Anda di halaman 1dari 3

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan ialah bentuk prilaku yang dapat melui seseorang secara fisi
maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka prilaku kekerasan dapat di
lakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Prilaku kekerasan bisa terjadi dalam dua bentuk yakni saat berlangsung kekeraasan
atau riwayat prilaku kekerasan (Dermawan dll 2013).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang menunjukan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, lingkungan, baik secara
fisik, emosional, sesual dan verbal. (Heardman 2011 dalam jurnal (Salamah and
Nyumirah, 2018).

2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan yaitu :
a. Faktor biologis
Faktor biologis meliputi faktor herediter yaitu adanya anggota keluarga
yang sering mmperlihatkan atau melakukan prilaku kekerasan, adaya
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit dan traum
kepala, dan riwayat penggunaan nafza (narkotika, psikotropika dan zat
adiftif lainnya)
b. Faktor psikologis
Marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal
maupun lingkungan. Prilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
menemui kegagalan atau terhambat. Seperti yang terjadi di kasus, klien
merasa adanya respon psikologis setelah ditinggalkan pacara dan tidak lulus
Ujian Nasional.
c. Faktor sosialkultural
Lingkungan sosial (sosial enviroment theory) bahwa lingkungan sosial
sangat memepengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.
Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau
agresif. Prilaku kekerasan dapat di pelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi.
Faktor Presipitasi

a. Ekspresi diri dimana ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol


solideritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya (Musmini, 2019:24).
b. Ekspresi diri dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial
ekonomi (Musmini, 2019:24).
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik (Musmini, 2019:24). Seperti yang
terjadi di kasus, klien merasa adanya respon psikologis setelah ditinggalkan
pacara dan tidak lulus Ujian Nasional.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa (Musmini, 2019:24).
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
alkohlisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi (Musmini, 2019:24).
f. Kematian anggota keluarga terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan atau perubahan tahap perkembangan keluarga
(Musmini, 2019:24).

3. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk

Perilaku yang ditampakan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif :

a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang

lain dan memberikan kenyamanan

b. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak

dapat menemukan alternatif

c. Pasif : individu tidak dapat menggungkapkan perasaannya.


d. Agresif : perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang kuat serta

hilangnya kontro. Seperti di kasus klien memukul cermin yang ada

dirumahnya

e. Amuk : suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusakan.

4. Akibat dari Masalah

Seseorang dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan

berbahaya bagi dirinya, orang lain, maupun lingkungan, seperti menyerang orang

lain, memecahkan perabot, membakar rumah (Nadek, 2019:21).

Nadek, V. F. (2019). Asuhan Keperawatan Tn.B Dengan Perilaku Kekerasan di


Ruang Rawat Inap Rumah sakit Jiwa Naimata Kupang. Sustainability
(Switzerland), 11(1), 1–14.

Musmini, S. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Risiko Perilaku


Kekerasan Terintegrasi Dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Sempaja. Sustainability (Switzerland), 11(1), 1–14.
http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-
8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www
.researchgate.net/publication/305320484

Nurhalimah, N. (2016) KEPERAWATAN JIWA. Edited by Bangun asmo


Darmanto. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Salamah, S. and Nyumirah, S. (2018) ‘Asuhan Keperawatan Pada Tn . T Dengan


Resiko Perilaku Kekerasan hanya dari bentuk penyimpangan perilaku’, pp.
59–69.

https://www.coursehero.com/file/46034479/STRATEGI-PELAKSANAAN-PERILAKU-
KEKERASAN-Atyrtf/

Anda mungkin juga menyukai