Anda di halaman 1dari 3

Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Perkebunan Karet “Negara” Di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara eksportir karet terbesar, urutan kedua di dunia
setelah Thailand. Indonesia mempunyai areal perkebunan karet terluas di dunia namun
produktivitas perkebunanya masih dibilang rendah. International Rubber Study Group (IRSG)
meramalkan bahwa pada tahun 2020 konsumsi dan produksi karet dunia akan mencapai angka
10.9 juta ton, sehingga terdapat surplus 54,000 ton (Ditjenbun, 2009). Dalam rangka melakukan
perkembangan sektor perkebunan di Indonesia, pemerintah telah mencanangkan program
revitalisasi perkebunan dengan melakukan upaya melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi
tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh
pemerintah dengan tiga komoditas yaitu karet, kelapa sawit, dan kakao. Karet merupakan salah
satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja,
pendorong kegiatan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun
pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati (Supristiwendi dan Zulvani, 2015). Karet
memiliki peran yang penting dalam perekonomian nasional. Fungsi ekonomi yang dari
komoditas ini merupakan sebagai sumber pendapatan bagi 10 juta lebih petani dan menyerap 1,7
juta tenaga kerja, serta memberikan kontribusi untuk memperoleh devisa negara.

Perkebunan besar negara merupakan perkebunan dikelola oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang secara komersial dan berbadan hukum menghasilkan barang dan jasa
perkebunan negara (Mardia, 2012). Produktivitas tanaman karet sangat perlu dilakukan
peningkatan, melihat prospek dan pengembangan agribisnis karet yang sangat bagus. Indonesia
memiliki potensi menjadi produsen karet alam terbesar di dunia. Berdasarkan studi IRSG (2007),
pada tahun 2020 produksi karet alam akan mencapai 13 juta ton dan Indonesia diperkirakan akan
menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Peningkatan produksi dapat dilakukan
melalui pengembangan areal baru maupun peningkatan produktivitas dengan menerapkan
praktek budidaya (Good Agricultural Practices) tanaman karet yang baik terutama pada kegiatan
pemeliharaan tanaman juga menggunakan klon klon unggul terbaru (Ditjenbun, 2022).
Pemerintah juga melakukan pengembangan perkebunan karet dengan menggunakan pola (UPP),
UPP merupakan pola pengembangan yang dilaksanakan oleh petani dan didukung langsung oleh
pemerintah. Dalam melakukan pengembangan dengan pola UPP, dilakukan dalam bentuk proyek
dan pendanaannya dimasukkan ke dalam anggaran belanja pemerintah seperti APBN dan APBD.
Dalam pola UPP pihak pemerintah hanya membantu biaya pembukaan lahan, pengelolaan
pupuk, dan bibit, sedangkan pengadaan lahan sepenuhnya diserahkan kepada petani sebagai
peserta proyek (Haryono dan Sumartono, 2008).

Produksi karet di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 3,63 juta ton, dengan 2,81 juta ton
diekspor atau sekitar 77% dari produksi karet nasional yang diekspor (Ditjenbun, 2020).
Pemerintah telah menetapkan kebijakan pengembangan karet nasional dengan sasaran jangka
panjang. Perkembangan produksi karet di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 3,28%. Pada tahun 2011 produksi karet
yang mencapai jumlah sebesar 2,99 juta ton, terus mengalami peningkatan hingga pada tahun
2017 produksi mencapai 3,68 juta ton. Peningkatan produksi karet lebih banyak disebabkan oleh
luas areal karet yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat produktitivitas karet dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penggunaan bibit dan pengelolaan kebun (teknis
produksi). Untuk itu, perlunya kebijakan pemerintah dengan mengefektifkan program
diversifikasi dan intensifikasi tanaman melalui program bantuan bibit unggul dan penyuluhan
secara sistematis dan berkelanjutan, yang diharapkan dapat menjawab segala permasalahan yang
selama ini sering dialami oleh petani. Perkembangan perkebunan karet dengan adanya peranan
pemerintah dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan tanaman dan
peningkatan produksi perkebunan (Mukhlis, 2011).

Menurut (Boerhendhy dan Khaidir, 2011) Langkah - langkah penting yang dapat
dilakukan dalam mengoptimalkan perkembangan kebun karet di Indonesia adalah:

1. Menggunakan bahan tanam seragam dan klon yang unggul berproduksi tinggi dengan
komposisi klon dan umur yang seimbang serta penempatan klon pada agroekosistem
yang sesuai.
2. Menerapkan teknik budi daya meliputi pengolahan tanah, melakukan pemupukan dengan
takaran, frekuensi, dan cara mengaplikasi yang tepat, serta pengendalian penyakit jamur
akar putih.
3. Penerapan sistem eksploitasi dengan menyesuaikan sifat fisiologis klon dan pengendalian
kekeringan alur sadap.
4. Melakukan peremajaan bagi kebun-kebun yang kurang produktif.
Daftar Pustaka

Boerhendhy, I., dan Khaidir, A. 2011. Optimalisasi Produktivitas Karet Melalui Penggunaan
Bahan Tanam, Pemeliharaan, Sistem Eksploitasi, Dan Peremajaan Tanaman. Optimalisasi
Produktivitas Karet Melalui Penggunaan Bahan Tanam, Pemeliharaan, Sistem Eksploitasi, Dan
Peremajaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. 30(1) : 23-30

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. 2009. Hari Perkebunan 10


Desember, Merajut Sejarah Panjang Perkebunan Indonesia. (Diakses pada 22 Mei 2023).

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2022. Anjuran Pemupukan Tanaman Karet Dalam
Upaya Peningkatan Produksi dan Mutu Untuk Mendorong Keberhasilan Hilirisasi Karet di
Indonesia. (Diakses pada 22 Mei 2023).

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Buku Publikasi Statistik Karet 2018-2020.
(Diakses pada 22 Mei 2023).

Haryono, S. B., dan Sumartono. 2008. Kebijakan Pemerintah Daerah Untuk Pemberdayaan
Petani Karet Rakyat. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan. (Diakses pada 22 Mei 2023).
Artikel. Malang : Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya.

Mardia, A. 2012. Pola Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat dalam Upaya Peningkatan
Produksi dan Pendapatan Petani di Kabupaten Kampar.

Mukhlis., Edy, B. M. S., dan Sri, F. A. 2011. Analisis Pengembangan Perkebunan Karet (Studi
pada Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara). Agrica
(Jurnal Agribisnis Sumatera Utara). 4 (1) : 18 – 30.

Supristiwendi, S. P., Zulvani. 2015. Analisis Strategi Pengembangan Tanaman Karet (Hevea
Brasiliensis, L) Klon Unggul Di Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.
Agrisamudra, Jurnal Penelitian. 2 (1) : 51-60.

Anda mungkin juga menyukai