Anda di halaman 1dari 5

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Subsektor perkebunan memegang peranan penting dalam pembangunan

pertanian. Subsektor ini menjadi tempat bagi para petani menggantungkan

hidupnya baik untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan

lainnya seperti pendidikan. Perkebunan juga merupakan sumber devisa non-migas

yang menjanjikan dan secara langsung terkait dalam usaha pelestarian alam

(Setyamidjaja,1993:5).

Komoditas kelapa sawit, karet dan kopi ikut berkontribusi terhadap

perekonomian Indonesia . Dimana pada tahun 2017 luas perkebunan kelapa sawit

Indonesia mencapai 14.048.722 hektar, jumlah tersebut terdiri dari perkebunan

rakyat dengan luas 5.697.892 hektar, perkebunan besar negara dengan luas

638.143 hektar dan perkebunan besar negara mencapai 7.712.687 hektar,

sedangkan luas lahan karet mencapai 3.659.090 hektar dengan luas perkebunan

rakyat 3.103.523 hektar, perkebunan besar negara dengan luas 233.086 hektar dan

perkebunan besar swasta mencapai 322.733 hektar dan Luas lahan kopi mencapai

1.238.598 dengan luas perkebunan rakyat 1.191.646 hektar, perkebunan besar

negara 22.868 hektar dan perkebunan besar swasta mencapai 24.085 hektar.

Dengan demikian kelapa sawit menduduki posisi pertama sebagai tanaman

perkebunan yang banyak diusahakan di Indonesia setelahnya diikuti oleh karet

dan kopi (Direktorat Jenderal Perkebunan 2018).

Kelapa sawit termasuk tanaman perkebunan penghasil minyak masak,

minyak industri dan minyak mentah (biodiesel) serta sebagai bahan baku industri

1
2

seperti lilin, sabun, pembuatan lembaran-lembaran timah dan industri kosmetik.

Produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat memberikan

keuntungan yang besar sehingga dapat meningkatkan mendukung pertumbuhan

perekonomian Indonesia (Lubis,2011:12).

Karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam genus Hevea dari familia

Euphorbiaceae, yang termasuk kedalam jenis tanaman kayu tropis yang berasal

dari hutan amazon. Terdapat 2.500 spesies tanaman diakui dapat memproduksi

getah (lateks), namun pada saat ini karet merupakan satu-satunya sumber

komersial produksi karet alam. Karet alam mewakili hampir separuh dari total

produksi karet dunia karena sifat unik mekanik, seperti ketahanan sobek

dibandingkan karet sintesis (Pusat Data dan sistem informasi pertanian,2016:1).

Areal perkebunan karet hampir tersebar diseluruh nusantara, sebaran tersebut

terdiri dari 83% dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat), 8% dalam bentuk

perkebunan milik negara, dan 9% dalam bentuk perkebunan swasta. Dengan

demikian perkebunan rakyat memberikan kontribusi terbesar sebagai penghasil

karet di Indonesia (Setysmidjaja, 1993:5).

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi bangsa

Indonesia. Pada tahun 2013 produksi kopi mencapai 675.881 ton dan volume

eksport sebesar 534.023 dengan nilai mencapai US$ 1.174.029.000. Komoditas

tersebut menjadi sumber pendapatan utama bagi sekitar 1,87 juta kepala keluarga

petani (Ferry,2015:1).

Subsektor perkebunan memegang peranan penting dalam perekonomian provinsi

Bengkulu. Kelapa sawit, karet dan kopi adalah tiga komoditas perkebunan unggulan
3

provinsi Bengkulu, selain itu terdapat komoditas lain yaitu: kakao, kelapa, lada, cengkeh,

aren, kayu manis, pinang, kapuk, kemiri, panili, pala dan jarak (Badan Pusat Statistik

Provinsi Bengkulu 2018). Luas lahan dan produksi tiga komoditas perkebunan unggulan

provinsi Bengkulu kurun waktu 2017-2018 dapat disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit, Karet dan Kopi Provinsi
Bengkulu Tahun 2016 dan 2017
Luas Lahan (Hektar) Produksi (Ton)
Tahun
Kelapa Sawit Karet Kopi Kelapa Sawit Karet Kopi
2016 285.096 138.606 90.885 737.490 99.927,71 56.955,44
2017 329.913 127.254 87.761 1.014.474 100.908 58.963,34
Sumber: Data Sekunder Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu 2019

Berdasarkan tabel diatas, subsektor perkebunan provinsi Bengkulu

didominasi oleh tanaman kelapa sawit. Pada tahun 2016 luas lahan kelapa sawit

285.096 hektar dengan total produksi 737.490 ton dan pada tahun 2017 luas lahan

meningkat menjadi 329.913 hektar dengan total produksi 1.014.474 ton.

Komoditas kedua adalah karet, pada tahun 2016 luas lahan 138.606 hektar dengan

total produksi 99.927,71 ton dan pada tahun 2017 luas lahan menjadi 127.254

hektar dengan total produksi 100.908 ton. Sedangkan luas lahan kopi pada tahun

2016 sebesar 90.885 hektar dengan total produksi 56.955,44 ton dan luas lahan

pada tahun 2017 adalah 87.761 dengan total produksi 58.963,34 ton, dengan

demikian subsektor perkebunan memiliki potensi untuk meningkatkan

perekonomian provinsi Bengkulu (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu 2019).

Indikator perkembangan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari produk domestik

regional brutonya. Dapat dilihat pada tabel 2 yang menyajikan data produk domestik

regional bruto subsektor perkebunan tahun 2017-2019.

Tabel 2. PDRB Subsektor Perkebunan Provinsi Bengkulu Berdasarkan Harga


Konstan Dan Kontribusinya Tahun 2015-2017
4

Tahun PDRB (Milyar rupiah) Distribusi (%)


2015 1.901,47 4,57
2016 1.928,19 4,34
2017 1.974,04 4,16
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa produk domestik regional bruto

subsektor perkebunan provinsi Bengkulu meningkat setiap tahunnya. Peningkatan

PDRB tersebut memberikan dampak positif terhadap perekonomian provinsi

Bengkulu. Sedangkan distribusinya pada tahun 2015 sebesar 4,57 %, pada tahun

2016 memberikan distribusi sebesar 4,34 % dan tahun 2017 memberikan

distribusi sebesar 4,16 % terhadap produk domestik regional bruto provinsi

Bengkulu setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu,2020).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik

ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Pengaruh Luas Lahan

Perkebunan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Subsektor

Perkebunan Provinsi Bengkulu”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka masalah yang dapat dikaji

dalam penelitian ini yaitu apakah luas lahan kelapa sawit, karet dan kopi

berpengaruh terhadap produk domestik regional bruto subsektor perkebunan

Provinsi Bengkulu?

1.3. Tujuan Penelitian


5

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan

kelapa sawit, karet dan kopi terhadap produk domestik regional bruto subsektor

perkebunan Provinsi Bengkulu.

1.4. Kegunaan Hasil Penelitian


Kegunaan penelitian ini antara lain:
1. Bagi penelitian, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,

pengetahuan dan salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

2. Bagi pihak lain, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi bagi

penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai