prosedural
c. Analgesik untuk Nyeri Otot

b) Kontra indikasi:

Pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terkait komponen obat ini dan pada pasien
dengan porfiria. Penggunaan pada kulit yang tidak intak atau membran mukosa.

c) Efek samping : Menekan pernafasan, mual dan gelisah

d) Sediaan : Injeksi dan topikal

3. Lidokain

Lidokain adalah obat anastesi lokal yang


menyebabkan hilangnya sensasi rasa sakit pada
tubuh. Meski begitu, efek Lidokain tidak sampai
menyebabkan Anda hilang kesadaran. Anastesi
lokal mencegah tubuh mengirim sinyal ke otak
dengan cara menghambat kerja saraf pada bagian
yang diaplikasikan obat.
a) Indikasi:
a. Anestesi infiltrasi dan permukaan, antiaritmia
b. Analgenik topikal
b) Kontra indikasi:
a. Efek bervariasi tergantung pada rute pemberian.
b. Sebagian besar efek bergantung pada dosis.
c. Frekuensi tidak dinyatakan.
d. Kardiovaskuler: aritmia, bradikardi, spasme arteri, kolaps kardiovaskuler,
ambang defibrilasi meningkat, udem, flushing, blok jantung, hipotensi, supresi
simpul SA, insufisiensi vaskuler (injeksi periartikuler).
e. SSP: agitasi, cemas, koma, bingung, disorientasi, pusing, mengantuk, eforia,
halusinasi, sakit kepala, hiperestesia, letargi, kepala terasa ringan, cemas,
psikosis, seizure, bicara tidak jelas, somnolens, tidak sadar.
c) Efek samping: mengantuk
d) Sediaan: Injeksi

4. Benzokain

Benzocaine adalah termasuk obat golongan anaestesi local atau obat bius lokal.
Pengobatan dengan Benzocaine bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri atau
membuat mati rasa terhadap suatu regional tubuh tertentu. Pengobatan dengan
Benzocaine juga bisa digunakan untuk radang tenggorokan yang sangat
mengalami nyeri menelan.

a) Indikasi: Anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan gatal


b) Kontra indikasi:

a. Tidak direkomendasikan untuk penderita dengan epiglottitis dan


methemoglobinemia.
b. Berhati-hati pada penderita dengan asma, bronchitis, emfisema, gangguan
jantung, perokok berat, dan anak anak dibawah 6 tahun.
c. Monitor tanda tanda methemoglobinemia seperti nyeri kepala, pingsan, sesak
nafas, kelemaan, disorientasi, nyeri dada, gangguan irama jantung, dan terjadi
asidosis.
d. Penggunaan obat antikolinesterase berasamaan dengan benzocaine dapat
mengurangi keefektifitasan benzocaine. Tidak boleh diberikan bersamaan obat
golonga sulphonamides karena cara kerjanya bertolak belakang.
e. Beritahu kepada dokter bila sedang mengonsumsi obat-obatan lain ataupun
herbal
c) Efek samping:

a. Alergi seperti gatal, kesulitan bernafas, pembengkakan wajah, lidah dan


tenggorokan atau bahkan sampai pingsan. Segera cari bantuan medis bila anda
mengalami keluhan seperti ini.
b. Perasaan seperti terbakar pada daerah pemakaian
c. Ruam merah pada kulit
d. Perasaan seperti disengat
e. Dermatitis kontak
f. Urtikaria
g. Edema atau bengkak
d) Sediaan: Injeksi

5. Prokain

Prokain adalah kombinasi dari benzilpenisilin dengan prokain agen anestesi lokal.


Obat disuntik melalui otot, secara lambat akan diserap ke sirkulasi dan dihdrolisa
menjadi benzilpenisilin.

a) Indikasi: Anestesi infiltrasi dan permukaan


b) Kontra indikasi: -
c) Efek samping: hipersensitasi dan kematian
d) Sediaan: Injeksi

6. Tetrakain

Tetracaine hidroklorida (Tetrakain) merupakan obat anestesi topikal kerja cepat dengan
durasi pendek yang digunakan untuk mata. Tetes mata tetracaine hidroklorida diberikan pada
mata sebelum menjalani prosedur yang membutuhkan anestesi kerja cepat dengan durasi yang
pendek seperti tonometri, gonioskopi, ekstraksi benda asing di kornea, pemulasan
konjungtiva, pelepasan jahitan dari kornea atau konjungtiva, operasi katarak, pterigium,
strabismus dan lain-lain.

a. Indikasi : Anestesi infiltrasi, lokal

b. Kontra indikasi:

Tidak boleh digunakan pada pasien dengan reaksi hipersensitivitas pada komponen
dalam sediaan. Reaksi alergi yang timbul dapat berupa sesak, mengi, pembengkakan pada
wajah, bibir, lidah atau bagian tubuh lainnya, bercak merah, gatal atau urtikaria di kulit.
Tetracaine juga tidak boleh digunakan oleh pasien tanpa pengawasan dokter.

c. Efek samping:

Efek samping pada mata, sistem kardiovaskular, sistem imun, infeksi, sistem saraf,
dan sistem pernapasan. Interaksi obat tetracaine yang paling perlu diwaspadai adalah
peningkatan risiko methemoglobinemia.

d. Sediaan: obat tetes mata dan tablet hisap

7. Benzilalkohol
Benzyl alcohol adalah alkohol aromatik yang digunakan sebagai komponen
pewangi, pengawet, pelarut, dan zat penurun kekentalan. Meski berlabel
“alkohol”, senyawa ini tidak sama dengan etanol atau alkohol yang terdapat
pada minuman keras.  

a. Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan cabut gigi

b. Kontra indikasi: insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi

c. Efek samping: menekan pernafasan

d. Sediaan: -

2. Anastesi Umum
Anestesi umum adalah hilang rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anestesi digunakan
pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri
(analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan
pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan
ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan
kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksansia otot.
- ANESTETIKA

 Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W Holmes yang artinya tidak ada rasa
sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

1. Anestesi umum yaitu rasa sakit hilang disertai dengan kehilangan kesadaran
2. Anestesi lokal yaitu menghilangkan rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran

Anestesi suntikan intravena (IV) biasa dipakai untuk taraf induksi kemudian dilanjutkan
dengan anestesi inhalasi untuk mempertahankan keadaan tidak sadar. Obat khusus sering
diberikan untuk menghasilkan relaksasi otot.

Untuk prosedur tertentu mungkin dibutuhkan hipotensi terkendali, untuk itu digunakan
labetolol dan gliseril trinitrat, sedangkan beta bloker seperti adenosin, amiodaron dan
verapamil bisa digunakan untuk mengendalikan aritmia selama anestesi.

- Dalam anestesi terdapat taraf-taraf narkosa tertentu yaitu penekanan sistrem saraf
sentral secara bertingkat dan berturut-turut sebagai berikut:

Taraf-taraf narkose
Anestesi umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan, yaitu:

1. Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasas nyeri berkurang

2. Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan

Kedua taraf ini disebut taraf induksi

3. Taraf anestesia, yaitu reflek mata hilang, nafas otomatis dan teraturseperti tidur dan
otot-otot melemas (relaksasi)

4. Taraf pelumpuhan sumsum tulang, yaitu kerja jantung dan pernafasan terhenti

Tujuan narkose adalah untuk mencapai taraf anestesia dengan sedikit mungkin kerja
ikutan atau efek samping, oleh karena itu taraf pertama sampai ketiga adalah yang paling
penting sedangkan taraf keempat harus dihindari. Pada proses recovery (sadar kembali)
terjadi dengan urutan taraf terbalik dari taraf ketiga sampai kesatu.

- Persyaratan Anestesia Umum

Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestesia umum adalah:

a. Berbau enak dan tidak merangsang selaput lendir.


b. Mula kerja cepat tanpa efek samping.
c. Sadar kembalinya tanpa kejang.
d. Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot –otot seluruhnya.
e. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.

Guna mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama digunakan suatu anestetika
dengan penambahan suatu obat pembantu, yang bertujuan untuk menghindarkan atau
memperkecil kerja ikutan dan memperkuat salah satu khasiat anestetiknya, seperti:

a. Sebelum narkose (premedikasi) diberikan obat-obat sedatif (klorpromazin,


morphin dan petidin) guna meniadakan kegelisahan dan obat-obat parasimpatolitik
(atropin) guna menekan sekresi ludah yang berlebihan.

b. Selama narkose, diberikan obat-obat relaksasi otot (tubokurarin, galamin)

c. Setelah narkose (post medikasi) diberikan obat-obat analgesik (methampiron)


dll, sedativa (luminal) dan anti emetika (klorpromazin HCl)

- Efek Samping
d. Hampir semua anestesi inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang
terpenting diantaranya adalah:

e. Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretilen

f. Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksi fluran, yang


paling ringan pada eter

g. Merusak hati oleh karena sudah tak digunakan lagi seperti senyawa kloroform

h. Merusak ginjal khususnya metoksifluran

- Penggolongan

Menurut penggunaannya anestesi umum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

i. Anestesi injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting (tiopental dan
heksobarbital)

j. Anestesi inhalasi, diberikan sabagai uap melalui saluran pernafasan,


contohnya eter

- Teknik Pemberian

Pemberian anestesi inhalasi dibagi menjadi 3 cara yaitu:

k. Sistem terbuka yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang
menutupi mulut atau hidung penderita, contohnya eter dan trikloretilen

l. Sistem tertutup yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan


campuran gas dengan oksigen dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan dimasukkan
kembali (bertujuan memperdalam pernapasan dan mencegah berhentinya pernapasan atau
apnea yang dapat terjadi bila diberikan dengan sistem terbuka. Karena pengawasan
penggunaan anestetika lebih teliti maka cara ini lebih disukai, contohnya siklopropan,
N2O dan halotan

m. Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang tenggorokan
atau trachea dengan memakai alat khusus seperti pada operasi amandel

- Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping


1. Dinitrogen Monoksida (N2O, gas gelak atau gas tertawa) Dinitrogen Monoksida
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa dan lebih berat daripada udara. N2O
biasanya tersimpan dalam bentuk cairan bertekanan
tinggi dalam baja, tekanan penguapan pada suhu kamar
± 50 atmosfir. N2O mempunyai efek analgesik yang
baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya
seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum untuk
mendapatkan efek analgesik maksimum ± 35% . Gas
ini sering digunakan pada partus yaitu diberikan 100%
N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa sakit
hilang tanpa mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O 2 pada waktu relaksasi untuk
mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara intermiten untuk
mendapatkan analgesik pada saat proses persalinan dan pencabutan gigi.

a. Indikasi : Anestesi inhalasi

b. Kontra indikasi :-

c. Efek samping :-

d. Sediaan :-

2. Enfluran

Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap,
tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan  soda
lime. Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Obat ini
masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi
dengan O2 atau campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3 %
volume.

a. Indikasi : Anestesi
inhalasi (untuk pasien yang tak tahan eter)

b. Kontra indikasi :-

c. Efek samping : Menekan pernafasan, gelisah dan mual

d. Sediaan :-
3. Halotan

Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak,


tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah terbakar/meledak,
tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan
cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan
4-5 kali eter atau 2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan
halotan adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi
jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi
terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah, tidak
mudah terbakar dan meledak. Kerugiannya adalah sangat
poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi
yang kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal,
menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pascaanestesi,
dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan gejala gagal napas dan sirkulasi
yang dapat menyebabkan kematian. Dosis induksi 2-4% dan pemeliharaan 0,5-2%.

a. Indikasi : Anestesi inhalasi


b. Kontra indikasi :-
c. Efek samping : Menekan pernafasan, aritmia dan hipotensi
d. Sediaan :-
4. Dropridol

Droperidol adalah semacam obat penenang yang berasal dari obat Butyrophenon.
Droperidol disebut juga Dehydrobenzpyridol (DBP). Droperidol merupakan derivat dengan
khasiat analegetik kuat. Droperidol digunakan sebagai antipsikotikum pada keadaan gelisah
akut, sebagai premedikasi pada induksi anestesi dan sebagai adjuvans pada pada nyeri infark
jantung bersama zat narkotik fentanyl. Obat droperidol dalam bentuk suntikan diberikan
kepada seorang penderita untuk memperopleh suatu keadaaan anestesi yang disebut
neurolepsi. Droperidol merupakan salah satu premedikasi anestesi yang dapat mengurangi
mual dan muntah pasca operasi pada pasien.

a. IndikasI : Anestesi inhalasi

b. Kontra indikasi :-

c. Efek samping :
a) Mengantuk
b) Nyeri kepala
c) Mati rasa
d) Halusinasi
e) Sesak napas, dada tertekan, kesulitan bernapas
f) Tekanan darah menurun atau hipotensi
g) Perasaan cemas dan gelisah
h) Efek samping ekstrapiramidal seperti parkinsonism, kontraksi otot berulang
(distonia), gerakan semakin melambat (bradikinesia), tremor, gerakan kaku
(diskinesia tardif)
i) Sindrom neuroleptik maligna, seperti demam tinggi, kaku, perubahan tekanan darah,
berkeringat
j) Gangguan jantung seperti peningkatan interval QT pada hasil EKG
d. Sediaan : -

5. Eter

Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas mengiritasi saluran
napas, mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime absorber, dan dapat terurai
oleh udara serta cahaya. Eter merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga pasien
dapat memasuki setiap tingkat anestesi. Eter dapat digunakan dengan berbagai metoda
anestesi. Pada penggunaan secara open drop uap eter akan turun ke bawah karena 6-10 kali
lebih berat dari udara. Penggunaan secara semi closed methode datam kombinasi dengan
oksigen dan N2O tidak dianjurkan pada operasi dengan tindakan kauterisasi. Keuntungan
penggunaan eter adalah murah dan mudah didapat, tidak perlu digunakan bersama dengan
obat-obat lain karena telah memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan
yang lebar, dan alat yang digunakan cukup sederhana. Kerugiannya adalah mudah
meledak/terbakar, bau tidak enak, mengiritasi jalan napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar
ludah, menyebabkan mual dan muntah, serta dapat menyebabkan hiperglikemia. Jumlah eter
yang dibutuhkan tergantung dari berat badan dan kondisi penderita, kebutuhan dalamnya
anestesi dan teknik yang digunakan. Dosis induksi 10-20% volume uap eter dalam oksigen
atau campuran oksigen dan N2O. Dosis pemeliharaan stadium III 5-15% volume uap eter.

a. Indikasi : Anestesi inhalasi


b. Kontra indikasi :-

c. Efek samping : Merangsang mukosa saluran pernafasan

d. Sediaan :-

6. Ketamin Hidrolorida

Ketamine Hidrolorida adalah salah satu jenis anestesi umum


atau obat bius total. Obat ini diberikan untuk menghilangkan
kesadaran pasien yang akan menjalani suatu prosedur medis,
misalnya pembedahan. Obat ini bekerja dengan mengganggu sinyal
di otak yang berperan pada respon tubuh terhadap kesadaran dan
rasa sakit.

a. Indikasi : Anestesi inhalasi

b. Kontra indikasi :-

c. Efek samping : Menekan pernafasan (dosis tinggi), halusinasi dan tekanan darah naik

d. Sediaan : Injeksi

7. Tiopental
Thiopental adalah obat penenang yang digunakan sebelum operasi dan untuk
mengatasi kejang. Obat ini dapat mengurangi aktivitas saraf di otak sehingga bisa
membuat seseorang merasa rileks dan mengantuk. Karena berfungsi sebagai obat
penenang, thiopental terkadang sering disalahgunakan. Penggunaan thiopental yang
berlebihan dapat membahayakan karena akan mengakibatkan kecanduan, ketergantungan,
koma, hingga mengancam nyawa.
a. Indikasi : Anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti
di mulut
b. Kontra indikasi : Insufisiensi sirkulasi jantung dan
hipertensi
c. Efek samping : Menekan pernafasan
d. Sediaan : Injeksi

CONTOH SEDIAAN ANASTESI UMUM:


GENERIK DAGANG PABRIK

Diaethyl Aether Aether Anaestheticus Kimia Farma

Ketamin Hidroklorida Ketalar Parke Davis

Tiopental Natrium Penthothal Sodium Abbot

Enflurane Athrane Abbot

Halothanum Fluothane Zeneca

3. VAKSIN

A. Pengertian Vaksin

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap
suatu penyakit. Pemberian vaksin (imunisasi) dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi penyebab penyakit - penyakit tertentu. Vaksin biasanya
mengandung agen yang menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit dan sering
dibuat dari mikroba yang dilemahkan atau mati, dari toksinnya, atau dari salah satu
protein permukaannya. Agen merangsang sistem imun untuk mengenali agen sebagai
ancaman, menghancurkannya, dan untuk lebih mengenali dan menghancurkan
mikroorganisme yang terkait dengan agen yang mungkin ditemui di masa depan. Vaksin
dapat bersifat profilaksis (misalnya untuk mencegah atau memperbaiki efek infeksi di
masa depan oleh patogen alami atau "liar") atau terapeutik (misalnya vaksin terhadap
kanker).

B. Komponen Vaksin
1. Antigen aktif :
 bakteri yang dilemahkan
 bakteri yang dimatikan
 zat yang dikeluarkan oleh bakteri
 virus yang dilemahkan:
 virus mati
 virus mati /fraksi antigen /rekayasa genetika: Hepatitis B.
2. Zat tambahan :
 Cairan pelarut  aquades/ NaCl 0.9%
 bahan pengawet/stabilisator  mercuri dan antibiotika
 Ajuvant  aluminium

C. Jenis Vaksin
1. Vaksin virus
• Contoh : Vaksin MR (vaksin campak dan rubella) diberikan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus campak dan rubella (campak
jerman), Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. vaksin
campak adalah vaksin untuk mencegah penyakit campak, yang mulai diberikan
pada anak usia 9 bulan. Pemberian vaksin ini masuk ke dalam program imunisasi
rutin lengkap yang dianjurkan oleh pemerintah Indonesia.
2. Vaksin bakteri yaitu vaksin yang melindungi tubuh dari infeksi bakteri
Contoh : Vaksin Hib melindungi balita Anda dari infeksi bakteri penyebab
meningitis, pneumonia, dan epiglotitis.
3. Vaksin hidup
Vaksin hidup adalah vaksin yang dilemahkan di laboratorium, tapi bukan
dihancurkan. Virus atau bakteri yang disuntikkan tidak akan menyebabkan sakit,
tapi dapat berkembangbiak untuk memunculkan respons sistem imun. Vaksin
hidup ini mendatangkan kekebalan yang lebih kuat dan bisa memberikan
perlindungan seumur hidup meskipun hanya diberikan satu atau dua kali. Namun,
vaksin ini tidak dapat diberikan pada mereka yang mengalami gangguan sistem
kekebalan tubuh, seperti ODHA atau yang sedang menjalani kemoterapi, karena
kekebalan tubuh yang lemah justru dapat berisiko memicu penyakit yang ingin
dicegah. Sebelum diberikan, vaksin-vaksin ini perlu disimpan di dalam lemari
pendingin khusus agar tetap hidup. Hal ini dapat menjadi kendala jika vaksin akan
dikirim atau disimpan di daerah dengan infrastruktur yang masih bermasalah
seperti seringnya mati lampu. Suhu yang tidak sesuai untuk penyimpanan vaksin
akan memengaruhi kualitas vaksin sehingga imunitas yang terbentuk tidak
optimal.
Contoh vaksin hiup :
 Vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin adalah vaksin yang diberikan
untuk melindungi diri terhadap tuberkulosis (TB), yaitu penyakit infeksi yang
terutama menyerang paru-paru. Bayi yang baru lahir hingga berusia dua bulan
adalah kelompok usia yang paling efektif untuk menerima vaksin ini. Vaksin
ini berisi sedikit jumlah bakteri TB yang telah dilemahkan dan akan
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri TB nantinya.
 Vaksin MMR adalah vaksin yang diberikan dengan tujuan agar tubuh
terlindung dari penyakit gondong, campak, dan rubella. Meski bertujuan
melindungi tubuh, namun vaksin ini tidak luput dari kontroversi, yaitu
dianggap dapat membuat anak mengalami autisme. Vaksin MMR
merupakan gabungan vaksin yang efektif dan aman dalam melawan gondong,
campak, dan rubella. Suntikan ini mengandung virus dari ketiga penyakit
tersebut, yang sudah dilemahkan terlebih dahulu.
4. Vaksin inaktif
Vaksin yang terbunuh atau tidak aktif (killed/inactivated vaccines) bekerja dengan
bantuan berbagai metode kimia, radiasi, atau panas. Patogen tidak aktif sehingga
tidak dapat mereplikasi di inang dan digunakan sebagai agen vaksinasi. Vaksin
bakteri umumnya menggunakan mikroorganisme mati, sedangkan vaksin virus
terdiri dari agen yang tidak aktif
Contoh vaksin inktif : Contoh vaksin yang sudah dimatikan: vaksin pertusis utuh
(whole-cell pertussis) dan inactivated polio virus (IPV
D. Number of Childhood Vaccines Routinely Used in Developing and Established
Market Countries

E. Imunisasi Sesuai Kelompok Umur


1. Bayi ( baru lahir – 1 tahun )
Bayi baru lahir sampai umur 1 tahun mendapat imunisasi dasar. Imunisasi dasar
merupakan penyuntikkan vaksin tertentu yang diberikan kepada bayi sesuai
dengan usianya. Imunisasi dasar dapat menghindarkan bayi dari beberapa
penyakit yang bahkan bisa sampai menyebabkan kematian
2. Balita ( 1 – 4 tahun )
Imunisasi ulangan (Catch-up immunization) Saat anak berusia 1-4 tahun,
imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi
dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi untuk melengkapu imunisasi yang belum
lengkap (catch up immunization).
3. Usia sekolah ( 5-12 tahun )
Catch-up immunization Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan
usia remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi yang belum didapatkan
anak. Di usia remaja, imunisasi diperlukan untuk persiapan masa dewasa dan
kehamilan.
4. Lansia mengurangi morbiditas

F. Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur


1. Bayi ( Lahir – 1 tahun )
Vaksin BCG, Polio, Hepatitis B, DTP , Campak+ Hib,Pnemokokus,Rotavirus
2. Balita ( 1 – 4 tahun )
Vaksin DPT, Polio, MMR, Tifus, HepA, Varisela, Influenza, Hib, Pneu
3. Usia sekolah ( 5 – 12 tahun )
Vaksin DPT, Polio,Campak, MMR, Tifoid, HepA, Varisela, Influenza, Pneu
4. Remaja ( 12 – 18 tahun )
Vaksin TT, HepB, (MM)R, Tifoid, HepA, Varisela, Influenza, Pneumo,HPV
5. Lansia
Vaksin Influenza dan Pneumokokus
G. Dasar imunolgi vaksinasi
 Tubuh kita sebenarnya berada dalam ancaman berbagai patogen
 Kesanggupan tubuh untuk melawan patogen yang menyerangnya diperankan oleh
kumpulan organ, jaringan, dan molekul yang disebut sistem imun
Menghalangi mikroorganisme menembus tubuh dan menghancurkannya oleh mekanisme :

1. innate immunity (imunitas alami=bawaan)


adalah mekanisme suatu organisme mempertahankan diri dari infeksi organisme lain,
yang dapat segera dipicu beberapa saat setelah terpapar hampir semua jenis patogen.
Sistem kekebalan ini merupakan sistem kekebalan pertama dan melengkapi manusia
sejak saat dilahirkan. Sel-sel yang terlibat dalam sistem imun bawaan, mengenali dan
merespon patogen dalam cara yang umum, dan memberikan perlindungan tubuh
jangka pendek bagi inangnya. Sistem sistem imun bawaan menyediakan pertahanan
melawan infeksi dan dapat ditemukan pada semua tumbuhan dan hewan.
2. adaptive immunity (imunitas didapat)
Sistem imun adaptif , juga disebut sebagai sistem imun yang didapat , adalah
subsistem dari sistem kekebalan yang terdiri dari sel-sel sistemik khusus dan proses
yang menghilangkan patogen dengan mencegah pertumbuhannya. Sistem kekebalan
yang didapat adalah salah satu dari dua strategi kekebalan utama yang ditemukan
pada vertebrata (yang lainnya adalah sistem kekebalan tubuh bawaan ).

H. Pertahanan fisis, kimiawi dan biologis


I. Imunitas didapat (Adaptive Immunity)
 Menjadi aktif setelah dirangsang oleh patogen yang masuk tubuh tidak dikenal dan
dianggap benda asing
 Mekanisme ini terjadi setelah infeksi atau vaksinasi
J. Prinsip Imunisasi

Sistem pertahanan tubuh atau sistem imunitas tubuh adalah sistem fislologi tubuh
yang memberikan kekebalan terhadap masuknya bahan asing (non-self) yang disebut
antigen, termasuk bibit penyakit, mikroorganisme.Induksl imunitas oleh suatu antigen
dapat memberikan kekebalan spesifik terhadap antigen yang bersangkutan, dan ini
dimanfaatkan di dalam upaya preventif melalui imunisasi. Jadi berdasarkan sifatnya,
imunitas tubuh dapat bersifat spesifik yang berhubungan dengan antigen penginduksi
respon imunnya dan non-spesifik, yang berhubungan dengan sifat barier anatomis
tubuh dan sifat spesies serta genetiknya. Keberadaan imuniteis tubuh dapat terjadi
secara alamiah, bawaan dari sejak lahir, yaitu karena struktur anatomis tubuh dan
spesiesnya yang umumnya bersifat nonspesifik dan dapat diperoleh dari ibunya yang
dapat bersifat spesifik. Secara alami melalui pemah terinfeksi/ sakit atau secara buatan
melalui imunisasi yang kekebalannya bersifat spesifik. Ada tiga karakteristik utama
imunitas tubuh yang menjadi dasar terjadinya imunitas khususnya imunitas spesifik
dapatan yaitu pengenalan, kemampuan sistem imun dalam mengenal bahan asing
(non-self) dan bahan sendiri (self); spesifisitas, kemampuan sistem imun yang
memberikan respon spesifik terhadap antigen (bahan asing) penginduksinya dan
memori/ ingatan, kemampuan respon imun yang lebih besar pada kontak kedua
(respon
sekunder) dibandingkan kontak pertama (respon primer) dengan antigen yang sama.

K. Vaksin v/s Antibodi

Vaksin Antibodi
 Imunisasi aktif  Imunisasi pasif
 Pertahanan didapat dari  Pertahanan didapat dari
dalam sendiri luar
 Untuk pencegahan (sebelum  Untuk pengobatan
terpapar) (sesudah terpapar)
 Onset: 2 minggu  Cepat (jam)
 Efeknya lama (tahun)  Efeknya sebentar
(minggu)

L. Vaksinasi
 PPI/Pengembangan program imunisasi
a. BCG
b. DTP
c. Polio
d. Campak
e. Hepatitis B
 non-PPI
a. Hib,Pnemokokus
b. MMR,Influenza
c. Hepatitis A
d. Tifoid
e. Varisela
f. HPV,Rotavirus

Vaksin digunakan untuk pencegahan penyakit yang sulit diobati, penyakit yang berbahaya
(angka kecacatan kematian tinggi), penyakit yang mudah menular. Seperti :

1. Meningitis TBC

  Meningitis adalah suatu penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan pada lapisan otak
dan sumsum tulang belakang yang disebut meningen. Lapisan ini mempunyai fungsi
melindungi otak dari cedera dan infeksi. Ada banyak jenis penyakit meningitis salah
satunya adalah meningitis TB yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Meniningitis TB dapat terjadi sebagai berikut:

 Bakteri tuberkulosis masuk ke tubuh melalui droplet (percikan ludah) seorang yang
terinfeksi bakteri TB. Droplet ini keluar bersamaan dengan batuk/bersin yang
kemudian terhisap oleh seseorang.
 Bakteri akan memperbanyak diri dalam paru-paru, menembus pembuluh darah, dan
akan melalui sirkulasi pembuluh darah menyebar ke berbagai organ tubuh salah
satunya adalah otak.
 Bakteri yang menembus lapisan otak (meningen) dan jaringan otak akan membentuk
tuberkel-tuberkel yang makin lama makin berkembang.
 Apabila daya tahan tubuh orang tersebut baik, maka bakteri akan dormain/tidak aktif.
Jika suatu saat daya tahan tubuh orang tersebut menurun, maka tuberkel ini dapat
pecah dan menyebabkan meningitis TB. Pecahnya tuberkel dapat terjadi segera atau
beberapa bulan/tahun sejak seseorang terkena infeksi awal tergantung pada daya tahan
tubuhnya.
 Proses infeksi di otak ini akan meningkatkan tekanan dalam kepala yang
menyebabkan rusaknya syaraf dan jaringan dalam otak yang biasanya berat/parah
2. Difteria

Difteria adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae. Kelainan atau patologi yang terjadi disebabkan oleh suatu
eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri tersebut (strain toksigenik). Untuk dapat bersifat
toksigenik diduga suatu bacteriophage memegang peranan penting. Penyakit difteria
merupakan penyakit yang sangat menular dan mengancam kehidupan, dengan angka
kematian yang tinggi. Meskipun dengan cakupan imunisasi DPT/DT yang cukup
Manifestasi penyakit ini dapat bervariasi dari tanpa gejala sampai keadaan hipertoksik
serta fatal. Faktor yang mempengaruhi antara lain imunitas pejamu terhadap toksin,
virulensi serta toksigenitas kuman C. Diphteriae dan lokasi penyakit. Penyakit difteria
dapat menyerang hidung, tonsil dan faring, laring, kulit, vulvovaginal, konjungtiva dan
telinga. Gejala yang berat terjadi pada difteria tonsil dan faring serta laring, yang
dimulai dengan gejala anoreksia, malaise, demam ringan dan nyeri menelan. Dalam 1 –2
hari kemudian timbul membran yang melekat berwarna putih kelabu yang menutup
tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah, ke laring
dan trakea yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafa
Beberapa langkah pengobatan yang akan dilakukan antara lain:
 Pemberian antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri. Karena
tidak semua orang tubuhnya bisa menerima antitoksin, maka dokter akan memberi
antitoksin dengan dosis rendah dan meningkatkan dosisnya secara bertahap. Hal
tersebut akan dilakukan bila penderita memiliki alergi terhadap antitoksin.
 Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi di bawah pengawasan dokter.
 Anjuran pemberian booster vaksin difteri setelah pengidap kembali sehat, untuk
membangun pertahanan terhadap difteri.

3. Pertusis

Batuk rejan atau pertusis (whooping cough) bisa dikenali dengan rentetan batuk keras
yang terjadi secara terus-menerus. Biasanya, batuk ini sering diawali dengan bunyi
tarikan napas panjang melengking khas yang terdengar mirip “whoop”. Batuk rejan
dapat menyebabkan penderita sulit bernapas. Batuk rejan disebabkan oleh infeksi
bakteri Bordetella pertussis di saluran pernapasan. Infeksi bakteri ini akan menyebabkan
pelepasan racun dan membuat saluran napas meradang. Tubuh merespons hal tersebut
dengan memproduksi banyak lendir untuk menangkap bakteri yang selanjutnya
dikeluarkan dengan batuk. Kombinasi peradangan dan penumpukan lendir bisa
membuat penderita sulit bernapas. Oleh karena itu, penderita harus berusaha menarik
napas lebih kuat, yang kadang memunculkan bunyi lengking (whoop) tepat sebelum
batuk-batuk. Semua orang bisa terkena batuk rejan. Namun, risiko terkena penyakit ini
lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi di bawah ini:

 Bayi berusia di bawah 12 bulan atau lansia


 Belum menjalani atau melengkapi vaksinasi pertusis
 Berada di area wabah pertusis
 Sedang hamil
 Sering melakukan kontak dengan penderita pertusis
 Menderita obesitas
 Memiliki riwayat asma
 Pengobatan batuk rejan
1. pemberian antibiotik
Penggunaan antibiotik memiliki sejumlah fungsi, di antaranya untuk membasmi bakteri,
mengurangi potensi kambuhnya batuk rejan atau penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain,
dan mencegah penularan penyakit ini ke orang lain. Antibiotik lebih efektif bila diberikan
pada minggu-minggu awal infeksi. Akan tetapi, antibiotik tidak akan langsung meredakan
gejala batuk pada pertusis.
2. Perawatan mandiri di rumah

 Perbanyak istirahat dan sering minum air putih.


 Makan dengan porsi lebih kecil tapi lebih sering bila sering mengalami mual atau
muntah setelah batuk.
 Menjaga kebersihan dan jauhi debu atau asap rokok.
 Menggunakan pelembap ruangan untuk menjaga kelembapan udara.
 Menutup mulut dan hidung atau gunakan masker saat batuk atau bersin.
 Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

3. Perawatan di rumah sakit

 Penyedotan lendir atau dahak dari saluran pernapasan


 Pemberian oksigen melalui alat bantu napas, seperti masker atau selang (nasal
kanul), terutama bila pasien sulit bernapas
 Penempatan pasien di ruang isolasi untuk mencegah penyebaran penyakit
 Pemberian nutrisi dan cairan melalui infus, terutama jika pasien berisiko
dehidrasi atau sulit menelan makanan
4. Tetanus
Tetanus adalah kondisi kaku dan tegang di seluruh tubuh akibat infeksi kuman. Kaku
dan tegang seluruh tubuh ini terasa menyakitkan dan dapat menyebabkan kematian.
Gejala tetanus akan muncul dalam 4-21 hari setelah terinfeksi. Kuman atau bakteri
tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit, dan akan mengeluarkan racun
untuk menyerang saraf. Bakteri ini bernama Clostridium tetani, yang banyak
ditemukan pada tanah, debu, atau kotoran hewan.
 Gejala Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul dalam 4-21 hari
setelah terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika Anda mengalami luka dan tidak
mendapat antiracun tetanus, terutama jika muncul beberapa gejala seperti:

 Demam
 Pusing
 Berkeringat berlebihan
 Jantung berdebar
gejalanya dapat diredakan dengan suntik antitetanus, obat-obatan, dan vaksin tetanus.
Selain untuk meredakan gejala, vaksin tetanus juga diberikan sebagai pencegahan.
Imunisasi tetanus termasuk wajib di Indonesia, dan harus dilakukan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan

5. Penyakit polio
Poliomyelitis atau polio adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan sangat
menular, tetapi dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio.
 Penyebab Polio
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui rongga mulut
atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah. Penyebaran virus
polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita polio, atau melalui
konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio. Virus ini juga
dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, namun lebih
jarang terjadi.
Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan vaksin polio,
terlebih pada kondisi berikut ini:

 Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas.
 Sedang hamil.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita AIDS.
 Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio.
 Pernah menjalani pengangkatan amandel.
 Menjalani aktivitas berat atau mengalami stres setelah terpapar virus polio.
 Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio.
 Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio.
 Komplikasi Polio
Polio paralisis dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:
 Kecacatan.
 Kelainan bentuk tungkai dan pinggul.
 Kelumpuhan, baik sementara atau permanen.
6. Campak

Campak adalah munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat infeksi virus.
Campak merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius,
terutama pada bayi dan anak-anak. Campak disebabkan oleh virus, yang menular melalui
percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa
terjadi bila seseorang menyentuh hidung atau mulut, setelah memegang benda yang
terpercik air liur penderita.
 Gejala Campak
Penderita campak awalnya mengalami gejala berupa batuk, pilek, dan demam.
Kemudian sering kali muncul bercak keputihan di mulut, diikuti timbulnya ruam
kemerahan di wajah. Seiring waktu, ruam bisa menyebar ke hampir seluruh bagian
tubuh. Gejala campak akan mereda secara bertahap tanpa pengobatan khusus, dan
hilang kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.
 Pengobatan Campak
Campak dapat sembuh sendiri secara bertahap dalam beberapa hari. Namun untuk
membantu meredakan gejala, penderita bisa banyak minum air putih dan minum obat
pereda nyeri. Asupan suplemen vitamin A juga bisa membantu meredakan gejala.
7. Penyakit gondong / mumps
Gondongan adalah peradangan kelenjar parotis akibat infeksi virus. Gondongan ditandai
dengan pembengkakan pada pipi penderita. Kondisi ini dapat menular dan umumnya
diderita oleh anak-anak.   Kelenjar parotis terletak di bawah telinga. Kelenjar ini
berfungsi memproduksi air liur. Gondongan terjadi ketika kelenjar parotis mengalami
peradangan akibat infeksi virus dari golongan paramyxovirus. Virus tersebut dapat
dengan mudah menyebar ke orang lain melalui percikan ludah atau lendir yang keluar
mulut atau hidung.
 Penyebab Gondongan
Gondongan disebabkan oleh infeksi virus dari golongan paramyxovirus. Virus ini
menyebar melalui droplet, yaitu percikan air liur dan lendir yang keluar dari mulut dan
hidung penderitanya. Virus yang masuk akan menetap, berkembang biak, dan
menyebabkan peradangan serta pembengkakan pada kelenjar parotis.
Penyebaran virus ini bisa dengan mudah terjadi saat:

 Terhirup percikan lendir saat penderita batuk, bersin, dan berbicara


 Menyentuh benda-benda yang ada di sekitar penderita, lalu menyentuh hidung dan
mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
 Melakukan kontak langsung dengan penderita, misalnya berciuman
 Berbagi alat makan dan minum dengan penderita
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gondongan, yaitu:

 Belum mendapat vaksin MMR untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan
rubella
 Berusia 2–12 tahun
 Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS, penggunaan obat
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama, atau kemoterapi
 Tinggal atau berpergian ke daerah yang memiliki banyak kasus gondongan
 Gejala Gondongan

 Pipi bengkak, bisa hanya satu sisi atau kedua sisi, akibat pembengkakan kelenjar
parotis
 Demam
 Nyeri saat mengunyah atau menelan makanan
 Mulut kering
 Sakit kepala
 Nyeri sendi
 Nyeri perut
 Hilang nafsu makan
 Pengobatan Gondongan
Jika sistem imun penderita baik, gondongan dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu
1–2 minggu. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan keluhan dan gejala
yang muncul saat menderita gondongan adalah:

 Memperbanyak istirahat dan mencukupkan tidur


 Memperbanyak minum air putih
 Mengompres area yang bengkak dengan air hangat atau air dingin untuk meredakan
rasa sakit
 Mengonsumsi makanan lunak agar tidak perlu mengunyah terlalu banyak
 Mengonsumsi pereda demam dan nyeri, seperti ibuprofen dan paracetamol

8. Penyakit rubella

Rubella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Dikenal juga sebagai campak
Jerman, yang biasanya menyerang anak-anak dan remaja. Rubella sendiri merupakan
penyakit yang berbeda dari campak, tetapi memiliki kesamaan karena sama-sama
menyebabkan ruam kemerahan pada kulit.
 Gejala Rubella
Gejala rubella muncul 2 sampai 3 minggu sejak terpapar virus, dan dapat berlangsung
selama 1-5 hari. Gejalanya meliputi:

 Ruam merah yang bermula di wajah, lalu menyebar ke badan dan tungkai.
 Demam.
 Sakit kepala.
 Pilek dan hidung tersumbat.
 Tidak nafsu makan.
 Mata merah.
 Nyeri sendi, terutama pada remaja wanita.
 Muncul benjolan di sekitar telinga dan leher, akibat pembengkakan kelenjar getah
bening.
Gejala yang timbul akibat rubella biasanya ringan, sehingga sulit terdeteksi. Namun begitu
seseorang terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5-7 hari. Periode
yang paling rentan untuk menularkan penyakit ini pada orang lain adalah pada hari pertama
sampai hari kelima setelah ruam muncul.
 Pengobatan Rubella

 Pengobatan rubella cukup dilakukan di rumah, karena gejalanya tergolong ringan.


Dokter akan meresepkan obat paracetamol guna meringankan nyeri dan demam, serta
menyarankan pasien untuk banyak beristirahat di rumah, agar virus tidak menyebar ke
orang lain.

 Pada ibu hamil yang menderita rubella, dokter mungkin akan meresepkan antibodi
hyperimmune globulin untuk melawan virus. Meski dapat mengurangi gejala,
antivirus tidak mencegah kemungkinan bayi menderita sindom rubella kongenital,
yaitu suatu kondisi yang menyebabkan bayi terlahir dengan kelainan.
9. Penyakit HIB
Haemophilus influenzae type b (Hib) merupakan bakteri penyebab penyakit serius
yang merupakan golongan bakteri Haemophilus influenzae. Infeksi bakteri ini
biasanya menjangkiti anak-anak di bawah usia 5 tahun. Meski demikian, orang
dewasa yang menderita kondisi medis tertentu juga bisa terserang penyakit akibat
infeksi bakteri Hib. Bakteri Hib bisa hidup di hidung dan tenggorokan orang yang
sehat, dan biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Penyebarannya melalui lendir
atau ingus dari tenggorokan dan hidung penderita, misalnya ketika dia batuk atau
bersin. Apabila sudah mengalami kontak dengan bakteri Hib, anak-anak bisa
mengalami berbagai penyakit berat.

10. Varisela

Varisela atau chicken pox atau dikenal dengan cacar air atau “plentingen” merupakan
penyakit yang sangat menular terutama pada anak-anak. Penyebab penyakit ini adalah
virus Varicella Zoster. Dari pertama kali terinfeksi virus sampai timbul gejala adalah
14-21 hari. Gejala biasanya ringan pada anak-anak, tetapi dapat menjadi serius bila
yang terkena adalah bayi atau dewasa. Namun anak-anak dengan kekebalan tubuh
yang sangat menurun, gejala yang ditimbulkan adalah berat dan kadang fatal. Cacar
air dapat menular lewat udara namun lebih mudah melalui air ludah atau terjadi
penularan lewat kontak langsung dengan kulit penderita cacar.

 Penyebab dan Faktor Risiko Cacar Air


Cacar air disebabkan oleh virus, yang mudah menular melalui percikan ludah, serta
kontak langsung dengan cairan yang berasal dari ruam. Penyakit ini lebih rentan
menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang
dapat meningkatkan risiko cacar air, di antaranya:

 Belum pernah mendapat imunisasi cacar air.


 Belum menerima vaksin cacar air, terutama ibu hamil.
 Bekerja di tempat umum, seperti di sekolah atau rumah sakit.
 Pengobatan dan Pencegahan Cacar Air

 Perbanyak minum dan mengonsumsi makanan yang lembut.


 Tidak menggaruk ruam atau luka cacar air.
 Mengenakan pakaian berbahan lembut dan ringan.

VAKSINASI

Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin melalui suntikkan maupun


diteteskan ke dalam mulut untuk meningkatkan produksi antibodi guna menangkal
penyakit tertentu. Vaksin merupakan salah satu cara terpenting dan tepat guna untuk
mencegah penyakit dan menjaga kondisi tubuh. Vaksin, yang juga sering disebut
imunisasi, mengambil keuntungan dari fungsi unik yang dimiliki tubuh dalam
mempelajari dan melawan kuman-kuman penyebab penyakit. Vaksin tersebut
mengandung antigen yang telah dinon-aktifkan sebelumnya sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit ketika dimasukkan ke dalam tubuh. Meskipun demikian,
masih ada sedikit peluang munculnya suatu kondisi atau reaksi tubuh setelah
imunisasi yang banyak dikhawatirkan orang. Hal tersebut dikenal dengan kejadian
ikutan pasca imunisasi (KIPI). KIPI adalah salah satu reaksi tubuh pasien yang tidak
diinginkan yang muncul setelah pemberian vaksin. KIPI dapat terjadi dengan tanda
atau kondisi yang berbeda-beda. Mulai dari gejala efek samping ringan hingga reaksi
tubuh yang serius seperti anafilaktik (alergi parah) terhadap kandungan vaksin.

Prosedur vaksinasi :

1. Penyimpanan dan transportasi vaksin.


Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu
disimpan pada suhu yang telah ditetapkan. Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu
2oC s/d 8oC atau pada suhu ruang terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari
sebelum digunakan, pelarut disimpan pada suhu 2oC s/d 8 oC.
2. Persiapan alat dan bahan : untuk vaksinasi dan mengatasi gawat - darurat
3. Persiapan pemberian :
- anamnesis, umur, jarak dengan vaksinasi sebelumnya, riwayat KIPI, Indikasi
kontra dan perhatian khusus.
Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi imunisasi untuk individu
sehat kecuali untuk kelompok risiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu
terdapat petunjuk dari produsen yang mencantumkan indikasi kontra serta
perhatian khusus terhadap vaksin.
- Informed consent : manfaat, risiko KIPI.

KIPI adalah salah satu reaksi tubuh pasien yang tidak diinginkan yang
muncul setelah pemberian vaksin. KIPI dapat terjadi dengan tanda atau
kondisi yang berbeda-beda. Mulai dari gejala efek samping ringan hingga
reaksi tubuh yang serius seperti anafilaktik (alergi parah) terhadap kandungan
vaksin.

- pemeriksaan fisik.

4. Cara pemberian : dosis, interval, lokasi, sudut, kedalaman


Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4 (empat)
minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.

5. Pemantauan KIPI.
Beberapa ketentuan dalam penanganan KIPI adalah:
 setiap KIPI yang dilaporkan oleh petugas maupun oleh masyarakat
harus dilacak, dicatat, dan ditanggapi oleh pelaksana imunisasi
 KIPI harus dilaporkan oleh pelaksana imunisasi ke tingkat administrasi
yang lebih tinggi
 KIPI yang memerlukan pengobatan/perawatan dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah (perawatan kelas III)
 untuk setiap KIPI, masyarakat berhak untuk mendapatkan penjelasan
resmi atas hasil analisis resmi yang dilakukan Komda PP KIPI atau
Komnas PP KIPI
 hasil kajian KIPI oleh Komda PP KIPI atau Komnas PP KIPI
dipergunakan untuk perbaikan Imunisasi; dan 6.pemerintah dan
pemerintah daerah turut bertanggung jawab dalam penanggulangan
KIPI di daerahnya atau sistem penganggaran lainnya.
6. Sisa vaksin, pemusnahan alat suntik.
Pelayanan imunisasi harus dapat menjamin bahwa sasaran memperoleh
kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu serta tidak terjadi penularan
penyakit kepada petugas dan masyarakat sekitar dari limbah yanhg dihasilkan oleh
kegiatan imunisasi. Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan
jarum bekas yang terkontaminasi sebagai berikut: Infeksi virus Hepatitis B
sebanyak 21 juta (32% dari semua infeksi baru), Infeksi virus Hepatitis C
sebanyak 2 juta (40% dari semua infeksi baru), Infeksi HIV sebanyak 260 ribu
(5% dari seluruh infeksi baru).
 Tanpa melakukan penutupan jarum kembali, alat suntik bekas dimasukan
kedalam safety box segera setelah melakukan penyuntikan.
 Safety box adalah kotak tahan air dan tusukan jarum yang dipakai untuk
menampung limbah ADS sebelum dimusnahkan, terbuat dari kardus atau
plastik.
 Safety box maksimum diisi sampai ¾ dari volume.
 Model pembakaran dengan menggunakan Incineratordouble Chamber
dengan tujuan untuk menghindari asap yang keluar dari proses
pembakaran incinerator. Asap ini mengandung dioxin, mercury dan lead
yang berbahaya bagi lingkungan. Dengan Incineratordouble Chamber
maka asap yang keluar dari proses pembakaran menjadi aman untuk
lingkungan.
7. Pencatatan dan pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen imunisasi wajib memegang
peranan penting dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi
juga menjadi dasar untuk membuat keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi.

 Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi hati, akibat
virus hepatitis B. Vaksin ini bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh, agar
menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus.
 Vaksin BCG
Vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin adalah vaksin yang diberikan untuk
melindungi diri terhadap tuberkulosis (TB), yaitu penyakit infeksi yang terutama
menyerang paru-paru. Vaksin BCG hanya perlu diberikan satu kali seumur hidup,
melalui suntikan yang dilakukan oleh dokter atau petugas medis. Vaksin ini berisi
sedikit jumlah bakteri TB yang telah dilemahkan dan akan merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk melawan bakteri TB nantinya.

 Vaksin Polio Oral (OPV)


OPV mengandung virus polio hidup yang dilemahkan agar tubuh memiliki daya tahan
terhadap virus polio yang menyerang. Pemberian vaksin polio jenis OPV ditetes
melalui mulut.
 Vaksin Difteri Tetanus Pertusis

(DTPw) (DTPa)

DPT adalah singkatan dari difteri, pertusis, dan tetanus. Imunisasi DPT adalah
salah satu vaksinasi yang wajib diberikan kepada balita. Penyakit difteri, pertusis,
dan tetanus adalah tiga penyakit berbeda yang masing-masing memiliki risiko tinggi
dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Ketiga penyakit ini adalah penyakit serius
yang disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu, pemberian imunisasi DPT sebaiknya
tidak dilewatkan.
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis aselular (DTPa) :

Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan untuk mencegah tiga penyakit,
yakni difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.

1. Difteri - infeksi bakteri yang dapat menyebabkan hambatan jalur napas di


tenggorokan dan mengakibatkan gangguan saluran pernapasan.
2. Pertusis - gangguan saluran pernapasan dengan gejala-gejala seperti batuk dan pilek,
terutama pada anak-anak ketika mengambil napas dalam-dalam. Penyakit ini dapat
menimbulkan komplikasi serius pada bayi usia di bawah setahun.
3. Tetanus - penyakit saraf yang menyerang segala usia akibat racun yang diproduksi
bakteri. Bakteri ini masuk melalui luka terbuka yang diderita oleh pasien.

Vaksin DPT bekerja dengan cara memasukkan bakteri difteri, pertusis, dan tetanus
yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh. Kondisi ini akan memicu sistem kekebalan tubuh
manusia untuk memproduksi antibodi dalam memerangi infeksi dari ketiga penyakit tersebut
jika sewaktu-waktu menyerang.

Vaksin DPT merupakan imunisasi rutin lengkap yang wajib diberikan kepada anak-
anak, sejak usianya belum genap satu tahun. Vaksin DPT hanya boleh disuntikkan oleh
dokter atau tenaga medis profesional. Bagi orang tua yang memiliki putra dan putri berusia
satu tahun hingga kurang dari 18 tahun yang belum mendapatkan vaksin DPT, segera bawa
ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Vaksin Campak :

Vaksin campak adalah vaksin untuk mencegah penyakit campak, yang mulai
diberikan pada anak usia 9 bulan. Pemberian vaksin ini masuk ke dalam program imunisasi
rutin lengkap yang dianjurkan oleh pemerintah Indonesia.

Terdapat 3 jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah campak, yakni:

1. Vaksin campak, yang hanya berfungsi untuk mencegah campak.


2. Vaksin MR, untuk mencegah penyakit campak dan rubella.
3. Vaksin MMR, untuk mencegah penyakit campak, rubella, dan gondongan.

Meski telah diberikan vaksin, bukan berarti anak sepenuhnya dapat terhindar dari
campak. Kemungkinan anak terjangkit penyakit tersebut tetap ada, namun potensinya sangat
kecil dan gejala yang muncul akan lebih ringan.

Vaksin campak juga dapat diberikan pada remaja dan orang dewasa. Seseorang yang
kurang yakin atau lupa pernah menerima vaksin atau tidak, dapat langsung berkonsultasi
dengan dokter. Dokter biasanya akan melakukan tes darah untuk memastikannya.

Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR) :


Vaksin MR merupakan kombinasi vaksin campak atau Measles (M) dan Rubella (R).
Adapun vaksin MMR merupakan vaksin yang terdiri dari 3 komponen vaksin yaitu Mumps
(gondongan), Measles (campak), dan Rubella.

Vaksin MR (vaksin campak dan rubella) diberikan untuk mencegah terjadinya


penyakit yang disebabkan oleh virus campak dan rubella (campak jerman). Seperti diketahui,
campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus.
Penularan kedua penyakit ini biasanya melalui saluran napas, terutama dari kontak langsung
dengan penderita yang terinfeksi melalui batuk atau bersin.

Campak dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan demam, ruam,
batuk, pilek, dan mata merah serta berair. Campak juga kerap menyebabkan komplikasi
serius seperti infeksi telinga, diare, pneumonia, kerusakan otak, dan kematian.

Sementara rubella atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang menyebabkan
demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, mata merah dan mata gatal. Rubella kerap
terjadi pada anak-anak dan remaja. Kendati ringan, virus ini bisa memberi dampak buruk
pada ibu hamil yang tertular, yakni menyebabkan keguguran, bayi terlahir mati, atau bahkan
cacat lahir serius pada bayi seperti kebutaan dan tuli. Nah, program pemberian imunisasi
vaksin MR ini bertujuan untuk mencegah infeksi rubella saat kehamilan yang dapat
menyebabkan bayi lahir dengan penyakit kelainan bawaan.

Vaksin MR merupakan pengganti vaksin MMR yang kini sudah tidak tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Vaksin MMR merupakan vaksin untuk mencegah
penyakit campak, rubella dan gondongan. Perbedaan antara vaksin MR dan MMR adalah
kandungan mumps untuk melawan gondongan yang tidak dimasukkan ke dalam vaksin MR.

Gondongan adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat mengakibatkan
terjadinya demam, nyeri sendi, sakit kepala, pembengkakan pada kelenjar yang terletak di
bagian bawah telinga, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan. Gondongan juga dapat
menyebabkan komplikasi yang mencakup pembengkakan testis atau ovarium penyebab
kemandulan, tuli, meningitis, dan dalam kasus yang jarang terjadi bisa berakhir pada
kematian. Namun, kasus penyakit gondongan sudah jarang dijumpai di Indonesia.

Vaksin Haemophilus influenza b (Hib) :


Vaksin Hib melindungi balita Anda dari infeksi bakteri penyebab meningitis,
pneumonia, dan epiglotitis. Jika tidak mendapatkan vaksin, penyakit-penyakit ini berpotensi
menimbulkan kecacatan bahkan kematian.

Haemophilus influenzae type b (Hib) merupakan bakteri penyebab penyakit serius


yang merupakan golongan bakteri Haemophilus influenzae. Infeksi bakteri ini biasanya
menjangkiti anak-anak di bawah usia 5 tahun. Meski demikian, orang dewasa yang menderita
kondisi medis tertentu juga bisa terserang penyakit akibat infeksi bakteri Hib.

Vaksin demam tifoid :

Vaksin tifoid adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit tifus atau tipes.
Imunisasi atau pemberian vaksin tifoid termasuk dalam jenis imunisasi yang dianjurkan oleh
pemerintah. Hal ini dikarenakan kasus penyakit tifus masih banyak terjadi di Indonesia. Tifus
atau demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
Sumber penularan penyakit ini berasal dari makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh kuman tersebut. Selain itu, demam tifoid juga lebih banyak terjadi pada
lingkungan yang kurang higienis.

Demam tifoid dapat menimbulkan gejala demam, kelelahan, sakit kepala, penurunan
nafsu makan, dan gangguan pencernaan, seperti diare, sakit perut, serta mual muntah. Jika
tidak diobati, penyakit demam tifoid dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
perdarahan saluran cerna, meningitis, pneumonia, delirium, dan bahkan kematian. Di
Indonesia, angka kejadian penyakit demam tifoid masih cukup tinggi dengan perkiraan
terdapat setidaknya 600 ribu kasus setiap tahunnya. Oleh karena itu, langkah pencegahan
penyakit demam tifoid penting dilakukan. Caranya adalah dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan sanitasi serta mendapatkan vaksin tifoid.

Vaksin Influenza :

Vaksin influenza merupakan perlindungan terbaik terhadap flu terlebih di saat musim
pancaroba yang rentan menyebabkan flu. Kendati terdengar seperti penyakit ringan, nyatanya
influenza bisa menimbulkan masalah besar bagi sebagian orang.
Influenza merupakan penyakit infeksi virus akut dan menular yang menyerang saluran
pernapasan. Terdapat dua subtipe virus influenza yaitu subtype A dan B. Virus ini menyebar
melalui udara dan kontak fisik seperti bersalaman dengan penderita flu. Jika tidak diobati,
penyakit ini dapat memicu kekambuhan penyakit penyerta seperti asma, atau infeksi sekunder
karena bakteri. Komplikasi akibat penyakit flu lebih berisiko terjadi pada lansia, wanita
hamil, anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun, pekerja medis, dan penderita penyakit tertentu,
seperti HIV/AIDS, penyakit jantung atau paru kronis, dan asma.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kejadian influenza mencapai 5 juta
kasus per tahun dan angka kematian akibat penyakit ini mencapai 500.000 kasus. Angka
kematian tertinggi pada anak di bawah usia 5 tahun akibat penyakit ini disebabkan oleh
infeksi paru-paru. Gejala influenza bisa berupa demam, meriang, nyeri tenggorokan, batuk,
pilek, lemas, nyeri otot, dan nyeri kepala.

Infeksi influenza dapat memberi dampak berbeda terhadap setiap orang. Kendati
sehat, seseorang bisa saja terserang flu dan menularkannya terhadap orang lain. Gejalanya
bisa ringan namun bisa juga berat hingga memerlukan perawatan di rumah sakit. Dan vaksin
influenza sangat berguna untuk meminimalisir risiko terserang flu serta penularannya. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin influenza bagi bayi usia
6 bulan ke atas, terkecuali mereka yang memiliki alasan atau kondisi medis yang tidak
diperbolehkan menerima vaksin ini.

Vaksin hepatitis a :

Pemberian vaksin hepatitis A dapat mengurangi risiko seseorang terinfeksi virus


hepatitis A. Cara kerjanya adalah dengan membuat sistem kekebalan tubuh mengenali virus
ini, sehingga ketika virus menyerang, tubuh dapat langsung melawannya.

Hepatitis A (HAV) merupakan peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh
infeksi virus hepatitis A. Penularan hepatitis A adalah melalui fecal-oral, yaitu virus masuk
melalui mulut lewat makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja penderita.
Penyakit ini bisa dicegah dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan pemberian
vaksin hepatitis A, yang akan merangsang sistem imunitas tubuh untuk memproduksi
antibodi terhadap virus hepatitis A. Vaksin ini berisi virus hepatitis A yang sudah
dinonaktifkan, dan pemberiannya dilakukan dengan cara disuntikkan ke dalam otot lengan
atas.
Vaksin Varisela :

Vaksin varicella adalah vaksin untuk mencegah cacar air atau chickenpox. Penyakit
ini memang lebih banyak dialami oleh anak-anak, namun orang dewasa pun bisa
mengalaminya. Oleh karena itu, vaksin varicella penting diberikan baik kepada anak-anak
maupun dewasa.

Cacar air merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster.
Ketika terserang penyakit ini, seseorang dapat mengalami gejala berupa demam, nyeri otot,
sakit kepala, dan muncul bintik kemerahan di wajah dan tubuh kemudian diikuti bentol-
bentol berisi cairan bening di seluruh tubuh yang terasa gatal. Cacar air umumnya memang
bersifat ringan dan dapat sembuh sendirinya. Namun, pada kasus tertentu, cacar air bisa
menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti pneumonia, dehidrasi, dan infeksi berat
atau sepsis. Oleh karena itu, Anda perlu mendapatkan vaksin varicella agar tidak mudah
terkena penyakit cacar air beserta komplikasinya.

Vaksin Kombinasi :

Vaksin kombinasi adalah vaksin yang mengandung sejumlah antigen penyakit yang
diberikan dalam satu kali suntikan.

1. Vaksin DPT-Hepatits B:
Hampir 1 dari 10 orang Indonesia mengalami infeksi hepatitis B. Vaksinasi
hepatitis B menjadi salah satu jenis vaksin yang wajib diberikan kepada bayi yang
baru lahir. Orang dewasa pun dapat menghindari diri dari infeksi berbahaya dengan
vaksinasi tersebut.
Pemberian vaksin hepatitis B dimaksudkan untuk menangkal infeksi organ
hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksinasi juga dimaksudkan untuk
mencegah berbagai akibat yang dapat ditimbulkan infeksi hepatitis B, seperti kanker
hati dan sirosis.
Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib :
Pentabio adalah vaksin kombinasi DTP-HB-Hib, yaitu berupa suspensi
homogen yang mengandung toksoid difteri dan tetanus murni; bakteri pertusis (batuk
rejan) inaktif; antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius;
serta komponen Hib tidak infeksius yang merupakan hasil konjugasi antara sub unit
polisakarida dari kapsul Haemophilus influenza tipe b dengan toksoid tetanus.
2. Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib :
Vaksin Infanrix-IPV+Hib merupakan sediaan vaksin yang mengandung
Vaksin Difteri (D), Tetanus (T), Pertusis (Pa), Vaksin konjugat poliomielitis (tidak
aktif) (IPV) dan Haemophilus influenzae tipe B, obat ini diproduksi oleh
GlaxoSmithKline Indonesia.
Vaksin Infanrix-IPV+Hib adalah gabungan pertusis difteri-tetanus-aselular,
polio yang tidak aktif dan vaksin Haemophilus influenzae tipe b. Vaksin Infanrix
Infanrix-IPV+Hib diindikasikan sebagai vaksinasi tambahan atau Imunisasi aktif pada
bayi mulai usia 2 bulan untuk mencegah DTP, poliomielitis dan HIB untuk anak yang
sebelumnya diimunisasi dengan antigen DTP, polio dan HIB. Imunisasi aktif adalah
proses dalam tubuh agar seseorang memiliki kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit.

Vaksin kombinasi DTP aseluler + Hib :


Vaksin DPT aseluler tidak mengandung seluruh komponen B.pertusis
melainkan hanya beberapa komponen yang berguna dalam patogenesis dan memicu
pembentukan antibodi. Vaksin DPT aseluler mempunyai efek samping yang ringan
dibendingkan vaksin DPT seluler.
Vaksin DPT Aseluler DP(a)T dapat memberikan imunogenisitas terhadap anti
PT (Toksin Pertusis), anti FHA (Hemagglutinin Filamentosa) , dan anti pertactine
sama baiknya dengan DP(w)T dzilam berbagai jadwal imunisasi. Respon antibodi
juga tetap tinggi setelah pemberian vaksin ulangan pada umur 15-18 bulan dan 5-6
tahun.
Vaksin kombinasi DTwP (whole cell) + Hib :
Vaksin difteri, tetanus, pertusis whole-cell (DTwP) dapat menimbulkan
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang mengkhawatirkan orangtua. Vaksin
difteri, tetanus, pertusis aselular (DTaP) memiliki KIPI lebih ringan, tetapi diduga
kurang efektif.
Penyimpanan Vaksin :
1. Di Tingkat Propinsi : kmr dingin & kmr beku
– Suhu kamar dingin: +2 s/d +8 Cº
– Suhu kamar beku: -15 s/d -25 Cº
2. Di Kabupaten dan Pelayanan Primer
– Jarak lemari es dengan dinding belakang 15 cm
– Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
– Sirkulasi ruangan cukup
3. Penyusunan vaksin
– Jarak menyusun dos vaksin 1-2 cm atau
– satu jari antar dos vaksin

Masa simpan vaksin sebelum dipakai :

Indikasi Kontra Vaksin :


1. Umum (untuk semua vaksin)
– Reaksi anafilaksis
– Sakit sedang atau berat
2. Khusus
– DTP / DTPa : ensefalopati dalam 7 hari pasca vaksinasi DPT/DTPa
Pemeriksaan Fisik :
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan khusus
a. Mencari indikasi kontra atau hal-hal yang perlu diperhatikan
b. bekas vaksinasi terdahulu
c. Lokasi vaksinasi yang akan dikerjakan
Persiapan pemberian vaksin :
1. Cuci tangan dengan antiseptik
2. Baca nama vaksin, tanggal kadaluwarsa,
3. Teliti kondisi vaksin apakah masih layak : warna indikator VVM,
4. Kocok : penggumpalan, perubahan warna
5. Alat suntik : sekali pakai
6. Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
7. Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
8. Pasang dropper polio dengan benar

Uji kocok (shake test) :

VVM = Vaccine Vial Monitor


Pemenpatan alat untuk vaksinasi :

Ukuran Jarum :
Intramuskular di paha mid-anterolateral
1. Neonatus
- kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
- cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
2. 1 – 24 bulan : 7/8 – 1 inch (22,2-25,4 mm)
Intramuskular di deltoid
1. > 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 – 1,25 inch (22,2 -31,75 mm)
2. Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch (38,1mm)
Teknik dan posisi penyuntikan :
1. Bayi digendong pengasuh,
2. Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest to chest)
3. Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)
4. Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
5. Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
6. Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
7. Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan geser kulit dan subkutis ke samping,
setelah disuntik kemudian lepaskan
8. Jarum disuntikan dengan cepat
9. Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan bersamaan
Posisi anak ketika vaksinasi :

Posisi anak kurang aman :

Penetesan vaksin polio :

Teknik penyuntikan dan penetesan :

Pencatatan :
1. Nama dagang, produsen,
2. No. lot / seri vaksin,
3. Tgl penyuntikan
4. Bagian tubuh yang disuntik (deltoid kiri, paha kanan mis).

Pemantauan setelah vaksinasi :


1. Perhatikan keadaan umum
2. Tunggu 30 menit di ruang tunggu

Anda mungkin juga menyukai