Anda di halaman 1dari 46

Proposal Penelitian

DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN PT.TOBA PULP


LESTARI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT DI DESA MANALUDOLOK
KECAMATAN PARMONANGAN

Diajukan Untuk Diseminarkan

Di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Social

OLEH :

YOSIA P SIHOMBING
NIM : 3193131008

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOCIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hutan merupakan salah satu ekosistem yang kompleks yang terdiri dari

berbagai jenis tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Hutan memiliki peran

penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, mengatur iklim, dan

menyediakan sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia. Secara

teknis, hutan didefinisikan sebagai sebuah areal yang tertutup oleh vegetasi pohon

yang memiliki tutupan vegetasi minimal sebesar 10-30% dan ketinggian

minimum dari dasar hutan sekitar 2-3 meter. Pemerintah telah menetapkan

wilayah hutan untuk dipertahankan sebagai hutan tetap dalam Undang-Undang

No.41 Tahun 1999. Pada umumnya, hutan digunakan digunakan untuk kegiatan

penelitian dan pengembangan, agama dan budaya, pendidikan dan pelatihan.

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, yang memiliki daerah

wilayah hutan yang besar. Pada tahun 2022, Direktorat Jendral Perencanaan

Kehutanan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup melakukan pemantauan terhadap

wilayah hutan di dindonesia. Dari hasil pemantauan yang dilakukan, bahwa hutan

indonesia memiliki luas mencapai 94,1 juta hektar atau 50,1% dari total wilayah

lahan indonesia. dari hasil pemantauan tersebut, wilayah hutan tersebut terdiri dari

hutan lindung, hutan konservasi maupun hutan produksi untuk bahan

perindustrian. Hutan yang dijadikan sebagai hutan produksi merupakan hutan

yang sudah tidak berpotensi sebagai hutan lindung ataupun hutan konservasi.

1
2

Contoh lahan hutan ini seperti hutan bekas tebangan, hutan karet, hutan

gundul, maupun wilayah semak atau padang yang terbengkalai. Lahan tersebut

kemudian dimanfaatkan untuk industri perkebunan (hutan tanaman industri)

dengan beberapa komoditas berupa karet (latex), buah sawit (bahan baku minyak

goreng), dan kayu gelondongan (bahan baku kertas).

Kegiatan Industri Perkebunan pertama kali beroperasi di tahun 1984.

Industri perkebunan ini memiliki bebrapa tujuan dalam penkembangannya,

diantara lain : (1) meningkatkan dan mengembankgan industri kayu, dimana

bahan baku akan dapat disediakan, (2) mendukung perekonomian dengan

melakukan ekspor kayu diluar negeri dan memenuhi kebutuhan keperluan kayu

didalam negeri, (3) meningkatkan potensi hutan terbengkalai dan hutan yang

sudah tidak produktif lagi, (4) membantu peningkatan kondisi masyarakat, baik

dengan memperbanyak lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat.

Pelaksanaan industri perkebunan ini mempunyai 3 tujuan utama dalam

pengembangannya, diantaranya ekologi, sosial dan ekonomi (Iskandar, 2005).

Dari beberapa tujuan tersebut, dapat dilihat kegiatan industri perkebunan ini

mempunyai komitmen akan memberikan dampak positif pada bidang sosial,

ekonomi dan kondisi lingkungan sekitarnya.

Pembangunan serta pengenmbanagn industri perkebunan melibatkan

banyak pemangku kepentingan didalamnya, salah satunya yaitu masyarakat yang

bertempat tinggal disekitar kawasan perkebunan. Proses pengembangan industri

perkebunan biasanya dapat berjalan dengan baik jika sesuai dan tidak

bertentangan dengan harapan masyarakat. Bahkan masyarakat akan memberikan


3

dukungan baik berupa dukungan material maupun non-material untuk membantu

pengembangan industri perkebunan tersebut. Perindustrian perkebunan yang

dilakukan secara berkelanjutan merupakan salah satu upaya dalam peningkatan

taraf hidup masyarakat, yaitu dengan mendapatkan pekerjaan yang lebih

memungkinkan. Pihak industri perkebunan tentu sebagai penyedia lapangan

pekerjaan yang dimana masyarakat dipekerjakan sebagai karyawan, dan sebagian

masyarakat lainnya membuka usaha lain. Industri perkebunan HTI memberikan

tiga jenis kesempatan kerja utama diantaranya, (1) bekerja menjadi karyawan, (2)

mendirikan kontraktor komersial dengan hubungan kerjasama dengan perusahaan,

dan (3) membuka usaha rumahan ( menjadi penjual kebutuhan karyawan).

Sebelum pembangunan industri perkebunan HTI di wilayah masyrakat,

ketergantungan masyarakat sekitar dengan hutan dan lingkungan sangat berkaitan

erat dan saling mempengaruhi. Pendapatan masyarakat juga terbilang masih

sangat rendah, mengingat kondisi sosial masyarakat yang masih tergolong rendah

juga. Oleh karena itu, pembangunan industri perkebunan juga harus

memperhatikan aspek kebutuhan, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan memadukan ketiga aspek tersebut, kemajuan lingkungan masyarakat juga

akan dapat tercapai, baik dari segi sumber daya manusia dan kondisi

perekonomian tiap masyarakat.

Luas lahan yang dikuasai oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri mulai

tahun 2017-2021 dapat dilihat pada Tabel 1.1.


4

Tabel 1.1.Luas Lahan yang Dikuasai Perusahaan HTI(Ha) di Indonesia

Tahun 2017-2021

Perusahaan HTI Perum Perhutani Total


Tahun
(Ha) (Ha) (Ha)

2017 8.080.000 2.470.000 10.550.000

2018 8.670.000 2.360.000 11.030.000

2019 7.070.000 2.230.000 9.400.000

2020 7.200.000 2.240.000 9.440.000

2021 7.260.000 2.430.000 9.690.000

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2023

Dari data yang didapat, luas lahan yang digunakan untuk perusahaan

dalam kegiatan industri perkebunan secara keseluruhan (perkebunan industri dan

perhutani) mengalami peningkatan dari tahun 2020 yang dimana pada tahun 2020,

luas lahan yang digunakan sebanyak 9,44 juta hektar. Dan terjadi peningkatan

menjadi 9,69 juta ha pada tahun 2021.

Untuk tanaman industri sendiri, luas lahan yang dikelola sebanyak 7,26 ha

dengan pembagian dibeberapa wilayah di Indonesia. Beberapa wilayah tersebut

meliputi : (1) di Sumatera sebanyak 4,02 juta ha, (2) di Kalimantan sebantak 2,84
5

juta ha, (3) di Papua dan Maluku sebanyak 0,25 juta ha, (4) di Sulawesi sebanyak

0,12 juta ha dan (5) di Nusa Tenggara sebanyak 0,03 juta ha.

Diwilayah Sumatera Utara sendiri, PT.TPL merupakan perusahaan

industri perkebunan yang paling banyak menggunakan lahan dalam

pengelolannya. Lahan ini terdiri dari tanah negara dan tanah masyarakat, tanah

sewaan, tanah milik perusahaan yang sudah dimiliki, maupun tanah lainnya

berupa tanah desa/tanah adat. Lahan yang digunakan tidak termasuk lahan yang

sedang dikelola oleh pihak lain, dan secara murni merupakan tanah yang dimiliki

oleh negara.

Kegiatan HTI PT.TPL di desa Manaludolok Kecamatan Parmonangan

telah dilakukan sejak tahun 1990. Arelanya mencapai 753,9 ha, yang memiliki

tujuan untuk memenuhi kebutuhan kayu, baik untuk keperluan impor maupun

kebutuhan kayu didalam negeri. Perusahaan Industri perkebunan yang mengelola

lahan ini harus mengikuti peraturan dari pemerintah, sekalipun mereka telah

melakukan penyewaan lahan dari masyarakat. Dengan adanya kegitan industri

perkebunan lingkungan masyarakat, kehidupan mereka juga telah mengalami

perubahan terutama yang berada dissekitar wilayah industri perkebunan tersebut.

Kecamatan Parmonangan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Tapanuli Utara yang terbentuk pada tahun 2003 dengan memiliki 14 desa dengan

luas 257,35 km², menyumbang 9.32% dari total luas wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara. Kecamatan Parmonangan terletak pada 1°57'-2°08' LU dan 98°42'-98°55'

BT . Kecamatan Parmonangan terletak pada ketinggian 400 - 1.450 mdpl. Salah


6

satu desa di Kecamatan Parmonangan adalah Desa Manaludolok sebagai tempat

penelitian. Desa Manaludolok memiliki luas 4080 ha yang terdiri dari 2 dusun,

yaitu dusun Tornauli dengan luas 2935 ha dan dusun Sosor dengan luas 1145 ha.

Desa Manaludolok merupakan masyrakat yang mayoritas berasal dari suku

Batak Toba dan desa ini didirikan pada tahun 1945. Masyarakat Desa

Manaludolok sebagian besar hidup sebagai petani dan menjadi karyawan industry

perkebunan PT. TPL (HTI) setelah berjalannya kegiatan industri perkebunan di

desa Manaludolok. Industri perkebunan di Desa Manaludolok dikelola oleh PT.

TPL, dan sebagian perusahaan kecil masyarakat (CV) yang  juga berpengaruh

pada perubahan kehidupan masyarakat Desa Manaludolok .

Dengan menggunakan hubungan pola kemitraan bersama antara

masyarakat dan perusahaan HTI, PT. TPL menggunakan lahan kurang produktif

di sekitar area kerja perusahaan. Tahun 2008, masyarakat bekerja sama dengan

perusahaan untuk menanam 323,4 ha lahan di sekitar HTI, dan pada tahun 2022,

total lahan yang dipakai untuk penanaman sudah mencapai  753,9 ha  untuk

meningkatkan hasil produksi maksimal dari wilayah desa yang bertujuan untuk

menambah bahan baku untuk perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, pola kemitraan antara perusahaan dan masyarakat dilakukan secara

bertahap.Distribusi untuk hasil setelah 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan

pemanenan.

Kegiatan kerjasama kemitraan yang dilakukan antara masyarakat dengan

perusahaan HTI tidak hanya dalam pengembangan wilayah kerja, tetapi juga
7

dilakukan dengan mennerapkan program intercrop (tumpang sari). Dalam

program ini, tanah yang sudah ditanami dengan tanaman industri masih dapat

digunakan oleh orang-orang yang tinggal di sana untuk menanami tanaman

musiman seperti cabai, jagung, jahe, kunyit, kentang, padi, dan tanaman lainnya.

Perusahaan membantu masyarakat dengan memberikan bantuan bibit, pupuk, dan

pestisida selama program intercrop (tumpang sari), sedangkan pemilik lahan

yang membiayai untuk pengolahan lahan. Singkatnya dalam hal ini, perusahaan

membantu penanaman pertama. Untuk rotasi penanaman berikutnya, pemilik

lahan  sudah dapat  untuk membiayai pembelian bibit, pupuk, pestisida dan

keperluan lainnya untuk keberlanjutan program intercrop tersebut.

Sebagai sebuah perusahaan besar, kegiatan industri perkebunan PT.TPL

tentu memberikan dampak kepada masyarakat dan lingkungan. Sebagian

masyarakat merasa tidak mendapat keadilan dalam pengelolaan lahan mereka, dan

mengakibatkan perselisihan dan kesalahpahaman baik antar sesama masyarakat

maupun dengan perusahaan. Industri perkebunan PT.TPL di Desa Manaludolok,

Kecamatan Parmonangan, memerlukan perhatian maupun kontribusi dari

pemerintah dan semua elemen masyarakat di Kecamatan Parmonangan,

Kabupaten Tapanuli Utara. Dengan penjelasan tersebut, maka peneliti melakukan

penelitian dengan judul " Dampak Industri Perkebunan PT. Toba Pulp Lestari

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Manaludolok Kecamatan

Parmonangan Kabupaten Tapanuli Utara".


8

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi

permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Keberadaan industri PT.TPL dalam kegiatan Industri Perkebunan di desa

Manalu Dolok Kecamatan Parmonangan yang meresahkan terhadap

masyarakat sekitar.

2. Dampak Industri Perkebunan PT. TPL terhadap social ekonomi

masyarakat Desa Manaludolok Kecamatan Parmonangan Kabupaten

Tapanuli Utara.

3. Terjadinya perbedaan pandangan kelompok masyarakat sekitar akibat

kegiatan Industri Perkebunan PT.TPL

C. BATASAN MASALAH

Dalam membuat penelitian ini, peneliti juga memiliki keterbatasan dalam

melakukan pengngambilan, analisis dan juga pengelolaan data dari lapangan. Oleh

karena itu, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti pada Dampak Industri

Perkebunan PT.TPL Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

Manaludolok.

D. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini didasarkan pada batasan masalah

penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
9

1. Bagaimana dampak Industri Perkebunan PT. TPL terhadap Kondisi Sosial

Masyarakat Desa Manaludolok Kecamatan Parmonangan Kabupaten

Tapanuli Utara ?

2. Bagaimana dampak Industri Perkebunan PT. TPL terhadap kondisi

Ekonomi masyarakat Desa Manaludolok Kecamatan Parmonangan

Kabupaten Tapanuli Utara?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan, maka tujuan

penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui bagaimana dampak Industri Perkebunan PT. TPL terhadap

Kondisi Sosial Masyarakat Desa Manaludolok Kecamatan Parmonangan

Kabupaten Tapanuli Utara

2. Mengetahui dampak Industri Perkebunan PT. TPL terhadap kondisi

Ekonomi masyarakat Desa Manaludolok Kecamatan Parmonangan

Kabupaten Tapanuli Utara

F. MANFAAT PENELITIAN

Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Hasil dari penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai referensi

penelitian terkait (penelitian relevan)


10

b. Penerapan ilmu geografi sebagai cara untuk menganalisis Dampak

Penggunaan Lahan Masyarakat Menjadi Hutan Tanaman Industri PT.TPL

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Manaludolok.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah setempat untuk dapat

menangani permasalahan yang sedang dialami masyarakat daerah sekitar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Hutan

Didik Suharjito dalam Oktoyoki et al (2020) mendefinisikan “hutan

merupakan sebuah ekosistem yang dicirikan oleh banyak atau lebih padat tutupan

pohon yang luas, biasanya terdiri dari tegakan yang bervariasi dalam karakteristik

seperti komposisi spesies, struktur, kelas umur dan proses terkait, dan umumnya

termasuk padang rumput, uap, ikan, dan satwa liar. Hutan diartikan sebagai

asosiasi dari tumbuh -tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon

berkayu yang mempunyai area luas”.

Menurut Dengler dalam Choyri (2021) “hutan merupakan beberapa pohon

yang tumbuh pada lapangan yang luas sehingga angin, cahaya, kelembapan, suhu

dan sebagainya bukan penentu terhadap lingkungan, tetapi dipengaruhi oleh

tumbuhan/pepohonan baru dengan syarat tumbuh pada tempat yang cukup luas

dan rapat (horizontal dan vertikal)”.

Menurut Davis & Johnson dalam Mustika et al (2014) “pengertian hutan

merupakan suatu kumpulan bidang-bidang lahan yang di atasnya ditumbuhi

(memiliki) atau akan ditumbuhi tumbuhan pohon yang pengelolaannya sebagai

11
12

satu kepaduan yang tidak terputus supaya tujuan pemilik lahan untuk

memperoleh kayu atau hasil lainnya dapat tercapai”.

Menurut Undang-Undang No 41 tahun 1999 “Hutan adalah suatu kesatuan

ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

lainnya tidak dapat dipisahkan”.

Hutan adalah komunitas mahluk hidup (hewan beserta tumbuhan) yang

menempati dan tinggal di lapisan maupun permukaan tanah, yang letaknya dalam

sebuah kawasan dengan tujuan membentuk suatu ekosistem dinamis yang

seimbang. Dengan demikian berarti yang berkaitan dengan proses-proses yang

berhubungan dengan hutan antara lain ialah sebagai berikut:

 Hidrologis, yaitu hutan berperan sebagai penyimpanan air dan sebagai

media penyerapan air hujan yang akan dialirkan kesungai dan disimpan

sebagai cadangan air tanah. Dengan tersedianya air tanah dalam hutan,

kondisi unsur hara tanah juga dapat terjaga dengan baik.

 Iklim, artinya ialah komponen ekosistem alam yang terdiri atas unsur-

unsur hujan (air), sinar matahari (suhu), angin serta juga kelembaban yang

sangat mempengaruhi kehidupan yang terdapat di permukaan bumi,

terutama pada iklim makro maupun mikro.

 Keanekaan genetik, artinya ialah hutan itu mempunyai kekayaan dari

berbagai jenis flora serta juga fauna.

38
13

 Sumber daya alam, yaitu dimana hutan itu dapat memeberikan hasil alam

yang dapat dimanfaatkan manusia dengan baik sebagai pemenuhan

kebutuhan mereka, terutama dibidang perekonomian dan perindustrian. 

 Wilayah wisata alam, yaitu hutan sebagai tempat yang bisa dikunjungi

sebagai sarana rekreasi untuk dinikmati keindahannya.

2. Industri Perkebunan HTI

Di Indonesia, pengembangan Industri perkebunan HTI dimulai pada tahun

1984 (Simanjuntak, 2022). Industri Perkebunan kayu HTI dikelola dengan

mempertimbangkan prinsip ekonomi dan kelestarian lingkungan. Program

Perkebunan Industri bertujuan untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanah,

penyediaan bahan baku industri, dan penyerapan sektor komersial. Industri

perkebunan HTI adalah tanaman yang yang dibudidayakan dan dikelola sesuai

dengan prinsip lestari, keuntungan, dan perusahaan. Program ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas dan potensi hutan produksi melalui penerapan penghijauan

intensif yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tanaman industri

hasil hutan. Sistem pemanenan kayu di hutan tanaman industri menggunakan

reklamasi lahan manual (TPHB) dengan gergaji rantai sebagai alat tebang

(Kementerian Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia, 1998).

Perkebunan HTI merupakan hutan yang biasanya terdiri dari satu jenis

tanaman (Tamba, 2015). Karena HTI dianggap dapat mengatasi konflik lahan,

pemerintah melakukan kegiatan industri ini. Perkebunan industri (HTI) telah

38
14

menjadi bagian dari pendapatan nasional sejak tahun 1970-an. Karena permintaan

industri kehutanan yang meningkat, pemerintah mendorong program HTI.

Perkebunan HTI adalah hutan yang sudah memenuhi syarat untuk tanaman

produksi bahan baku industri setelah menerapkan sistem penanaman kehutanan.

PP No. 7 tentang Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Tahun 1990 menetapkan

aturan khusus untuk jenis hutan ini. Tujuan Perkebunan HTI adalah untuk

meningkatkan jumlah dan kualitas hutan yang diproduksi melalui penerapan

penghijauan intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kehutanan.

Tidak semua individu atau organisasi dapat menggunakan hasil Hutan Tanaman.

Selain itu, ada syarat dan persyaratan yang harus dipenuhi selama

pembentukannya. Pengelola hutan industri harus mendapatkan izin dari lembaga

terkait. Setelah mendapatkan izin dari lembaga terkait, penusahaan baru dapat

mengoperasikan hutan tanaman industri, seperti yang dinyatakan dalam PP No 7

tahun 1990. Peraturan perundang-undangan ini dibuat oleh Kementerian

Lingkungan Hidup, yang memberikan izin pengelolaan hutan industri kepada

koperasi, negara, dan perusahaan swasta. Perusahaan akan mengusahakan hutan

industri tersebut selama 35 tahun setelah mendapatkan izin dari menteri LHK.

Undang-undang yang mengatur hutan tanaman industri di Indonesia

adalah Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pemberian Izin Pinjam Pakai

Kawasan Hutan dan Izin Pinjam Pakai Hutan Tanaman Industri. Undang-undang

ini mengatur tentang perlindungan dan pengelolaan hutan serta pengusahaan hutan

38
15

tanaman industri yang dilakukan oleh perusahaan. Beberapa ketentuan penting

dalam undang-undang tersebut antara lain :

1. Hutan tanaman industri harus berada pada kawasan hutan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah dan memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan.

2. Penebangan hutan tanaman industri harus sesuai dengan perencanaan dan

pengawasan yang ketat agar tidak merusak ekosistem hutan dan kehidupan hewan

di sekitarnya.

3. Perusahaan yang mengelola hutan tanaman industri wajib melaksanakan

reboisasi agar keberlanjutan kelestarian hutan dapat terjamin.

4. Persyaratan untuk mendapatkan izin pengelolaan hutan tanaman industri adalah

dalam bentuk suatu perjanjian antara pemerintah dan perusahaan, yang memuat

kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam menjalankan

pengelolaan hutan tanaman industri, di antaranya meliputi nilai investasi, jangka

waktu pemanfaatan lahan, melaksanakan reboisasi, pembayaran iuran serta

kewajiban penyediaan lapangan kerja dan pengembangan masyarakat sekitar.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan berbagai

peraturan turunan lainnya, seperti Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan

Hidup Nomor 83 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pemberian

Izin Pinjam Pakai Hutan Tanaman Industri.

Pengclolaan hutan industri harus memenuhi berbagai persyaratan

administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi meliputi surat izin usaha,

38
16

NPWP, pernyataan persetujuan notaris, peta skala areal yang akan dibuat hutan,

teknis informasi tata ruang daerah yang diperoleh dari pemerintah setempat,

rekomendasi gubernur kepada menteri, dan laporan keuangan. Persyaratan teknis

meliputi kondisi perusahaan, kondisi areal yang akan dibuat hutan, dan kondisi

tanah yang akan digunakan untuk tujuan produksi

Menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman, Kementerian

Kehutanan Tahun 2009 bahwa proses pembangunan HTI dapat dilakukan sebagai

berikut:

1. Terlebih dahulu melakukan studi dan penelitian tentang hutan alam yang

sudah tidak produktif.

2. Mencari dan mempersiapkan lahan yang akan digunakan dalam

pembangunan HTI

3. Pengadaan bibit melalui penyemaian bibit hutan

4. Penanaman hutan sesuai dengan ekosistem dan karaktcristik lahan

5. Memelihara hutan yang ditanam secara insentif

6. Melakukan pemanenan hutan

7. Hutan yang sudah dipanen disiapkan untuk dipasarkan

8. Hasil hutan industri yang sudah dipasarkan dianfaatkan sebagaimana

mestinya.

Sumber daya hutan memainkan peran penting dalam menyediakan bahan

baku industri, meningkatkan lapangan kerja dan kesempatan kerja, dan

meningkatkan pendapatan masyarakat. Hutan dapat dikelola untuk menghasilkan

38
17

nilai tambah, yang akan meningkatkan peluang kerja dan peluang berusaha bagi

masyarakat. Pengelolaan hutan tidak boleh menyebabkan kerusahakan hutan.

Dibutuhkan regulasi, pelatihan, dan pengawasan yang menyeluruh untuk

memastikan kemampuan penyediaan bahan baku dan industri pengolahnya

seimbang. Dalam hal ini, hutan tidak hanya dimanfaatkan untuk semata

menghasilkan produk kayu saja, tetapi juga memperhatikan komponen lainnya

yang ada disekitar lingkungan hutan sehingga pemanfaatan hutan dapat

dioptimalkan.

Pengertian perkebunan hutan tanaman industri merupakan wilayah hutan

yang dikelola dengan cara menanami tanaman tertentu yang diperlukan untuk

kebutuhan industri. Pada umumnya tanaman yang ditanam adalah tanaman sejenis

yang merupakan prioritas kebutuhan hutan tanaman industri. Tujuan

pembangunan Hutan Tanaman Industri dapat mengatasi penanggulangan,

beberapa masalah diantaraya:

a) Kondisi kelestarian sumberdaya hutan yang semakin menurun.

b) Penurunan hutan produksi yang disebabkan oleh kebutuhan lahan hutan oleh

sektor lain makin tinggi.

c) Bekurangnya bahan baku yang disebabkan olch perkembangan industri.

d) Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan naiknya

total kebutuhan hasil hutan.

38
18

Tujuan pembangunan HTI adalah untuk meningkatkan produksi hutan

untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan dengan bahan baku, memberikan

lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mendorong

ekonomi masyarakat, dan mengalihkan perhatian dari daerah pedalaman yang

tidak terjangkau oleh pembangunan (Departemen Kehutanan, 2009).

Manan dalam Simanjuntak (2022) menyatakan bahwa beberapa tantangan

yang dihadapi dalam mencapai tujuan pembangunan HTI termasuk menentukan

tujuan pengembangan hutan, memilih tanaman yang sesuai, mendapatkan tenaga

kerja profesional, memilih lokasi, melindungi tanaman dari kebakaran,

pengembalaan liar, dan berbagai penelitian tentang kehutanan. Pengembangan

perkebunan HTI biasanya dilakukan di areal lahan hutan yang sudah tidak lagi

produktif, seperti belukar, hutan bekas penebangan hutan, atau hutan bekas

perladangan.

Perkebunan HTI merupakan wilayah hutan yang dikelola sesuai dengan

prinsip yang pemanfaatan yang optimal serta harus memperhatikan kelestarian

lingkungan dan sumber daya alam. Pada tahun 1985 pembangunan HTI telah

dicanangkan di Indonesia yang bertujuan untuk memasok kayu industri

pengolahan pulp dan kertas (Kartodihardjo et al, 2020). Hal ini didsarkan pada

penerbitan PP PP No. 7 tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman

Industri. Adanya peraturan pemerintah ini membuat pembangunan hutan industri

dapat terlaksana dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan.

38
19

Lokasi yang menjadi sasaran pembangunan HTI sudah diatur berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 358/ Kpts-II/ 93 tentang tata cara dan

persyaratan permohonan hak pengusahaan hutan tanaman industri. Pada pasal 2

dapat dijelaskan areal hutan yang bisa dialokasikan untuk areal Hak Pengusaha

Hutan Tanaman Industri (HPHTI) adalah kawasan hutan pwroduksr tetap yang

tidak produktif dan tidak dihehani hak-hak lain

3. Konsep Sosial Ekonomi Masyarakat

Semua orang pastinya memiliki keadaan sosial ekonomi yang berbeda dan

bertingkat, ada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi tinggi, sedang, rendah,

dan rendah. Tingkat sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh tingkat

pendidikannya, jenis aktivitas ekonominya, tingkat pendapatannya, dan posisinya

dalam organisasi atauupun pekerjaannya.

Soekanto dalam Nurkolis (2015) menyatakan bahwa sosial ekonomi

adalah posisi seseorang dalam masyarakat, yang dapat dilihat dari lingkungan

pergaulan mereka, hak dan kewajibannya, dan bagaimana mereka menggunakan

sumber daya. Pendidikan dan layanan kesehatan, perumahan, pendapatan, dan

pekerjaan yang layak adalah beberapa contoh ciri-ciri keadaan sosial ekonomi

seseorang. Status sosial ekonomi juga merupakan status yang dimiliki seseorang

di masyarakat karena interaksi di antara mereka. Menurut Latifah (2018)

penyerapan tenaga kerja, pendapatan, kesehatan, kenyamanan, dan lingkungan

adalah semua elemen sosial ekonomi.

38
20

Menurut Ahmed dalam Basrowi (2010), program pendidikan dalam

konteks sosial ekonomi berarti peningkatan penghasilan, produktivitas, nutrisi,

kehidupan keluarga, kesehatan, rekreasi, kebudayaan, dan partisipasi masyarakat.

Manfaat ekonomi bagi masyarakat terdiri dari peningkatan penghasilan dan

produktivitas, sedangkan manfaat sosial bagi masyarakat terdiri dari makanan,

kesehatan kebudayaan, kehidupan berkeluarga, rekreasi, dan partisipasi dalam

masyarakat. Untuk meningkatkan pendidikan anak yang baik, orang tua harus

dapat memastikan bahwa anak-anak mereka tidak terpengaruh oleh lingkungan

sosial yang tidak mendukung pertumbuhan dan pendidikan mereka. Orang tua

juga harus dapat berusaha membuat lingkungan kerja yang sesuai untuk anak-

anak  mereka untuk tumbuh dengan baik. Keluarga memainkan peran penting

dalam  ketercapaian pendidikan anak yang mampu. Meskipun demikian, tidak

hanya anggota keluarga itu sendiri yang mempengaruhi pendidikan keluarga,

tetapi juga anggota keluarga lain yang tinggal bersama. Pengaruh keluarga lain

tidak boleh diabaikan dalam hal ini, begitu juga dengan faktor-faktor lain di

masyarakat, yang disebut sebagai kondisi sosial yang dapat mempengaruhi

pendidikan.

Menurut Soekanto dalam Noor (2017), “kondisi sosial ekonomi adalah

hubungan antara status sosial seseorang dan kebiasaan sehari-hari yang telah

ditanamkan. Setiap Individu dalam lingkungan masyarakat, yang sederhana

maupun dan yang kompleks, memiliki kedudukan dan status yang berbeda”.

Menurut Salim dalam Karjoko (2019) , kondisi sosial ekonomi adalah

keadaan di mana kemampuan ekonomi suatu keluarga ditunjukkan oleh jumlah

38
21

materi yang dimilikinya. Kondisi ekonomi dalam situasi ini dapat dikategorikan

menjadi baik, cukup, atau kurang. Menurut Mubyarto dalam Vili (2015),

“keadaan sosial ekonomi masyarakat terdiri dari elemen sosial budaya, sosial,

serta elemen yang berkaitan dengan kelembagaan dan peluang kerja. Aspek

ekonomi dan peluang kerja terkait dengan masalah kesejahteraan masyarakat.

Kecukupan pangan dan kebutuhan ekonomi akan menjadi lebih terjamin dengan

pendapatan rumahtangga yang mencukupi”.

Sebagaimana dinyatakan oleh Sajogyo dalam Purba et al (2023), status

yang berbeda antara petani dalam masyarakat petani ditentukan oleh modal,

penguasaan lahan, teknologi, dan luasnya kepemilikan lahan. Menurut pendapat

ini, kondisi sosial ekonomi adalah posisi seseorang atau kelompok dengan ukuran

rata-rata yang berlaku umum tentang tingkat pendidikan, harta, dan partisipasi

dalam kegiatan kelompok di setiap komunitasnya. Di sisi lain, status sosial

ekonomi adalah hubungan antara status sosial ekonomi seseorang atau kelompok

dan kebiasaan sehari-hari mereka.

Menurut Sumardi dan Evers dalam Tumbel et al (2021) “keadaan ekonomi

adalah posisi yang secara rasional menempatkan seseorang dalam posisi tertentu

di masyarakat. . Beberapa ciri-ciri keadaan sosial ekonomi adalah sebagai berikut:

(1) berpendidikan lebih tinggi; (2) memiliki tingkat kehidupan, kesehatan,

prestise, pekerjaan, dan pengenalan diri yang lebih baik terhadap lingkungan; (3)

memiliki tingkat mobilitas yang lebih tinggi; (4) memiliki ladang yang lebih luas;

(5) berfokus pada ekonomi komersial produk; (6) memiliki sikap yang lebih baik

terhadap kredit; dan (7) memiliki pekerjaan yang lebih khusus”.

38
22

Ekonomi dan peluang kerja di masyarakat desa sangat berkaitan dengan

masalah kesejahteraan di masyarakat desa. Pendapatan rumah tangga harus cukup

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan dapat mengembangkan usaha

mereka. Jika ini terjadi, pangan yang tercukupi dan keperluan ekonomi

akan semakin terjangkau bagi masyarakat untuk dicapai.

Menurut Suratmo dalam Simanjuntak (2022), “sosial ekonomi terdiri dari

penyerapan tenaga kerja, pendapatan, kesehatan, kenyamanan, dan lingkungan”.

Namun, menurut Arief (2012), beberapa bahan yang dianggap sosial ekonomi

termasuk:

1) Jenis pekerjaan (bekerja, tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan)

2) Pekerjaan utama

3) Pekerjaan sambilan atau tambahan

4) Status pekerjaan atau kedudukan /jabatan

5) Lapangan pekerjaan.

Menurut Lembaga Demografi (Pengantar Demografi, 2020) bahwa

komponen sosial meliputi status perkawinan, pendidikan dan lain-lain sementara

komponen ekonomi terdiri dari lapangan kerja, tingkat pendapatan, jenis

pekerjaan dan sebagainya.

38
23

a) Komponen Sosial

1) Kesehatan

Kesehatan adalah kondisi optimal dari segi fisik, mental, dan sosial yang

memungkinkan seseorang untuk menjalani kehidupan yang seimbang. Kesehatan

bukan hanya terkait dengan tidak adanya penyakit atau ketidakmampuan, tetapi

juga melibatkan aspek keseimbangan dan kualitas hidup. Dalam pengertian yang

lebih luas, kesehatan dapat mencakup berbagai faktor seperti gizi yang baik, gaya

hidup yang sehat, lingkungan yang bersih, serta keadaan sosial dan ekonomi yang

memadai. Tujuan utama dari menjaga kesehatan adalah untuk mencapai

keseimbangan yang baik dalam fungsi tubuh, pikiran, dan hubungan sosial,

sehingga individu dapat menjalani kehidupan yang aktif dan produktif.

Pembangunan kesehatan diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang sehat

dan produktif.

Menurut WHO dalam Eliana (2016) kesehatan didefinisikan sebagai

"keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, bukan hanya terbebas dari

penyakit atau kecacatan". Definisi ini menggariskan bahwa kesehatan tidak hanya

berfokus pada ketiadaan penyakit, tetapi juga mencakup kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial secara menyeluruh. WHO berpendapat bahwa kesehatan

bukanlah hanya keadaan tubuh yang bebas dari penyakit, tetapi juga melibatkan

keberadaan kesejahteraan yang komprehensif dan seimbang dalam berbagai aspek

kehidupan seseorang. Dengan adanya kegiatan perusahaan Hutan Tanaman

Industri di Lingkungan masyarakat juga akan memberikan dampak kepada

kehidupan mereka.

38
24

2) Kenyamanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Harianto (2019) ,

kenyamanan adalah kondisi atau suasana yang menyenangkan, tenang, dan

memuaskan yang membuat seseorang atau lingkungan menjadi nyaman atau

terasa nyaman. Dalam konteks ini, kenyamanan dapat merujuk pada perasaan atau

keadaan yang memberikan ketenangan, kepuasan, dan kemudahan dalam

menjalani kehidupan sehari-hari.

Kenyamanan adalah kondisi atau situasi di mana seseorang merasa

nyaman, tenang, dan puas dalam melaksanakan aktivitas atau berada di

lingkungan tertentu. Faktor-faktor seperti ketenangan, keamanan, kebersihan,

suhu yang tepat, ergonomi, dan kecocokan individu dengan lingkungan dapat

mempengaruhi tingkat kenyamanan seseorang. Kenyamanan dapat dirasakan

secara fisik, psikologis, atau kombinasi dari keduanya, dan tampaknya bersifat

relatif karena dapat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Menurut teori kenyamanan oleh Katharine Kolcaba dalam Zabdi (2016),

kenyamanan adalah keadaan di mana individu merasa terlindungi, tenang, dan

bebas dari rasa sakit fisik serta ketidaknyamanan fisik dan psikologis. Kolcaba

mengidentifikasi tiga jenis kenyamanan yang saling terkait, yaitu kenyamanan

fisik, kenyamanan psikologis, dan kenyamanan sosial. Menurut Kolcaba

kenyamanan bukan hanya tentang pengurangan rasa sakit atau gejala, tetapi juga

tentang membangun hubungan saling percaya dan menciptakan lingkungan yang

mendukung kenyamanan fisik, psikologis, dan sosial individu.

38
25

Perasaan nyaman yang dialami seseorang didasarkan pada penilaian

menyeluruh mereka terhadap lingkungan sekitar. Rangsangan yang masuk ke

dalam tubuh manusia melalui berbagai indra, terutama saraf, dikirim ke otak

untuk dinilai. Dalam menilai kondisi lingkungan ini, faktor psikologis juga

berperan. Rangsangan memungkinkan masuknya unsur-unsur seperti bau, suara,

cahaya, dan suhu. Komponen-komponen ini kemudian ditangkap dan diproses

oleh otak untuk menentukan apakah kondisi lingkungan tersebut nyaman atau

tidak (Sawiko dalam Dien (2021)).

3) Pendidikan

Pendidikan adalah hal yang paling penting untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat. Ini karena pembangunan membutuhkan partisipasi

masyarakat yang terampil dan terdidik. Pendidikan dapat meningkatkan

kualitas nilai hidup setinggi mungkin , mengembangkan serta

memajukan pikiran, budi pekerti dan jasmani seseorang. Menurut Soesanto dalam

Warasita (2019), melalui peningkatan pendidikan seseorang dapat memiliki

kesempatan lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat memberikan

penghasilan dan pendapatan yang lebih tinggi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah

proses pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan secara sistematis dan

terencana untuk membentuk kepribadian, pengetahuan, keterampilan, serta sikap

dan nilai moral seseorang dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi dan kemampuan individu agar dapat berperan aktif

38
26

dalam kehidupan sosial dan mencapai keberhasilan dalam berbagai bidang

kehidupan. Ihsan dalam Suardi (2015), "Dalam pengertian sederhana dan umum

makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan."

Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam meningkatkan

pembangunan nasional, karena pembangunan sangat diperlukan manusia-manusia

dengan sumber daya yang tinggi.

Dengan pengertian ini, jelas bahwa pendidikan memainkan peran yang

sangat penting dalam kehidupan manusia. Tidak semua orang dapat memperoleh

pendidikan yang dimana salah satu penyebabnya adalah ekonomi. Orang-orang di

daerah dengan tingkat ekonomi rendah akan sulit untuk mendapatkan pendidikan,

terutama pendidikan tinggi, karena pendidikan tinggi membutuhkan biaya yang

besar. Akibatnya, sangat sedikit orang di daerah dengan tingkat ekonomi rendah

yang dapat memperoleh pendidikan tinggi.

Untuk meningkatkan kemampuan manusia saat memasuki lapangan

pekerjaan, dibutuhkan model pengelolaan sumber daya manusia. Dalam

pembangunan, tenaga kerja harus memiliki keterampilan yang relevan dengan

jabatan atau produksi. Baik pendidikan formal maupun non-formal dapat

dilakukan untuk memperoleh keterampilan kerja ini. Pendidikan formal diberikan

di sekolah, sedangkan pendidikan non-formal diberikan melalui pelatihan. Di

Indonesia, pendidikan sembilan tahun diwajibkan oleh pemerintah untuk

memenuhi tuntutan dunia kerja. Untuk menghindari ketertinggalan dengan

38
27

negara-negara lain dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan

pendidikan masyarakat sangat penting untuk menghadapi tantangan bangsa di

masa depan dalam menghadapi persaingan bebas (Tirtarahardjaa, 2000).

Anak-anak di perdesaan tidak  dapat memperoleh pendidikan tinggi

dengan mudah. Banyak faktor, terutama yang berasal dari orangtua, memengaruhi

kesulitan mendapatkan pendidikan di desa. Menurut Zamroni (2000), orang tua

sangat memengaruhi keberhasilan belajar anak. Dalam hal ini, faktor orang tua

terdiri dari dua variabel: variabel struktural dan variabel proses. Variabel

struktural mengacu pada keadaan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan

pendapatan orangtua, dan perilaku orang tua dalam membantu anaknya belajar.

Orang tua yang lebih aktif membantu anaknya belajar, lebih mungkin

mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, jelas bahwa

pendidikan merupakan komponen yang sangat penting untuk peningkatan kualitas

diri dan  mendapatkan pendidikan yang lebih baik dapat berdampak pada

pekerjaan seseorang untuk menjadi lebih baik.

4) Lingkungan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengatakan “lingkungan adalah

keadaan sekitar yang dapat mengubah perkembangan dan tingkah laku makhluk

hidup”. Menurut Simanjuntak (2022), lingkungan hidup terdiri dari tiga

komponen: (1) tempat tinggal suatu makhluk hidup, (2) kondisi suatu makhluk

hidup, dan (3) keadaan keseluruhan atau sekumpulan makhluk hidup.

38
28

Dalam hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya, manusia

dapat mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya lingkungan hidup dapat

mempengaruhi manusia. Dalam hal ini, orang yang tinggal di suatu tempat akan

mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya lingkungan tersebut juga akan

mempengaruhi hidup manusia.

b) Komponen Ekonomi

1) Penyerapan Tenaga Kerja

Kuncoro dalam Liana (2020) mendefinisikan penyerapan tenaga kerja

sebagai banyaknya jumlah langapan kerja yang terdiri dari jumlah tenaga kerja

yang tersedia. Karena permintaan tenaga kerja yang semakin meningkat, banyak

tenaga kerja yang berasal dari penduduk yang diserap. Dengan asumsi ini,

penyerapan tenaga kerja dapat dianggap sebagai permintaan tenaga kerja.

"Permintaan tenaga kerja" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

berapa banyak tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu organisasi atau perusahaan

tertentu. Besar upah dan perubahan komponen lain yang mempengaruhi

permintaan hasil produksi mempengaruhi permintaan tenaga kerja ini. Tenaga

kerja adalah orang-orang yang berusia 15 hingga 54 tahun yang dapat

menghasilkan barang dan jasa dan ingin terlibat dalam aktivitas masyarakat.

2) Pendapatan

Pengertian pendapatan menurut Sukirno (2011), adalah jumlah uang yang

diterima penduduk berdasarkan kinerja kerja mereka selama periode waktu

38
29

tertentu, apakah itu harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan, menurut

Sumardi dalam Nababan (2019), pendapatan dapat didefinisikan sebagai

penerimaan baik barang yang diperoleh dari pihak luar maupun hasil sendiri yang

diukur dengan nilai harga dalam uang. Ada tiga kategori masyarakat berdasarkan

pendapatannya:

1. Masyarakat dengan pendapatan tinggi;

2. Masyarakat dengan pendapatan menengah atau sedang; dan

3. Masyarakat dengan pendapatan rendah.

3) Tingkat Pengangguran

Tingkat pendidikan juga akan sangat mempengaruhi tingkat pengangguran

penduduk. Orang-orang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan hidup dalam

masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih rendah, dan terdapat

banyak jumlah pengangguran yang ada di masyarakat tersebut. Pengangguran

adalah istilah yang digunakan untuk orang yang belum memiliki pekerjaan,

sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari seminggu, atau tidak

memiliki pekerjaan yang memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Pengangguran terjadi karena jumlah orang yang mencari kerja atau

angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang tersedia.

Penganggguran dapat menjadi masalah yang serius dalam perekonomian, karena

tingkat pengangguran yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan pendapatan

masyarakat, yang pada gilirannya menyebabkan kemiskinan masyarakat dan

masalah sosial baru lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan

38
30

membandingkan jumlah angkatan kerja dengan jumlah pengangguran dikali

dengan 100 persen.

Karena kurangnya pendapatan, masyarakat mengurangi konsumsi karena

terbatasnya pendapatan. Tingkat pengangguran dan kesejahteraan masyarakat

menurun sebagai akibat dari penurunan konsumsi. Pengangguran yang semakin

meningkat dapat memengaruhi kesehatan mental pengangguran dan anggota

keluarganya. Terlalu banyak pengangguran dapat menyebabkan ketidaksabilan di

suatu negara, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan politik dan sosial yang

mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Menurut Wahid (2000),

pengangguran dapat dikategorikan dalam beberapa kategori:

a. Pengangguran friksional yaitu pengangguran sementara yang disebabkan oleh

kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan

penyedian lapangan kerja.

b. Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang disebabkan jumlah

penganggur adalah yang mencari pekerjaan tidak dapat memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan oleh penyedia lapangan kerja. Peningkatan perekonomian

membuat kebutuhan akan tenaga kerja terampil semakin baik, sehingga penyedia

lapangan kerja membutuhkan tenaga kerja yang lebih terampil sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan.

c. Pengangguran musiman yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya

fluktuasi kenyataan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus

38
31

menganggur. Sebagai contoh petani yang memanen musim tanam atau pedagang

durian menanti musim durian.

d. Pengangguran siklikal yaitu pengangguran yang disebabkan oleh pengaruh naik

turun siklus ekonomi sehingga terjadi permintaan tenaga kerja lebih rendah dari

pada penawaran kerja.

4) Kondisi Rumah

Kondisi rumah tinggal masyarakat dapat dikatetorikan pada lima katetori

yang dinilai dari jenis atap,jenis dinding,status kepemilikan, lantai dan luas lantai.

Sesuai dengan lima kriteria tersebut maka kondisi rumah digolongkan ke dalam 3

golongan yaitu:

a. Rumah Permanen yaitu rumah yang memiliki kualitas atap,dinding dan lantai.

Bangunan rumah permanen adalah rumah dengan dindingnya terbuat dari tembok

atau kayu dengan kualitas tinggi,lantai yang terbuat dari ubin, kramik, kayu

dengan kualitas yang tinggi dan atapnya terbuat dari seng, genteng, sirap atau pun

asbes. (BPS, 2012).

b. Rumah Semi Permanen yaitu dinding rumah yang terbuat dari tembok, bata

tanpa diplester dengan semen atau menggunakan kayu kualitas rendah.Lantai

rumah terbut dari semen, ubin, atau kayu dengan kualitas rendah, serta atap rumah

yang terbuat dari genteng,seng,sirap maupun asbes. (BPS,2012).

c. Non permanen yaitu dindingnya terbuat dari bambu, papan, daun, sedangkan

lantainya terbuat dari tanah, sementara atap rumah terbuat dari daun-daunan

ataupun campuran seng bekas dan genteng. (BPS 2012).

38
32

B. Penelitian Relevan

Faisal (2007) Penelitian yang dilakukan dengan judul "Pengaruh PT. TPL Tbk

terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Porsea" menemukan bahwa kegiatan

industri pulp dan kertas berdampak positif pada sosial ekonomi masyarakat di

Desa Lumban Sitorus, Desa Banjar Ganjang, Desa Pangombosan, Desa Tangga

Batu, dan Desa Siantar Utara Kecamatan Porsea, Propinsi Sumatera Utara,

dibandingkan dengan keadaan sosial ekonomi sehubungan dengan kehediran

perrahaan. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjuk pemukiman, pendidikan

masyarakat dan kesehatan di Kecamatan Porsea

Qomar. Hadi dan Rifai (2008) melakukan penelitian dengan judul pe Aspck Sosial

Ekonomi Masyarakat di Sckitar Tanaman Industri di Riau Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kcterlibatan masyarakat Teluk Meranti dan Pulau Muda

dalam pengclolaan hutan sangat kecil. Pada umumnya penduduk di desa Pulau

Muda dan Teluk Meranti adalah bermata pencaharian sebagai petani. Di Teluk

Meranti, kebanyakan lahan digunakan untuk kebun kelapa sawit dan karet,

sedangkan di Pulau Muda, sawah dan ladang. Meskipun pola pertanian kedua desa

ini masih tradisional, industrialisasi pertanian telah membawa dominasi kebun

kelapa sawit di Teluk Meranti, sehingga tingkat pendapatan rumah tangga di

Teluk Meranti masih lebih rendah dibandingkan dengan Pulau Muda.

Anjasari (2009) melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Hutan Tanaman

Industri (HTI) terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan

Kampar KiriHasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek sosial HTIIPT, PSPII

sangat berpengaruh dalam mendukung pembangunan pekerjaan sosial karena

38
33

terdapat kegiatan untuk mendukung pembangunan pekerjaan sosial program

PMDHH dan membantu masyarakat di bidang sosial. bidang, seperti memberikan

dukungan agama dan keuangan. Karena perusahaan HTI jarang mengadakan

pelatihan dan kegiatan penyadaran, maka cukup berpengaruh dalam meningkatkan

sumber daya manusia dan memajukan kelembagaan masyarakat karena tidak

bekerjasama atau bermitra dengan masyarakat dan sangat sedikit konflik antara

masyarakat dengan perusahaan HTI. 

Sandra (2019), melakukan penelitian dengan judul: Analisis Yuridis Budidaya

Lokal Masyarakat Terkait Pengalihan Lahan Kc Hutan Tanaman Industri Di Desa

Budobe Kec,Tomilito Kab.Gorontalo Utara.Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa: pelaksanaan program social forestry hutan tanaman industri dengan pola

MHBM seperti diterapkan olch PT. MHP bemilai ekonomis apabila suku

bunganya berada pada kisaran 14% sampai dengan 15,55%, sedangkan untuk

program MHR bemilai ekonomis apabila suku bunganya beradapada kisaran 14%

sampai dengan 17,89%, hal ini didasarkan pada analisis kelayakan yang

menggunakan indikator NPV, BCR dan IRR,yaitu NPV bemilai negatif,BCRR<

1ddan IRRR<suku bunga yanggberlaku. Penerapan program MHBM dan MHR

memberikan peluang, kesempatan dan kemanfaatan yang lebih riil bagi

masyarakat karena masyarakat memperoleh kemanfaatan finansial berupa jasa

ketja, jasa manajemen sebesar Rp 2.500/m3 (MHBM), dan bagi hasil sebesar 40%

dari total pendapatan bersih pada akhir daur (MHR). Hasil analisis kelayakan

diperoleh nilai NPV positif, BCR>1 dan·IRR>suku bunga yang berlaku. Hal Ini

menunjukkan bahwa secara ekonomis program MHBM dan MHR layak bagi

38
34

masyarakat. Manfaat sosial diterapkannya program social forestry MHBM dan

MHR bagi PT. MHP yaitu menurunnya kejadian kebakaran di lahan konsesi HTI

semakin berkurangnya intensitas konflik sosial dengan masyarakat. Hal ini

berimplikasi terhadap semakin terjaminnya keamanan tegakan HTI sampai

dengan panen di akhir daur. Dari sisi masyarakat, program social forestly semakin

terbukanya kesempatan berusahakarena lebamya akses bagi mercka ke lahan

konsesi HTI dan peluang untuk memberdayakan lahan milik.

Tamba dan Manurung (2015) melakukan penelitian dengan judul Adaptasi

Masyarakat dalam Merespon Perubahan Fungsi Hutan (Studi Deskriptif tentang

Kehadiran HTI PT. TPL di Desa Tapian Nauli III,Kec. Sipahutar,Kab.Tapanuli

Utara). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : Hutan tanaman industri

adalah sebidang tanah luas yang sengaja ditanami pohon-pohon industri, terutama

kayu-kayuan, dengan tujuan menjadi hutan yang dapat dimanfaatkan secara

eksklusif untuk kebutuhan industri pulp tanpa mempengaruhi sumber daya alam. .

Pembangunan HTI memiliki 3 (tiga) tujuan utama yang dapat dicapai yaitu

ekonomi, ekologi dan sosial. Berdasarkan tujuan tersebut, pembangunan HTI

tentunya akan memberikan dampak positif bagi kehidupan ekonomi, sosial dan

lingkungan masyarakat pemukiman di sekitar kawasan HTI. Untuk melaksanakan

pengembangan HTI, banyak pemangku kepentingan, termasuk masyarakat yang

tinggal di kawasan hutan, dilibatkan. Dengan dibangunnya HTI, masyarakat

kehutanan langsung diuntungkan 

Situmorang (2020) melakukan penelitian dengan judulL: Studi Dampak Hutan

Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari (TPL) Terhadap Sosial Ekonomi

38
35

Masyarakat di Desa Sihas Dolok I,Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang

Hasundutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja HTI yang melakukan

kegiatan HTI meningkatkan pendapatan mereka sebagai akibat dari peningkatan

pendapatan di SIHAS Desa Dolok I. Mereka memiliki pendapatan rata-rata

bulanan antara Rp1.000.000 dan Rp1.500.000. Jika digabungkan dengan gaji

mereka selama bekerja di HTI dan di luar HTI, pendapatan responden akan

mencapai lebih dari Rp2.000.000. Dengan demikian, masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya yang lebih baik, seperti dapat membeli kebutuhan pokok,

transportasi, membangun rumah, membeli perabot, membayar biaya sekolah anak,

dan sebagainya..

C. Kerangka Berpikir

Industri perkebunan adalah pengelolaan wilayah lahan yang dikelola dan

dijalankan berdasarkan asas kelestarian, manfaat dan perusahaan dengan tujuan

untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi yang ada melalui

penerapan sistem pengelolaan hutan secara intensif untuk memenuhi kebutuhan

dan bahan baku indutri. Industry perkebunan (HTI) pada Desa Manaludolok

Kecamatan Parmonangan sangat berpengaruh bagi kchidupan masyarakat, yang

dimana PT ini sangat mempengaruhi masyarakat dalam sosial ekonomi

masyarakat. Industri perkebunan PT.Toba Pulp Lestari dapat menampung

karyawan (tenaga kerja), sehingga bisa mengurangi jumlah pengangguran, dan

menambah pendapatan masyarakat sehingga dapat menyekolahkan anak-anak

mereka. Namun terdapat akibat dari pengelolaan serta pendistribusian industry

perkebunan ini yang menyebabkan perubahan pada lingkungan yang dapat

38
36

mempengaruhi kesehatan maupun kenyamanan terhadap maysarakat di desa

tersebut.

38
37

Industri Perkebunan HTI

Kegiatan Pengelolaan Industri


PerkebunanHTI

Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi

1. Kesehatan 1. Tingkat
2. Kenyamanan Pengangguran
3. Pendidikan 2. Penyerapan Tenaga
4. Lingkungan Kerja
3. Pendapatan
4. Kondisi Rumah

DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN PT.TOBA PULP LESTARI


TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA
MANALUDOLOK KECAMATAN PARMONANGAN KABUPATEN
TAPANULI UTARA.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa ManaluDolok, Kecamatan

Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara. Secara astronomis terletak pada

2º05’46” LU - 2º09’01” LU dan 98º44’18” BT - 98º50’21” BT. Alasan pencliti

memilih lokasi penelitian ini dikarenakan PT. Toba Pulp Lestari ini memiliki

dampak terhadap lingkungan fisik dan sosial di daerah tersebut dan sepengatahuan

peneliti belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama dan di lokasi

yang sama oleh peneliti sebelumnya.

B. Populasi Dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah masyarakat Desa Manaludolok sebanyak 42

KK. Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik Total

Sampling yakni total populasi dijadikan sebagai sampel dengan jumlah sampel 42

KK .

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pengelolaan Hutan Tanaman Industri

(HTI) TPL, kondisi sosial dan kondisi ekonomi masyarakat.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

38
39

1. Hutan tanaman industri adalah sebidang luas tanah yang digunakan

untuk ditanami dengan tanaman/tumbuhan hutan sejenis agar hutan

tersebut dapat dieksploitasi dan memberikan hasil tanpa mengganggu

hutan alami. Pohon Eukaliptus adalah  jenis pohon yang diusahakan oleh

pihak HTI dalam penelitian ini.

2. Beberapa dampak lingkungan sosial yang disebabkan oleh keberadaan PT.

TPL terdiri dari hubungan antar masyarakat yang mengalami perubahan,

dampak keberadaan perusahaan terhadap kesehatan masyarakat dan sakit

yang ditimbulkan oleh keberadaan perusahaan, tingkat kenyamanan

dengan indikator gangguan kenyamanan karena keberadaan

perusahaan, tingkat pendidikan dengan indikator pembangunan sarana

pendidikan, bantuan pendidikan bagi anak sekolah dan jumlah anak yang

pergi ke sekolah.

3. Kondisi ekonomi adalah ukuran pencapaian nilai yang dihasilkan oleh

efek keberadaan PT.TPL, seperti: penyerapan tenaga kerja dengan

indikator kehadiran PT.TPL dapat menyerap tenaga kerja, tingkat

pendapatan dengan indikator kehadiran PT.TPL dapat meningkatkan

pendapatan dan meningkatkan ekonomi, tingkat pengangguran dengan

indikator kehadiran PT.TPL dapat menurunkan tingkat pengangguran dan

menciptakan lapangan kerja. Kondisi rumah masyarakat dengan indikator

pembangunan pemukiman, kondisi rumah, dan ketersediaan air bersih.


40

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik

observasi, studi dokumenter dan teknik wawancara.

1.Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan pengamatan yang dilakukan untuk

mengetahui kondisi empirik di lokasi penelitian, schingga dapat dipcrolch

gambaran jelas tentang fenomena yang terjadi secara objektif.

2. Teknik Studi Dokumenter

Teknik studi dokumenter merupakan pengumpulan data yang dilakukan

dengan menggunakan sumber dokumen tertulis berupa data kondisi fisik dan non

fisik daerah penelitian. Data kondisi fisik yang diperlukan adalah luas dan letak

daerah penelitian. Sedangkan data non fisik yang diperlukan adalah jumlah

penduduk dan sarana-prasarana.

3.Teknik Komunikasi Langsung (Wawancara)

Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dampak dari adanya

Hutan Tanaman Industri (HTI) PT.TPL terhadap masyarakat sekitar

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini digunakan Teknik analisis deskriptif kualitatif.

Tehnik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis dan mengelola fakta-

fakta dilapangan yang telah dikumpulkan dari hasil observasi, pengukuran

langsung, dan angket kemudian dapat di deskripsikan kedalam hasil penelitian


41

tentang proses dan dampak dari Hutan Tanaman Industri(HTI)PT.TPL di Desa

Manaludolok Kecamatan Parmonangan Kabupaten Tapanuli Utara.


42

Daftar pustaka

Arsyad,Sintala. 2010. Tehnik Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press

Bakari., N. 2015. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Pembukaan


Hutan Tanaman Industri (HTI) Di Kecamatan Tomilito Kab.Gorontalo
Utara. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Basrowi, Siti. (2010). Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal ekonomi & pendidikan, 7(1).

CHOYRI, A. (2021). PELAKSANAAN PENGELOLAAN HUTAN KONSERVASI


OLEH BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
NOMOR P. 08/MenLHK/Setjen/OTL. 0/I/2016 DI KOTA
DUMAI (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU).

Dien, Michael Meidy, Jeffrey I. Kindangen, and Cynthia EV Wuisang.


"PENGGUNAAN MATERIAL ATAP TERHADAP BEBAN PANAS PADA
HUNIAN DI PERUMAHAN SEDERHANA DI KOTA
MANADO." SPASIAL 8.3 (2021): 303-310.

Eliana, Sumiati S. Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia; 2016.

Hariyanto, Hadi. "Analisis Kenyamanan Pengguna Koridor Pada Pasar


Bandarjaya Plaza." Jurnal Arsitektur 9.1 (2019): 1-8.

Hidayat, H. (2015). Pengelolaan Hutan Lestari: Partisipasi, Kolaborasi dan


Konflik. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Juniyanti, L., Prasetyo, L. B., Aprianto, D. P., Purnomo, H., & Kartodihardjo, H.
(2020). Perubahan penggunaan dan tutupan lahan, serta faktor
penyebabnya di Pulau Bengkalis, Provinsi Riau (periode 1990-
2019). Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal
of Natural Resources and Environmental Management), 10(3), 419-435.
43

Karjoko, L., Rosidah, Z. N., & Handayani, I. G. A. K. R. (2019). Refleksi


Paradigma Ilmu Pengetahuan Bagi Pembangunan Hukum Pengadaan
Tanah. Bestuur, 7(1), 1-14.

Lakitan B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Liana, L., Fitriyani, I., Asmini, A., & Ismawati, I. (2020, March). Pengaruh
Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Sumbawa.
In Prosiding Seminar Nasional IPPeMas (Vol. 1, No. 1, pp. 657-661).

MUSTIKA, D. I., Rusdiana, O. M. O., & SUKENDRO, A. (2014). The


development of Rhizophora apiculata at mangrove nursery of Muara
Teluk Naga Village, Tangerang District, Banten. International Journal of
Bonorowo Wetlands, 4(2), 108-116.

Nababan, K. M. (2019). Modernisasi Masyarakat Nelayan di Kelurahan Belawan


I, Kecamatan Medan Belawan (Doctoral dissertation, Universitas Medan
Area).

Noor, T. R., Hamdan, A., Saifuddin, S., & Fanan, M. A. (2017). Analisis Dampak
Sosial Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto: Studi
Kasus Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kec. Wringinanom, Kec.
Kedamean, Kec. Driyorejo Kabupaten Gresik. PROSIDING, 1(3), 26-280.

Nurkolis, N. (2015). Dampak Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial


Ekonomi Masyarakat Serta Lingkungan Sekitar Industri. Jurnal
pendidikan, 2(11), 1515-1519.

Nurtyasrini, Sarah, and Hanny Hafiar. "Pengalaman komunikasi pemulung


tentang pemeliharaan kesehatan diri dan lingkungan di tpa bantar
gebang." Jurnal Kajian Komunikasi 4.2 (2016): 219-228.

Oktoyoki, Hefri, et al. "Performansi Hutan di Berbagai Tipe Kategorisasi Hutan


Adat Berdasarkan Kelembagaan Masyarakat Adat." Jurnal Penelitian
Ekosistem Dipterokarpa 6.2 (2020): 137-148.

Prabu Tamba., Dra. Ria Manurung, M. Si 2015.Adaptasi Masyarakat Dalam


Merespon Perubahan Fungsi Hutan (Studi Deskriptif tentang Kehadiran
Hutan Tanaman Industri PT.Toba Pulp Lestari di Desa Tapian Nauli III,
Kec. Sipahutar, Kab.Tapanuli Utara).

Purwanto, M.N. (2014). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sandra Mokodompi 2019.Analisis Yuridis Budidaya Lokal Masyarakat Terkait.


44

Simangunsong, E., Purba, I. R., Sagala, R., & Bangun, K. (2023). Peranan Wanita
Dalam Pembangunan Perekonomian Keluarga. KAIZEN: JURNAL
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 36-40.

Situmorang, S. 2020. Studi Dampak Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp
Lestari (TPL) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Sihas Dolok
I, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan. Pendidikan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Syafaruddin, A. H. A. Yusra dan Radian. 2014. Dampak Keberadaan Hutan


Tanaman Industri PT. Wana Subur Lestari terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Desa Sungai Radak II Kecamatan Terentang Kabupaten Kubu
Raya. Jurnal Social Economic of Agriculture Vol. 3 (2) : 68 – 76.

Tumbel, R., Kiyai, B., & MAMBO, R. (2021). Dampak kebijakan program
bantuan langsung tunai dengan kondisi ekonomi masyarakat di kelurahan
talikuran kecamatan kawangkoan utara kabupaten minahasa. Jurnal
Administrasi Publik, 7(110).

Warasita, K. A., & Apriliani, P. D. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan,


Investasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Kabupaten Karangasem.

Warasita, Ketut Ayunda, and Putu Desy Apriliani. "Analisis Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Investasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Kabupaten Karangasem."(2019)

Zabdi, Aria. Kajian kenyamanan fisik pada terminal penumpang stasiun besar


Yogyakarta. Diss. UAJY, 2016.
45

Anda mungkin juga menyukai