Disusun Oleh :
TIA ULFAYANTI
NPM 20.156.03.11.093
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik
dan mental sehinga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang
merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ners Program Studi
Profesi pada STIKes Medistra Indonesia, Bekasi. Penulis mengucapkan terima
kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
sehingga memungkinkan tugas akhir ini terwujud.
Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya
perbuat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan setiap
langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih
sayang-Nya untuk kita semua Amin.
Tia Ulfayanati
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Tujuan...........................................................................................................7
1. Tujuan umum............................................................................................7
2. Tujuan Khusus...........................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI.................................................................................................8
A. Konsep Lanjut Usia.......................................................................................9
1. Definisi Lanjut Usia..................................................................................9
2. Batasan Lanjut Usia...................................................................................9
3. Ciri-ciri Lanjut Usia................................................................................10
4. Perkembangan Lanjut Usia.....................................................................11
5. Permasalahan Lansia Di Indonesia..........................................................11
6. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia..............................................15
7. Pendekatan Perawatan Lansia.................................................................15
B. Konsep Osteoarthritis..................................................................................17
1. Definisi Osteoarthritis.............................................................................17
2. Insiden Osteoarthritis..............................................................................17
3. Klasifikasi Osteoarthritis.........................................................................18
4. Faktor Risiko Osteoarthritis....................................................................20
5. Patofisiologi Osteoarthritis......................................................................20
6. Tanda dan Gejala Osteoarthritis..............................................................22
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................24
8. Penalaksanaan Osteoathritis....................................................................25
BAB III..................................................................................................................27
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN............................................................27
A. Pengkajian...................................................................................................27
ANALISA DATA..............................................................................................42
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN.................................................43
NURSING CARE PLAN (NCP)........................................................................45
CATATAN PERKEMBANGAN.......................................................................49
BAB IV..................................................................................................................55
PENUTUP..............................................................................................................55
A. SIMPULAN................................................................................................55
B. SARAN.......................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang
dicirikan oleh fragmentasi dan terbelah-belahnya kertilago persendian. Lesi
permukaan itu disusul oleh proses pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui
sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrilar pada kartilago, cairan
synovial dipenetrasikan ke dalam tulang dibawah lapisan kartilago, yang akan
menghasilkan kista-kista. Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela
persendian menjadi sempit. Bereaksi terhadap lesi kartilago dengan pembentukan
tulang baru (osteofit) yang menonjol ke tepi persendian (Reeves, dkk, 2001).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara
pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA
tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau
yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka 2 prevalensinya cukup tinggi
yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013). 56, 7% pasien di poliklinik Reumatologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta didiagnosis menderita osteoartritis
(Soenarto, 2010). Osteoarthritis paling banyak terjadi pada individu dengan usia
45 tahun ke atas (Anonim, 2011).
Tanda dan gejala yang dijumpai pada kondisi osteoarthritis berupa antara lain
nyeri, kaku sendi, krepitasi, sparme otot, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS),
dan penurunan kekuatan otot. Osteoarthritis juga dapat menimbulkan gangguan
fungsional seperti kesulitan berjalan jarak jauh, sulit berdiri dari posisi jongkok,
naik turun tangga, dan juga menyebabkan participation restriction terganggu
(Kuntono, 2005). Dari keluhan yang di timbulkan kasus tersebut dapat di tangani
oleh fisioterapi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar terkait penyakit osteoarthritis dan
pengaplikasian dalam asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memberikan gambaran hasil pengkajian keperawatan pada Ny R di
Desa Tegalsari
b. Dapat memberikan gambaran hasil diagnosa keperawatan pada Ny R di
Desa Tegalsari
c. Dapat memberikan gambaran hasil intervensi keperawatan pada Ny R di
Desa Tegalsari
d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada Ny R di Desa
Tegalsari
e. Dapat memberikan gambaran hasil evaluasi keperawatan pada Ny Rdi
Desa Tegalsari
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat,
indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga seringsakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif,
adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah
rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia
sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak
pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah
kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya
belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui
permasalahan hidup yang cukup serius.
Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat
informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
7. Pendekatan Perawatan Lansia
a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik
melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami
klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum
bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian :
1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya
sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
2) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau
sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini,
terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatan
b. Pedekatan Fisiologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung
terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat
yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service. Bila ingin
mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap.
c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan
sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa
lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar
lania maupun lansia dengan perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan
rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
B. Konsep Osteoarthritis
1. Definisi Osteoarthritis
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan
merupakan salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam
populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari Yunani
dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang
berarti inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al.,
2013). OA juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi
degeneratif atau Osteoartrosis, hal ini ditandai dengan kerusakan tulang
rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari
tulang didekat persendian tersebut, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot
yang menghubungkan sendi.
2. Insiden Osteoarthritis
Osteoarthritis penyakit sendi yang sering terjadi pada manusia. Diketahui
bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia. Di Amerika OA
diderita lebih dari 20 juta orang yang dilihat dari gejala dan atau gambaran
radiologi. Di kawasan Asia Tenggara penderita OA mencapai 24 juta jiwa
(WHO, 2004). Prevalensi OA juga terus meningkat secara dramatis mengikuti
pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa
80-90% dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita OA. Gejala
biasanya baru muncul setelah umur 50 tahun. Hal ini nampaknya berhubungan
dengan perubahan kolagen dan proteoglikan berakibat pada berkurangnya
kekuatan elastisitas pada kartilago sendi dan berkurangnya nutrisi pada
kartilago.
OA hampir tidak pernah ada di anak-anak. Individu >55 tahun memiliki
prevalensi OA lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki. Laki-laki
paling sering menderita OA dipinggul sedangkan OA di sendi interphalangeal
(DIP joint), jempol distal, lutut paling sering terjadi di wanita. OA biasanya
mengeluh nyeri pada waktu aktivitas. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat
dirasakan terus menerus hingga dapat menggaggu mobilitas penderita. 80%
penderita OA memiliki keterbatasan gerak dan 25% lainnya tidak bisa
melakukan kegiatan sehari-hari.
Prevalensi OA lebih sering pada Amerika native. OA pada panggul lebih
jarang terjadi pada orang Chin, akantetapi gejala OA lutut sangat sering di
China. Pada orang >65tahun, OA lebih sering pada orang berkulit putih
dibanding orang berkulit hitam. OA lutut lebih sering pada orang berkulit
hitam.
3. Klasifikasi Osteoarthritis
Berdasarkan patogenesisnya, osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder.
Idiopatik Sekunder
A. OA Terlokalisasi A. Trauma
1. Tangan 1. Akut
- Heberden’s and Bouchard’s 2. Kronik (pekerjaan, olahraga)
nodes (nodal) B. Kongenital atau pertumbuhan
- Erosi interphalangeal arthritis 1. Penyakit lokalosasi: Legg-
(nonnodal) Calve ́-Perthes, dislokasi
- Sendi pertama pinggul kongenital, slipped
carpometacarpal joint epiphysis
2. Kaki 2. Faktor mekanis: ekstremitas
- Hallux valgus bawah tidak sama panjang,
- Hallux rigidus valgus/varus deformity,
- Contracted toes sindrom hipermobilitas
(hammer/cock-up toes) 3. Displasia tulang: displasia
- Talonavicular epifisis, spondyloepiphyseal
3. Lutut: dysplasia,
- Kompartemen medial osteonychondystrophy
- Kompartemen lateral C. Metabolik
- Kompartemen patellofemoral 1. Ochronosis (alkaptonuria)
4. Pinggul: 2. Hemochromatosis
- Eccentric (superior) 3. Wilson’s disease
- Concentric (axial, medial) 4. Gaucher’s disease
- Diffuse (coxae senilis) D. Endokrin
5. Spina: 1. Akromegali
- Sendi Apophyseal 2. Hiperparathyroidism
- Sendi Intervertebral (diskus) 3. Diabetes mellitus
- Spondylosis (osteophytes) 4. Obesitas
- Ligamentous (hyperostosis, 5. Hipothyroidism
Forestier’s disease, diffuse E. Penyakit penumpukan kalsium
idiopathic skeletal hyperstosis) 1. Penumpukan kalsium piroposfat
6. Other single sites, e.g., dihidrat
glenohumoral, acromioclavicular, 2. Apatite arthropathy
tibiotalar, sacroiliac, F. Penyakit tulang dan sendi lain
temporomandibular 1. Lokalisasi: frakture, avascular
B. Generalisasi necrosis, infeksi, gout
Meliputi lebih dari 1 area diatas 2. Diffuse: rheumatoid
(Kellgren-Moore (inflammatory) arthritis,
Paget’s disease, osteopetrosis,
osteochondritis
G. Neuropati (Charcot joints)
H. Endemik
1. Kashin-Beck
2. Mseleni
I. Miscellaneous
1. Frostbite
2. Caisson’s diseases
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan
menjadi :
5. Patofisiologi Osteoarthritis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui (Soeroso, 2006). Kerusakan
tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta
diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan
cedera (Felson, 2006).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu :
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di
dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada
rentang gerak (Range of motion) sendi. Cairan sendi (sinovial) mengurangi
gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya
keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin
merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein
ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada
sendi. Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekano
reseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik
yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk
memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi
bergerak.
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang
terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan
(impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaa
sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago
memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima.
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang
yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan
berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada
sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting
untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago. Terdapat dua jenis
makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan Aggrekan.
Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul – molekul aggrekan
diantara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang
berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago.
Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruha elemen
yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim pemecah
matriks, sitokin {Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)}, dan
faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-
molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan.
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari
MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago.
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian
matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi
matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG),
oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis
dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses
pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis
aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini
berlangsung pada proses awal timbulnya OA. Kartilago memiliki metabolisme
yang lamban, dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang
teratur antara sintesis dengan degradasi Namun, pada fase awal perkembangan
OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif.
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan
aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan
sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen
akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh
komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA
pada sendi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak digunakan sebagai penentu diagnosis
OA akan tetapi bisa membantu dalam menentukan penyebab dari OA
sekunder. Pada OA primer, laju endap darah, kimia darah, hitung darah, dan
urinanalisis akan normal karena tidak terjadi secara sistemik. Pada
pemeriksaan cairan sinovial (arthrocentesis), akan di dapatkan peningkatan
sedikit lekosit dengan dominansi sel mononuklear (<2000/uL).
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis untuk menentukan diagnosis OA cukup dengan
foto polos karena lebih cost-effective dibanding modalitas lain. Selain itu
juga lebih mudah dibaca dan prosesnya cepat. Selain foto polos dapat juga
dilakukan CT, MRI untuk masalah tertentu seperti deteksi awal fraktur
osteocartilaginous, edema tulang, atau nekrosis avaskular. Selain itu bisa
juga digunakan untuk menentukan tingkat keparahan dalam percobaan
klinis.
Pada pemeriksaan MRI yang bisa dilihat ialah penyempitan sendi,
perubahan tulang subchondral, dan osteofita. Keuntungan dari MRI ini ialah
bisa langsung memvisualisasi sendi kartilago dan jaringan sendi (meniscus,
tendon, otot, atau efusi). CT scan jarang sekali digunakan untuk diagnosis
OA primer. CT scan dapat digunakan untuk mendiagnosa sendi
patellofemoral atau sendi kaki dan pergelangan kaki. Bone scanning
membantu dalam diagnosis OA di tangan. Bone scan dapat membantu
membedakan dari osteomyelitis dan metastase tulang.
Diagnosis OA selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada
hasil radiologi. Namun pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali
masih normal. Gambaran radiologis sendi yang merupakan tanda
kardinal OA adalah :
Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung beban, seringnya pada Genu)
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
Kista tulang subchondral
Osteofit pada pinggir sendi (marginal)
Perubahan struktur anatomi sendi
8. Penalaksanaan Osteoathritis
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal,
yaitu :
a. Terapi Non-farmakologis
1) Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiaanya tetap terpakai ( Soeroso, 2006 ).
2) Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
3) Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA.
Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan
diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan
berlebih.
b. Terapi Farmakologi
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi.
1) Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2
(COX-2), dan Asetaminofen.
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan
obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada
penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS
lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat
pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk
mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2.
2) Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat – obatan
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam
hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan
sebagainya.
c. Terapi Pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit.
dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari – hari.
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Ny R
b. Tempat/tanggal Lahir : Karawang, 04 Agustus 1948
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Sunda
g. Tanggal Pengkajian : 08 Januari 2021
4. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun :
Saat dilakukan pengkajian tanggal 08 Januari 2021, klien
mengatakan bahwa kedua lututnya sering merasa nyeri dan menjalar ke
bagian betis dan telapak kaki. Klien mengatakan nyerinya sering terjadi
ketika bangun tidur, terutama ketika kaki dalam jangka waktu lama tidak
digerakkan dan mengalami kesulitan gerak sehingga butuh waktu untuk
bisa berdiri dan menggunakan tongkat saat berjalan. Klien mengatakan
sering memijat kakinya sendiri ketika nyeri dan kaku. Hal ini sudah
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, dan saat ini klien rutin kontrol ke RS
terdekat dan mengkonsumsi obat Etoricoxib 60 mg untuk mengurangi
gejala yang dirasakan.
2) Gejala yang dirasakan : Nyeri dibagian lutut
3) Faktor pencetus : Kurang istirahat dan banyak aktifitas
4) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak, ( √ ) Bertahap
5) Upaya mengatasi : Dipijat dan diolesi beras kencur
6) Pergi ke RS/Klinik Pengobatan/dokter praktik/bidan/perawat : Pergi
ke RS
7) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri/obat tradisional/sebutkan : Klien
mengatakan setiap hari mengkonsumsi jamu tradisional yang dibuat
sendiri untuk mencegah kanker.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : Kanker payudara dan kista
2) Riwayat alergi (obat, makanan, debu, binatang dll) : Tidak ada alergi
3) Riwayat kecelakaan : Klien mengatakan tangan kirinya pernah
cedera, dan membutuhkan waktu yang lama untuk pulih.
4) Riwayat pernah dirawat di RS : RS Persahabatan, RS Global, RS Mitra
Keluarga, RSUD Karawang, dan RS Lira Karawang.
5) Riwayat pemakaian obat : Klien mengatakan tidak ingat obat apa
saja yang pernah dikonsumsi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Komposmentis
b. TTV :
TD : 110/76 mmHg
RR : 20x/ menit
Nadi : 91x/menit
Suhu : 36,20C
c. BB/TB : 65 kg/ 158cm
d. Kepala
1) Rambut : Dalam kondisi bersih, simetris, distribusi rambut merata, berwarna
putih uban, tidak ada benjolan, dan rontok.
4) Mulut dan tenggorokan : Mulut dalam kondisi bersih, mukosa kering, gigi
bagian depan masih lengkap, tenggorokan tidak ada benjolan, Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, JVP dalam batas normal.
e. Payudara : Payudara hanya ada bagian kiri, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, adanya perubahan pada bentuk puting dan payudara.
f. Sistem pernafasan : Tidak ada suara nafas tambahan, RR: 20x/menit, tidak ada
benjolan, dada simetris tidak terlihat perubahan bentuk dada, tidak ada batuk dan
penyakit paru.
g. Sistem kardiovaskuler : Tidak mengalami nyeri dada, tidak ada sesak nafas,
tidak terdengar bunyi murmur, tidak terdapat edema.
h. Sistem gastrointestinal : Tidak ada benjolan maupun tanda gejala
pembesaran organ, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat striae, bising usus
10 x/menit.
i. Sistem perkemihan : BAK 6-8x/hari, pernah mengalami inkontinensia
urine, saat malam Ny R menggunakan pispot untuk buang air kecil BAK,
tidak ada keluhan konstipasi dan BAB 2 hari sekali.
j. Sistem genitoreproduksi: Tidak ada luka pada genetalia, tidak terdapat nyeri
tekan dan infeksi
k. Sistem muskuloskeletal : Klien mengalami kekakuan pada kedua lutut yang
menyebabkan klien susah untuk berjalan, terkadang menggunakan alat
bantu untuk melakukan aktifitas sehari-hari (tongkat).
l. Sistem saraf pusat : Klien tidak memiliki masalah memori, saat dilakukan
pengkajian SPMSQ, dan MMSE, interprestasi hasil klien tidak mengalami
kerusakan intelektual dimana klien bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
m. Sistem endokrin : Pada pemeriksaan endokrin tidak terjadi
perubahan pigmentasi kulit.
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh, bantuan masuk dan keluar dari
bak mandi, serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian √
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
sebagian
3. Kamar Mandi Kecil √
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genitalia
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan pispot
4. Berpindah √
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5. Kontinen √
Mandiri :
BAB dan BAK seluruhnya terkontrol
sendiri
Bergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
pengginaan kateter, pispot,
pembalut/pempers
6. Makan √
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan melalui parenteral
(NGT)
TOTAL NILAI 30 27
Interpretasi hasil : Ny R menyebutkan salah dibagian Bahasa dengan aspek
kognitif dan fungsi mental baik. Ny R salah mengulang kata “Tak ada jika,
dan, atau, tetapi.” dan menyalin gambar.
No Langkah
.
1. Posisi klien duduk dikursi
2. Minta klien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke
kursi, ukur waktu dalam detik
No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan √
anda
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan √
dan minat/kesenangan anda
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong √
4. Apakah anda sering merasa bosan √
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap √
saat
6. Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan √
terjadi pada anda
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar √
hidup anda
8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya √
9. Apakah anda lebih sering dirumah dari pada pergi √
keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah √
dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan
orang
11. Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda saat ini √
menyenangkan
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan √
anda saat ini
13. Apakah anda merasa penuh semangat √
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada √
harapan
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik √
keadaanya dari pada anda
No Keluhan Kode
.
1. Nyeri kronis b/d Kondisi muskuloskeletal kronis (D.0078)
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan kedua lututnya
sering merasa nyeri dan menjalar ke bagian betis dan telapak (D.0078)
kaki. Klien mengatakan nyerinya sering terjadi ketika bangun
tidur, hal ini sudah dirasakan selama 6 bulan yang lalu dan
saat ini rutin kontrol ke RS
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi (D.0054)
Saat dilakukan pengkajian klien menggunakan alat bantu (D.0054)
(tongkat) untuk berjalan, klien mengatakan mengalami
kesulitan gerak ketika kakinya dalam waktu lama tidak
digerakkan.
NURSING CARE PLAN (NCP)
DO :
Keadaan umum :
Baik
Kesadaran :
Komposmentis
TTV :
TD : 110/76
mmHg
RR : 20x/ menit
Nadi : 91x/menit
Suhu : 36,20C
Klien terlihat
meringis saat
memijat lututnya
Skala nyeri 5
Ny R
menunjukkan
obat Etoricoxib
60 mg untuk
mengurangi nyeri
A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :