php/jppm
Abstrak
Perikanan bagan merupakan salah satu pekerjaan yang umum dilakukan masyarakat Desa
Saramaake, Halmahera Timur. Kegiatan edukasi pelestarian sumberdaya dan lingkungan pantai
ini dilaksanakan pada Juni, Agustus, September dan Desember 2018, bertujuan untuk
memberikan edukasi pemahaman tentang pelestarian sumberdaya dan lingkungan pantai di
desa tersebut. Metode yang digunakan adalah penyuluhan, diskusi dan monitoring dan evaluasi.
Sasaran kegiatan merupakan nelayan dan istri nelayan yang merupakan anggota Kelompok
Usaha Bersama (KUB) atau Koperasi. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain
penyuluhan tentang perikanan bagan (Agustus), penyuluhan tentang konservasi lingkungan
dan sumberdaya (Juni), dan kegiatan monitoring dan evaluasi (September, Desember 2018). Dari
hasil kegiatan dapat diketahui bahwa secara umum masyarakat nelayan telah mengetahui dan
mengimplementasikan kegiatan perikanan yang baik, dan menjaga kondisi lingkungannya
dengan lebih baik, dengan tidak membuang sampah di laut, tidak melakukan penebangan hutan
pantai, tidak mengubur ikan by catch di pantai, dan mengingatkan pada sesama nelayan,
keluarga dan aparat pemerintah untuk tetap menjaga lingkungan laut.
Kata-kata Kunci: Edukasi, pelestarian, lingkungan, Desa Saramaake, Halmahera Timur.
https://doi.org/10.21831/jppm.v5i2.20716
dilakukan pada Juni, Agustus, September dan oleh para tenaga pendamping lapang, yang
Desember 2018, yang merupakan bagian dari selam kegiatan pemberdayaan masyarakat
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang tinggal di desa tersebut. Data yang didapat
dilakukan selama 6 bulan, sejak Juni sampai dari hasil pengisian kuesionair tersebut,
Desember 2017 di desa tersebut. diolah dengan program aplikasi excell dan
hasilnya ditampilkan dan dianalisis secara
Bahan dan Alat
deskriptif.
Bahan yang diperlukan dalam kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah bahan penyuluhan (berupa bahan
tayangan) yang terdiri dari berbagai form Hasil
(isian) yang diisi oleh para responden dan
Perikanan Bagan di Desa Saramaake
ATK. Sedangkan peralatan yang diperlukan
berupa peralatan diskusi (LCD, computer, Desa Saramaake merupakan salah satu
laptop). desa yang terdapat di wilayah bagian selatan
Teluk Kao (Kabupaten Halmahera Timur). Di
daerah ini sudah cukup lama dikenal sebagai
salah satu desa penghasil ikan teri yang cukup
besar. Ikan teri yang dihasilkan di wilayah ini
tidak hanya dipasarkan di wilayah sekitar,
namun sudah sampai ke daerah Ternate dan
bahkan sampai ke luar pulau (seperti
Surabaya dan Manado). Ikan teri dari wilayah
ini tidak hanya dijual secara kering, namun
telah dijual dalam bentuk olahan (Budi et al.,
2017).
Kegiatan perikanan tangkap ikan teri di
Desa Saramaake umumnya dilakukan dengan
menggunakan bagan perahu. Bagan perahu
merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan
yang termasuk dalam klasifikasi jaring angkat
(dari jenis bagan) yang digunakan nelayan
untuk menangkap ikan pelagis kecil. Bagan
perahu memiliki bentuk lebih ringan dan
sederhana, yang dapat menggunakan satu
atau dua perahu. Kontruksi bagan perahu
tersebut berupa jaring berbentuk segi empat
dan menggunakan dua buah tiang sebagai
Gambar 1. Lokasi kegiatan edukasi tentang penggantung dan pembuka jaring, bagian
pelestarian sumberdaya dan lingkungan di atas jaring diberi alat pelampung dan bagian
Desa Saramaake, Halmahera Timur, Provinsi sebelah bawah diikatkan pemberat. Bagian
Maluku Utara bawah dilengkapi tali penarik bila dilakukan
Metode Pelaksanaan dan Data Analisis secara manual, untuk kapal yang telah dileng-
kapi dengan winch maka di kapal dilengkapi
Metode palaksanaan kegiatan dilaku-
pula relling, yang banyaknya sesuai dengan
kan melalui penyuluhan/pelatihan, peninjau-
jumlah tali yang dipergunakan. Tali ini ber-
an secara langsung di lapang, diskusi dengan
fungsi sebagai penarik dan juga pengangkat
para responden dan pengisian quesionair
jaring dalam air.
yang dilakukan oleh responden (n=28). Pada
Bahan yang digunakan dalam pem-
kuesionair diberikan alternative jawaban
buatan bagan antara lain jaring, tali, gantung-
yang sederhana, melalui dua pilihan yaitu
an jaring, bahan yang dipakai terutama bahan
“ya” dan “tidak” pada setiap pertanyaan.
yang kuat dan tahan lama, tahan terhadap
Dalam pelaksanaan, kegiatan ini juga dibantu
beban dan tahan terhadap gesekan, sifat ba-
han tersebut umumnya terdapat pada bahan- orang) (Budi et al., 2017). Beberapa bagan
bahan tali jaring terbuat dari serat synthesis (ukuran, kapasiatas mesin, dan sarana lampu)
seperti saran, campuran nilon, tetoran di Desa Saramaake disampaikan pada Tabel 1.
(polyster), polypropelen, vinylon, dan nylon. Kegiatan pengoperasian bagan perahu
Selain itu bahan yang digunakan untuk diawali dengan persiapan menujufishing
membuat bagan adalah pemberat (timah, ground (daerah penangkapan) yang menca-
besi), pelampung, cincin dan kayu tiang. kup persiapan bahan-bahan untuk melaut
Sedangkan untuk kontruksi kapal un- (solar, air, es, minyak tanah, dan lain-lain). Di
tuk bagan sangat sederhana dan tidak terlalu desa ini, bahan-bahan untuk keperluan pergi
sulit untuk di desain, namun ada persyaratan menangkap ikan teri dipersiapkan oleh para
yang harus dipenuhi seperti kontruksi bagan pemilik bagan. Umumnya, nelayan ke laut
perahu hanyut dibentuk dari kayu, bamboo, sekitar pk 21.00. Lama penangkapan per trip
waring serta perahu bermotor yang sekaligus adalah 6 jam (00.00-06.00). Ketika sudah
sebagai alat transportasi di laut. Bagan sampai ke wilayah fishing ground, umumnya
perahu hanyut memiliki beberapa bagian di- hari menjelang malam. Lampu di bagan di-
antaranya bagan yang terbuat dari bamboo nyalakan dan jaring biasanya tidak langsung
berbentuk empat persegi panjang yang diturunkan sampai tiba waktunya ikan
menyatu dengan perahu ditempatkan diiatas terlihat berkumpul di lokasi bagan. Namun
secara melintang, perahu sebagai bagian demikian ada pula sebagian nelayan yang
utama dalam meletakkan bagan, jaring bagan langsung menurunkan jaring tersebut setelah
yang terletak dibawah perahu berukuran lampu dinyalakan. Untuk menarik perhatian
persegi sama sisi. ikan dinyalakan lampu yang telah terpasang.
Di Desa Saramake, ukuran bagan ber- Setelah menunggu beberapa jam dan ikan
variasi, ada yang berukuran cukup kecil, mulai terlihat berkumpul dilokasi penang-
sedang dan cukup besar. Biaya pembuatan- kapan, maka jaring diturunkan ke perairan,
nyapun juga bervariasi, ada yang sekitar 40 jaring biasanya diturunkan secara perlahan-
juta rupiah dan ada pula yang berharga 100 lahan dengan memutar roller. Penurunan
juta rupiah. Biaya untuk pembuatan bagan jaring beserta tali penggantung dilakukan
dengan ukuran kerangka 17 x 17 m2 umumnya hingga jaring mencapai kedalaman yang
berkisar 60 juta. Jumlah bagan yang dimiliki diinginkan.
nelayan juga berbeda-beda (1-3 bagan per
Tabel 1. Deskripsi beberapa bagan di Desa Saramaake, Halmahera Timur.
Ukuran perahu Mesin Ukuran bagan Ukuran jaring Genset (watt) Lampu TL
No. Namanelayan pemilik
(LOA) m (HP) (pxl) m2 (pxlxd) m3 (pcs; watt)
1. Awat Rako 9 40 17 x 17 17 x 17 x 17 3 500 40; 42
2. Mochtar Labile 14,5 40 17 x 17 17 x 17 x 15 5 000 50; 42
3. Aswin Wawa 14 40 14 x 14 14 x 14 x 15 4 000 40; 42
4. Suhud Damesu 13,5 - 17 x 17 17 x 17 x 15 4 000 30; 42
5. Ade Daud 11 40 18 x 19 18 x 19 x 15 4 000 53; 42
6. Walid Mambelo 13 40 12 x 12 12 x 12 x 13 4 000 40; 42
7. Hasan Alim 11 40 15 x 16 15 x 16 x 15 4 000 30; 42
8. Mahri Jawal 14 40 17 x 17 17 x 17 x 15 5 000 40; 42
9. Jalal Jangolo 9 40 15 x 16 15 x 16 x 17 3 500 30; 42
10. Fadli Abli 15 40 20 x 19 20 x 19 x 17 5 000 90; 42-50
11. Sukardi Tabengki 14 40 18 x 17 18 x 17 x 15 4 000 50; 42
Keterangan: p: panjang, l: lebar, d: kedalaman
80
70
60
50
Produksi (Ton)
40
30
20
10
0
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agus. Sep. Okt. Nov. Des.
Bulan
Gambar 3. Produksi ikan teri di Desa Saramaake, selama bulan Januari-Desember 2017
Selama jaring berada dalam air, nelayan Produk ikan teri kering yang terkumpul
melakukan pengamatan tehadap keberadaan di salah satu pengumpul dari Bulan Januari-
ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan Desember 2017 disampaikan pada Gambar 3.
kapan jaring akan diangkat. Lama jaring Grafik tersebut memperlihatkan bahwa pro-
berada dalam perairan (perendaman air) duk ikan teri yang dihasilkan sangat ber-
bukan bersifat ketetapan. Setelah dikira ikan variasi, cukup tinggi pada Bulan Januari,
telah berkumpul di permukaan di atas jaring, cenderung menurun pada Bulan Juni dan
dilakukan pengangkatan jaring (lifting). Ke- naik cukup tinggi pada Bulan September dan
giatan lifting ini diawali dengan pemadaman Oktober. Hasil tangkapan ikan teri tergan-
lampu secara bertahap, hal ini dimaksudkan tung dari beberapa hal, antara lain musim
agar ikan tidak terkejut dan tetap terkonstrasi hujan ataupun musim barat (kondisi laut).
pada bagian perahu di sekitar lampu yang
Edukasi Perikanan Bagan dan Lingkungan
masih mennyala. Ketika ikan masih terkum-
serta Sumberdaya Ikan
pul di tengah-tengah jaring, jaring tersebut
mulai diitarik ke permukaan hingga akhirnya Wilayah pesisir merupakan daerah per-
ikan akan tertangkap oleh jaring. Lifting alihan laut dan daratan. Kondisi tersebut
dilakukan dengan memulai memadamkan menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan
lampu berwarna merah sehingga ikan ber- tekanan dari berbagai aktivitas dan fenomena
kumpul dan lebih naik ke permukaan air, lalu di darat maupun di laut. Fenomena yang
jaring ditarik perlahan dengan tidak menim- terjadi di daratan antara lain abrasi, banjir
bulkan suara kejutan dan diangkat ke dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
permukaan dengan mennggunkan tali yaitu pembangunan permukiman, penebang-
pengangkat. an hutan untuk persawahan, pembangunan
Kegiatan penangkapan ikan teri di Desa tambak yang pada akhirnya memberi dampak
Saramaake dilakukan hampir setiap hari. pada ekosistem pantai. Demikian pula feno-
Dalam setiap bulan, hari penangkapan secara mena-fenomena di laut, seperti pasang surut
rata-rata umumnya 14 hari, atau paling lama air laut, gelombang badai dan sebagainya
21 hari termasuk menangkap cumi (7 hari (Hastuti, 2012). Faktor alam lainnya yang juga
bulan terang). Biaya operasional kegiatan menyebabkan kerusakan lingkungan adalah
penangkapan dengan menggunakan bagan gempa dan gelombang tsunami dikarenakan
berkisar Rp 4-5 juta juta per bulan (hanya rusaknya ekosistem pesisir sehingga tidak ada
untuk BBM), sedangkan untuk akomodasi penghalang sebagai peredam gelombang
(makan, minum, rokok) adalah tanggung tsunami (Arifin, 2005).
jawab masing-masing nelayan. Secara umum, aktivitas masyarakat
pesisir meliputi aktivitas ekonomi berupa
70
60
50
40
30
20
10
0
a b c d e a b c
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Pertanyaan
Gambar 4. Hasil monitoring dan evaluasi kegiatan pelatihan perikanan bagan di Desa
Saramaake, Halmahera Timur.
Keterangan:
1. Apakah ada manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini?
2. Apakah program sudah sesuai dengan yang diharapkan?
3. Apakah kelompok mendapatkan peningkatan ketrampilan?
4. Apakah tempat penjemuran sudah dimanfaatkan dengan maksimal?
5. Apakah tempat jemuran yang diberikan dapat menampung teri yang diperoleh?
100%
80%
60%
Nilai
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Pertanyaan
Gambar 5. Hasil monitoring dan evaluasi kegiatan pelatihan edukasi konservasi sumberdaya
dan lingkungan, di Desa Saramaake, Halmahera Timur.
Keterangan:
1. Apakah pelatihan pengetahuan konservasi dan pelestarian sdi dapat dipahami dan sudah
melaksanaakn dalam kehidupan sehari-hari?
2. Dalam kegiatan apa, telah melaksanakan pelestarian lingkungan? Mmisalnya tidak membuang
sampah di laut
3. Dalam kegiatan apa, telah melaksanakan pelestarian lingkungan? Misalnya tidak buang air besar (BAB)
di laut
4. Dalam kegiatan apa, telah melaksanakan pelestarian lingkungan? misalnya tidak melakukan
penebangan pohon mangrove
5. Dalam kegiatan apa, telah melaksanakan pelestarian lingkungan? misalnya tidak megubur ikan di
pantai
6. Dalam kegiatan apa, telah melaksanakan pemanfaatan sumberdaya dan tidak mensia-siakan hasil
tangkapan? misalnya memnafaatkan ikan yang ditangkap tapi harganya murah sebagai produks olahan
7. Apakah pernah saling mengingatkan pada keluarga untuk tidak membuang sampah di laut?
8. Apakah pernah saling mengingatkan pada sesame nelayan untuk tidak membuang sampah di laut?
9. Apakah pernah saling mengingatkan pada pemerintah desa untuk tidak membuang sampah di laut?
45
40
35
30
Produksi (ton)
25
20
15
10
5
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Gambar 7. Produksi Ikan Teri (2016) dari Desa Saramaake, Halmahera Timur (Budi et al., 2017)
Kondisi tersebut juga penting untuk sumberdaya tersebut untuk menggantikan
diberikan penyuluhan tentang pentingnya fungsinya (Idris, 2001).
konservasi sumberdaya agar tidak terjadi Pada kegiatan edukasi-pemahaman
eksploitasi yang besar, melebihi dari MSY pelestarian sumberdaya dan lingkungan ini
produksi ikan tersebut. Berbagai kegiatan dilakukan dalam rangka penguatan kegiatan
yang dilakukan antara lain: tidak membuang ekonomi masyarakat (melalui program pem-
sampah di laut, tidak melakukan pembuang- berdayaan masyarakat). Kegiatan tersebut
an limbah ke laut, penebangan tumbuhan penting untuk disampaikan, karena cukup
pantai, menjadikan laut sebagai toilet atau- banyak masyarakat nelayan yang membuang
pun mengubur by catch di laut seperti yang hasil tangkapan (by catch) selain ikan teri
selama ini dilakukan oleh masyarakat. (pada tahun 2016) dan mengubur ikan-ikan
Dari hasil pengamatan ternyata masya- tersebut di wilayah pantai. Saat ini ikan-ikan
rakat telah melakukan apa yang selama ini tersebut (by catch) telah mampu diolah
disampaikan, baik melalui kegiatan pelatihan menjadi produk yang cukup menguntungkan
ataupun melalui pendamping. Peran pen- masyarakat (misalnya menjadi dendeng
damping juga sangat besar dalam mengubah makechina) (Sulistiono et al., 2017).
mainset pemikiran masyarakat nelayan. Kegiatan pelestarian sumberdaya per-
Dengan seringnya bertemu dan diskusi ikanan bagan saramaake melalui pember-
dengan para pendamping (agen perubahan), dayaan dan pelatihan dapat dipandang seba-
masyarakat juga akan semakin bijak dalam gai strategi meningkatkan kapasitas penge-
mengelola laut ataupun upaya konservasi tahuan dan mengaktualisasikan potensi ma-
laut. syarakat lokal dalam mengelola dan menjaga
Sumber daya pesisir merupakan unsur- sumberdaya perikanan teri (Durand &
unsur hayati dan nonhayati yang terdapat di Vázquez, 2011). Potensi masyarakat local yang
wilayah laut, dimana unsur hayati terdiri atas dimaksud meliputi pengalaman dan ketram-
ikan, mangrove, terumbu karang, padang pilan memahami informasi biologi dan eko-
lamun dan biota lain beserta ekosistemnya. sistem sumberdaya perikanan teri termasuk
Unsur non-hayati terdiri dari sumberdaya di kemampuan mentransformasi pengalaman
lahan pesisir, permukaan air, di dalam airnya dan ketrampilan tersebut ke dalam perilaku
dan di dasar laut. Sumberdaya hayati yang dan kebiasaannya untuk menjaga kelestarian
dimanfaatkan dapat diperbaharui selama laju sumberdaya perikanan teri.
regenerasi sumberdayanya masih layak untuk Keberhasilan dalam melestarikan per-
berkembang secara alami. Sedang substitusi ikanan bagan ini bisa menjadi promosi yang
efektif dalam mereplikasi kegiatan serupa
pada komunitas yang lebih luas. Sebab Kami mengucapkan terima kasih atas
keberhasilan tersebut mengandung informasi segala bantuan Taufik M. Yusuf, SPi., dan
yang berguna dan memberikan contoh yang Irma Sabriyani, SKel., MT. (pendamping
baik (best practice) dalam mengontrol lapang) dan Mona Lestarilani, M.Si (asisten)
aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan yang telah membantu dalam kegiatan ini.
dan mengeksploitasi sumberdaya perikanan Ucapan terimaksih disampaikan kepada PT
dengan beragam spesies di Desa Saramaake Antam, Tbk atas fasilitasi pembiayaan dan
dan sekitarnya. bantuan lainnya dalam rangka pelaksanaan
Hal lain yang dapat dikemukakan dari Program Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
proses pelestarian sumberdaya perikanan Desa Saramaake, Kabupaten Halmahera
bagan adalah adanya partisipasi aktif dari Timur.
masyarakat lokal. Selain itu dukungan peme-
DAFTAR PUSTAKA
rintah dan akademisi bertujuan menjaga
motivasi masyarakat agar konsisten dalam Ahimsa-Putra, H. S. (1994). Antropologi
menjalankan aktivitas konservasi. Partisipasi ekologi: Beberapa teori dan
masyarakat dalam pelestarian perikanan ba- perkembangannya. Jakarta: Masyarakat
gan semakin terjaga dan terpelihara apabila Indonesia.
benefit yang diterimanya juga signifikan Arifin, S. (2005). Strategi untuk mengurangi
(Durand & Vázquez, 2011). kerusakan lingkungan yang
Bertitik tolak dari kegiatan yang dilaku- diakibatkan oleh gempa dan
kan, diharapkan para nelayan telah memiliki gelombang tsunami. Jurnal Arsitektur
pengetahuan tentang upaya koservasi “ATRIUM, 2(1), 28–33.
sumberdaya dan lingkungan. Ikan juga diberi Azhari, S. (1997). Etika lingkungan dalam
kesempatan untuk kiranya dapat bertelur dan pembangunan berkelanjutan. Jakarta:
meneruskan keturunannya. Namun dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
kegiatan ini belum ada upaya pelarangan Departemen Pendidikan dan
pada waktu-waktu tertentu agar ikan diberi Kedudayaan.
kesempatan bereproduksi. Kedepan, upaya-
Bengen, D. G. (2001). Pedoman teknis
upaya yang lebih dalam tentang pelestarian
pengenalan dan pengelolaan ekosistem
dan kegiatan aksi juga penting untuk di-
mangrove. Bogor: Pusat Kajian
implementasikan dalam rangka melestarikan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan–
sumberdaya daya dan usaha perikanan teri di
Institut Pertanian Bogor.
Desa Saramaake.
Budi, F. S., Herawati, D., Purnomo, J.,
SIMPULAN Sehabudin, U., Sulistiono, S., &
Perikanan bagan merupakan pekerjaan Nugroho, T. (2017). Peningkatan
yang umum dilakukan oleh masyarakat kualitas dan diversifikasi produk ikan
pantai Desa Saramaake, Halmahera Timur. teri untuk pemberdayaan masyarakat
Dari hasil kegiatan penyulihuhan-pelatuhan di Desa Saramaake, Halmahera Timur.
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian
secara umum masyarakat nelayan dan istri Kepada Masyarakat, 3(2), 89–99.
nelayan telah mengerti dan mengimplemen- Budi, F. S., Purnomo, J., Sulistiono, S.,
tasikan kegiatan perikanan yang baik, dan Darmanto, D., & Arisyono, A. (2018).
menjaga kondisi lingkungan cukup baik, Pengembangan produk ikan teri dan
dengan tidak membuang sampah di laut, sertifikasinya dalam rangka
tidak melakukan penebangan hutan pantai, pemberdayaan masyarakat di Desa
tidak mengubur ikan hasil samping di pantai, Saramaake, Halmahera Timur, Maluku
dan mengingatkan pada sesama nelayan, Utara. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah
keluarga dan aparat pemerintah untuk men- Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2),
jaga lingkungan pantai di desa tersebut. 143–155.
UCAPAN TERIMA KASIH https://doi.org/10.29244/agrokreatif.4.
2.143-155
Darmansah, A., Sulistiono, S., Nugroho, T., & Idris, I. (2001). Kebijakan Pengelolaan Pesisir
Supriyono, E. (2016a). Pemberdayaan Terpadu di Indonesia. Jakarta: Pusat
masyarakat melalui pengembangan Riset Teknologi Kelautan. Badan Riset
budi daya ikan lele di Desa Balongan, Kelautan Dan Perikanan.
Indramayu, Jawa Barat. Agrokreatif: Insani, M. T. S., Kadir, I., Utomo, N. B. P.,
Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Afandi, R., Sulistiono, S., Nugroho, T.,
Masyarakat, 2(1), 8. … Manan, H. (2017). Pengembangan
https://doi.org/10.29244/agrokreatif.2.1 budidaya ikan kerapu bebek
.8-16 (Chromileptes altivelis) di Pulau Gebe,
Darmansah, A., Sulistiono, S., Nugroho, T., & Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Supriyono, E. (2016b). Pemberdayaan Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian
masyarakat melalui pengembangan Kepada Masyarakat, 3(1), 24.
polikultur bandeng dan udang di Desa https://doi.org/10.29244/agrokreatif.3.1
Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. .24-33
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian Ma’arif, R., Zulkarnain, Z., Nugroho, T., &
Kepada Masyarakat, 2(2), 92. Sulistiono, S. (2016). Pemberdayaan
https://doi.org/10.29244/agrokreatif.2. masyarakat nelayan melalui
2.92-99 pengembangan perikanan tangkap di
Durand, L., & Vázquez, L. B. (2011). Desa Majakerta, Indramayu, Jawa
Biodiversity conservation discourses. A Barat. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah
case study on scientists and Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1),
government authorities in Sierra de 17.
Huautla Biosphere Reserve, Mexico. https://doi.org/10.29244/agrokreatif.2.1
Land Use Policy, 28(1), 76–82. .17-24
https://doi.org/10.1016/J.LANDUSEPO Nugroho, M. (2015). Pemberdayaan
L.2010.04.009 masyarakat nelayan di Kabupaten
Gumilar, I. (2012). Partisipasi masyarakat Pasuruan: Kajian pengembangan
pesisir dalam pengelolaan ekosistem model pemberdayaan sumberdaya
hutan mangrove berkelanjutan di manusia di wilayah pesisir pantai.
Kabupaten Indramayu. Jurnal TEKNOLOGI PANGAN : Media
Akuatika, 3(2). Retrieved from Informasi Dan Komunikasi Ilmiah
http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/arti Teknologi Pertanian, 6(1). Retrieved
cle/view/1623 from
Harris, P. G. (2006). Environmental https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.
perspectives and behavior in China. php/Teknologi-
Environment and Behavior, 38(1), 5–21. Pangan/article/view/464
https://doi.org/10.1177/00139165052800 Primyastanto, M., Dewi, R. P., & Susilo, E.
87 (2010). Perilaku perusakan lingkungan
Hastuti, H. (2012). Wilayah pesisir dan masyarakat pesisir dalam perspektif
fenomena-fenomena yang terjadi di Islam (Studi kasus pada nelayan dan
pantai. Makasar: Universitas pedagang ikan di kawasan pantai
Hassanudin. tambak, Desa Tambakrejo, Kecamatan
Wonotirto, Kabupaten Blitar Jawa
Hiariey, L. S., & Romeon, N. R. (2013). Peran
Timur). Jurnal Pembangunan Dan Alam
serta masyarakat pemanfaat pesisir
Lestari, 1(1). Retrieved from
dalam pengelolaan wilayah pesisir
https://jpal.ub.ac.id/index.php/jpal/art
teluk Ambon Dalam. Jurnal
icle/view/99
Matematika Sains Dan Teknologi, 14(1),
48–61. Retrieved from Sehabudin, U., Budi, F. S., Herawati, D.,
http://jurnal.ut.ac.id/index.php/JMST/ Purnomo, J., & Sulistiono, S. (2017).
article/view/406 Inisiasi pengembangan pemasaran ikan
teri (stolephorus spp.) dan