Anda di halaman 1dari 29

38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen

Ilmu pengetahuan manajemen dapat diterapkan dalam semua

organisasi, seperti perusahaan, pemerintahan, pendidikan sosial, keagamaan,

dan lain-lain. Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan

hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.

2.1.1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan

fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Jadi, manajemen merupakan suatu

proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.(Hasibuan,2007:1)

Pengertian manajemen menurut Subeki dan Jauhar (2015;1) adalah

“sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan

efisien”.

2.1.2. Dasar-dasar Manajemen

Dasar-dasar manajemen menurut Hasibuan (2007:2) adalah sebagai

berikut :

a. Adanya kerjasama diantara sekelompok orang dalam ikatan formal

b. Adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama akan dicapai


39

c. Adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab yang teratur

d. Adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik

e. Adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan

f. Adanya human organization

2.1.3. Fungsi Manajemen


Terdapat 4 fungsi utama dalam manajemen menurut (Henry Fayol

dalam Hasibuan 1996:3), antara lain:

a. Perencanaan (Planning)

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan

organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan

mengembangkan rencana aktivasi kerja organisasi.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah

dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur

organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi

yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam

organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian

tujuan organisasi.

c. Pengarahan (Actuating)

Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak

dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut

dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan

produktivitas yang tinggi


40

d. Pengendalian (Controlling)

Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan

yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat

berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai

perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen terdiri dari 6 unsur (6M), yaitu : Man, Money, Methode,

Materials, Machines, dan Market. Sementara yang dibahas di subbab ini

adalah salah satu unsur, yaitu unsur Man atau manusianya. Unsur Man

(manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang

disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat menjadi MSDM

yang merupakan terjemahan dari man power management. Manajemen yang

mengatur unsur manusia ini ada yang menyebutnya manajemen kepegawaian

atau manejemen personalia.

2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Ada beberapa definisi tentang MSDM yang dikemukakan oleh para

ahli, sebagai berikut :

Menurut Hasibuan (2007;10). “MSDM adalah ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat”.


41

Menurut Dale Yoder (dalam Hasibuan, 2007:11), “Manajemen

personalia adalah penyedia kepemimpinan dan pengarahan para karyawan

dalam pekerjaan atau hubungan kerja mereka”.

Menurut John B. Miner dan Mary Green Miner (dalam Hasibuan

2007:11), “Manajemen personalia didefinisikan sebagai suatu proses

pengembangan, menerpakan, dan menilai kebijakan-kebijakan, prosedur-

prosedur, metode-metode, dan program-program yang berhubungan dengan

individu karyawan dalam organisasi”.

2.2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Fungsi-fungsi MSDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Tujuannya

ialah agar perusahaan mendapatkan rentabilitas laba yang lebih besar dari

persentase tingkat bunga bank. Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan

dari pekerjaannya. Masyarakat bertujuan memperoleh barang atau jasa yang

baik dengan harga yang wajar dan selalu tersedia di pasar, sedangkan

pemerintah selalu berharap mendapatkan pajak.

2.2.3. Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja manusia pada dasarnya dibedakan atas pengusaha,

karyawan, dan pemimpin. Dijelaskan perannya sebagai berikut:


42

a. Pengusaha

Pengusaha adalah setiap orang yng menginvestasikan modalnya untuk

memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu

tergantung pada laba yang dicapai perusahaan tersebut.

b. Karyawan

Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa

keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan

berperan aktif dalam penetapan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang

ingin dicapai.

c. Pemimpin atau Manajer

Pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggungjawab

untuk memimpin dan bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya.

2.3. Pengawasan

Terdapat berbagai pengertian pengawasan dalam manajemen yang

dapat dipaparkan. Oleh karena itu pada pembahasan mengenai pengertian

pengawasan akan dibagi menjadi dua sub bab yaitu pengertian pengawasan

secara umum dan pengertian pengawasan yang dikemukakan oleh para ahli.

Penjabaran ini nantinya akan membantu pembaca dalam memahami lebih

dalam mengenai makna inti dari pengertian pengawasan.

2.3.1. Pengertian Pengawasan Secara Umum

Secara umum pengertian pengawasan adalah proses untuk menjamin

segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan perencanaan yang


43

ditetapkan. Lebih lengkapnya definisi pengawasan adalah usaha yang disusun

secara sistematis untuk menentukan acuan kerja pada proses perencanaan

sistem feedback informasi, mengkomarasi hasil kerja dengan acuan kerja,

menganalisis terjadinya penyimpangan, dan segera mengambil langkah

perbaikan yang dibutuhkan untuk keterjaminan penggunaan sumber daya

organisasi/perusahaan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi.

Berdasarkan pengertian pengawasan tersebut pada dasarnya kegiatan

pengawasan dilaksanakan untuk mengetahui secara cepat terkait

penyimpangan, penyalahgunaan, pemborosan, maupun problematika

organisasi yang lain, kemudian dilakukan langkah koreksi dan perbaikan

terhadap permasalahan tersebut.

Selain itu pengawasan secara keseluruhan merupakan aktivitas

membandingkan antara hasil yang telah dilaksanakan dengan perencanaan

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dalam pengawasan diperlukan adanya

acuan, standar, alat ukur terkait hasil yang ingin dicapai.

2.3.2. Pengertian Pengawasan Menurut Para Ahli

Para ahli manajemen juga mengemukakan beberapa definisi

pengawasan. Pengertian pengawasan antara satu ahli dengan yang lain atau

para ahli dari dalam negeri maupun dari luar negeri mungkin berbeda namun

memiliki makna yang kurang lebih sama hanya berbeda cara pandang.
44

Menurut Faisal (2015:11),

Pengawasan atau Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis


informasi yang tersistem, berkelanjutan dan menggunakan indikator tertentu.
Monitoring adalah kegiatan amatan terhadap perilaku manajemen yang
dilakukan secara terus-menerus dan tidak tergantung pada periode waktu
tertentu.

Maka dari itu jenis pekerjaan monitoring secara operasional adalah

mengumpulkan data apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan

dalam proses manajemen. Menurut Maringgan (2004 : 61), “Pengawasan

adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan,

dan kebijakan yang telah ditentukan”.

Menurut Harahap (2001 : 242),

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu


standar, apa yang harus dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan
dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar.

Menurut Stoner, Freeman dan Gilbert (2005:114) “The process of

ensuring that aktual activities conform the planned activities” Pengawasan

adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana

sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sedangkan menurut

Schermerhorn (2002:12) “Monitoring is the process of measuring

performance and taking action to ensure desired results” Pengawasan adalah

proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang

dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja

yang telah ditetapkan tersebut. Maksudnya pengawasan dianggap sebagai

bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak atas kepada pihak


45

dibawahnya. Lalu menurut George R. Tery (2006:395) “Monitoring as

determining what has been done, that is, to evaluate work performance and if

necessary, apply corrective measures so that the results of the work in

accordance with the estabilished plan” Pengawasan sebagai mendeterminasi

apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan

apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil

pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau

pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai

dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang efektif dapat

membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan

baik.

2.3.3. Fungsi Pengawasan

Pengertian fungsi pengawasan pada dasarnya adalah untuk menilai,

menganalisis, dan member rekomendasi serta menyampaikan mengenai

laporan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dari sebuah

organisasi/perusahaan yang sudah diteliti. Secara lebih terperinci berikut

fungsi pengawasan dari beberapa ahli yang dapat diketahui:

Menurut Ernie dan Saefullah (2005 : 12) fungsi pengawasan adalah:

a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai

dengan indikator yang di tetapkan.


46

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koneksi atas penyimpangan yang

mungkin ditemukan.

c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait

dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Maringgan (2004 : 62) fungsi pengawasan adalah :

a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab pekerja yang diserahi tugas dalam

melaksanakan pekerjaan.

b. Mendidik para pekerja agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian

agar tidak terjadi kerugian yang diinginkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas pekerjaan yang

telah dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan koreksi bila

diperlukan.

2.3.4. Tujuan Pengawasan

Aktivitas pengawasan memiliki berbagai macam tujuan dalam

organisasi/perusahaan. Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan sangat

penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah atau khilaf,

sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari

kesalahannya kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan

membimbingnya. Husnaini (2001 : 400) menyatakan bahwa tujuan

pengawasan adalah sebagai berikut:


47

a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.

b. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan,

dan hambatan.

c. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.

d. Meningkatkan kinerja perusahaan.

e. Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang

dilakukan dalam pencapaian kinerja yang baik.

Menurut Maringgan (2004 : 61) tujuan pengawasan adalah sebagai

berikut:

a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian

dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.

b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan

sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat

mencegah. Dibandingkan dengan tindakan-tindakan pengawasan sesudah

terjadinya penyimpangan, maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana. Sebab pengawasan yang baik

akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.

2.3.5. Bentuk-bentuk Pengawasan

Menurut Faisal (2015:12) mengklasifikasikan bentuk-bentuk

pengawasan berdasarkan berbagai hal, yaitu:


48

a. Pengawasan Langsung

Pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas

dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the

spot di tempat pekerjaan atau secara personal dengan karyawannya

(persuasif), dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari

pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.

b. Pengawasan Tidak Langsung

Diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari

pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat

masyarakat dan sebagainya tanpa pengawasan on the spot.

c. Pengawasan Preventif

Biasanya pengawasan ini cukup ketat dalam proses pelaksanaannya

hingga bisa membuat karyawan mendapatkan sanksi atau hukuman

apabila berbuat kesalahan yang tidak bisa ditolerir lagi.

d. Pengawasan Korektif

Pengawasan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan berlanjut

disetiap bagian-bagian pekerjaan sehingga sifatnya melakukan

mengawasi langsung di tempat apabila ditemukan kesalahan.

e. Pengawasan Intern

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau

informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan

kemunduran perusahaan.
49

f. Pengawasan Ekstern

Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan, ini untuk

kepentingan tertentu.

2.3.6. Standar Operasi Prosedur (SOP) Pengawasan

Menurut Faisal (2015:13) Standar Operasi Prosedur dalam

pengawasan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penetapan Standar

Standar adalah kriteria dari hasil yang diinginkan atau peristiwa yang

diharapkan dalam melaksanakan kegiatan, pelaksanaan dan hasil kerja

atau perubahan yang terjadi dalam mencapai tujuan. Menetapkan suatu

standar akan memberikan suatu nilai atau petunjuk yang menjadi ukuran

sehingga hasil-hasil yang nyata dapat dibandingkan. Ada dua tipe standar

yang diakui yaitu standar keluaran dan standar masukan. Standar keluaran

mengukur hasil kerja berupa kuantitas dan kualitas, sedangkan standar

masukan mengukur usaha-usaha kerja.

b. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Agar pelaksanaan pengukuran kinerja berlangsung dengan tepat, maka

perlu dikumpulkan data dan mendeteksi permasalahan. Untuk

mengumpulkan data tentang kinerja dapat dilakukan dengan metode

observasi, wawancara atau angket, pengamatan atas laporan, baik laporan

lisan maupun laporan tertulis. Jika data atau informasi sudah

dikumpulkan melalui individu, kelompok, atau unit kerja yang dikontrol,


50

harus diuji validitasnya. Sebab ada kemungkinan karyawan akan

memberikan data palsu dapat dihindarkan.

c. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa

Penyimpangan

Membandingkan hasil kinerja aktual dengan standar. Untuk itu

dibutuhkan standar yang jelas dan pasti yang digunakan sebagai ukuran

yang diperbandingkan. Perbandingan ini untuk mengetahui apakah ada

perbedaan dan ini menentukan kebutuhan untuk tindakan selanjutnya.

Hasil dari perbandingan kinerja aktual dan standar mengarah kepada dua

kemungkinan yaitu secara signifikan berbeda dengan standar. Tetapi

ketika membandingkan hasil aktual dengan standar perlu menentukan

batas yang dapat diterima tentang derajat penyimpangan.

d. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi

Tindakan korektif atau penyesuaian biasanya mengambil satu dari tiga

bentuk, yaitu: Maintain Current Status jika hasil akhir konsisten dengan

standar; Make Adjustment jika hasil menyimpang dari standar karena

pelaksanaan tidak tepat; Change the Standard jika hasil secara signifikan

menyimpang dari standar karena standar yang digunakan tidak tepat.

Hasil kinerja yang sesuai dengan standar maka respon yang tepat dari

manajer adalah mengakui kinerja dapat diterima dan memelihara status

quo dan kemudian melakukan monitor dan mengukur pelaksanaan hasil

kerja, namun jika hasil kinerja aktual menyimpang dari, tidak sesuai

dengan atau belum mencapai standar yang ditentukan maka atasan


51

melakukan tindakan perbaikan atau penyesuaian hingga mengubah

standar yang digunakan.

2.3.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengawasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, menurut Faisal

(2015:14) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengawasan antara lain:

a. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam

organisasi.

b. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya

desentralisasi kekuasaan.

c. Kesalahan/penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan

pengawasan.

d. Kesalahan dalam sistematika dalam proses pengawasan

2.4. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian dan

pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja

dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau

tujuan yang ditetapkan lebih dahulu. Kegiatan pengawasan tanpa adanya

evaluasi sama halnya dengan bekerja setengah jalan, yang berarti tidak

tuntas. Energi, waktu, tenaga, biaya dan pikiran telah dikerahkan tetapi

hasilnya tidak diketahui. Dengan melakukan penilaian, dapat diketahui

efisiensi dan efektifitas setiap kegiatan organisasi serta dapat diketahui


52

kelemahan dan kelebihan selama berlangsungnya proses administrasi.

Kelemahan yang ada dapat ditanggulangi dan kelebihannya dapat

dipertahankan. Selain itu, dapat diketahui apakah rangkaian seluruh kegiatan

dalam organisasi telah sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.4.1. Pengertian Evaluasi Secara Umum

Evaluasi atau evaluation dalam kamus The Advanced Learner’s

Dictionary of Current English (1973) diartikan sebagai kegiatan untuk “ Find

out, decide, the amount or value (mencari tahu, menentukan jumlah atau nilai

sesuatu). Dalam bahasa Indonesia (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2014)

disebutkan bahwa evaluasi adalah penilaian. Sesuai dengan definisi leksikal

tersebut, kegiatan evaluasi mempunyai tujuan akhir yakni untuk mengetahui

atau member nilai atas sesuatu.

2.4.2. Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli

Menurut Amir (2015 : 57) “evaluasi secara konsepsi didefinisikan

sebagai proses sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan

menginterpretasikan data untuk mengetahui sejauh mana seseorang telah

mencapai tujuan yang ditetapkan”.

Menurut Sagala (2007 : 66),

Evaluasi adalah upaya sistematis mengumpulkan, menyusun,


mengolah dan menafsirkan data, fakta dan informasi (yang dapat
dipertanggung jawabkan) dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat
kompetensi seseorang dalam satu jenis atau bidang keahlian keprofesian
berdasarkan norma kriteria tertentu, serta menggunakan kesimpulan tersebut
dalam proses pengambilan keputusan kinerja yang direkomendasikan.
53

Menurut Faisal (2015:11), “evaluasi adalah pemberian nilai

(judgement) baik yang bersifat ekonomis yang terkait dengan nilai uang

(worth) maupun kebermaknaan yang terkait dengan suatu hal dianggap

bermanfaat oleh masyarakat (merit)”.

Menurut Worthen dan Sanders dalam Lababa (2008:1) “Evaluation is

looking for something (worth). Something valuable can be information about

a program, production and an alternative procedure”. Evaluasi adalah

mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat

berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur

tertentu. Lalu, menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008:129) “Evaluation is

process of delineating, obtaining and providing useful information for

judging decision alternatives”. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang

terdapat dalam evaluasi yaitu adanya sebuah proses. Perolehan,

penggambaran, penyediaan informasi yang berguna dan alternatif keputusan.

Sedangkan, menurut Echols dan Shadily (2000:220) “Evaluation is the

assessment process“ Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa

menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya.

Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil

keputusan tentang nilai atau manfaatnya.

Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan

penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan

mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi

tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil

suatu keputusan untuk langkah berikutnya.


54

2.4.3. Fungsi Evaluasi Kinerja

Evaluasi mempunyai berbagai fungsi yang bermanfaat bagi orang-

orang yang melakukan atau pun dalam tercapainya sebuah tujuan sesuai

target yang telah ditentukan (Faisal, 2015:62). Evaluasi mempunyai beberapa

fungsi yaitu :

a. Memberi informasi yang valid mengenai kinerja, yaitu mengenai

seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan

evaluasi dapat diungkapkan mengenai pencapaian suatu tujuan, sasaran

dan target tertentu.

b. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik. Evaluasi memberi

sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari

tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan

mengoperasikan tujuan dan target.

c. Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan, termasuk

perumusan masalah dan rekomendasinya. Informasi mengenai tidak

memadainya suatu kinerja kebijakan, program dan kegiatan memberikan

kontribusi bagi perumusan ulang kebijakan, program dan kegiatan.

Evaluasi dapat pula menyumbangkan rekomendasi bagi pendefinisian

alternatif kebijakan, yang bermanfaat untuk mengganti kebijakan yang

berlaku dengan alternatif kebijakan yang lain.

Menurut fungsi evaluasi yang telah dijelaskan, dapat diyakini bahwa

fungsi evaluasi untuk memberi informasi yang baik dan benar. Memberi

kritikan pada klarifikasi suatu nilai-nilai dari suatu tujuan dan target,

kemudian membuat suatu metode kebijakan untuk mencapai kinerja sehingga


55

program dan kegiatan yang di evaluasi memberikan kontribusi bagi

perumusan ulang kebijakan suatu kegiatan dalam organisasi atau instansi.

2.4.4. Tujuan Evaluasi Kinerja

Dalam pelaksanaan evaluasi, bukan hanya sekedar melaksanakan

tahapan akhir suatu proses atau kegiatan. Tetapi yang akan diketahui adalah

tujuan dari pelaksanaan evaluasi tersebut, yaitu mengukur sejauh mana hasil

pencapaian dari target tujuan organisasi tersebut dari kinerjanya tercapai.

Yang tentunya hasil dari proses evaluasi kinerja tersebut yang sangat berguna

bagi kemajuan atau peningkatan mutu suatu organisasi.

Menurut Arikunto (2004:56),

Ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum diarahkan kepada program secara keluruhan sedangkan tujuan khusus
lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Implementasi program
harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut
telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya.

2.4.5. Tahap-tahap Pelaksanaan Evaluasi

Secara umum menurut Amir (2015:64), evaluasi dibagi menjadi 3

tahap dan terdapat proses pelaksanaannya, yaitu :

a. Penilaian pada tahap awal program

Dilakukan ketika program belum dilaksanakan. Untuk menentukan skala

prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan

yang telah dirumuskan sebelumnya.


56

b. Penilaian pada tahap pelaksanaan program

Dilakukan ketika program telah dilaksanakan. Untuk menentukan tingkat

kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana

sebelumnya.

c. Penilaian pada tahap akhir program

Dilakukan ketika program telah selesai dilaksanakan; untuk mereview

apakah pencapaian program mampu mengatasi masalah yang ingin

diciptakan; untuk menilai efisiensi; efektifitas terhadap pencapaian

program tersebut.

2.4.6. Bentuk-bentuk Evaluasi Kinerja

Bentuk evaluasi kinerja menurut tujuan pelaksanaan (Amir, 2015:58)

terdapat 4 bentuk, yaitu sebagai berikut :

a. Evaluasi formulasi

Mengkaji formulasi apakah formulasi desain kebijakan atau program

yang dilakukan pada saat penyusunan awal telah menggunakan metode

yang benar.

b. Evaluasi proses

Mengkaji apakah pelaksanaan evaluasi ini berjalan kearah pencapaian

sasaran.

c. Evaluasi biaya

Mengkaji apakah biaya pelaksanaan evaluasi ini untuk mencapai capaian

atau sasaran yang sudah ditetapkan.


57

d. Evaluasi dampak

Mengkaji apakah pelaksanaan evaluasi ini akan memberikan pengaruh

atau manfaat yang telah ditetapkan terhadap penerima manfaat.

2.4.7. Sasaran Evaluasi Kinerja

Menurut Amir (2015:59) Secara sederhana sasaran evaluasi adalah

pada masukan, proses, dan keluaran. Semua proses kegiatan organisasi selalu

melalui ketiga tahapan dijelaskan yaitu :

a. Masukan (Input)

 Kemampuan

Untuk dapat mengikuti program dalam program kerja, pekerja harus

memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk

mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau aptitude test.

 Kepribadian

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan

menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu,

informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk

mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau

personality test.

 Sikap

Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia

sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar.

Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan

sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang


58

menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengukur

keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh

karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude

scale.

 Inteligensi

Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi

yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang

terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes

Binet-Simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lainnya. Biasanya seperti

Inteligens Question (IQ).

b. Proses (Transformasi)

Yang termasuk dalam transformasi yang menjadi objek penilaian yaitu

materi pembelajaran, metode dan cara penilaian, sarana dan prasarana,

sistem administrasi, dan atasan serta personal lainnya.

c. Keluaran (Output)

Penilaian terhadap kegiatan dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

tingkat pencapaian/prestasi kerja mereka selama mengikuti program. Alat

yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian

atau achievement test.

2.5. Efisiensi Kerja

Efisiensi berkaitan dengan menghasilkan sesuatu/produksi atau

memberikan pelayanan jasa yang tepat dan cepat serta optimal dengan tidak

membuang sumber daya dalam proses pengerjaannya. Bekerja dengan efisien


59

adalah bekerja dengan gerakan, usaha, waktu, dan tenaga yang sedikit

mungkin dengan hasil yang tetap sama. Cara bekerja yang efisien dapat

diterapkan oleh semua karyawan untuk semua pekerjaan yang kecil maupun

yang besar sehingga dapat membantu mempercepat penyelesaian tugas

dengan menghemat tenaga, waktu, biaya, bahan dan lainnya. Bila seorang

karyawan harus segera menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang

singkat, maka karyawan tersebut harus dapat meningkatkan kecepatan dalam

bekerja, tetapi harus tetap menjaga mutu hasil kerjanya. Oleh karenanya,

karyawan yang tidak efisien akan kekurangan waktu dalam menyelesaikan

pekerjaannya, sedangkan karyawan yang efisien akan kekurangan pekerjaan

untuk menghabiskan waktunya.

2.5.1. Pengertian Efisiensi Kerja Secara Umum

Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu

pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut

sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) Efisiensi diterjemahkan dengan daya

guna. Ini menunjukkan bahwa efisiensi selain menekankan pada hasilnya,

juga ditekankan pada daya atau usaha/pengorbanan untuk mencapai hasil

tersebut agar tidak terjadi pemborosan. Perbandingan ini dapat dilihat dari

dua segi berikut ini :

a. Usaha (Input)

Suatu kegiatan dapat dikatakan efisien, jika suatu hasil tertentu tercapai

dengan usaha yang minimum.


60

b. Hasil (Output)

Suatu kegiatan dapat dikatakan efisien jika suatu usaha memberikan hasil

yang maksimum.

2.5.2. Pengertian Efisiensi Menurut Para Ahli

Menurut Miraza (2014:87) “Efisiensi adalah pemakaian biaya atau

bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap aktifitas usaha

yang berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu, dan

tenaga kerja”. Sedangkan menurut Siagian (2013 : 113) “Efisiensi adalah

perbandingan yang negatif antara input dan output. Negatif karena sumber,

alat, dan tenaga kerja yang dipergunakan lebih kecil dari hasil yang

diperoleh”.

Menurut Sedarmayanti (2001:112),

Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan


yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai
dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi
pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal.

Perbandingan ini dilihat dari:

a. Segi waktu

Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila hasil kerja berdasarkan patokan

ukuran yang diinginkan demi memperoleh sesuatu yang baik dan

maksimal.
61

b. Segi kinerja

Yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang

diberikan.

Menurut Dearden (2005:122) “Efficiency is the ability of business

units to achieve, efficiency is often linked to the goals to be achieved

company”. Efisiensi adalah kemampuan unit usaha dalam meraih tujuan yang

ingin dicapai, efisiensi sering dikaitkan pada tujuan yang ingin dicapai

perusahaan. Lalu, menurut Gie (2004 : 129) “Efficiency is the optimal or

proportionate relationship between the facility and its cost, hard work with

the result, capital with profit, income with expenditure”. Efisiensi adalah

hubungan optimal atau berbanding baik antara fasilitas dengan biayanya,

kerja keras dengan hasilnya, modal dengan keuntungannya, pendapatan

dengan pengeluarannya. Sedangkan, menurut Emerson (2004 : 233)

“Efficiency is the optimal success achieved with limited material. So,

efficiency is in reaching the goal to achieve with maximum even with limited

ability”. Efisiensi adalah keberhasilan optimal yang diraih padahal dengan

bahan terbatas. Jadi, efisiensi adalah dalam meraih tujuan agar tercapai

dengan maksimal meski dengan kemampuan terbatas.

Berdasarkan uraian diatas bahwa perbandingan terbaik antara usaha

dan hasilnya dalam setiap pekerjaan terutama ditentukan oleh bagaimana

pekerjaan itu dilakukan. Jika efisiensi kerja pada umumnya merupakan hasil

dari cara-cara kerja yang sesuai dengan prosedur kerja. Cara kerja yang
62

efisien adalah cara yang tanpa sedikitpun mengurangi hasil yang hendak

dicapai seperti: cara termudah, tercepat, termurah, teringan, dan terpendek.

2.5.3. Fungsi Efisiensi Kerja

Fungsi efisiensi kerja dapat diartikan sebagai dicapainya cara kerja

yang hemat, tidak terjadi pemborosan, dan menunjukkan keadaan

menguntungkan, baik dilihat dari segi waktu, tenaga maupun biaya. Ini dapat

tercapai karena dalam kerjasama mengikat pihak-pihak yang bekerja sama

untuk mentaati segala kesepakatan, serta terjadi spesialisasi tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.

2.5.4. Tujuan Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001:114), Seberapa besar beban kerja relatif

dari seoarang pegawai/karyawan, unit kerja dan organisasi/perusahaan dapat

menjadi dasar rekomendasi untuk:

a. Menentukan jumlah kebutuhan pegawai/karyawan SDM

b. Menyempurnakan tugas jabatan

c. Menyempurnakan tugas organisasi

d. Menentukan standar waktu tugas dan aktivitas serta SOP

e. Menentukan kebutuhan pelatihan pegawai/karyawan

2.5.5. Cara Meningkatkan Efisiensi Kerja

Agar tercipta organisasi yang efisien, ada beberapa cara untuk

meningkatkan efisiensi dalam organisasi. Adapun caranya sebagai berikut :


63

a. Pelaksanaan fungsi manajemen secara tepat

Dalam fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating,

dan controlling itu harus dilaksanakan dengan tepat. Jika ada fungsi

manajemen yang tidak tepat itu akan menjadikan suatu manajemen

kurang efisien dan tentu saja akan menjadikan organisasi yang tidak

efisien pula.

b. Pemanfaatan sumber daya ekonomi yang tepat

Semua sumber daya ekonomi yang ada seperti sumber daya alam, sumber

daya manusia, sumber daya kewirausahaan, dan juga sumber daya modal

dipilih dengan baik, kemudian dimanfaatkan secara tepat.

c. Pelaksanaan fungsi organisasi sebagai alat pencapai tujuan yang setepat-

tepatnya

Memanfaatkan fungsi-fungsi organisasi yang sebagai wadah untuk

digunkan sebagai alat pencapaian tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya secara tepat.

d. Pengarahan dan dinamika organisasi dilakukan untuk pengembangan dan

kemajuan yang berkesinambungan

Pengarahan-pengarahan dan dinamika yang sudah ada ataupun sudah

berjalan dalam sebuah organisasi dilakukan dengan sebaik mungkin

secara terus-menerus demi berkembangnya sebuah organisasi dan juga

kemajuan yang secara berkesinambungan.


64

2.5.6. Sumber Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001:118) “sumber utama efisiensi kerja

adalah manusia, karena dengan akal, pikiran, dan pengetahuan yang ada,

manusia mampu menciptakan cara kerja yang efisien”. Unsur efisien yang

melekat pada manusia adalah:

a. Kesadaran

Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan modal utama bagi

keberhasilannya. Dalam hal ini efisiensi, akan arti dan makna efisiensi

sangat membantu usaha-usaha kearah efisiensi. Efisiensi sesungguhnya

berkaitan erat dengan soal tingkah laku dan sikap hidup seseorang.

Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup seseorang dapat mengarah

perbuatan yang efisien atau sebaliknya. Adanya kesadaran mendorong

orang untuk berkeinginan membangkitkan semangat atau kehendak untuk

melakukan sesuatu yang sesuai dengan kesadarannya.

b. Keahlian

Sesuatu yang dikerjakan oleh orang yang ahli hasilnya akan lebih baik

dan lebih cepat dari pada apabila sesuatu itu dikerjakan oleh orang yang

bukan ahlinya. Unsur keahlian dalam efisiensi, melekat juga pada

manusia. Keahlian manusia akan sesuatu perlu ditunjang dengan adanya

peralatan, supaya efisiensi yang dicapai dapat lebih tinggi dari pada

tanpa menggunakan alat. Sebab keahlian tanpa disertai dengan adanya

fasilitas, tidak mungkin dapat diterapkan guna menghasilkan sesuatu yang

terbaik dan selancar seperti kalau disertai dengan fasilitas. Dengan


65

demikian keahlian merupakan unsur jaminan akan dapat hasil yang lebih

efisien.

c. Disiplin

Kedua unsur diatas belum tentu akan menjamin hasil kerja yang baik,

kalau tidak disertai dengan unsur disiplin. Oleh karena itu dalam efisiensi

termasuk faktor waktu, sedangkan disiplin adalah satu unsur penting

dalam efisiensi. Unsur disiplin sesungguhnya berkaitan erat dengan unsur

kesadaran, sebab disiplin ini timbul juga dari kesadaran. Hanya bedanya

kalau kesadaran timbulnya atau prosesnya dapat memakan waktu lama

dan sulit dilaksanakan, sedangkan disiplin dapat dipaksakan dengan

menggunakan suatu aturan, apabila disiplin dapat diwujudkan dengan

baik maka semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik.

2.5.7. Syarat Tercapai Efisiensi Kerja

Untuk mencapai efisiensi kerja menurut Sedarmayanti (2001:115)

diperlukan beberapa syarat berikut :

a. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan

Syarat ini untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja dari

sumber-sumber yang ada telah dimanfaatkan dengan tepat dan

dapat dipertanggungjawabkan.

b. Pembagian kerja yang nyata

Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas sehingga tidak

mungkin mengerjakan segala macam pekerjaan dengan baik.

Hendaknya ada kerja dan waktu tersedia.


66

c. Prosedur kerja yang praktis

Artinya bahwa pelaksanaan kerja harus merupakan kegiatan

operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar, dapat

dipertanggungjawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai