Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan suatu perusahaan ditengah-tengah lingkungan kehidupan

masyarakat akan berkembang dengan baik apabila suatu perusahaan tersebut

dapat memberdayakan masyarakat sekitar nya dengan baik dan benar serta

perusahaan tersebut mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitarnya.

Masyarakat merupakan pemasok utama kebutuhan perusahaan dalam segi

sumberdaya manusia. Maka dari itu, pekerjaan penting lain dari perusahaan selain

meraih keuntungan sebesar-besarnya yaitu memperhatikan kesejahteraan

masyarakat yang berada disekitarnya. Perusahaan dapat dikategorikan sebagai

aktor ekonomi disuatu wilayah, baik itu tingkat wilayah desa, kecamatan,

kabupaten, maupun provinsi.

Maka dari itu perusahaan dituntut untuk menghasilkan profit yang

maksimal dan sebisa mungkin memanfaatkan sumberdaya yang terbatas

disekitarnya untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal. Faktor yang

mendorong keberlanjutan dari sebuah perusahaan itu sendiri yaitu keuntungan

(profit), memperhatikan kehidupan karyawan dan masyarakat sekitarnya (people),

dan memperhatikan lingkungan hidup (planet) seperti penggunaan air, listrik,

lahan, dan sebagainya. Andaikan faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan, seperti

misalnya lingkungan menjadi rusak maka artinya perusahaan tersebut tidak dapat

beroperasi lagi. Maka perusahaan harus menjaga kelestarian lingkungan

sekitarnya, paling tidak untuk meminimalisir dampak negatif yang dihasilkan dari

pengoperasian perusahaan (Sunaryo, 2015).


Dewasa ini praktek sosial kedermawanan perusahaan mengalami

kemajuan pesat dengan berkembangnya konsep Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (Cooprorate Social Responsibility). Dalam konsep ini, perusahaan

menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya dimana hubungan tersebut

menguntungkan untuk kedua belah pihak. Coorporate Social Responsibility

(CSR) merupakan upaya dari suatu perusahaan untuk meminimalisir dampak

negatif dari pengoperasian perusahaan tersebut dan memaksimalkan dampak

positif dari pengoperasiannya terhadap bidang ekonomi, sosial, serta lingkungan

sekitarnya untuk mencapai tujuan berkelanjutan dari suatu perusahaan itu sendiri.

Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee (dalam Sunaryo, 2015) mendefinisikan

tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen untuk memperbaiki

kesejahteraan komunitas melalui praktik-praktik kebijakan bisnis dengan

keterlibatan-keterlibatan dari sumber-sumber perusahaan.

Menurut mereka, elemen kunci dalam definisi tersebut adalah kebijakan.

Sedangkan istilah kesejahteraan komunitas termasuk didalamnya kondisi

kehidupan manusia dan juga isu-isu lingkungan. Secara keseluruhan dari definisi

tersebut, konsep tanggung jawab sosial perusahaan (Coorporate Social

Responsibility) berarti kegiatan perusahaan dalam memberikan manfaat untuk

masa yang akan datang kepada masyarakat sekitarnya. Kegiatan tanggung jawab

sosial perusahaan (Cooroporate Social Responsibility) ini juga dijalankan oleh

PT. Pertamina Fields yang berada di Kecamatan Brandan Barat Kabupaten

Langkat. PT. Pertamina sendiri merupakan suatu perusahaan yang bertugas

mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia .


Sebagai salah satu anak perusahaan BUMN di Indonesia PT Pertamina

Fields memiliki peran besar dalam bidang pertanian, yakni ikut berpartisi dalam

menjaga dan melestarikan kawasan hutan mangrove seluas 60 Ha yang terdapat

dikawasan operasional PT. Pertamina Fields yang tepatnya berada di Desa Lubuk

Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Sejak 2012 PT.

Pertamina Fields bekerjasama dengan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Wilayah

I Stabat, Langkat untuk melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat Desa

Lubuk Kertang dengan mengembangkan Kelompok Tani Pengelola Hutan

Mangrove. Terdapat tiga Kelompok Tani Hutan (KTH) di desa Lubuk Kertang yg

sudah mendapat izin perhutanan sosial dari kementerian Lingkungan Hidup dan

kehutanan (KLHK) yakni KTH Bahari, KTH Lestari Mangrove dan KTH Mekar,

namun PT. Pertamina Fields hanya berfokus memberikan CSR kepada Kelompok

Tani Hutan Mekar saja dalam pengelolaan hutan mangrove di Desa Lubuk

Kertang (Hasil wawancara Awal : November 2022).

Dari hasil observasi awal yang dilakukan di Desa Lubuk Kertang kawasan

hutan mangrove di wilayah Desa Lubuk Kertang dulunya mengalami kerusakan

yang parah akibat dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit dan tambak.

Akibatnya, kondisi lahan menjadi rusak dan mata pencaharian nelayan menurun

drastis. Ekspansi kebun sawit menyebabkan perkampungan nelayan jadi rentan

terhadap banjir, dan mereka makin sulit mencari ikan dan udang di wilayah

tangkapnya sendiri. Para nelayan dan masyarakat sekitar ikut sama-sama

berpartisipasi untuk melestarikan kembali hutan mangrove yg sudah rusak lalu,

sejalannya waktu mereka sepakat untuk membuat sebuah kelompok tani untuk

mengelola hutan mangrove Desa Lubuk Kertang. Sebelumnya, kelompok Tani


Mangrove di Desa Lubuk Kertang ini merupakan kelompok tani yang kekurangan

dana dan fasilitas serta dukungan dari lembaga yg berkontribusi (Hasil observasi

awal : September 2022).

Namun seiring berjalannya waktu, PT. Pertamina Fields membuka lahan

perusahaannya disekitar Desa Lubuk kertang dan melebarkan sayapnya dalam

memberdayakan masyarakat sekitarnya. Awal mulanya, Kelompok Tani Mekar

ini di kukuhkan berdasarkan surat permohonan pengesahan dan pengukuhan

kelompok pada 10 Juni 2013 yang hanya beranggota 15 orang. Kelompok tani

mekar mendapat dukungan dari PT Pertamina Fields untuk melestarikan hutan

mangrove dan mensejahterakan anggota kelompoknya. PT Pertamina Fields

berkontribusi dalam bentuk bantuan berupa bantuan sarana dan fasilitas

kerjasama. PT Pertamina EP memberikan bantuan rutin 3 kali setiap tahunnya.

Sebagai perusahaan besar PT. Pertamina selalu memperhatikan aspek-aspek sosial

dengan melaksanakan kegiatan CSR terhadap masyarakat sekitar. Perusahaan ini

sendiri ingin masyarakat sekitarnya dapat merasakan hal positif dari keberadaan

perusahaan diwilayah tersebut (Hasil wawancara awal: Maret, 2023).

Sedikit berbeda dengan kelompok tani hutan lain nya. Potensi keberadaan

hutan mangrove seluas 60 Hektar melalui program CSR yang diberikan oleh PT.

Pertamina, kelompok tani mekar melakukan pengelolaan hutan mangrove dengan

cara mengembangkan objek wisata mangrove. Pengembangan ekowisata hutan

mangrove yang terus dikembangkan secara bertahap dapat menjadikan hutan

mangrove sebagai pusat rekreasi dan edukasi yang ada di Desa Lubuk Kertang.

Keberadaan ekowisata mangrove merupakan sebuah komitmen dari semua

anggota kelompok tani mekar. Mereka sepakat bahwa menjaga hutan akan
memberikan banyak manfaat di antaranya pelestarian lingkungan, mengembalikan

ekosistem kawasan pesisir serta memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat

(Hasil wawancara awal: Maret, 2023).

Dalam berkontribusi untuk membantu pengembangan infrastruktur

kelompok tani Mekar, PT. Pertamina Fields mengeluarkan dana hampir 450 juta.

Bantuan yang diberikan Pertamina EP kepada Kelompok Mekar antara lain

memberikan studi banding bagi anggota kelompok tani, memberikan material

untuk pembangunan sarana pendukung, seperti pembangunan tracking, agar

memudahkan dalam mengakses ke lokasi kawasan hutan mangrove,

pembangunan posko informasi dan pembangunan galeri, serta memberikan

material untuk pembangunan sign board Lubuk Kertang. Selain itu PT. Pertamina

juga memberikan 16.000 ekor bibit udang windu sebagai penambahan untuk

pelestarian biota yang ada di kawasan ekowisata hutan mangrove (Hasil

wawancara awal: Maret, 2023).

Kawasan Ekowisata hutan mangrove menjadi daya tarik utama bagi

wisatawan. Terutama pada masyarakat umum, kalangan pelajar dan mahasiswa

yang sangat antusias untuk melakukan penelitian keberadaan dan pelestarian

hutan mangrove Lubuk Kertang. Selain menjadi pusat rekreasi dan edukasi,

keberadaan hutan mangrove memberikan tambahan pendapatan bagi Kelompok

Mekar dan juga sumber PAD (pendapatan asli daerah) bagi pemerintah Kabupaten

Langkat. Pada 2018 pendapatan Kelompok Tani Mekar sudah mencapai Rp 300

juta, naik signifikan dibandingkan 2017 yang baru Rp 150 juta. Para Ibu - ibu

kelompok tani Desa Lubuk Kertang juga membuat beragam kerajinan tangan dari

daun purun yg di ambil dari hutan mangrove. Mereka mengolah daun purun
menjadi beragam produk, seperti, topi pantai, tas berbagai jenis, sendal, tempat

laptop, dompet, bahkan ada tali pinggang. Kerajinan berbahan purun ini cukup

tahan lama. Produk kerajinan daun purun ini sudah terjual ke berbagai penjuru

dunia, dari Asia, Eropa sampai Amerika (Hasil wawancara awal: Maret, 2023).

Namun kini kondisi hutan mangrove dan ekowisata lubuk kertang

mengalami penurunan pengelolaan hutan yang terbilang sangat drastis, kondisi

ekowisata yang sepi dan tidak terawat, hal ini didasari kurangnya peran

masyarakat dalam menjaga kelestarian ekowisata mangrove Lubuk Kertang ini.

kurangnya jumlah wisatawan yang terjadi semenjak pandemi Covid-19,

kurangnya keamanan sehingga banyak atribut atribut ekowisata yang hilang dicuri

oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, akses jalan yang tidak mulus (berbatu,

dan jika hujan berlumpur), dimana biaya dan tenaga dari perawatan ekowisata ini

semua dibebankan kemasyarakat yang menjadi anggota kelompok tani Mekar

yang membangun ekowisata ini, hal hal tersebut yang menyebabkan penurunan

partisipasi masyarakat dalam merawat ekowisata mangrove yang sudah mereka

bentuk sebelumnya (Hasil wawancara awal: Maret, 2023).

Dikarenakan wisata hutan mangrove Lubuk Kertang sepi pengunjung

sehingga kelompok tani mekar berinovasi untuk memberdayakan potensi alam

dalam meningkatkan penghasilan. Upaya yang dilakukan oleh kelompok tani

mekar adalah budidaya kepiting.Terobosan ini bermula dari ide seorang nelayan

yang berinisiatif untuk menggunakan siring/jaring untuk mengelilingi pohon

bakau sepanjang sungai. Budidaya kepiting bakau ini adalah salah satu upaya

untuk meningkatkan kembali eksistensi Hutan Mangrove Lubuk Kertan baik

dalam segi ekonomi juga untuk menarik kembali minat wisatawan untuk
berkunjung ke sana. Jika usaha budidaya kepiting alam ini berhasil, selanjutnya

kelompok tani dan para nelayan berencana akan melanjutkannya dengan budidaya

udang. Budidaya ini akan terus dikembangkan sampai memenuhi pinggiran sungai

yang membutuhkan biaya besar. Oleh karena itu kelompok tani mekar berencana

akan meminta bantuan dari pertamina untuk mendukung kegiatan ini. (Hasil

wawancara awal: Maret, 2023).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian yang berhubungan dengan peran Coorporate Social

Responsibility (CSR) Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Kelompok Tani

Pengelola Hutan Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatatan Brandan Barat

Kabupaten Langkat.
Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah

didalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah peran Coorporate Social Responsibility (CSR) dari PT.

Pertamina bagi perubahan sosial ekonomi Kelompok Tani Mekar Hutan

Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten

Langkat ?

2. Apa persepsi masyarakat Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat

Kabupaten Langkat terhadap Coorporate Social Responsibility (CSR) yang

diberikan oleh PT. Pertamina ?

1.3 Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah peran Coorporate

Social Responsibility (CSR) dalam perubahan sosial ekonomi dan persepsi

masyarakat terhadap CSR PT. Pertamina dalam kegiatan pengelolaan hutan

mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan memahami peran Coorporate Social Responsibility (CSR)

terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat Desa Lubuk Kertang

Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat melalui pengelolaan hutan

mangrove.

2. Mengetahui dan menjelaskan persepsi masyarakat Desa Lubuk Kertang tentang

Coorporate Social Responsibility (CSR) PT. Pertamina terhadap perubahan

sosial ekonomi.
1.5. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik bagi penulis

sendiri, maupun bagi orang lain, terlebih untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Adapun manfaat yang diharapkan atas hasil dari penilitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk

memperluas perkembangan teori-teori sosiologi, terutama teori

Coorporate Social Responsibility (CSR) dalam kehidupan langsung

masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis

bagi masyarakat, dan sebagai rujukan atau referensi bagi peneliti

selanjutnya. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :

a. Bagi Masyarakat Umum

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan bagi

masyarakat umum dalam memahami tentang tanggung jawab sosial

perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya.

b. Referensi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dan menjadi pedoman pagi peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian dengan tema atau judul yang sama.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan sebuah penelitian, diperlukan untuk memaparkan

beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya dengan tujuan untuk lebih memahami masalah yang sedang diteliti.

Penelitian terdahulu memberikan gambaran guna memahami masalah yang

berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti.

Adapun penelitian pertama yang berkaitan dengan masalah yang sedang

penulis teliti sebelumnya pernah dilakukan oleh Ferra Fitriawati (2021) dengan

judul Pengaruh Pemberdayaan Kelompok Tani Melalui Program Coorporate

Social Responsibility : Kajian Pendidikan Nonfomal Dalam Pengembangan

Pupuk Kompos, dengan rumusan masalah penelitian “bagaimana proses

pemberdayaan dan dampak pemberdayaan kelompok tani melalui pembuatan

pupuk kompos binaan CSR PT Lamindo Inter Multikon. Penelitian yang

dilakukan oleh Ferra Fitriawati Sanjaya merupakan penelitian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses pelaksanaan pemberdayaan

kelompok tani melalui pembuatan pupuk kompos binaaan CSR PT Lamindo Inter

Multikon melalui tahap penyadaran, dilakukan dengan Identifikasi kebutuhan

belajar dilakukan dengan memperhatikan peluang, potensi kelompok tani dan

mengajak diskusi kelompok tani setempat untuk ikut serta dalam menentukan

jenis keterampilan yang dibutuhkan. selanjutnya mengadakan sosialisasi

pengenalan program di PT Lamindo Inter Multikon dan sebaran informasi melalui


media sosial. Tahap transformasi pengetahuan dengan menjalin kesepakatan

waktu antara penyelenggara program dengan masyarakat sasaran sehingga

pelaksanaan program sesuai dengan proses pendidikan nonformal yaitu sesuai

dengan kondisi di masyarakat. Proses pembelajaran dilakukan dengan penerapan

metode teori, latihan dan praktik. Hasil dari pemberdayaan masyarakat yaitu

adanya peningkatan pengetahuan peserta kursus berupa wawasan mengenai

pembuatan pupuk kompos yang bertambah. Peningkatan keterampilan adanya

perubahan keahlian masyarakat yaitu mampu membuat pupuk kompos sendiri,

Peningkatan pendapatan masyarakat dari hasil penjualan pupuk kompos yang

dibuat oleh masyarakat.

Persamaan penelitian yang dilakukan Ferra Fitriawati dengan penelitian ini

adalah terdapat pada objek yang akan diteliti, yaitu sama-sama meneliti tentang

Coorporate Social Responsibility (CSR) dan menggunakan metode penelitian

kualitatif. Sedangkan perbedaan terletak pada fokus penelitian, pada penelitian ini

memfokuskan peran Coorporate Social Responsibility (CSR) dalam

pemberdayaan sosial ekonomi kelompok tani pengelola hutan mangrove Desa

Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Sedangkan

penelitian Ferra Fitriawati meneliti pengaruh dan dampak pemberdayaan

kelompok tani melalui pembuatan pupuk kompos binaan CSR PT Lamindo Inter

Multikon.

Penelitian yang kedua juga pernah dilakukan oleh dilakukan oleh Dexxi

Sulistiawan (2020) dengan judul penelitian peran Coorporate Social

Responsibility (CSR) PT. Bumi Persada Permai dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa Telang Kecamatan Bayung Lencir, dengan rumusan masalah “Bagaimana


peran program Coorporate Social Responsibility (CSR) PT. Bumi Persada Permai

distrik Selaro dalam pemberdayaan masyarakat di desa Telang. Penelitian yang

dilakukan oleh Dexxi Sulistiawan ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Coorporate Social Responsibility (CSR)

oleh PT. Bumi Persada Permai dilakukan secara penyuluhan/rapat tahunan yang

diikuti oleh aparat desa dan masyarakat. Coorporate Social Responsibility (CSR)

oleh PT. Bumi Persada Permai dalam pemberdayaan masyarakat di desa Talang

dilakukan melalui beberapa program seperti dalam bidang sosial (perbaikan

infrastruktur jalan, bangunan permanen), dalam bidang keagamaan (pembangunan

masjid, musholla, dan TPA), serta dalam bidang ekonomi mandiri dan lingkungan

(program desa makmur peduli api). Dari ketiga program tersebut, yang dirasakan

masyarakat sekitar hanya dari bidang infrastuktur dan bangunan permanen saja.

Hal ini disebabkan karena masyarakat yang kurang tertarik dengan proses yang

lama, anggapan yang kurang menguntungkan, serta ketidak kompakan antar

kelompok masyarakat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dexxi

Sulistiawan yaitu terletak pada fokus penelitian dimana pada penelitian tersebut

juga membahas tentang peran Coorporate Social Responsibility (CSR) dalam

kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Sedangkan perbedaannya terletak pada

masyarakat yang ada didalam penelitian Dexxi Sulistiawan (masyarakat desa

Telang) belum sepenuhnya memaksimalkan program CSR oleh perusahaan

dikarenakan kurang kompaknya masyarakat, sedangkan penelitian yang saya teliti

masyarakat sekitar (masyarakat Dusun Lubuk Kertang) memaksimalkan CSR

yang diberikan oleh perusahaan khususnya dibidang ekonomi.


Penelitian ketiga dilakukan oleh Prayoga pridaya (2020) dengan judul

penelitian Pemberdayaan Masyarakat PT Titis Sampurna Desa Kemang Tanduk

Kota Prambulih dengan rumusan masalah “Bagaimana bentuk Corporate Social

Responsibility (CSR) PT. Titis Sampurna dan kendala yang dihadapi oleh PT.

Titis Sampurna dalam pelaksanaan program CSR untuk pemberdayaan

masyarakat Desa Kemang Tanduk tahun 2015-2018. Penelitian yang dilakukan ini

Prayoga pridaya menggunakan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian Bentuk program CSR yang dilakukan oleh PT. Titis

Sampurna tahun 2015-2018 berupa di bidang sosial, kesehatan, pendidikan,

keagamaan, dan lingkungan/bencana alam. Persepsi masyarakat Desa Kemang

Tanduk menjelaskan bahwa program CSR yang dilakukan oleh perusahaan secara

maksimal belum merata. Tetapi untuk program bedah rumah gratis yang

dilakukan sudah tepat sasaran yang dilihat dari kerjasama Dinas Bappeda dengan

pihak perusahaan telah diterima baik oleh masyarakat. Kendala yang dihadapi

oleh PT. Titis Sampurna berasal dari internal perusahaan dan eksternal

perusahaan. Adapun kendala yang berasal dari internal perusahaan yaitu program

CSR melalui pendanaan pusat dan komunikasi, informasi, dan edukasi PT. Titis

Sampurna dengan Stakeholder. Sedangkan, kendala dari eksternal perusahaan

yaitu belum adanya beasiswa untuk anak tidak mampu dan belum adanya bantuan

untuk kelompok tani.

Persamaan penelitian dengan penelitian Prayoga pridaya ini terdapat pada

kajian penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Prayoga pridaya terfokus pada penerapan

Coorporate Social Responsibility (CSR) pada lingkungan dan sosial masyarakat.


Sedangkan penelitian yang saya teliti tidak hanya fokus pada penerapan

Coorporate Social Responsibility (CSR) di lingkungan dan sosial masyarakat,

namun lebih khusus kepada peran Coorporate Social Responsibility (CSR) dalam

pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Lokasi Fokus Temuan

1. Ferra PT Lamindo Proses Hasil dari pemberdayaan


Fitriawati Inter pemberdayaan masyarakat menunjukkkan
(2021) Multikon. dan dampak peningkatan pengetahuan
pemberdayaan peserta berupa pembuatan
kelompok tani pupuk kompos yang
melalui bertambah. Peningkatan
pembuatan keterampilan adanya
pupuk kompos perubahan keahlian
binaan CSR masyarakat yaitu mampu
PT Lamindo membuat pupuk kompos
Inter sendiri, Peningkatan
Multikon. pendapatan masyarakat
dari hasil penjualan pupuk
kompos yang dibuat oleh
masyarakat.

2. Dexxi Desa Telang Peran program Coorporate Social


Sulistiawan Kecamatan Coorporate Responsibility (CSR) oleh
(2020) Bayung Social PT. Bumi Persada Permai
Lencir. Responsibility dilakukan secara
(CSR) PT. penyuluhan/rapat tahunan
Bumi Persada yang diikuti oleh aparat
Permai distrik desa dan masyarakat.
Selaro dalam Coorporate Social
pemberdayaan Responsibility (CSR) oleh
masyarakat di PT. Bumi Persada Permai
desa Telang. dalam pemberdayaan
masyarakat di desa Talang
dilakukan melalui
beberapa program seperti
dalam bidang sosial
(perbaikan infrastruktur
jalan, bangunan
permanen), dalam bidang
keagamaan (pembangunan
masjid, musholla, dan
TPA), serta dalam bidang
ekonomi mandiri dan
lingkungan (program desa
makmur peduli api). Dari
ketiga program tersebut,
yang dirasakan masyarakat
sekitar hanya dari bidang
infrastuktur dan bangunan
permanen saja. Hal ini
disebabkan karena
masyarakat yang kurang
tertarik dengan proses
yang lama, anggapan yang
kurang menguntungkan,
serta ketidak kompakan
antar kelompok
masyarakat.
3. Prayoga PT.Titis Bentuk CSR Bentuk program CSR yang
Pridaya Sampurna, PT. Titis dilakukan oleh PT. Titis
(2020) Desa Sampurna dan Sampurna tahun 2015-
Kemang kendala yang 2018 berupa di bidang
Tanduk Kota dihadapi sosial, kesehatan,
Prambulih dalam pendidikan, keagamaan,
melaksanakan dan lingkungan/bencana
program CSR alam. Adapun kendala
pemberdayaan yang dihadapi perusahaan
masyarakat yaitu kendala internal
Desa Kemang seperti program CSR
Tanduk tahun melalui pendanaan pusat,
2015-2018. komunikasi, informasi, dan
edukasi CSR PT. Titis
Sampurna dengan
Stakeholder. Sedangkan,
kendala eksternal seperti
belum adanya pemberian
beasiswa untuk anak tidak
mampu dan belum adanya
bantuan untuk kelompok
tani.
Tabel 2. 1State of The Art

No. Peneliti Lokasi Fokus State of The


Art/Novelty/Kebaruan
Kajian
1. Sinta Arisa Desa Lubuk Peran CSR dalam Kegiatan CSR
Kertang perubahan sosial PT.Pertamina yang
Kecamatan ekonomi dan dituangkan dalam
Brandan persepsi kegiatan pengelolaan
Barat masyarakat hutan mangrove oleh
Kabupaten terhadap CSR masyarakat Desa
Langkat PT. Pertamina Lubuk Kertang yang
dalam kegiatan berhasil membawa
pengelolaan masyarakatnya pada
hutan mangrove perubahan ekonomi
di Desa Lubuk dan sosial.
Kertang
Kecamatan
Brandan Barat
Kabupaten
Langkat .

2.2. Perspektif Teoritik

2.2.1. Teori Struktural Fungsional: Talcott Parsons

Suatu teori merupakan suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi

atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Setiap teori

akan mengalami perkembangan dan perkembangan tersebut terjadi apabila sudah

tidak relevan dan kurang berfungsi untuk mengatasi masalah (Sugiyono, 2014).

Adapun perspektif teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori

Struktural Fungsional oleh Talcott Parsons.

Teori Struktural Fungsional yang dibuat Parsons didasarkan pada tindakan

sosial yang dilakukan oleh setiap manusia dalam menjalanai kehidupan

bermasyarakat. Menurut Parsons (dalam Ritzer, 2014) studi mengenai perubahan

sosial pada awalnya difokuskan pada sifat struktur sosial yang mengarah pada
evolusi sosial. Struktur sosial dapat didefinisikan sebagai tatanan atau susunan

sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang dapat

tersusun atau dapat juga didefinisikan sebagai cara bagaimana suatu masyarakat

terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat didefinisikan melalui pola

perilaku berulang antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut.

Lebih lanjut, Parsons (dalam Ritzer, 2014) mengemukakan ada empat

fungsi penting yang diperlukan semua sistem yaitu Adaptation (A), Goal

Attainment (G), Integration (I), dan Latency (L). Keempat imperatif fungsional ini

dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki

keempat fungsi ini sebagai berikut:

1. Adaptation (adaptasi), sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal

yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

2. Goal attainment (pencapaian tujuan), sebuah sistem harus mendefinisikan

dan mencapai tujuan utamanya.

3. Integration (integrasi), suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-

bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola

antarhubungan ketiga fungsi lainnya (A, G, L).

4. Latency (pemeliharaan pola), sebuah sistem harus memperlengkapi,

memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupul pola-pola

kultural yang meciptakan dan menopang motivasi.

Adaptasi (Adaptation) yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu setiap

anggota dari kelompok tani pengelola hutan mangrove Desa Lubuk Kertang yang
didanai oleh PT. Pertamina menyesuaikan diri dengan cara mengikuti studi

banding serta penyuluhan yang diadakan oleh PT. Pertamina.

Kegiatan ini tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan juga sebagai media sharing informasi dan pengalaman bagi

kelompok tani di sekitar kawasan konservasi yang nantinya

diaplikasikan/diterapkan sesuai dengan bidang kegiatan/usaha yang digeluti,

maupun bagi aparatur/pegawai pendamping kelompok tani. Kegiatan penyuluhan

ini memberikan manfaat dan arti penting dari keberadaan hutan mangrove untuk

kehidupan masyarakat, baik secara biologi, kondisi fisik lingkungan maupun bagi

ekonomi masyarakat desa sekaligus praktik penanaman bibit mangrove di

lapangan serta cara dalam mengatasi permasalahan mangrove di Desa Lubuk

Kertang. Contohnya pemeliharaan tanaman setelah bibit propagul disemai

kemudian masalah hama dan penyakit yang umumnya belum diketahui secara

umum oleh masyarakat.

Masyarakat yang semula masih banyak yang menanam dengan polybag

langsung kemudian menanam tanaman dengan menghabisi perakaran, maka

dengan adanya penyuluhan dan pengarahan memberikan pengetahuan baru.

Masyarakat kelompok tani semakin mengetahui teknik pembibitan mangrove

yang sebelumnya hanya mengetahui teknik dasar, dengan adanya penyuluhan

masyarakat semakin memahami serta telah terealisasinya pembibitan mangrove R.

apiculata sebanyak 7000 bibit dan ditanamnya 7000 bibit mangrove tersebut di

Desa Lubuk Kertang. Hal tersebut merupakan upaya adaptasi yang dilakukan

kelompok tani pengelola hutan mangrove tersebut dengan lingkungannya untuk

memenuhi kebutuhannya (Hasil wawancara awal: November, 2022).


Selain itu pencapaian tujuan awal (Goals attainment) yang dicanangkan

oleh PT. Pertamina dengan adanya dana CSR untuk pengelolaan hutan mangrove

tersebut yaitu menghijaukan kembali kawasan hutan bakau yang telah punah

dirambah secara liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab serta

menjaga kelangsungan kelestarian hutan mangrove , selain ini kawasan hutan

mangrove yang luasnya ratusan hektar tersebut dikembangkan menjadi objek

wisata mangrove secara bertahap untuk menjadi pusat rekreasi dan edukasi

mangrove. Selain menjadi pusat rekreasi dan edukasi, keberadaan hutan mangrove

ini juga bisa memberikan  tambahan pendapatan bagi  Kelompok Mekar dan juga

sumber PAD bagi Pemerintah Kabupaten Langkat.

Sementara integrasi (Integration) yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu tampak pada pendampingan oleh PT. Pertamina terhadap para masyarakat

yang tergabung dalam kelompok tani guna mengelola hutan mangrove di tahap

awal pemulihan.Pemeliharaan pola (lantency) juga tampak pada saat tingkat hidup

tanaman pada areal model rehabilitasi berkisar antara 65-75% pada pertengahan

tahun 2013. Penyebab utamanya diduga akibat tingginya kandungan pirit pada

lahan mangrove yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indikasi

kehadiran pirit tanah pada lahan areal model rehabilitasi tersebut dapat dilihat

pada lapisan coklat keperakan di permukaan air yang bersipat beracun bagi

tanaman mangrove, sehingga menghambat pertumbuhan sampai menyebabkan

kematian.

Kelompok Tani hutan mangrove memutuskan untuk melakukan pencucian

lahan terlebih dahulu sebelum kegiatan penanaman kembali dilakukan.


Pembukaan kanal-kanal dan anak-anak sungai yang sebelumnya ditutup oleh

perkebunan kelapa sawit telah memungkinkan perkembangbiakan biota air,

sehingga hasil tangkap nelayan perlahan-lahan kembali meningkat dan

masyarakat nelayan lokal telah kembali menjaring ikan dan udang. Perangkap

kepiting bakau yang sebelumnya terhenti ketika kawasan tersebut dikuasai

perkebunan sawit ilegal sebelumnya, kini mulai tampak kembali. (Hasil

wawancara awal: November, 2022)

Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah Teori Fungsionalisme

(AGIL) menurut Parsons dimana suatu sistem yang memiliki fungsi akan

mengalami suatu perubahan. Dari perubahan tersebut, komponen didalam sistem

harus dapat menyesuaikan dengan perubahan yang dilakukan. Perubahan yang

dilihat yaitu tanggapan individu dalam sistem sosial. Dengan adanya perubahan

sistem akan berdampak terhadap individu atau masyarakat yang ada. Dewasa ini

perubahan CSR yang terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir telah

banyak mengubah orientasi CSR. Bila pada awalnya aktivitas CSR lebih banyak

dilandasi oleh kegiatan filantropi, maka saat ini kita temukan bahwa CSR telah

berubah sebagai salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan citra

perusahaan yang akan turut mempengaruhi kinerja keungan perusahaan.

Perubahan lingkungan yang dinamis, baik dipicu oleh kekuatan eksternal

maupun internal telah memaksa para pelaku bisnis untuk tidak selalu

meningkatkan laba dan kinerja tetapi juga bekewajiban peduli terhadap kualitas

kehidupan masyarakat. Fenomena inilah yang menyulut wacana tanggung jawab

sosial perusahaan bukan lagi hanya sekedar aktifitas ekonomi melainkan juga

tanggung jawab sosial kemanusiaan.


2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

2.3.1. Pengertian, Prinsip-Prinsip dan Implementasi CSR

Secara konseptual, tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebuah

pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi

bisnis dan interaksi dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan

berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Namun secara empiris CSR ini

diterapkan oleh perusahaan dalam bentuk berbagai bentuk program yang

didasarkan atas kesukarelaan (voluntary). Sampai saat ini belum ada kesamaan

bahasa dalam merumuskan makna CSR. Dalam segi ketentuan peraturan

perundang-undangan ternyata juga belum memiliki bahasa yang sama dalam hal

memaknai pengertian CSR. Contohnya seperti yang tertuang dalam pasal 74

UUPT yang menyatakan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya

dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (dalam Aulia, 2015).

Selain itu penjelasan pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) yang menegaskan bahwa “tanggung

jawab sosial dan perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap

perusahaan penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang serasi,

seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat

setempat.”

Dari sudut pemerintah, CSR dapat dilihat sebagai bagian dari partisipasi

coorporate dalam sumber pembiayaan pembangunan daerah. Dari kalangan

masyarakat, merupakan hak warga sekitar untuk memperoleh manfaatdari


kehadiran perusahaan terhadap peningkatan taraf hidup mereka. Dari sudut

pandang perusahaan, CSR merupakan proses internalisasi faktor-faktor eksternal

yang meliputi kepada Triple Bottom Line (3P) yakni People, Planet, dan Profit.

Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka, namun

memiliki kepedilian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan

masyarakat (dalam Aulia, 2015).

a. Prinsip-Prinsip Coorporate Social Responsibility (CSR)

Alyson Warhurst dalam Jumadiah dkk (2018),pakar CSR dari University

of Bath, Inggris menjelaskan pada tahun 1998 bahwa ada 16 (enam belas)

prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:

a) Prioritas Perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus bertanggung jawab

sebagai prioritas tertinggi dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.

Oleh karena itu perusahaan dapat mengembangkan kebijakan, rencana, dan

praktik ketika melakukan kegiatan bisnis secara lebih luas bertanggung

jawab kepada masyarakat.

b) Manajemen yang Komprehensif. Manajer sebagai pengontrol dan

pengambil keputusan harus mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan

rencana kegiatan usahanya sebagai salah satu unsur mengelola.

c) Proses Perbaikan. Setiap kebijakan, rencana dan kinerja sosial harus

dilaksanakan evaluasi berkelanjutan berdasarkan hasil survei penelitian

perbatasan dan pemahaman tentang kebutuhan sosial dan terapkan standar

sosial ini dalam skala global.


d) Pendidikan Karyawan. Pegawai yang menjadi pemangku kepentingan

utama harus ditingkatkan kompetensi dan keahlian, sehingga perusahaan

harus dimotivasi melalui program pendidikan.

e) Evaluasi. Sebelum perusahaan meluncurkan aktivitas sekecil apa pun

dampaknya harus dipelajari dulu sosial. Kegiatan ini tidak hanya selesai di

awal suatu kegiatan, tetapi juga di akhir atau sebelum waktunya.

f)  Produk dan layanan. Perusahaan harus selalu berusaha untuk berkembang

produk dan layanan yang tidak akan berdampak negatif secara sosial.

g) Informasi Publik. Memberikan informasi dan mendidik jika diperlukan

untuk konsumen, distributor dan masyarakat tentang penggunaan,

penyimpanan, dan pembuangan produk.

h) Fasilitas dan Operasional. pengembangan, desain dan pengoperasian

fasilitas dan melakukan kegiatan dengan mempertimbangkan hasil survei

tentang dampak sosial kegiatan perusahaan.

i) Penelitian. Melaksanakan atau mendukung penelitian tentang dampak sosial

penggunaan bahan mentah, produk, proses, emisi, dan limbah produk yang

berkaitan dengan kegiatan bisnis. Mempelajari itu sendiri adalah untuk

mengurangi dan atau menghilangkan dampak negatif dari kegiatan di atas.

j) Prinsip Pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan atau

penggunaan produk atau layanan yang sesuai dengan hasil penelitian

mutakhir. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah dampak sosial yang

negatif.
k) Kontraktor dan Pemasok. Mendorong kontraktor dan pemasok menerapkan

prinsip tanggung jawab tanggung jawab sosial perusahaan, baik itu mereka

yang telah dan akan lakukan.

l) Mempersiapkan Keadaan Darurat. Perusahaan harus membuat dan

mengembangkan rencana menghadapi keadaan darurat. Ketika sesuatu

terjadi perusahaan berbahaya harus bekerja sama dengan layanan instansi

berwenang departemen darurat (emergency), dan masyarakat lokal. Selain

itu, perusahaan sedang mencoba untuk menentukan potensi bahaya yang

muncul.

m) Praktik Terbaik Transmisi. Mempromosikan pengembangan dan transfer

bisnis selama mereka bertanggung jawab secara sosial untuk semua orang

Industri dan sektor publik.

n) Donasi. Donasi ini digunakan untuk pengembangan usaha bersama,

kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas batas

departemen dan lembaga pendidikan yang akan membantu meningkatkan

kesadaran akan tanggung jawab sosial.

o) Keterbukaan. Menumbuhkan budaya keterbukaan dan dialog dilingkungan

perusahaan dan elemen publik. Selain itu, perusahaan harus mampu

memprediksi dan memberikan respon terhadap resiko potensial yang

mungkin muncul dan dampak negatif dari operasi, produk, limbah dan jasa.

Prinsip Coorporate Social Responsibility (CSR) yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu proses perbaikan. Dimana kebijakan yang dibuat oleh

perusahaan, rencana dan kinerja sosial dilaksanakan melalui evaluasi


berkelanjutan berdasarkan hasil survei penelitian perbatasan dan pemahaman

tentang kebutuhan sosial dan terapkan standar sosial dalam skala global.

b. Implementasi Coorporate Social Responsibility (CSR)

Implementasi CSR (dalam Sulistiawan, 2020) ada empat model atau pola

tanggung jawab sosialperusahaan yang diterapkan di Indonesia, yaitu :

a) Keterlibatan Langsung. Perusahaan menjalankan program tanggung jawab

sosial secara langsung dengan menyelenggarakan sendri kegiatan atau

menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

b) Melalui Yayasan atau Organisasi Sosial Perusahaan. Perusahaan mendirikan

yayasan sendiri dibawah perusahaannya atau grupnya.

c) Bermitra dengan Pihak Lain. Perusahaan menyelenggarakan tanggung

jawab sosial perusahaan melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau

organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media

massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan

sosialnya.

d) Mendukung atau Bergabung dalam Suatu Konsorsium. Perusahaan turut

mendirikan, menjadi anggota dan mendukung suatu lembaga sosial yang

didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pola ini lebih berorientasi kepada

pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah bangunan.

Dari keempat model diatas model yang banyak dijalankan di Indonesia

yaitu model ketiga, perusahaan bermitra dengan organisasi sosial atau lembaga

lain. Sedangkan didalam penelitian ini, implementasi Coorporate Social

Responsibility (CSR) oleh PT. Pertamina menggunakan model yang pertama,

yaitu keterlibatan langsung. Masing-masing perusahaan memiliki karakter dan


kondisi yang berbeda-beda. Dalam Dexxi Sulistiawan (2020) kondisi ini

berdampak pada implementasi CSR yang berbeda pula, namun secara

komprehensif dapat dikelompokkan atas enam bidang, yaitu :

a) Bidang Ekonomi. Kewajiban untuk berperan serta dalam meningkatkan

taraf hidup masyarakat sekitar

b) Bidang Politik. Para manajer dan seluruh karyawan suatu organisasi adalah

warga suatu masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana

warga lainnya. Oleh karena itu mereka juga mempunyai kewajiban dibidang

politik seperti misalnya menjaga stabilitas politik dimasyarakat.

c) Bidang Sosial. Perusahaan mempunyai kewajiban sosial yang mencakup

segala aspek, seperti tanggung jawab untuk turut serta memajukan kegiatan

pendidikan pada semua bidang.

d) Bidang Legal. Logika dan rasa tanggung jawab sebagai warga negara

menyatakan bahwa ketaatan pada berbagai ketentuan peraturan perundang-

undanggan merupakan keharusan mutlak. Dengan ketaatan itu maka tertib

sosial dapat terpelihara dan keseimbangan antara hak dan kewajiban

seseorang dapat terwujud.

e) Bidang Etika. Nilai moral dan etika dianggap baik apabila diterima oleh

masyarakat.

f) Diskresi (Kebebasan Mengambil Keputusan). Berkaitan dengan kebijakan

yang diambil oleh pihak manajemen dalam penyelenggaraan kegiatan

perusahaan.
Pelaksaan Coorporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia

bergantung pada pemimpin puncak korporasi. Artinya, kebijakan peraturan

tanggung jawab perusahaan tidak selalu selaras dengan visi dan misi korporasi

yang ada. Jika pemimpin perusahaan memiliki kesadaran moral yang tinggi, maka

korporasi tersebut memiliki kebijakan CSR yang benar begitu juga sebaliknya.

Maka, Coorporate Social Responsibility (CSR) yang peneliti maksud disini yaitu

proses kegiatan kedermawaan perusahaan untuk masyarakat sekitar perusahaan

tersebut berdiri. Bukan hanya terbatas pada kegiatan kedermawaan, namun

kegiatan CSR ini juga dapat membantu menaikkan citra nama perusahaan yang

melakukan kegiatan tersebut. CSR ini tidak hanya terbatas pada konsep

pemberian bantuan saja, namun luas dan tidak bersifats statis dan pasif akan tetapi

merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki bersama antar stakeholder.

2.3.2. Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Ramos dan Prodeaux, 2014 (dalam Fitriana, 2020) pemberdayaan

adalah proses yang menggambarkan sarana yang individu dan kelompok

memperoleh kekuasaan, akses ke sumber daya dan keuntungan kontrol atas hidup

mereka. Pemberdayaan dianggap sebagai proses kolaboratif dimana orang yang

kurang berdaya akan sumber daya bernilai dikerahkan untuk meningkatkan akses

dan kontrol akan sumberdaya untuk memecahkan masalah pribadi atau

masyarakat.

Selain itu permberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya

membangundaya dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran

akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya,

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering) (BPPS


Kemensos). Disisi lain Paul, 1987 (dalam Prijono dan Pranaka, 1996) mengatakan

bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga

meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan pada kelompok yang lemah serta

memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan.

Chamber, 1999 (dalam Noor, 2011) menjelaskan pemberdayaan

masyarakat adalah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai

masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat

people centered, participatory, empowerment and sustainable. Lebih jauh

Chamber menjelaskan bahwa konsep pembangunan dengan model pemberdayaan

masyarakat tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic need)

masyarakat tetapi lebih sebagai upaya mencari alternatif pertumbuhan ekonomi

sosial.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala

keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan,

kebodohan, dan keterbelakangan sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya

penguatan pada individu saja tetapi juga pranata-pranata sosial yang ada.

Umailo, 2009 (dalam Fitriana, 2020) menyatakan pemberdayaan

masyarakat merupakan suatu proses yang bertujuan untuk melakukan beberapa

kegiatan berbasis gotong-royong dalam masyarakat tersebut untuk adanya suatu

perubahan. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan

desa. Kemandirian masyarakat ditandai dengan kemampuan dalam memikirkan,

memutuskan serta melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah yang dihadapi


dengan memanfaatkan daya kemampuan yang dimiliki. Kemandirian masyarakat

akan tercapai melalui suatu proses pembelajaran. Masyarakat yang melalui proses

belajar yang baik akan memperoleh daya, kemampuan atau kekuatan yang

bermanfaat dalam mengambil suatu keputusan secara mandiri. Keberdayaan

masyarakat ditandai dengan adanya kemandirian yang tercapai melalui proses

pemberdayaan masyarakat.

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Totok & Poerwoko Soebianto, 2019 (dalam Fitriana, 2020) menjelaskan

terdapat enam tujuanpemberdayaan masyarakat, yaitu :

1) Perbaikan Kelembagaan (Better Institution)

Dengan tindakan yang dilakukan maka diharapkan dapat memperbaiki

kelembagaan juga, termasuk dalam pengembangan jejaring kemitraan

usaha.

2) Perbaikan Usaha (Better Business)

Perbaikan terhadap proses belajar, perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan

perbaikan kelembagaan juga diharapkan dapat memperbaiki bisnis yang

dilakukan.

3) Perbaikan Lingkungan (Better Environtment)

Perbaikan pendapatan diharapkan dapat juga memperbaiki lingkungan fisik

dan sosial karena keruskaan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau

pendapatan yang terbatas.

4) Perbaikan Kehidupan (Better Living)

Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik diharapkan

dapat memperbaiki kehidupan setiap keluarga dalam masyarakat.


5) Perbaikan Masyarakat (Better Community)

Kehidupan yang lebih baik diharapkan dapat mewujudkan kehidupan

masyarakat yang lebih baik lagi

6) Perbaikan Pendapatan (Better Income)

Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat

memperbaiki pendapatan yang diperoleh, termasuk pendapatan keluarga dan

masyarakat.

2.3.3. Perubahan Sosial Ekonomi

Piotr Sztompka (2007) (Dalam Riswan,2015) menyebutkan bahwa dalam

kajian sosiologis perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linier.

Dengan kata lain perubahan tidak terjadi secara linier. Sementara itu, perubahan

sosial dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya

struktur/tatanan didalam masyarakat meliputi pola pikir yang lebih inovativ,

sikap, serta khidupan sosialnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih

bermanfaat.

Menurut pandangan Yusron Razak (2008) (Dalam Riswan,2015)

perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam suatu kehidupan masyarakat, yaitu berubahnya sistem

sosial, nilai-nilai, pola pikir yang lebih inovatif, serta interaksi sosial dalam

kehidupan masyarakat. Secara berbeda dari waktu ke waktu sebelum dan sesudah

suatu aktivitas. Dengan adanya aktivitas dan kegiatan maka akan menyebabkan

perubahan sosial dengan meliputi berbagai bidang ekonomi seperti dalam

kegiatan pengelolaan hutan mangrove yang dilakukan di Desa Lubuk kertang

dengan dana CSR dari PT. Pertamina dapat mengubah perekonomian


masyarakatnya hingga maju. Selanjutnya yaitu dalam bidang pendidikan,

kegiatan CSR oleh PT. Pertamina di Dusun Lubuk Kertang sendiri selain dapat

mengubah dalam hal ekonomi selanjutnya menunjang untuk bidang pendidikan

bagi anak-anak para kelompok tani untuk bisa bersekolah dari hasil kegiatan

pengelolaan hutan mangrove tersebut. Selanjutnya perubahan dalam bidang

teknologi dapat dilihat dengan para kelompok tani mekar yang membuat kerajinan

tangan berupa souvenir, tas, topi, sandal dll.

Sedangkan dalam bidang politik dan budaya dapat terlihat dari cara para

kelompok tani yang selalu memakai cara kerja dengan berdiskusi untuk

memecahkan segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan hutan mangrove.

Pada dasarnya setiap masyarakat diatas bumi ini dalam hidupnya dapat

dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan sosial maupun

ekonomi. Adanya perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan

suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang

kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada masa lampau.

Perubahan ekonomi yang terjadi didalam masyarakat pada dasarnya merupakan

suatu proses yang terus menerus, ini berrati bahwa setiap masyarakat

kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan dalam

budang ekonomi. Perubahan ekonomi merupakan suatu gejala yang terjadi dalam

perekonomian sebagai akibat pertumbuhan ekonomi atau meningkatnya

kesejahteraan dalam masyarakat (Alfaradi dkk, 2014).

Dalam penelitian yang sedang peneliti lakukan ini, perubahan sosial

dilokasi penelitian tampak pada keadaaan perubahan kondisi mata pencaharian

masyarakatnya yang awalnya hanya berfokus pada kegiatan pembuat kayu arang
namun semenjak diadakannya pengelolaan hutan mangrove oleh PT. Pertamina

masyarakat menjadi lebih aktif dalam keikutsertaannya mengelola hutan

mangrove yang mempunyai potensi sebagai objek wisata. Selain itu masyarakat

yang ikut bergabung didalam membuat kerajinan tangan berupa souvenir, tas,

topi, sandal dll.

Selain itu perubahan ekonomi yang peneliti maksud didalam telitian ini

yaitu terlihat dengan adanya kegiatan CSR dari PT. Pertamina maka membuka

lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Desa Lubuk Kertang ini dengan tujuan

meningkatkan perekonomian masyarakatnya yang sebelumnya hanya terfokus

pada kegiatan pembuatan kayu arang saja. Maka hal tersebut menunjukkan

adanya perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di Desa Lubuk Kertang.

2.3.4 Persepsi Masyarakat

Persepsi secara umum merupakan proses perolehan, pnafsiran, pemilihan

dan pengaturan informasi indrawi. Selain itu persepsi juga merupakan proses

pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat penginderaan

(Sarwono, 2009) dalam Rohmaul Listyana & Yudi Hartono (2015). Persepsi

mengandung suatu proses dalam diri untuk mengetahui dan mengevaluasi sejauh

mana kita mengetahui orang lain. Pada proses ini kepekaan dalam diri seseorang

terhadap lingkungan sekitar mulai terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan

yang dihasilkan dari proses persepsi.

Proses interaksi tidak dapat dilepaskan dari cara pandang atau persepsi

satu individu terhadap individu yang lain sehingga memunculkan apa yang

dinamakan persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat akan menghasilkan suatu

penilaian terhadap sikap, perilaku, dan tindakan seseorang dalam kehidupan


bermasyarakat (Rohmaul Listyana & Yudi Hartono, 2015). Menurut Pareek

(1996) (dalam Shandi, 2020) yang mmepengaruhi persepsi adalah faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:

a. Latar belakang, latar belakang mempengaruhi hal yang dipilih dalam

persepsi

b. Pengalaman, pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-

orang, hal-hal, gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman

pribadinya

c. Kepribadian, dimana pola kepribadian yang dimiliki individu akan

menghasilkan persepsi yang berbeda

d. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga

berpengaruh pula terhadap persepsi

Sedangkan faktor yang mempengaruhi secara eksternal yaitu:

a. Intensitas, umumnya rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih

banyak tanggapan

b. Ukuran, benda-benda yang lebih besar umumnya lebih menarik perhatian

c. Kontras, secara umum hal yang biasa dilihat akan cepat menarik perhatian

d. Gerakan, benda yang bergerak lebih menarik perhatian daripada yang

diam

e. Ulangan, biasanya hal yang terulang-ulang dapat menarik perhatian

f. Keakraban, suatu yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian

g. Sesuatu yang baru biasanya juga berpengaruh pada seseorang dalam

menyeleksi informasi
Pengertian persepsi masyarakat dalam penelitian ini dapat disimpulkan

adalah tanggapan dari kumpulan individu-individu yang saling berinteraksi.

Persepsi masyarakat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

tanggapan masyarakat atau bagaimana cara penilaian masyarakat yang ada di

Desa Lubuk Kertang terhadap CSR yang diberikan oleh PT. Pertamina pada

kegiatan pengelolaan hutan mangrove dalam perubahan sosial masyarakat di Desa

Lubuk Kertang.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan

Barat Kabupaten Langkat. Desa Lubuk Kertang merupakan desa pesisir yang

letaknya terjauh dari Kecamatan dan merupakan desa yang terluas di Kecamatan

Brandan Barat. Sebelum kawasan hutan bakau dikelola oleh kelompok

masyarakat Desa Lubuk Kertang, kondisi hutan bakau mengalami kerusakan

cukup parah, karena adanya penebangan kayu bakau oleh oknum yang tidak

bertanggung jawab.

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Lubuk Kertang adalah

dari beberapa pertimbangan sebelumnya, salah satunya menyangkut dengan

permasalahan yang ada dipenelitian. Tanggung jawab sosial perusahaan terdapat

di desa ini. Dari pengamatan yang telah peneliti lakukan, tanggung jawab sosial

yang dilakukan oleh PT. Pertamina mampu mengubah perekonomian dusun ini.

Melalui pengelolaan hutan mangrove, nama dusun Lubuk Kertang mulai terkenal

ke daerah-daerah sekitarnya maupun luar daerah. Manfaat tanggung jawab sosial

perusahaan dirasakan sepenuhnya oleh desa ini, khususnya dibidang ekonomi.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode ini

dikarenakan masalah yang akan diteliti membutuhkan penjelasan secara langsung

dilapangan, tidak menyangkut dengan angka-angka sehingga untuk mendapatkan

32
data penelitian dilapangan maka metode ini yang dipilih. Metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari generalisasi (Sugiyono, 2013).

Sedangkan penelitian pendekatan deskriptif menurut Sugiyono (2013)

adalah bentuk penelitian yang bertjuan menjelaskan fenomena yang terjadi, baik

secara alamiah maupun yang terjadi karena manusia. Hasil dari penelitian

pendekatan deskriptif dituangkan secara jelas tanpa adanya manipulatif,

berdasarkan hasil yang sebenarnya dilapangan. Adapun tujuan akhir dari

pendekatan deskriptif ini sendiri adalah menghasilkan suatu gambaran akurat

tentang sebuah mekanisme hubungan maupun proses, menyajikan informasi dasar

tentang sebuah hubungan, serta mengklasifikasi subyek penelitian.

3.3. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian adalah orang-orang yang dapat memberikan

informasi atau data yang berhubungan dengan masalah dan fokus penelitia yang

akan dikaji. Pemanfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang

relatif singkat banyak informan yang berpartisipasi. Informan sendiri dalam

penelitian dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan

suatu kejadian yang ditemukan dalam subyek lainnya. Pada penelitian ini

menggunakan dua informan, yaitu informan utama dan informan kunci.

33
1) Informan Utama

Informan utama yaitu mereka yang mengalami dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Staff humas PT.

Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu Field. merupakan anggota yang

memiliki informasi pokok yang dibutuhkan oleh peneliti dalam mendalami

masalah pemberian hak CSR kepada warga desa Lubuk Kertang dalam

mengelola sentra hutan mangrove.

2) Informan Kunci

Informan kunci adalah mereka yang menjadi obyek dalam penelitian.

Informan kunci dalam penelitian ini yaitu ketua dari kelompok tani

pengelola hutan mangrove.

3) Informan Tambahan

Informan tambahan adalah mereka yang memberikan informasi walaupun

tidak terlibat secara langsung dalam interaksi sosisal yang sedang diteliti.

Informan tambahan dalam penelitian ini yaitu masyarakat Desa Lubuk

Kertang.

3.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Sumber Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana infroman dalam

penelitian ini digunakan sebaga data sekunder dan data primer. MenurutJonathan

Sarwono (2006) jenis-jenis data terbagi menjadi dua, yaitu:

34
1) Data Primer

Data primer ini merupakan data yang berupa teks hasil wawancara dan

diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan

sampel dalam penelitiannya. Data tersebut dapat direkam atau dicatat oleh

peneliti. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui

observasi dan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan

langsung dengan masalah penelitian, dalam hal ini yaitu tokoh masyarakat

di desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat

dan staff dari PT. Pertamina.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang sudah tersedia dan dapat

diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.

Data ini biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti

sebelumnya. Yang termasuk dalam kategori data sekunder seperti

dokumen-dokume, pengumuman, surat-surat, hasil rekaman kaset serta

foto (Sarwono, 2006).

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan berbagai jenis data yang dibutuhkan dan ketersediaan sumber

data, makan peneliti dapat menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai

dengan kondisi, waktu dan biaya yang tersedia, serta pertimbangan lainnya demi

efektifnya sebuah penelitian yang sedang berlangsung.

Farida Nugrahani (2014) memaparkan bahwa pada umumnya data dalam

penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, dan

kajian dokumentasi. Fokus pengamatan dilakukan terhadap 3 komponen utama

35
yaitu space (ruang, tempat), actor (pelaku), dan kegiatan. Selama penelitian

berlangsung, peneliti menempatkan dirinya sebagai human instrument yang

meluangkan banyak waktu dilapangan.

1) Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik

kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hail lain yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada

tahap awal observasi, peneliti mengumpulkan data atau informasi

sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya, peneliti melakukan observasi

terfokus yaitu mulai memperkecil data atau informasi yang diperlukan saja

sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang

terus terjadi. Jika hal tersebut sudah ditemukan, maka peneliti dapat

menentukan tema yang akan menjadi bahan penelitian.

2) Wawancara ( In-depth Interview )

Teknik wawancara merupakan teknik penggalian data melalui percakapan

yang dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau lebih.

Pewawancara (interviewer) adalah orang yang memberikan pertanyaan,

sedangkan orang yang diwawancarai (interviewee) berperan sebagai

narasumber yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang

disampaikan. Lincoln dan Guba (dalam Nugrahani, 2014) wawancara

dapat dilakukan untuk mengkonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian. Teknik wawancara

dipilih peneliti untuk memperoleh data yang lebih akurat, banyak dan

mendalam.

36
Yang diperlukan oleh pewawancara agar proses wawancara berhasil ialah

kemauan mendengar dengan sabar, dapat melakukan interaksi dengan

orang lain secara baik, dapat mengemas pertanyaan dengan baik dan

sopan, dapat menggabungkan secara halus apa yang sedang ditanyakan

jika dirasa yang diwawancarai belum cukup memberikan informasi yang

peneliti harapkan (Sugiyono, 2013).

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan

data atau informasi dengan cara membacar surat-surat, pengumuman,

iktisar rapat, dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode ini sangat

bermanfaat karena dapat dilakukan dengan ataupun tanpa mengganggu

objek atau sarana penelitian. Penggunaan dokumen ini berkaitan dengan

apa yang disebut analisis isi. Cara menganalisis isi dokumen adalah

dengan memeriksa dokumen secara sistematik bentuk-bentuk komunikasi

yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen (Sugiyono, 2013).

3.5. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (dalam Pratiwi, 2017) analisis data merupakan kegiatan

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit, melakukan sintesa, menyusun

dalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat

kesimpulan yang mudah dipahami oleh sendiri maupun orang lain.

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

37
secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas.

Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1) Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan,

maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mencarinya

bila diperlukan (Sugiyono, 2014).

2) Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2014).

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan dalam melakukan display data,

38
selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network

(jejaring kerja) dan chart.

3) Conclusiom Drawing/Verivication

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2014).

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin

juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti

berada dilapangan.Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat

berupa hubungan kasual atau interaktif, hipotesis atau teori.

39
3.6. Alir Penelitian

Coorporate Social
Responsibility (CSR)
Perusahaan

Perubahan Sosial
Perubahan Ekonomi
 Ekonomi
 Pendidikan
 Teknologi
 Politik
 Budaya

Teori Struktural Fungsionalisme


Talcot Parsons (AGIL)

Pemberdayaan Sosial
Ekonomi Melalui Kegiatan
Pengelolaan Hutan Mangrove

Pengaruh sosial ekonomi oleh CSR PT. Pertamina masyarakat melalui


Pengelolaan Hutan Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan
Barat Kabupaten Langkat

Sumber : Hasil Interpretasi Peneliti 2022

40
3.6. Jadwal Penelitian

Tahun (2021-2022)

Kegiatan
NO

November

Desenber

februari
Januari

Maret

April

Juni
Mei
Pengajuan Judul
1.
Skripsi

2. ACC Judul Skripsi

3. Penyusunan Proposal

4. Bimbingan Proposal

5. Seminar Proposal

6. Revisi Proposal

7. Cetak Proposal

8. Penyusunan Hasil

Penelitian

9. Bimbingan Hasil

Penelitian

10. Sidang Skripsi

11. Revisi Skripsi

12. Cetak Skripsi

41
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Jumadiah, dkk. (2018). Penerapan Prinsip CSR. Lhokseumawe: Unimal Press.

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Bahasa

Indonesia. Solo: Cakra Bos.

Nurin, F. (2020). Revitalisasi dan Pengelolaan Potensi Desa Berbasis

Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Bildung.

Ritzer, G. (2014). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenamedia Group.

Sarwono, J. (2006). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

42
Sunaryo. (2015). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Coorporate Social

Responsibility) Dalam Berbagai Perspektif Kajian. Lampung : Anugrah

Utama Raharja.

Jurnal:

Dina,A.O.,EkaS.S.,&Intan.A.S.(2020).PengaruhPenerapanStrategi Coorporate

Social Responsibility CSR) Dalam Meningkatkan CitraPerusahaan Pada

PT.Pertamina (Persero) Tahun 2018. Kompetensi, Vo 14, No 1.

Dexxi,S., As’ad I.,&Bambang K.(2021).Peran Coorporate Social Responsibility

(CSR) PT. Bumi Persada Permai dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa

Telang Kecamatan Bayung Lencir.Journal of Islamic Financial

Management Vol.01No.01

Listyana, R. (2015). Persepsi Dan Sikap Maysrakat Terhadap Penanggalan Jawa

Dalam Penentuan Waktu Pernikahan. Agastya Vol.5 No.1, 5, 121-122.

Noor, M. (2011). Pemberdayaan Mayarakat. Ilmiah CIVIS Vol.1 No.2, 1, 87-98.

RAHMANINGRUM, N., & JACKY, M. (2020). PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BINA LINGKUNGAN CSR PT. ASTRA

INTERNATIONAL TBK (Studi Perubahan Lingkungan Kumuh menjadi

Lingkungan Hijau di Kampung Berseri

Surabaya). Paradigma, 8(2).https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigm

a/article/view/34434

43
Pratiwi, N. I. (2017). Penggunaan Media Video Call Dalam Teknologi

Komunikasi. Ilmiah Dinamika Sosial Vol.1 No.2, 1, 215-216.

Website:

Pertamina.com(January 8).Pertamina EP Pelestarian Kawasan Ekowisata Hutan

Mangrove Lubuk Kertang. Retrieved Februari 12, 2023, from

https://www.pertamina.com/id/news-room/csr-news/pertamina-ep-dukung-

pelestarian-kawasan-ekowisata-hutan-mangrove-lubuk-kertang

Skripsi:

Dexxi Sulistiawan. 2020. Peran Coorporate Social Responsibility (CSR) PT.

Bumi Persada Permai Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi PT. Bumi

Persada Permai Desa Telang Kec. Bayung Lencir). Jambi (ID) :

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin.

Firda Aulia. 2015. Implementasi Alokasi Coorporate Social Responsibility (CSR)

Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus pada PT. Tugu Pratama

Indonesia General Insurance). Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah.

Juan Prayogi Hasugian.2022.Peran Pertamina Dalam Mengembangkan Kelompok

Tani Pengelola Hutan Mangrove (Studi Kasus :Desa Lubuk Kertang

Kecamatan Brandan Barat,Kabupaten Langkat).Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

44
Riswan. 2015. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Kasus Petani

Singkong Di Dusun Cimulia Desa Karangkamulyan Kec. Ciawigebang

Kab. Kuningan). Jakarta (ID) : Universitas Syarif Hidayatullah.

45

Anda mungkin juga menyukai