Kajian pustaka ini akan memaparkan mengenai konsep dan definisi yang
mengkaji ulang teori-teori para ahli yang sudah ada sebelumnya sehingga dapat
perusahaan.
“To Manage” yang berarti mengatur atau mengelola suatu kegiatan sekelompok
pada seluruh aktivitas yang dilakukan. Tindakan manajemen yang tepat akan
membantu
15
16
perusahaan.
berbagai definisi dan sudut pandang yang berbeda. Meskipun demikian, dari
arti penting yang hampir sama. Seperti yang dikemukakan oleh G.R. Terry
bahwa:
adalah proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
S.P. Hasibuan (2016:2) yang menyatakan bahwa “Manajemen adalah ilmu dan
seni untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya- sumber daya lainya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu”.
tujuan organisasi yang efektif dan efisien melalui proses POAC (Planning,
pengertian manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengatur dan
mengelola
berbagai sumber daya-sumber daya yang dimiliki melalui proses perencanaan,
(2018:31) yaitu:
dengan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target
target bisnis
dalam
sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
adalah:
d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang palinhg tepat.
ini adalah:
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif
atau tujuan yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut agar bisa
mungkin ditemukan.
suatu tahapan yang harus dilewati organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan
dan setiap proses yang dilakukan sebaiknya dimulai dengan perencanaan yang
efisien.
wujud sumber daya input menghasilkan output berupa barang atau jasa.
organisasi.
dimulai dari fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi produksi dan fungsi
industri saat ini, baik manajemen operasi, pemasaran, sumber daya manusia
yang sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan. Bidang ini
berkembang sangat pesat, terutama dengan lahirnya inovasi dan teknologi baru
yang diterapkan dalam praktik bisnis. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen, dan kegiatan ini
yang memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang
yang umum. Seperti yang dikemukakan Jay Heizer dan Barry Render (2015:3)
yang diterjemahkan oleh Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya
nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
adalah manajemen dari bagian suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk
kegiatan produksi barang atau jasa”. Pendapat yang sama juga dikemukakan
menyatakan bahwa:
secara efektif dan efisien untuk menjadi sebuah hasil yang digunakan dalam
dalam perancangan atau desain dari sistem produksi dan operasi meliputi:
berupa barang atau jasa secara efektif dan efisien, serta dengan mutu atau
kualitas yang baik. Oleh karena itu setiap kegiatan produksi dan operasi
atau riset, serta pengembangan produk yang sudah ada. Berdasarkan hasil
diputuskan produk apa yang dihasilkan dan bagaimana desain dari produk
jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatanya. Kegiatan ini harus
dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan
penentuan peralatan dipilih tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tetapi
ditentukan pula oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau suplai produk
yang dihasilkan (output) berupa barang jadi atau jasa ke pasar. Oleh karena
Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah
satu faktor yang terpenting di dalam perusahaan atau unit produksi yaitu
rancangan
tata letak (layout) dan arus kerja atau proses. Rancangan tata letak harus
Strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan
tujuan dari produksi dan operasi, serta misi kebijakan-kebijakan dasar atau
kunci untuk lima bidang yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan
mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan
aspek didalamnya yang berkaitan satu sama lain. Seperti yang dikemukakan
Rusdiana (2014:23) terdapat tiga aspek yang berkaitan dalam ruang lingkup
yang optimum.
mencakup bidang yang cukup luas. Ruang lingkup manajemen operasi pada
langkah kerja yang sesuai, pemilihan lokasi yang tepat, mengatur tata letak
(layout) yang efektif dan desain tugas pekerjaan terencana serta strategi
organisasi atau perusahaan saat ini. Sangat penting bagi perusahaan untuk
manajemen
operasi yaitu untuk meminimalkan total biaya dan memaksimalkan tingkat
pelayanan pada pelanggan dengan menyediakan barang atau jasa yang bemutu
mengelola setiap kebutuhan barang baik barang mentah, barang setengah jadi,
dan barang jadi agar tersedia baik dalam kondisi pasar yang stabil dan
berfluktuasi”.
persediaan, baik bahan mentah, bahan setengah jadi dan barang jadi sehingga
dari kegiatan bisnis perusahaan. Persediaan tidak hanya penting untuk kegiatan
persediaan yang cukup, maka yang akan terjadi adalah proses produksi menjadi
“Persediaan adalah stok dari suatu item atau sumber daya yang digunakan dalam
oleh Sri Mulyono (2017:273) bahwa “Persediaan adalah sumber daya yang
disimpan untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang”. Definisi
yang masih sama juga dikemukakan oleh Ricky Virona Martono (2018:125)
bahwa “Persediaan merupakan semua jenis barang milik organisasi yang diolah,
mentah, barang setengah jadi atau barang jadi yang akan digunakan dalam
kebutuhan pelanggan.
persediaan merupakan cara yang tepat yang dipilih perusahaan karena memiliki
beberapa fungsi yang akan menambah fleksibilitas dalam operasi dan menjamin
(2018:128) adalah:
1. Antisipasi
tinggi misalnya di hari lebaran adalah periode penjualan yang tinggi untuk
barang, dan
mengantisipasi perubahan lead time pengiriman barang. Bentuknya berupa
3. Lot size
Definisi lot size adalah persediaan yang muncul karena barang dibeli atau
persediaan.
ingin memenuhi volume truk tetap penuh. Oleh karena itu kelebihan
persediaan saat diterima. Sementara itu, sisa barang yang dibeli dan
4. Transportation inventory
menunjukan
pembebanan biaya persediaan. Misalnya: persediaan pada sistem just-in-
time (JIT), pengiriman bahan mentah melalui jalur pipa, dan persediaan pada
titik transit distribusi. Contoh persediaaan pada titik transit distribusi adalah
pengiriman barang dari Eropa menuju Indonesia dan biasanya melalui proses
5. Hedging
harganya turun dan akan dijual jika harga dipasaran mengalami kenaikan.
6. Buffer
7. Project Inventory
internal
maupun eksternal mendapatkan kebebasan dalam kegiatan produksinya. Maksud
(suppliers) dan proses produksi tidak akan terhenti karena tidak adanya
persediaan.
diterjemahkan oleh Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya yaitu:
telah dibeli tetapi belum diproses. Bahan-bahan dapat diperoleh dari sumber
alam atau dibeli dari supplier. Persediaan ini dapat digunakan untuk
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process) atau barang dalam proses
adalah komponen atau bahan mentah yang telah melewati sebuah proses
mesin dalam proses-proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan dan
dapat diketahui.
4. Persediaan barang jadi (finished good inventory) yaitu produk yang telah
diterjemahkan oleh Diana Angelica, David Wijaya dan Hirson Kurnia, jenis
persediaan meliputi:
disebutkan oleh beberapa ahli, memiliki tujuan yang sama bagi perusahaan yaitu
sebagai cadangan stok untuk mengganti bahan atau barang yang telah habis
persediaan juga disampaikan oleh Ricky Virona Matono (2018:125) yaitu suatu
kegiatan untuk menjaga ketersediaan barang dengan baik sesuai dengan jumlah
terhindar dari biaya penyimpanan yang tinggi serta investasi yang menganggur.
oleh perusahaan.
yang ditimbulkan oleh persediaan. Biaya persediaan menurut Jay Heizer dan
dan David Wijaya adalah penjumlahan dari biaya setup atau pemesanan dengan
pemasangan.
dengan memperhatikan biaya yang timbul akibat persediaan yang terdiri dari
oleh Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya adalah biaya yang
kerusakan atau keausan dan kehilangan. Biaya biaya yang termasuk di dalam
biaya sewa gudang, fasilitas, penyusutan, asuransi, kehilangan barang dan biaya
modal.
2.1.5.2 Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
barang dari pemasok ini tentunya akan disertai dengan biaya yang dibebankan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:561) diterjemahkan oleh Hirson
Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya menyatakan bahwa biaya pemesanan
pemesanan sampai barang tersebut dapat dikirim eksportir atau pemasok. Biaya
a. Biaya ekspedisi
b. Biaya upah
c. Biaya telpon
d. Biaya surat-menyurat
sendiri untuk dijadikan persediaan di masa yang akan datang dan tidak membeli
persediaan dari pemasok. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:561)
tenaga kerja untuk mengganti peralatan atau alat penahan”. Sementara itu,
adalah Biaya penyiapan (setup cost) merupakan biaya- biaya yang timbul di
dalam proses konversi. Biaya yang termasuk dalam setup cost antara lain:
c. Biaya penjadwalan
yang rill atau nyata diterima perusahaan secara langsung melainkan biaya
hilangnya
peluang (Opportunity Cost). Pengertian stockout cost menurut Eddy Herjanto
(2015:243) adalah biaya yang timbul akibat tidak tersedianya barang pada waktu
stockout cost adalah biaya yang ditimbulkan akibat persediaan yang timbul
kehilangan langganan, biaya pemesanan khusus, selisih harga dan biaya yang
persediaan bahan baku adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan akibat
model persediaan yang cocok sesuai dengan kriteria, kondisi atau situasi yang
dalam realitas yang rumit akan dijawab dalam dua hal penting. Jawaban dari
barang yang harus dipesan dan kapan sebaiknya pemesanan itu dilakukan.
persediaan perusahaan.
pemesanan maupun ketika barang yang dipesan itu sampai dan disimpan di
sering digunakan perusahaan karena metode ini dikenal sederhana dan mudah
model matematik yang menentukan jumlah barang yang harus dipesan untuk
periode yang panjang (misalnya dalam satu tahun) serta disepakati antar
sejumlah 100 unit dan tidak dilakukan dua kali dengan masing-masing
sebanyak 50 unit.
disampaikan oleh Jay Heizer dan Barry Render (2015:561) yang diterjemahkan
oleh Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya bahwa Economic Order
Quantity adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan
pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan.
Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi
sebagai berikut:
persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok pada suatu waktu.
waktu tertentu.
dapat dilihat dari gambar 2.1 menunjukkan grafik penggunaan persediaan dalam
menyatakan jumlah yang dipesan. Jika jumlah ini adalah 500 baju, sejumlah
baju itu tiba pada suatu waktu (ketika pesanan diterima). Jadi, tingkat persediaan
melompat dari 0 ke 500 baju dalam waktu sesaat. Secara umum, tingkat
Gambar 2.1
Penggunaan Persediaan Dalam Waktu Tertentu
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render
dengan cara menentukan jumlah persediaan barang yang paling ekonomis dan
berikut :
1. Tabular Approach
suatu daftar atau tabel jumlah pesanan atau jumlah biaya per tahun.
2. Graphical Approach
dapat dihitung dengan suatu persamaan atau rumus. Persamaan dalam Model
EOQ dapat dihitung sebagai berikut menurut Jay Heizer & Barry Render (2015)
2.D.S
EOQ= J
K
Dimana:
optimal)
D : permintaan (demand)
persediaan untuk bahan baku tergantung dari beberapa pemasok, sehingga perlu
konversi. Economical Order Quantity (EOQ) juga akan menentukan berapa unit
1. Biaya Pemesanan
terdiri dari biaya eksplisit, tetapi juga biaya kesempatan (opportunity cost).
Biaya pesan dalam satu periode, merupakan perkalian antara biaya pesan per
sebagai berikut:
Biaya Pemesanan = D x s
Q
Dimana:
setiap pesanan
2. Biaya Penyimpanan
Q
Biaya penyimpanan = H
2
H= P ×i
Dimana:
3. Total Biaya
Tujuan model EOQ ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali
yang diberi notasi TC merupakan penjumlahan dari biaya pesan dan biaya
simpan. TC minimum ini, akan tercapai pada saat biaya simpan sama dengan
biaya pesan. Pada saat TC minimum, maka pada jumlah pesanan tersebut
inventory cost/ total cost (TIC/TC) Menurut Jay Heizer & Barry Render
TC: D S + Q
H
Q 2
Pembelian
Gambar 2.2
Hubungan Antara Biaya Pesan, Biaya Simpan, Biaya Persediaan Minimal
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render
ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi kurva TC pada setiap titik Q
merupakan hasil penjumlahan yang berasal dari tinggi kedua kurva komponen
biaya tersebut secara tegak lurus seperti yang digambarkan pada gambar 2.2 di
atas.
Ordering cost mempunyai bentuk geometris hiperbola dimana makin
kecil Q, berarti makin sering pemesanan dilakukan dan makin besar biaya
Holding cost mempunyai bentuk garis lurus karena komponen biaya ini
tergantung pada tingkat persediaan rata-rata. Garis ini dimulai dari titik Q = 0
Sebagai contoh kasus PT. Indah Megah pada tahun yang akan datang
membutuhkan bahan baku sebanyak 240.000 Unit. Harga bahan baku per unit
Rp150.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar 25% dari nilai rata - rata
Diminta :
Jawab :
Diketahui :
D= 240.000 unit
P = Rp. 2.000,-
S = Rp.150.000,-
Dari rumus :
a. Mengetahui seberapa besar unit yang dipesan oleh perusahaan agar biaya
berikut:
2.D.S
EOQ= J K
2 s 240.000 s Rp 150.000.
EOQ = J
500
EOQ =√144.000.000
dihasilkan bahwa jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk PT. Maju
Jaya adalah sebesar 12.000 unit untuk satu kali pesan. Berikut adalah
Tabel 2.1
Contoh Perhitungan EOQ dengan Cara Tabel
TC = D S + Q
H+PD
Q 2
TC = 240.000 unit
Re. 150.000 + 12.000 unit
Re. 500+ (Rp. 2.000 x 240.000)
12.000 unit 2
TC = Rp.486.000.000
antara jumlah kebutuhan yang diketahui dengan jumlah quantitas unit yang
D 240.000 unit
N= Q = 12.000 unit = 20 kali
Jadi, pemesanan yang dilakukan oleh PT. Indah Megah selama setahun
d. Jika dalam 1 tahun sebanyak 360 hari maka perusahaan harus melakukan
Jadi, kesimpulan untuk suatu contoh kasus diatas adalah untuk dapat
memenuhi kebutuhan tahunan sebesar 240.000 unit, maka PT. Indah Megah
frekuensi pemesanan sebanyak 20 kali dalam satu tahun atau setiap 18 hari
sekali, dengan
total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp.
486.000.000,-.
dalam suatu periode. Menurut Jay Heizer & Barry Render (2015:564) yang
menyatakan bahwa nilai dari Frekuensi pemesanan (N) dapat diperoleh dengan
persamaan berikut :
PeRNINTAAn (D)
N = Kuantitac pecanan
(Q)
antara pesanan (T). Waktu antara pesanan (T) adalah jarak waktu antara suatu
pesanan dengan pesanan berikutnya. Persamaan dari waktu antara pesanan (T)
adalah:
terhindar dari stockout hingga barang yang dipesan datang. Penentuan titik
dimana tindakan harus diambil untuk mengisi ulang persediaan barang kembali.
Fahmi (2016:122) yang menyatakan bahwa “Reorder Point adalah titik dimana
suatu perusahaan atau institusi bisnis harus memesan barang atau bahan guna
reorder pont merupakan suatu titik dimana perusahaan harus segera melakukan
proses produksi tidak terhambat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ROP
antara lain:
bentuk rumus seperti yang dijelaskan oleh Sofjan Assauri (2016:233) yaitu:
ROP= (permintaan perhari) x (lead time untuk suatu pesanan baru dalam hari)
ROP= d x L
dan lamanya lead time adalah konstan. Besar nya permintaan per hari adalah:
D
d=
JuNSah hari kerja per tahun
Jika perusahaan tersebut menggunakan safety stock dalam operasinya
maka ROP tersebut harus ditambahkan dengan safety stock sehingga menjadi:
Dimana:
L : lead time atau waktu tunggu, yaitu waktu antara penempatan pesanan dan
penerimaanya.
ulang terlalu tinggi, maka yang terjadi adalah persediaan baru yang dipesan
maka persediaan akan habis sebelum persediaan baru datang sehingga proses
produksi akan tertunda hingga persediaan baru yang dipesan datang. Penentuan
reorder point ini sangatlah penting agar pengendalian persediaan menjadi lebih
optimal.
dihindari oleh perusahaan. Salah satu penyebab terjadinya proses produksi yang
safety stock
untuk mengganti bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi.
tingkat persediaan perusahaan selama lead time atau pengiriman barang yang
dipesan.
Definisi lain mengenai safety stock juga dikemukakan oleh Irham Fahmi
pengertian menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:567) diterjemahkan oleh
Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya yaitu “Safety stock
stock adalah jumlah persediaan minimum bahan baku yang harus ada untuk
khusus. Perusahaan tidak ingin persediaan barang menjadi stock out yang akan
persediaan semakin kecil, akan tetapi akibatnya adalah biaya simpan semakin
meminimasi total biaya persediaan tidak tercapai karena total biaya dalam
kegiatan yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, selain itu safety stock
Gambar 2.3
Grafik Model Persediaan Dengan Safety Stock dan Reorder Point (ROP)
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render
tunggu. Jika, terdapat lonjakan secara tiba-tiba pada suatu titik selama siklus
1. Metode Persentase
dari pemesanan barang adalah 10 hari, atau 33% dari jumlah hari total dalam
33%. Dalam hal ini, jika terjadi keterlambatan pengiriman, maka persediaan
Diketahui:
sebagai
probabilitas permintaan tidak akan melebihi persediaan (pasokan) selama
s–µ
Z = adLT
Z SS atau SS = Za
a dLT
dimana :
X = tingkat persediaan,
μ = rata-rata permintaan,
SS = persediaan pengaman.
Gambar 2.4
Diagram Distribusi Normal Persediaan Pengaman
Sumber : Eddy Herjanto
Sebagai contoh kasus suatu perusahaan mempunyai persediaan yang
dibawah kurva norman 95% dapat diperoleh, yaitu sebesar 1,645. Penggunakan
rumus SS dan ROP, besarnya persediaan pengaman dan titik pemesanan ulang
yang dipesan tersebut sampai dan tersedia digudang. Waktu dalam pengiriman
barang ini sering disebut sebagai lead time. Lead time muncul karena terdapat
jeda waktu ketika proses pemesanan barang terjadi. Pengertian lead time
Jay Heizer & Barry Render (2015:567) diterjemahkan oleh Hirson Kurnia,
Ratna Saraswati dan David Wijaya merupakan waktu tunggu atau waktu
waktu yang harus ditunggu perusahaan dimulai dari pemesanan hingga barang
tersebut diterima dan tersedia di gudang. Lead time sangat berguna bagi
perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera bisa
tiba di perusahaan. Lead time di dalam EOQ diasumsikan konstan artinya dari
waktu ke waktu selalu tetap misalnya lead time 7 hari, maka akan berulang
dalam setiap periodenya. Akan tetapi, dalam prakteknya lead time banyak
stock.
Salah satu upaya perusahaan untuk mendapatkan biaya bahan baku per
unit paling rendah adalah dengan memanfaatkan diskon pembelian. Diskon ini
pengurangan harga (P) untuk sebuah barang jika dibeli dalam kuantitas besar.
diperoleh harga per unit yang rendah. Semakin besar diskon kuantitas, semakin
mendapat harga per unit terendah namun biaya penyimpanan juga akan
meningkat. Keputusan yang paling tepat yang sebaiknya dipilih oleh manajemen
adalah dengan memilih biaya total persediaan yang paling rendah untuk
Wijaya untuk menghitung pesanan yang optimal pada setiap diskon adalah
sebagai berikut:
2.D.S
Q∗= J I.P
seperti berikut:
TC: D S + Q
H+PD
Q 2
Dimana:
balap. Akhir-akhir ini toko itu memberikan daftar diskon kuantitas untuk mobil-
mobil ini. Daftar kuantitas ini ditunjukan pada tabel 2.2 dengan biaya
pemesanan sebesar $ 49,00 per pesanan, permintaan tahunan adalah 5.000 mobil
balap serta ongkos untuk membawa persediaan, serta ongkos untuk membawa
atau menyimpan persediaan, sebagai persen dari biaya, I adalah 20% atau 0,2.
Berapa kuantitas pemesanan yang paling ekonomis dan akan menimalkan total
Diketahui:
D = 5.000
unit S =
$49,00
Jaawab:
2.D.S
Q∗ = J
I.P
Tabel 2.3
Perhitungan total biaya diskon kuantitas
kuantitas pesanan 1000 dengan harga $4,80 karena memiliki biaya total
persediaan paling rendah diantara yang lain yaitu sebesar $24.725 sehingga
produksi yang optimal dan ekonomis bagi perusahaan yang memproduksi bahan
baku sendiri. Karena sesuai untuk lingkungan produksi, model ini biasanya
waktu tertentu dan saat asumsi kuantitas pesanan produksi berlaku. Model ini
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:569) diterjemahkan oleh Hirson
Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya menyatakan bahwa model ini dapat
berikut:
Namun , Q= jumlah yang diproduksi= pt, sehngga t = Q/p oleh karena itu:
p [Q]- d [Q]= Q - -d Q
p p p
= Q[1— d]
p
penyimpanan
=
Tingkat percediaan NAKCINUN Q d
2 (H) = 2 [1 — {p }] H
dasar, penyelesaian jumlah yang optimal dari potongan per pesanan dengan
D 1
S= HQ [1— (d)]
Q 2 p
2DS
Q∗ = K[1–(d)]
p
Q∗ = 2DS
p JK[1–(d)]
p
memerlukan bahan baku sebanyak 10.000 unit dalam setahun. Bahan baku tidak
dibeli tetapi diproduksi sendiri oleh salah satu divisi di dalam pabriknya. Hari
kerja tahunan pabrik adalah 250 HKT dan kapasitas produksi 100 unit per hari.
Biaya produksi per unit Rp. 50.000, biaya penyimpanan 20% per unit/tahun,
biaya penyiapan mesin (set up cost) rata-rata Rp.35.000 per siklus produksi dan
tersebut?
Jawaban :
tingkat penggunaan bahan baku per hari atau tingkat produksi harian yang
D
p = KKT
EPQ 2DS
= JK[1–(d)]
p
2(35000)(10000)
J50.000 s 0.2[1–( 40 )]
100
menjadi hal umum yang terjadi pada perusahaan. Penerapan model sensitivitas
Harga per unit Rp. 150, biaya per pesananan Rp. 400.000.- dan biaya
unit.
Pertanyaannya:
EOQ 1 EOQ Q
Q = 2 [ Q +EOQ ]
2.D.S
EOQ= J
K
D
MC = Marginal [S
EOQ EOQ
+H 2 ]
Dimana:
Q = Jumlah unit per pesanan
MC = Marginal Cost
Pemecahannya:
2(40.000)(150.000)
1. EOQ = J
150 s 0,2
= 20.000 unit
EOQ.
EOQ 1 EOQ Q
Q =2 [ Q +EOQ]
1 20.000 40.000
= 2 [40.000 + 20.000]
= 1,25
b. Marginal Cost
D
MC = 0,25 [S EOQ
EOQ +H 2 ]
= 0,25 X 600.000
= Rp. 150.000,-
= 2.250.000 + 600.000
= Rp. 23.100.000,-
= Rp. 23.250.000,-
.
2.1.6.9 Model Angsuran/Penerimaan Bertahap (Gradual Replacement Model)
pembelian optimal yang ekonomis untuk bahan baku yang sifatnya cepat rusak.
Sebagai contoh: ikan segar yang diolah menjadi ikan di dalam kaleng, buah-
persediaannya disimpan lama. Jenis bahan baku seperti demikian yang dapat
Persediaan yang diterima pada model ini tidak diterima secara sekaligus
Kasus seperti ini menjadi tidak sesuai jika menggunakan model EOQ
dasar. Diperlukan suatu model tersendiri yang disebut sebagai model persediaan
item persediaan diproduksi dengan kecepatan sebesar p unit per hari seperti
pada gambar 2.5, sedangkan penggunaan item itu sebesar d unit per hari.
dalam model dasar tetapi lebih rendah, demikian pula, slope dari pertambahan
persediaan tidaklah vertikal tetap miring. Ini karena pesanan tidak diterima
penggunaan seimbang maka tidak akan ada persediaan persediaan karena semua
sebesar selisih antara produksi dengan penggunaan. Pada saat produksi terjadi,
bahan baku sebanyak 1.000 ton dengan harga Rp.1.500.000,- per ton. Biaya per
Pembelian ikan Tuna hanya dari satu pemasok (Koperasi Nelayan) yang mampu
mensuplai 6 ton ikan Tuna per hari, sedang kapasitas penyerapan untuk proses
pengawetan per hari 4 ton. Utuk itu perlu diketahui, berapa Economis Order
Pemecahan:
EOQ 2.D.S
= J K[1– ]
d
p
2(50.000)(1.000)
EOQ J 4
(1.500.000 s 0,6) [1– ]
= 6
= 1000 50.000 + 18
(1— 4) 1.500.000 (0,60)
18 2 6
hari
Jadi, kesimpulan pada contoh kasus tersebut ialah untuk dapat memenuhi
6 ton dengan total biaya pertahun sebesar Rp. 5.400.000,-. Adapun waktu siklus
ialah tidak adanya permintaan yang ditunda pemenuhannya (back order), yang
dalam model EOQ biasa kecuali adanya tambahan asumsi bahwa penjualan
hand
inventory, yang menujukkan jumlah persediaan pada setiap siklus persediaan
yaitu jumlah persediaan yang tersisa setelah dikurangi back order. B merupakan
back order yaitu jumlah barang yang dipesan oleh pembeli tetapi belum dapat
dipenuhi
Gambar 2.6
Grafik Persediaan dalam Model Pesanan Tertunda
Sumber : Eddy Herjanto
pemesanan dan biaya penyimpanan juga mencakup biaya yang timbul karena
model EOQ dasar, tetapi biaya penyimpanan berbeda karena tidak seluruh
barang yang dipesan disimpan, yaitu hanya sejumlah persediaan yang tersisa
Contoh kasus:
Suatu agen alat perkakas listrik yang mendapat kiriman barang secara reguler,
dengan total penerimaan sebesar 240 unit/tahun. Biaya pesanan $ 50 dan biaya
konsumen maka suatu agen alat perkakas listrik harus membeli dengan jumlah
pesanan optimal sebanyak 120 unit, jumlah barang yang tersedianya (unit)
dipakai atau persediaan yang tersisa dalam suatu periode. Persediaan merupakan
pos yang sangat berarti dalam aktiva lancar. Hal itu menyebabkan metode
tiga metode yang digunakan dalam menilai persediaan, yaitu first in first out
(FIFO), last in first out (LIFO), dan rata tertimbang. Menurut Eddy Herjanto
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang persediaan yang
sudah terjual atau terpakai dinilai menurut harga pembelian barang yang
Contoh Kasus:
Tabel 2.4
Contoh Data Persediaan Bahan Baku Metode Penilaian Persediaan
Misalnya, pada tanggal 30 Juni jumlah persediaan akhir sebanyak 250 unit,
berarti jumlah bahan baku yang dipakai sebesar 1.000 dikurang 250 sama
Berbeda dengan FIFO, metode ini mengasumsikan bahwa nilai barang yang
Menggunakan contoh yang sama, harga pokok bahan baku yang dipakai
Nilai Persediaan pada metode ini didasarkan atas harga rata-rata barang yang
Apabila harga barang stabil, ketiga cara itu akan memberikan hasil yang
Misalnya, harga jual barang pada contoh di atas sebesar Rp2.000,- per unit,
maka perbandingan dari ketiga metode itu dapat ditunjukkan pada tabel 2.5
. Tabel 2.5
Rata Tertimbang
Berdasarkan Tabel 2.5 dapat dilihat bahwa apabila harga pembelian barang
menunjukkan:
a. Nilai barang terpakai yang tinggi
barang itu sendiri jika mudah rusak atau mengalami pembusukan sebaiknya
akurat.
ini, dibedakan berdasarkan nilai investasi yang terpakai dalam satu periode.
menggunakan prinsip pareto: the critical few and the trivial many”. Idenya
yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai rendah (trivial). Klasifikasi
tertentu yang harus mendapat perhatian lebih intensif atau serius dibandingkan
item yang lain adalah item yang nilai investasinya lebih tinggi.
Klasifikasi ABC bukan merupakan harga persediaan per unit, melainkan
volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode (biasanya satu tahun)
dikalikan dengan harga per unit. Jadi, nilai investasi adalah jumlah nilai seluruh
item pada satu periode. Suatu item tertentu dikatakan lebih penting dari item
yang lain, karena item itu memiliki nilai investasi yang lebih tinggi.
lain yang memiliki nilai investasi lebih rendah. Namun, tidak berarti item yang
1. Kelas A, Persediaan yang memiliki nilai volume tahunan rupiah yang tinggi.
Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan, meskipun
jumlahnya hanya sedikit, bisa hanya 20% dari seluruh item. Persediaan yang
Kelompok ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan tahunan, dan
sekitar 30% dari jumlah item sehingga disini diperlukan pengendalian yang
moderat.
3. Kelas C, Barang yang nilai volume tahunan rupiahnya rendah, yang hanya
mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tetapi terdiri dari sekitar
Tabel 2.6
Contoh Data Item Persediaan Klasifikasi ABC
Tabel 2.7
Klasifikasi ABC
6. Susun urutan item persediaan berdasarkan volume tahunan rupiah dari yang
1. Kelas A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 70,0% dari total
persediaan, yang terdiri dari 2 item (20%), yaitu item H-109 dan H-107.
2. Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 19,9% dari total
3. Kelas C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 10,1% dari total
persediaan sudah mencapai titik level minimumnya dan barang akan diisi
kembali (restock) hingga barang tersebut sudah mencapai titik maksimum yang
telah ditentukan.
pengaman. Periode
waktu biasanya dinyatakan dalam bulan. Sementara itu stok minimum
Fithri, 2014). Berikut adalah penggunaan rumus dari metode min max
inventory:
tenggang waktu, kebutuhan safety stock dan jangka waktu pemesanan saat
terakhir, maka formula ini berlaku sama seperti formula reorder lainya.
Kuncinya adalah selalu memantau kembali batas atau level minimum dan
maksimumnya.
diambil berdasarkan jurnal penelitian yang relevan dengan kajian materi dari
penelitian yang akan dilakukan. Setelah itu jurnal akan dianalisis lebih lanjut
acuan dalam menguatkan teori-teori dan metode yang digunakan pada penelitian
ini. Hasil dari analisis tersebut akan dijadikan referensi bagi penulis sehingga
penulis dapat
merancang kerangka pemikiran pada penelitian ini. Berikut adalah beberapa
bahan baku :
Tabel 2.8
Penelitian Terdahulu
Internationa
jurnal of science
and business
Vol.1 No.4 2017
Prosiding
Manajemen
Vol.2 No.2
Agustus 2016
3. Analisis Hasil penelitian 1. Meneliti Penelitian pada
Pengendalian menunjukan bahwa pengendalian konveksi Primed
Persediaan Bahan pengendalian persedian Samarinda
Baku dengan persediaan
Metode EOQ menggunakan metode 2. Menggunakan
pada Primed EOQ menghasilkan metode EOQ
Konveksi di biaya persediaan yang
Samarinda lebih minimum 3. Penggunaan
sebesar Rp. safety stock dan
Fransi Natalia 7.261.050,06 reorder point
Sedangkan
e-Journal perusahaan 4. Meminimumkan
Administrasi Rp.12.355.910,- dan biaya persediaan
Bisnis sebaiknya perusahaan
Vol.5 No.4 2017 menggunakan safety
stock dan reorder
point untuk
memastikan
persediaan cukup
digunakan pada
produksi
Prosiding
Manajemen
Vol.1 No.2 April
2015
Della M. Putri,
M. Mujiya
Ulkhaq
Annual
Conference in
Industrial and
System
Engineering
Semarang Vol 4.
Juli 2017
IENACO Vol 2
No. 3 2017
Nancy. C Agha,
Ewans
Chukwuma
International
Journal of
scientific
reasearch and
management Vol.
3 Oct 2015
T. Mojibi, R.
Tavakkoli, V.A.
Rezaei Nosrati
Procedding of the
interational
conference on
operationa
research Vol. 2
2015
Hycinth
Chukwudi Iwu,
Chukwudi J.
Ogbonna, Opara
Jude, Kalu
Georgina Onuma
American
journal of
applied
mathematics and
statistic Vol.2
No. 5 (2014)
pengaman (safety stock) dan analisis titik pemesanan ulang (reorder point)
Sedangkan perbedaannya hanya sebatas pada bahan baku yang diteliti, barang
yang diproduksi dan tempat penelitian yang dilakukan serta beberapa metode
ABC. Namun, tetap saja perbedaan tersebut tidak mempengaruhi hasil akhir dari
biaya persediaan paling rendah. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk
pengaman dan titik pemesanan ulang sebagai alat untuk melakukan analisis
pengendalian persediaan bahan baku kulit pada penelitian ini sehingga dapat
sebagai pengganti bahan atau barang yang habis digunakan dalam kegiatan
tidak
dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat. Selain itu juga, kurangnya
persediaan pada perusahaan akan menambah biaya lain karena perusahaan akan
persediaan yang lebih banyak, bukanlah suatu kebijakan yang tepat bagi
lain, selain digunakan dalam produksi itu sendiri. Selain dana yang menganggur,
yang dialami oleh PT. Brodo Ganesha Indonesia saat ini, sehingga
efisien.
sehingga dari hasil analisis tersebut perusahaan dapat meminimalkan total biaya
persediaan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fransi Natalia (2017) yang
dan Zenitha Maulida (2018) hasil penelitian menunjukan bahwa jika perusahaan
menggunakan metode EOQ, total biaya persediaan yang diperoleh akan lebih
perusahaan Rp.28.500.000,-
persediaan bahan baku. Sementara itu, perbedaannya hanya sebatas pada bahan
atau barang yang diteliti. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan bahwa
analisis dengan metode persediaan economic order quantity, safety stock dan
reorder point akan membuat sistem produksi di perusahaan lebih baik dengan
persediaan. Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam analisis ini adalah
Data yang dikumpulkan antara lain biaya pemesanan dalam sekali pesan, biaya
dipesan.
menggunakan metode perusahaan. Hasil dari analisis pada metode EOQ adalah
hasil perhitungan
mengenai berapa banyak jumlah pemesanan yang paling ekonomis dengan
pemesanan ulang yang harus dilakukan perusahaan dari kedua metode tersebut.
Jika seluruh perhitungan analisis sudah selesai dari semua metode seperti
analisis titik pemesanan ulang dan analisis persediaan pengaman, maka langkah
sehingga didapatkan hasil total terkait biaya persediaan yang harus dikeluarkan
total biaya persediaan yang paling kecil, sehingga dapat meminimalkan biaya
dari pendekatan masalah pada penelitian yang dilakukan di PT. Brodo Ganesha
Safety Stock
Safety Stock
Perbandingan total biaya persediaan antara menggunakan metode EOQ dan metode yang digunakan perusahaan
(min-max inventory)
Metode Pengendalian Persediaan yang dapat meminimalkan biaya persediaan bahan baku kulit pada PT. Brodo
Ganesha Indonesia
Gambar 2.7
Kerangka Pemikiran