Anda di halaman 1dari 76

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
Pendidikan

Tinggi.

Perguruan

tinggi

memiliki

kewajiban

untuk

menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat


sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) merupakan kegiatan civitas
akademika yang dapat dilakukan oleh dosen dan mahasiswa yang memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan untuk membantu memajukan
kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu
kewajiban mahasiswa ilmu kelautan sebelum menyelesaikan studi adalah
melaksanakan program PKM. PKM ini bertujuan membina mahasiswa agar
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berjiwa penuh
pengabdian dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan
bangsa dan negara dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
melalui aplikasi dan pemanfaatan IPTEK kelautan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Wilayah pesisir merupakan daerah yang memilki potensi yang cukup
beragam, baik dari sektor perikanan, pertanian, peternakan, perkebunan dan
pariwisata yang dapat menunjang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Akan
tetapi selain potensi tersebut terdapat juga berbagai permasalahan seperti
kerusakan lingkungan, sosial, ekonomi maupun sumberdaya manusianya.
Salah satu daerah yang memiliki potensi adalah Desa Sungai Cuka Muara.
Berdasarkan studi pendahuluan, Desa Sungai Cuka Muara memiliki potensi

sumberdaya diantaranya potensi wilayah pesisir, perikanan tangkap, budidaya


tambak, industri, pertanian, perkebunan, peternakan dan wisata pantai. Sebagian
besar mata pencaharian masyarakat adalah nelayan dengan komoditas perikanan
tangkap adalah kepiting, udang, dan ikan. Selain sebagai nelayan, ada sebagian
masyarakat yang bekerja di darat.
Beberapa permasalahan di Desa Sungai Cuka Muara, seperti kerusakan
lingkungan, lemahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola serta menjaga
sumberdaya pesisir terutama wilayah yang memilki potensi ekosistem mangrove
yang bermanfaat dalam menjaga lingkungan pesisir. Hal ini tidak terlepas dari
minimnya perhatian pemerintah daerah dalam meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat dalam mengelola potensi yang ada di Desa Sungai Cuka
Muara.
Berdasarkan permasalahan yang ada di masyarakat, maka program kerja
yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan PKM di Desa Sungai Cuka Muara
kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu adalah Memperkenalkan lingkungan
laut sejak usia dini dengan cara mengajar/sosialisasi pada sekolah SD dan bersihbersih pantai. Tujuannya adalah agar anak-anak di Desa Sungai Cuka Muara
menyadari lingkungan laut merupakan tempat yang harus dijaga karena
mempunyai dampak penting bagi kehidupan mereka dimasa sekarang dan dimasa
yang akan datang.
Selain kegiatan PKM, mahasiswa Ilmu Kelautan juga wajib melakukan
Praktik Kerja Lapang (PKL) di suatu instansi atau perusahaan. Kegiatan PKL ini
adalah sebagai salah satu wujud dari tujuan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni
mengembangkan pendidikan, mahasiswa Ilmu Kelautan juga wajib melakukan
PKL di suatu instansi atau perusahaan. Tujuan dari PKL ini adalah sebagai
2

peningkatan pengetahuan mahasiswa mengenai fungsi dari instansi atau


perusahaan, dan menambah pengetahuan dari segi proses prosedural kerja dalam
dunia kerja di instansi atau perusahaan.
Dalam rangka meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam dunia
kerja, maka tempat PKL adalah di instansi Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tanah Laut pada unit bidang Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(KP3K). Unit bidang ini mempunyai tugas dalam melaksanakan perencanaan dan
pembangunan pemerintah daerah di bidang Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Dalam pelaksanaan tugas-tugasnya diperlukan kemampuan pengetahuan
dan keterampilan yang cukup luas dalam bidang kelautan. Dalam hal ini, unit
Bidang KP3K berperan dalam pelaksanaan program kerja dari pusat yaitu
Program Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan PKM ini adalah :
A. Mengidentifikasi isu dan permasalahan di Desa Sungai Cuka Muara.
B. Memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada anak-anak di Desa Sungai
Cuka Muara dengan mengajar/sosialisasi pada sekolah Sekolah Dasar
mengenai pentingnya lingkungan laut melalui program kerja utama.
C. Membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang menyangkut
dalam bidang perikanan, lingkungan, pariwisata dan sumber daya alam
melalui program kerja pendukung.
Tujuan dilaksanakan PKL adalah :
A. Mengetahui tugas pokok dan fungsi dari Dinas Kelautan dan Perikanan.
B. Mengikuti kegiatan dalam pelaksanaan program kerja PKPT.
1.2.2 Kegunaan

Kegunaan dari kegiatan praktik PKM ini adalah masyarakat memperoleh


sumbangsih, baik berupa pikiran atau tindakan-tindakan dalam mengembangkan
potensi yang ada di desa tersebut khususnya potensi di bidang kelautan dan
perikanan.
Sedangkan kegunaan dari kegiatan PKL ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pemahaman dalam dunia kerja bagi mahasiswa. selain itu, kegiatan
PKL ini akan memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga bagi instansi terkait
dalam pelaksanaan program kerja PKPT.

II.

METODE PRAKTIK

2.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan tanggal 8 s/d 29
Oktober 2015 dilaksanakan di Desa Sungai Cuka Muara (Gambar 2.1), Kabupaten
Tanah Bumbu, sedangkan kegiatan Praktik Kerja Lapang

tanggal 3 s/d 28

Agustus 2015 dilaksanakan di Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Tanah


Laut, Pelaihari. Rincian jadwal kegiatan PKM dan PKL disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 PKM dan PKL Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unlam
Semester Ganjil 2015/2016
No.
Kegiatan
Waktu
A. Pra Praktik PKM dan PKL
1
Rapat Koordinasi Panitia PKM/PKL
27 Juli 2015
Penetapan pembimbing dan alokasi Desa
2
mahasiswa
28 Juli 2015
Pemilihan lokasi Desa tempat kegiatan
3
PKM
3 Oktober 2015
4
Kuliah perbekalan
7 Oktober 2015
Penyusunan dan konsultasi proposal
5
kegiatan PKM
28 Juli 2 Agustus 2015
6
Pelaksanaan kegiatan PKL
3 28 Agustus 2015
B. Operasional Praktik PKM dan PKL
1
Pengumpulan data primer dan sekunder
8 29 Oktober 2015
2
Realisasi program mahasiswa di Desa
1 30 Oktober 2015
3
Pengumpulan data primer dan sekunder
3 - 28 Agustus 2015
C. Pasca Praktik PKM dan PKL
1
Penyusunan laporan
3 Agustus 2015 15 Januari 2016
2
Konsultasi bersama pembimbing
3 Agustus 2015 15 Januari 2016
Ujian, perbaikan, penggandaan dan
3
distribusi
3 Agustus 2015 15 Januari 2016

Algui Sumas Ponaru (G1F111012)

Gambar 2.1 Lokasi PKM di Desa Sungai Cuka Muara


6

2.2 Metode Pengumpulan Data


2.2.1

Pengabdian Kepada Masyarakat


Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan PKM adalah dengan

metode observasi dan wawancara. Metode observasi dan wawancara digunakan


untuk menggali isu dan permasalahan yang ada di Desa Sungai Cuka Muara.
Pengertian Metode Observasi merupakan teknik pengumpulan data,
dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004). Pada dasarnya
teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena
fenomena social yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan
perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek
moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan
yang tidak diperlukan. (Margono, 2007).
Metode wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung dengan lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi (Narbuko, 1997).
Dalam rangka pengumpulan data, dilakukan survei ke lapangan. Survei
lapangan bertujuan untuk memperoleh data primer maupun sekunder yang belum
tersedia dalam rangka penyusunan program kerja. Adapun jenis data yang akan
dikumpulkan meliputi :
A. Jenis Data Sekunder
Data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi kondisi fisik wilayah,
hidro-oseanografi, kondisi ekologi, kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
1) Kondisi fisik wilayah meliputi geografis, administrasi, iklim dan cuaca dan
Hidro-oseanografi (Pasang surut, angin dan gelombang).

2) Kondisi ekologi menyangkut kondisi ekosistem pesisir (Mangrove, terumbu


karang,) dan kondisi sumberdaya Pesisir (Pencemaran, degradasi, isu dan
masalah)
3) Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya menyangkut kependudukan (Jumlah
penduduk, budaya, adat istiadat) dan perekonomian (PAD, mata Pencaharian,
produksi dan pemasaran).
4) Kondisi sarana umum menyangkut infrastruktur (jalan, jembatan, alat
telekomunikasi.
5) Monografi desa menyangkut penyusunan informasi dan basis data desa.
B. Jenis Data Primer
Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis melalui perekaman data meliputi observasi,
wawancara atau focus group discussion langsung dari sumber utama
(Fenomena/objek yang diamati). Adapun pengklasifikasian jenis data dalam
kegiatan PKM disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Data dan informasi yang dikumpulkan dalam kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat di Desa Sungai Cuka Muara
Jenis data
Komponen Data
Primer
Kondisi Fisik Wilayah
Geografis dan
Administratif
Topografi dan
Kedalaman
Iklim dan Cuaca
Hidro-Oseanografi
Pasut
Angin dan Gelombang
Bio-Ekologi

Sekunde
r

Sumber Data

Teknik
Pengambilan
Data

Sekunder

Instansi ,
Diskanlut

Studi Pustaka

Sekunder

Hasil Penelitian

Studi Pustaka

Sekunder

Hasil Penelitian

Studi Pustaka

Sekunder
Sekunder

Hasil Penelitian
Hasil Penelitian

Studi pustaka
Studi pustaka

Kondisi Ekosistem
Pesisir (Mangrove,
Primer
Terumbu Karang,)
Kondisi Sumberdaya
Pesisir (pencemaran,
Primer
degradasi, isu dan
masalah)
Sosial, Ekonomi dan Budaya

Sekunder

Responden,
Diskanlut, Instansi
terkait

Wawancara,
Observasi, Studi
Pustaka

Sekunder

Responden

Wawancara,
Studi Pustaka

Kependudukan

Primer

Sekunder

Responden, BPS,
Instansi

Wawancara,
Studi Pustaka

Budaya dan Adat Istiadat

Primer

Sekunder

Responden, BPS,
Instansi

Wawancara,
Studi Pustaka

Perekonomian

Primer

Sekunder

Responden, BPS,
Instansi

Wawancara,
Studi Pustaka

Sarana Umum

Primer

Sekunder

Responden, BPS,
Instansi

Wawancara,
Studi Pustaka

Monografi Desa

Primer

Sekunder

Responden, BPS,
Instansi

Wawancara,
Studi Pustaka

2.2.2

Praktek Kerja Lapang


Menurut Sutopo (2006), metode pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang
bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan
observasi berperan serta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi tak
berperan serta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak
berperan.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data kegiatan PKL di Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Laut pada unit bidang Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) adalah metode observasi.
Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang diselidiki baik dalam situasi

10

sebenarnya, maupun dalam situasi yang diciptakan secara khusus, yang bertujuan
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004).
Mahasiswa mengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistematis rangkaian kegiatan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Tanah Laut. Pengumpulan data ini difokuskan pada unit Bidang Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil.
2.3 Metode Kerja
2.3.1 Pengabdian Kepada Masyarakat
Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan PKM di Desa Sungai Cuka
Muara adalah mengenai penyelesaian masalah dengan pendekatan menggunakan
metode penyuluhan. Prinsip dari penyuluhan di Desa Sungai Cuka Muara ini
adalah mengembangkan daya nalar dan kreativitas masyarakat sehingga
memberikan suatu keluaran yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas
masyarakat pesisir Desa Sungai Cuka Muara terhadap pentingnya ekosistem
mangrove bagi lingkungan pesisir.
Menurut Amelia (2003), metode penyuluhan merupakan salah satu bentuk
pendidikan non formal, adapun kegiatan penyuluhan dapat dilakukan secara
mimbar sarasehan, latihan, kunjungan dan sebagainya. Penyuluhan ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan pemahaman untuk pengembangan sumberdaya
manusia.
Metode penyuluhan yang disampaikan yaitu dengan komunikasi langsung.
Siswa/i dikumpulkan kemudian diberikan pengetahuan tentang bagaimana
pentingnya Lingkungan laut, ekosistem mangrove fungsi dan peranan, ekosisitem

10

11

terumbu karang

fungsi dan perannya, kegiatan yang mencemari lingkungan,

manfaat lingkungan laut yang bersih.


2. Praktek Kerja Lapang
Metode kerja yang dilakukan dalam PKL meliputi metode pendekatan
partisipasi. Menurut Nasdian (2014), partisipasi adalah tingkat keterlibatan
anggota dalam mengambil keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada
dasarnya Partisipasi berarti ikut serta, tetapi dalam bahasa kita hampir tidak ada
perbedaan antara kata tersebut sebagai kata kerja (to participate) atau kata benda
(participation).
Metode pendekatan partisipatif ini dalam bentuk kerja nyata yaitu
partisipatif tenaga dan keterampilan. Bentuk partisipatif tenaga adalah praktikan
ikut serta dalam tiap tahapan proses kegiatan yang dilaksanakan di unit Bidang
KP3K. Tujuannya untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi dari unit Bidang
KP3K di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Laut. sedangkan
partisipatif

keterampilan

yaitu

dengan

memberikan

sumbangsih

keterampilan yang praktikan miliki dalam pelaksanaan kegiatan PKL.

III.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PKM DAN PKL

11

berupa

12

3.1 Kondisi Fisik Wilayah PKM


3.1.1 Batas Administrasi dan Geografi
Desa Sungai Cuka Muara memiliki total luas wilayah sekitar 1.405 Ha.
Lama jarak tempuh dari desa menuju ibukota kecamatan sekitar 10 menit, dan
berjarak 100 km menuju ibukota kabupaten atau sekitar 3 jam perjalanan
menggunakan sepeda motor.
Secara administratif desa Sungai Cuka Muara merupakan bagian dari
Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan dengan
memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut (Profil Desa Sungai Cuka Muara
2014) :
A.
B.
C.
D.

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Cuka Muara Sarindai


Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Makmur Mulia/Satui Timur
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bukit Baru
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa

3.2
Kondisi Iklim
3.2.1 Suhu Udara
Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Wilayah Tanah Bumbu
sebagian merupakan dataran rendah dan dataran tinggi, selain itu wilayah ini
berhadapan dengan Laut Jawa, sehingga dengan kondisi demikian kondisi udara
sangat berfluktuasi. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika (Stasiun
Meterologi Stagen) pada periode tahun 1983 2013, suhu udara di wilayah Tanah
Bumbu berkisar antara 21,4C 34,6C. Sedangkan secara rata-rata suhu udara
maksimum pada periode tahun 2002 2013 terjadi pada bulan Nopember
(33,7C) dan suhu minimum pada bulan Agustus (22,4C) dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

12

13
34
32
30
28
Suhu Udara (oC)

26
24
22
20
Feb Mar Apr

Mei

Jun

Jul

Agu Sep Okt Nov Des

Gambar 3.1 Suhu udara rata-rata di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu selama
periode tahun 2002 2013 (Sumber : Stasiun BMKG Banjarbaru)
3.2.2

Kelembaban udara
Kelembaban udara di wilayah Tanah Bumbu berdasarkan data dari Stasiun

Meterologi Stagen, selama periode tahun 1983 2013 berkisar 66 93%, kisaran
tersebut cukup tinggi, hal ini kemungkinan karena pengaruh faktor topografi
wilayah Tanah Bumbu yang relatif beragam yakni dataran rendah, perbukitan
sampai pegunungan selain itu sangat dekat dari pengaruh laut (Selat Makassar).
Berdasarkan kelembaban udara maksimum rata-rata selama periode tahun 2002
2013, berkisar 83,1 87,5%, dimana tertinggi terjadi pada bulan Mei dan terendah
pada bulan September, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.2. Dari Gambar
tersebut juga menunjukkan bahwa pada musim peralihan II mencapai minimum,
kemudian terus menaik memasuki musim barat dan mencapai maksimum pada
musim peralihan I.

13

14
88
87

87.1

86
86.3
85

Kelembabab Udara (%)

87.5 87.3

86.4

86.9

86.6

85.7
85.1

84

85.6

84.4

83

83.1

82
81
80
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Bulan
Gambar 3.2 Tekanan udara rata-rata di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
selama periode tahun 1983 2013 (Sumber : Stasiun BMKG
Banjarbaru)
3.2.3

Curah Hujan
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan

topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Berdasarkan data curah hujan


selama 12 tahun terakhir untuk wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, curah hujan
tahunan di wilayah studi termasuk agak tinggi yaitu berkisar antara > 1.000
sampai > 3.000 mm dengan jumlah hari hujan berkisar antara 70 sampai 200 hari
per tahun. Dengan kondisi demikian dapat diprakirakan bahwa wilayah studi
mempunyai potensi banjir yang cukup besar dan melimpahnya aliran air
permukaan. Berdasarkan keadaan curah hujan menurut klasifikasi iklim
Schimidth Ferguson, wilayah kajian termasuk tipe iklim B atau wilayah basah.
Sedangkan menurut sistem klaifikasi Oldeman, termasuk tipe iklim D1 atau
wilayah yang dapat ditanami padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi
dapat tinggi karena kerapatan fluks radiasi tinggi.

14

15

Data curah dan hari hujan rata-rata perbulan selama periode 2002 2013
di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan bahwa tertinggi pada bulan
Januari yakni 277 mm dengan jumlah hari hujan 24 hari, sedangkan terendah
terjadi pada bulan Agustus yakni hanya 104 mm dan 12 hari (Gambar 3.3). Dari
Gambar tersebut juga menunjukkan pola bahwa pada musim barat terjadi
peningkatan curah hujan dan menurun pada musim timur.
300

277

257

272
221 230

250

233

223

216

200

Hari Hujan dan Curah Hujan


HH

155

170

130

150

104

100

CH

50 24 22 24 23 20 19 16
23
12 13 17 21
0

Bulan

Gambar 3.3 Kondisi curah hujan dan hari hujan rata-rata di wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu selama periode tahun 2002 2013 (Sumber : Stasiun
BMKG Banjarbaru)
3.2.4

Arah dan Kecepatan Angin


Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi yang

disebabkan oleh beda tekanan horisontal. Data arah dan kecepatan angin
maksimum bulanan diperoleh dari data satelit Cersat untuk cakupan wilayah
Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2003 2014, yang kemudian dianalisis untuk
menentukan frekuensi dan persentase kecepatan angin sebagaimana disajikan
pada tabel 3.1, sedangkan Gambar 3.4 adalah windrose berdasarkan data dalam

15

16

Gambar 5. Berdasarkan Gambar dan tabel tersebut diperoleh arah angin bulanan
maksimum dominan dari barat (27,7%), kemudian dari arah tenggara (19%)
dengan kecepatan dominan berkisar pada interval 5,4 7,9 m/s (38%), sedangkan
kecepatan maksimum > 13,8 m/s mencapai 5,8%.
Tabel 3.1 Frekuensi dan persentase angin maksimum selama tahun 2003 2014
Wind
Directio
n
N
NE
E
SE
S
SW
W
NW
Total

0 - 5,4
m/s
Fre
%
k
2,
4
9
2,
3
2
0,
1
7
3,
5
6
9,
13
5

5,4 - 7,9
m/s
Fre
%
k

7,9 - 10,7
m/s
Fre
%
k

10,7 - 13,8
m/s
Fre
%
k

13,8
m/s
Fre
%
k

Total
Fre
k

1,5

0,7

0,7

5,8

1,5

0,7

0,7

2,9

4,4

0,7

0,7

11

8,0

9
9

6,6
6,6

12
8

8,8
5,8

4
4

2,9
2,9

1
2

0,7
1,5

26
23

19,0
16,8

5,1

5,1

2,9

1,5

21

15,3

1,5

0,7

38

27,7

0,7
12,
4

4,4

5,8

137

100

16
3
52

11,
7
2,2
38,
0

14
2
47

10,
2
1,5
34,
3

17

Gambar 3.4 Mawar angin selama Tahun 2003 2014 di daerah Tanah Bumbu

16

17

(Sumber : Stasiun BMKG Banjarbaru)


3.2.5

Topografi
Topografi di daerah Desa Sungai Cuka Muara yang merupakan daerah

pesisir adalah bentangan wilayah yang terdiri dari dataran rendah dan daerah
aliran sungai yang dapat dilihat di tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Kondisi topografi di wilayah Desa Sungai Cuka Muara
No
Bentangan Wilayah
1
Dataran Rendah
2
Berbukit-Bukit
3
Dataran Tinggi/Pegunungan

Luas
775 Ha
-

4
5
6
7
8
9

100 Ha
-

Lereng Gunung
Tepi Pantai/Pesisir
Kawasan Rawa
Kawasan Gambut
Aliran Sungai
Bantaran Sungai

Sumber : Profil Desa Sungai Cuka Muara 2014


Berdasarkan data dari daftar isian potensi desa yang diperoleh dari kantor
Desa Sungai Cuka Muara pada tahun 2014 wilayah Desa Sungai Cuka Muara
merupakan dataran rendah yang membentang dari muara sungai sampai kearah
bagian timur desa. Luas daerah dataran rendah adalah seluas 775 hektar dan luas
aliran sungai 100 hektar yang membagi antara wilayah Kabupaten Tanah Laut dan
Kabupaten Tanah Bumbu.
3.2.6

Kedalaman
Perairan laut di daerah pesisir Desa Sungai Cuka Muara memiliki kontur

landai dengan kedalaman hanya 8 m sejauh 2 km ditarik garis tegak lurus pantai.
Hal ini diduga sebabkan oleh sedimen yang terbawa arus susur pantai dari muara
sungai barito yang sampai dan terendap di daerah perairan desa Sungai Cuka

17

18

Muara (Lap mata kuliah Geologi Laut IKL, 2014). Berikut profil melintang tegak
lurus pantai di perairan Desa Sungai Cuka Muara dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Profil melintang dasar perairan sebelah barat


(Sumber: Laporan Hasil Olah Data Praktik 2014)
Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan pada praktik lapang Program
Studi Ilmu Kelautan Unlam menunjukan kedalaman pada dasar perairan di
sebelah barat Desa Sungai Cuka Muara hanya sampai 6 m sejauh 2 km dapat
dilihat pada Gambar 3.6 sama halnya dengan dasar perairan sebelah timur dan
bagian tengah hanya sedalam 6 m dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.6 Profil melintang dasar perairan antara sebelah barat dan timur
(Sumber : Laporan Praktik Lapang Geologi laut 2014)

18

19

Gambar 3.7 Profil melintang dasar perairan antara sebelah barat


(Sumber : Laporan Praktik Lapang Geologi laut 2014)
3.3 Kondisi Demografi Wilayah
3.3.1 Kependudukan
Desa Sungai Cuka Muara memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.076 jiwa
(Tabel 3.3). Jumlah penduduk di Desa Sungai Cuka Muara didominasi oleh lakilaki dengan jumlah 1.605 jiwa dan perempuan berjumlah 1.471 jiwa. Jumlah
kepala keluarga adalah 994 KK.
Tabel 3.3 Jumlah penduduk Sungai Cuka Muara
Jumlah laki-laki
Jumlah perempuan
Jumlah total
Jumlah kepala keluarga
Kepadatan Penduduk

1.605 orang
1.471 orang
3.076 orang
994 KK
per km

Sumber : Profil Desa Sungai Cuka Muara 2014


3.3.2
Sosial
Penduduk Desa Sungai Cuka Muara didominasi oleh etnis Banjar/ Banjar
Melayu. Hal tersebut berkaitan dengan nenek moyang mereka yang memang
beretnis Banjar/Banjar Melayu. Hal ini terlihat dimana terdapat kekerabatan antar
penduduk satu dengan lainnya. Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat
adalah bahasa Banjar Melayu. Aktivitas sehari-hari masyarakat di Desa Sungai

19

20

Cuka Muara adalah menangkap ikan, bertani dan berkebun. Kegitan tersebut
dilakukan berdasarkan musim. Jika musim tangkap, nelayan akan melaut
sedangkan jika musim penghujan, masyarakat bertani. Perkebunan di Desa Sungai
Cuka Muara adalah tanaman kelapa sawit dan karet.
3.3.3

Kegiatan Keagamaan
Agama merupakan suatu pedoman dalam diri manusia yang mengatur

kehidupan dalam aspek spiritual. Desa Sungai Cuka Muara mayoritas


masyarakatnya menganut agama Islam. Aktivitas keagamaan terutama saat sholat
jumat biasanya dilaksanakan di masjid yang berada di desa. Aktivitas keagamaan
lainnya seperti anak-anak yang sekolah TK Al-quran seperti pada Gambar 3.8

20

21

Gambar 3.8 Sekolah TK Al-quran


3.3.4

Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah kegiatan pekerjaan atau pencaharian utama yang


dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Mayoritas masyarakat Desa Sungai Cuka
Muara berprofesi sebagai nelayan tangkap. Selain itu ada juga yang berprofesi
sebagai petani dan berkebun. Hasil pengamatan menunjukkan masyarakat asli
Desa Sungai Cuka Muara cenderung berprofesi sebagai nelayan tetapi dilihat dari
keseluruhan warga Sungai Cuka Muara adalah sebagai karyawan perusahaan
swasta dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Desa Sungai Cuka Muara Berdasarkan Mata
Pencaharian
N0
1
2
3
4

Laki-laki
(orang)
193
137
67

Jenis Pekerjaan
Petani
Buruh tani
Buruh migran laki-laki
Pegawai Negeri Sipil

21

Perempuan
(0rang)
126
74
24

22

5
6
7
8
9
13
14
15
16
20
23
24
25
26
27
28

Pengrajin industri rumah tangga


Pedagang keliling
Peternak
Nelayan
Montir
Pembantu rumah tangga
TNI
POLRI
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
Dukun Kampung Terlatih
Pengusaha besar
Seniman/Artis
Karyawan perusahaan swasta
Pensiunan PNS
Pensiunan TNI/POLRI
Swasta
Jumlah
Jumlah Total Penduduk

5
88
129
114
19
1
4
3
7
1
407
3
427
1.605

37
18
46
17
7
39
1
1
16
1.065
1.471
3.076

Sumber : Profil Desa Sungai Cuka Muara 2014


3.3.5

Pendidikan
Masyarakat Desa Sungai Cuka Muara memiliki tingkat pendidikan yang

bervariasi mulai dari Sekolah Dasar hingga Sarjana dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sungai Cuka Muara
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Tingkatan Pendidikan
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah
Usia 18-56 thn pernah SD tetapi tidak tamat
Tamat SD/sederajat
Jumlah usia 12 56 tahun tidak tamat SLTP
Jumlah usia 18 56 tahun tidak tamat SLTA
Tamat SMP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Tamat D-1/sederajat
Tamat D-2/sederajat

22

Laki-laki
(Orang)
8
12
4
138
14
97
434
17
21
567
257
-

Perempuan
(Orang)
13
20
8
153
29
79
300
22
16
560
261
-

23

14
15
16
17
18
19
20

Tamat D-3/sederajat
Tamat S-1/sederajat
Tamat S-2/sederajat
Tamat S-3/sederajat
Tamat SLB A
Tamat SLB B
Tamat SLB C
Jumlah
Jumlah Total

11
29
0
0
0
0
0
1.602

5
5
0
0
0
0
0
1.471
3.076

Sumber : Profil Desa Sungai Cuka Muara 2014


3.3.6

Kesehatan

Sumberdaya di bidang kesehatan merupakan aspek penting dalam


kehidupan bermasyarakat. Ketersediaan sarana kesehatan dan juga tenaga ahli
dalam suatu desa dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Desa
Sungai Cuka Muara memiliki 1 sarana posyandu dan 1 rumah bersalin dapat
dilihat pada tabel 3.6. Tenaga medis yang tersedia di Desa Sungai Cuka Muara
sebanyak 2 orang kader aktif dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.6 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Sungai Cuka Muara
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Jenis Prasarana
Rumah sakit umum
Puskesmas
Puskesmas pembantu
Poliklinik/balai pengobatan
Apotik
Posyandu
Toko obat
Balai pengobatan masyarakat yayasan/swasta
Gudang menyimpan obat
Jumlah Rumah/Kantor Praktek Dokter
Rumah Bersalin
Balai Kesehatan Ibu dan Anak
Rumah Sakit Mata

Sumber : Profil Desa Sungai Cuka Muara 2014

23

Jumlah (Unit)
1
1
-

24

Tabel 3.7 Tenaga Ahli Kesehatan di Desa Sungai Cuka Muara


N0
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Sarana
Jumlah dokter umum
Jumlah dokter spesialis lainnya
Jumlah paramedic
Jumlah dukun bersalin terlatih
Bidan
Perawat
Dukun pengobatan alternatif
Laboratorium kesehatan

Jumlah (Orang)
1
1
-

Sumber : Profil
Desa Sungai
Cuka Muara
2014
3.3.7

Saran

a dan

Prasarana
Sarana dan prasarana umum yang tersedia di Desa Sungai Cuka Muara
dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Umum di Desa Sungai Cuka Muara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Sarana/Prasarana
Tempat Beribadah
Sekolah SD
Sekolah TK Al_Quran
Pos Kamling
Lapangan Bola
Kuburan Muslimin
Lapangan Sepak Takraw
Rumah Dinas Bidan
Motor Kebersihan
Spit Desa
Listrik
Jembatan
Jalan Desa

Jumlah Satuan
Keterangan
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
Tersedia
2
Unit
1 Rusak, 1 Baik
8
KM
2 Km beraspal, 6 Km berbatu

Sumber : Profil Desa Sungai Cuka Muara 2014


3.3.8

Perikanan
Aktivitas perikanan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sungai Cuka

Muara adalah perikanan tangkap. Permasalahan yang terlihat di desa adalah pada
teknologi penangkapannya dan musim menangkap yang tidak bisa di prediksi

24

25

nelayan serta ukuran kapal yang hanya 5 GT. Pada umumnya alat tangkap yang
digunakan di daerah tersebut masih tradisional dan ada yang tidak ramah
lingkungan. Alat tangkap tradisional itu adalah Lampara dasar, Rawai dan Togo
serta Jaring. Alat tangkap tradisional yang dimaksud adalah tidak menggunakan
teknologi terbarukan dan pengoperasiannya masih manual tanpa menggunakan
mesin Kapal yang digunakan nelayan di Desa Sungai Cuka Muara rata-rata
berukuran tak lebih dari 5 GT. Gelombang yang cukup besar menyebabkan para
nelayan melaut tidak begitu jauh dari pantai yang menyebabkan kurangnya hasil
tangkapan nelayan tersebut. Tidak adanya penggunaan teknologi ini di antara
nelayan, diduga terkait dengan pengetahuan mereka yang cukup rendah.
Pengetahuan para nelayan yang rendah akan menghambat dalam pengoperasian
teknologi tersebut, sehingga umumnya nelayan tidak menggunakan alat tersebut.
Kondisi ini berkorelasi dengan hasil tangkapan nelayan yang tidak optimum dan
tidak adanya kepastian tentang waktu penangkapan dan lokasi penangkapan yang
tidak bervariasi. Di sisi lain kondisi perubahan iklim menyebabkan perubahan
migrasi ikan, sehingga nelayan tidak bisa memprediksi musim tangkapan. Ikan
hasil tangkapan nelayan biasanya langsung dijual ke pengumpul meskipun
terkadang juga menjual ke konsumen langsung seperti tetangga sekitar. Nelayan
tersebut hanya mengambil secukupnya untuk dikonsumsi. Para nelayan akan
berkumpul di muara sungai untuk menjual hasil tangkapannya kepada pengumpul.
3.3.9

Pemerintahan dan Administrasi Desa


Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki wewenang dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul


dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

25

26

Negara Republik Indonesia menurut Direktorat Jenderal Otonomi Daerah (2004).


Desa Sungai Cuka Muara dikepalai oleh seorang pambakal yang setara dengan
kepala desa. Tugas dan tanggung jawabnya adalah mengatur organisasi
pemerintahan desa (Gambar 3.9). Kepala desa dipilih melalui pemilu dengan
syarat minimal pendidikan adalah lulusan SMP.

Gambar 3.9 Struktur Organisasi Desa Sungai Cuka Muara


3.3.10 Lingkungan
Lingkungan merupakan semua benda atau kondisi di mana manusia dan
aktivitasnya termasuk di dalamnya dan saling mempengaruhi. Lingkungan secara
global saat ini mengalami telah mengalami penurunan atau degradasi baik yang
diakibatkan langsung oleh manusia maupun kerusakan secara alami. Desa Sungai
Cuka Muara juga mengalami penurunan kondisi lingkungan terutama di daerah
pantai dan ekosistem pesisirnya. Hal ini berdampak pada rawannya bencana yang
terjadi di wilayah tersebut seperti ROB dan pendangkalan alur transportasi

26

27

perairan. Pencamaran laut juga merupakan isu yang tak kalah penting di desa
tersebut dimana rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan. Kondisi perumahan yang terletak diatas perairan membuat
masyarakat dengan mudah membuang sampah seperti plastik kemasan langsung
ke perairan. Daerah pantai mengalami abrasi dan sedimentasi yang cukup tinggi.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya vegetasi mangrove di pesisir sehingga daratan
di daerah pesisir kurang terlindung dari gelombang dan arus. Tepi pantai di sisi
barat dan tepi sungai di sisi timur desa mengalami abrasi yang cukup tinggi.
Upaya telah dilakukan seperti pemasangan kayu pancang atau siring kayu di
sepanjang sisi sungai. Berbeda dengan di bagian muara sungai sebelah utara desa
yang mengalami sedimentasi cukup tinggi. Hal ini diduga karena tepian sungai di
dekat muara berbentuk ceruk sehingga sedimen yang berasal dari kegiatan di hulu
sungai terperangkap di ceruk tersebut. Hasil pengamatan di Desa Sungai Cuka
Muara banyak ditemukan sampah terutama di sekitar perumahan dan tepian
sungai (Gambar 3.10). Umumnya sampah yang ditemukan adalah sampah
domestik seperti plastik, dedaunan dan ranting. Sampahm rumah tangga yang
bersifat organik yang mengalami dekomposisi dapat menimbulkan bau tak sedap.
Selaint itu kondisi demikian dapat menyebabkan penyakit seperti diare,
muntahber dan penyakit-penyakit lainnya yang disebabkan oleh bakteri
dekomposer.

27

28

Gambar 3.10 Limbah rumah tangga masyarakat Desa Sungai Cuka Muara
3.3.11

Sosial Ekonomi

Isu sosial ekonomi yang terdapat di Desa Sungai Cuka Muara meliputi
pendapatan nelayan, mata pencaharian alternatif serta kurangnya pendidikan. Hal
ini sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan di
desa tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik (2004) bahwa indikator tingkat
kesejahteraan masyarakat ada 5, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)

Tingkat pendapatan keluarga


Komposisi pengeluaran rumah tangga
Tingkat pendidikan keluarga
Tingkat kesehatan keluarga
Kondisi perumahan dan fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga
Pendapatan nelayan berkisar Rp. 500.000,- hingga Rp. 1.000.000,- dalam

dalam satu kali trip dengan one day one trip dengan jumlah ABK 3-4 orang/
kapal. Jumlah tersebut cukup kecil karena pekerjaan tersebut tidak setiap hari
dilakukan, melainkan berdasarkan musim yang tak menentu. Dalam satu minggu,
nelayan hanya melaut 3 4 kali dengan kondisi bila musim ikan, nelayan
memperoleh untung sedangkan jika sedang tidak musim, nelayan hanya balik
modal atau bahkan merugi karena jumlah tangkapan tidak sesuai dengan modal
awal seperti bahan bakar dan kebutuhan lainnya. Hal ini akibat kurangnya
pemanfaatan teknologi dalam proses penangkapan. Nilai jual komoditas perikanan
seperti udang harganya juga menurun. Menurut informasi nelayan sekitar, harga

28

29

komoditas udang sebelumnya berkisar Rp. 17.000,- hingga Rp. 18.000,-. Namun
sekarang harga udang berada di kisaran Rp. 12.000,-. Hal ini diduga akibat
beredarnya isu tentang penutupan gudang udang yang menyebabkan harga udang
cenderung menurun. Penurunan harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
yang terjadi di Desa Sungai Cuka Muara Kabupaten Satui yang masih berada di
kisaran Rp. 15.000,-. Dari sisi sosialnya, masyarakat Desa Sungai Cuka Muara
masih kurang perhatian terhadap pendidikan. Kurangnya perhatian terhadap
pendidikan ini disebabkan fasilitasnya yang sangat minim serta rendahnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya sebuah pendidikan, juga kurangnya
tenaga pengajar.
3.3.12 Infrastruktur
Infrastruktur di daerah sangat menentukan keberhasilan pengembangan
pembangunan dan perekonomian wilayah. Ketersediaan infrastruktur dasar seperti
akses jalan, sumber air bersih, listrik, telekomunikasi dan pelabuhan akan
mempercepat pemerataan pembangunan dan meningkatkan aktifitas ekonomi. Hal
tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan perkembangan
desa. Desa Sungai Cuka Muara pada umumnya sudah memiliki infrastruktur yang
cukup lengkap seperti listrik (Gambar 3.11), sumber air bersih (Gambar 3.12),
akses jalan (Gambar 3.13) dan telekomunikasi.

29

30

Gambar 3.11 Tiang Listrik di Desa

Gambar 3.12 Sumber Air Bersih Warga

Gambar 3.13 Akses Jalan Di Desa


3.4 Wilayah Praktik Kerja Lapang
3.4.1 Sumber Daya Dinas Kelautan dan Perikanan
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya perlu adanya dukungan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sesuai dengan tingkat pendidikan, jabatan,
pangkat/golongan Kondisi kepegawaian di Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tanah Laut hingga Desember 2012 secara singkat dipaparkan dalam
table 3.9.
Tabel 3.9 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat Pendidikan Formal
No

Pendidikan

Status Kepegawaian
PNS

Jumlah

CPNS

S-2

3.57

S-1

20

20

71.42

D-3

3.57

SLTA

21.42

SLTP

30

31

SD

Jumlah Keseluruhan

28

28

99.97

Sumber : Dislutkan Kabupaten Tanah Laut


Dilihat dari tabel berdasarkan tingkat pendidikan tersebut di atas, Pegawai
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut sangat menunjang di dalam
melaksanakan tugas pokok antar bidang dengan tingkat pendidikan setingkat
pendidikan terdiri dari : SLTA sebesar 21.42%, D-3 sebesar 3.57%, S-1 sebesar
71.42%, S-2 sebesar 3.57%.
Jumlah Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut
berdasarkan pangkat/golongan dapat dilihat pada tabel 3.10 dan jumlah pegawai
negeri sipil menurut tingkat jabatan/esolonoring dapat dilihat pada tabel 3.11.
Tabel 3.10 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat Golongan.
No
1
2
3
4

Status Kepegawaian
PNS
CPNS
Golongan I
0
0
Golongan II
5
0
Golongan III
17
0
Golongan IV
6
0
Jumlah Keseluruhan
Golongan

Jumlah
0
5
17
6
28

%
0
17.85
60.71
21.42
99.99

Sumber : Dislutkan Kabupaten Tanah Laut.


Tabel 3.11 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat Jabatan/Eselonoring
No
1
2
3
4

Eselon
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
Non Eselon

Jumlah
1
5
10
12

Sumber : Dislutkan Kabupaten Tanah Laut.


3.4.2 Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan Dan Strategi
A. Visi
Visi Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut adalah :
"Meningkatkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan melalui

31

32

pengembangan teknologi untuk peningkatan nilai tambah dan pelestarian


lingkungan" dengan makna :
PENGELOLAAN, sebagai berikut :
1) Kelautan dan Perikanan yang mampu memanfaatkan sumber daya secara
efisien, efektif berbasis Akuntable.
2) Mampu mengatasi masalah/ perubahan yang terus berkembang serta
mengubah tantangan menjadi peluang.
3) Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan sepenuhnya
ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat perikanan, terutama pembudidaya,
nelayan, pedagang, pengolah skala kecil dan menengah.
TEKNOLOGI
1) Pengembangan

teknologi

diarahkan

untuk

peningkatan

kemampuan

masyarakat kelautan dan perikanan menuju masyarakat auabisnis yang mampu


mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab.
2) Penerapan teknolgi guna peningkatan produktivitas dan produksi kelautan dan
perikanan.
3) Modernisasi, teknologi guna pengembangan budidaya perikanan untuk
pemenuhan gizi masyarakat dilaksanakan dengan cara intensifikasi,
ekstensifikasi usaha dan Diversifikasi produk.
NILAI TAMBAH
1) Meningkatkan mutu dan nilai jual kelautan dan perikanan
2) Meningkatnya keamanan mutu produk kelautan dan perikanan
3) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan

32

33

B.
1)
2)
3)
4)

Misi
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
Pengembangan teknologi kelautan dan perikanan
Meningkatkan Mutu dan Nilai Tambah serta Daya Saing Produk
Melaksanakan pengawasan, perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan, agar dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan.
5) Meningkatkan kontribusi perikanan dalam penyediaan pangan dan perbaikan
gizi masyarakat.
6) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik aparatur maupun pelaku
usaha perikanan dan kelembagaa perikanan.
C. Tujuan
Agar penjabaran visi dan misi Dislutkan Kabupaten Tanah Laut dapat
terlaksana dengan baik, dirumuskan beberapa target yang tertuang dalam tujuan
pembangunan, yaitu " PENGELOLAAN, TEKNOLOGI dan NILAI
TAMBAH " dalam substansi PAIN (Profitable, Achieveable. Important and
Numerical) serta GAIN (Goals are Improved Number), sebagai berikut :
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas Usaha Kelautan dan Perikanan
a) Meningkatkan Kapasita sentra sentra produksi kelautan dan perikanan
b) Meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan/persentase
peningkatan penghasilan pembudidaya ikan.
2) Meningkanya jumlah konsumsi ikan perkapita (kg/kapita/tahun)
3) Meningkatkan mutu dan keamanan produk perikanan .
a) Jumlah izin pelaku usaha kelautan dan perikanan.
b) Menurunnya kasus penggunaan B3 pd produk perikanan
4) Terpenuhinya Sarana dan Prasarana Perikanan Tangkap
a) Jumlah kapal, Col-Box, Gae, Rengge, Jumlah Jaring Kepiting
b) Jumlah Jaring Apung, Tramel Net, Kompetensi KUB
c) Kartu kapal dan Jumlah penandaan kapal
5) Terpenuhinya sarana Prasarana Budidaya

33

34

a) Jumlah Saprodi Budidaya


b) Panjang Saluran Irigasi
c) Jumlah Penampungan Air
d) Jumlah Peralatan Kualitas Air
6) Terpenuhinya sarana Prasarana Pengolahan
a) Jumlah Peralatan Poklahsar
b) Jumlah Sapras Pemasaran
7) Meningkatkan Kawasan konservasi perairan dan pelestarian Sumberdaya
Kelautan
a) Jumlah kawasan hutan mangrove/Pelestarian mangrove di pesisir
b) Jumlah Restocking
c) Jumlah Dokumen kajian lingkungan perairan kelautan
8) Meningkatnya pengelolaan dan penataan wilayah laut,pesisir dan pulau kecil
a) PemberdayaanMasyarakat pesisir
b) Meminimalisasi Illegal fishing
c) Pemberdayaan dan pembentukan Pokmaswas
9) Tersediannya Aparatur yang professional.
D. Kebijakan
Pembangunan kelautan dan perikanan Kabupaten Tanah Laut,diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat kelautan dan perikanan menuju
masyarakat aquabisnis yang mampu mengelola sumberdaya kelautan dan
perikanan secara bertanggung jawab dalam rangka meningkatkan pendapatan
sekaligus kesejahteraan hidupnya yang dijabarkan ke dalam kebijakan makro
terinci sebagai berikut :
1) Pengembangan Perikanan tangkap, terutama diarahkan pada pemberdayaan
ekonomi

masyarakat

nelayan

yang

dilakukan

dengan

peningkatan

produktivitas penangkapan secara terkendali melalui pegelolaan perikanan


yang

bertanggung

jawab

yang

34

didukung

oleh

penyediaan

35

prasarana,modernisasi alat tangkap,alat dan mesin perikanan,pemggunaan alat


bantu perikanan dan pengembangan teknologi
2) Pengembangan Budidaya perikanan untuk pemenuhan gizi masyarakat
dilaksanakan dengan cara intensifikasi, ekstensifikasi usaha, penerapan
teknologi budidaya ramah lingkungan, perekayasaan teknologi, pengendalian
hama penyakit dan percepatan peningkatan produk perikanan.
3) Pengembangan mutu dan pasca panen serta pemasaran dengan peningkatan
mutu dan pengembangan produk/hasil perikanan dengan penerapan Prgram
Manajemen Mutu Terpadu, diversifikasi produk dan distribusi ikan yang
merata serta harga yang terkendali pada pasar lokal.
4) Pengendalian pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang
dilakukan dengan peningkatan pengawasan, penegakan hukum dan penataan
perizinan, kajian sumberdaya kelautan dan perikanan.
5) Peningkatan Pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan dalam
mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya, melalui :
a) Penataan dan perbaikan lingkungan perikanan budidaya
b) Penataan industri perikanan dan kegiatan masyarakat diwilayah pesisir
c) Perbaikan dan peningkatan pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan
d) Peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan.
e) Peningkatan kualitas pengolahan dan nilai tambah produk perikanan
melalui pengembangan teknologi pasca panen
6) Pengembangan Kelautan dan perikanan didukung dengan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, penciptaan iklim usaha yang kondusif, pemantapan
kelembagaan, penyediaan data dan informasi serta pengembangan Peraturan

35

36

Perundang - undangan sebagai instrumen penting untuk mempertegas


pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada,
7) Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia dan pelaku perikanan.
E. Strategi
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan kelautan dan perikanan
Kabupaten Tanah Laut maka strategi yang ditempuh sejalan dengan strategi
pemerintah untuk mewujudkan pembangunan Kelaautan dan Perikanan sebagai
berikut::
1) Pemberdayaan nelayan, pengolah, pembudidaya ikan, masyarakat pesisir
dan pulau- pulau kecil.
2) Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal dan
berkelanjutan
3) Pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan tangkap,
budidaya, pengolahan dan pengawasan.
4) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM nelayan, pengelolaan dan
pelaku perikanan lainnya.
5) Penataan ruang laut,pesisir dan pulau-pulau kecil.
6) Pengelolaan terpadu wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
7) Rehabilitasi dan konservasi Sumberdaya Alam.
8) Pengembangan kawasan budidaya laut,air laut dan air tawar/kegiatan
9) Perlindungan dan pengembangan kawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan.
10) Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir/kegiatan penguatan
sosial ekonomi masyarakat pesisir.
11) Pengawasan dan Pelestarian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

36

37

IV.
4.1

RENCANA KERJA

Rencana Kerja Kegiatan PKM


Program kerja merupakan instrumen kebijakan yang meliputi serangkaian

kegiatan untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan dan pada akhirnya
diharapkan dapat mewujudkan tujuan kegiatan ini. Pada dasarnya program kerja
yang di laksanakan mengacu pada identifikasi masalah awal yang terjadi dan
dianalisis sehingga dapat memberikan solusi pemecahan dan apa saja yang akan
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari dua program yaitu program utama
dan program pendukung sebagai berikut.
4.1.1

Program Kerja Utama PKM


Rencana kerja utama yang dilakukan berdasarkan pada isu dan

permasalahan yang diperoleh yaitu mengenai manfaat dan fungsi lingkungan laut
serta mengenalkan ekosistem laut. Adapun program kerja utama tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.1.

37

38

Tabel 4.1 Rencana Kerja Utama Kegiatan Praktik PKM di Desa Sungai Cuka
Muara Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.
No
1

Permasalahan
Di duga Anak-anak

Program Kerja
Memperkenalkan

Metode
Mengajar/sosialisasi pada

Desa Sungai Cuka

lingkungan laut dan sekolah sd dan Bersih-

Muara minim

ekosisitem laut

pengetahuan tentang

berupa fungsi dan

ekosistem laut dan

manfaatnya sejak

kurang menyadari

usia dini serta

pentingnya lingkungan

bersih-bersih pantai

bersih Pantai

laut bagi kehidupan


mereka
4.1.2

Program Kerja Pendukung PKM


Rencana kerja pendukung bertujuan membantu masyarakat untuk

meningkatkan kapasitas pengabdian mahaasiswa dapat dilihat pada tabel 4.2.


Tabel 4.2 Rencana Kerja Pendukung Kegiatan Praktik PKM di Desa Sungai
Cuka Muara, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu
No
1

Permasalahan
Para nelayan mempunyai

Program Kerja
Pelatihan cara

Metode
Mengumpulkan

beberapa GPS namun sebagian

menggunakan

masyarakat pada balai

tidak bisa menggunakannya.

GPS kepada

desa dan melakukan

Padahal GPS tersebut sangat

masyarakat

penyuluhan menggunakan

berguna dalam pekerjaanya dan

GPS

menetukan titik kordinat saat


2

mereka melabuh rumpun mereka.


Pada desa mempunyai alat

Pelatihan

Pemberian materi dan

snorkling 30 pasang tetapi tidak

snorkeling

praktek langsung

digunakan karena tidak ada yang

kepada pemandu

bisa sehingga kepala desa

wisata dan

meminta agar diadakan pelatihan

masyarakat

menggunakan snorkeling
Terdegradasinya wilayah pesisir

Melakukan

Pemberian materi dan

pantai dan daerah sungai

penyuluhan dan

mengajak para

38

39

penanaman

masyarakat atau anak-

mangrove pada

anak sekolah dalam

daerah aliran

menanam mangrove

Kurang berkembangnya

sungai
Membantu

Membuatkan video

pariwisata Batu Buaya

mempromosikan

tentang Pariwisata Batu

Pariwisata Batu

Buaya

Belum termanfaatkannya buah-

Buaya
Penyuluhan

Mengumpulkan ibu-ibu

buah dari mangrove

aneka olahan

dan mendemonstrasikan

dari hasil buah

dalam pembuatan kolak

mangrove

dari buah mangrove

4.2

Rencana Kerja PKL


Rencana kerja dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.


Kegiatan ini meliputi analisa teknis, analisa data sampai penyusunan laporan akhir
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rencana Kerja Kegiatan PKL di Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tanah Laut.
NO.

AKTIVITAS
I

1.

MINGGU KE
II
III

IV

Pengenalan Staf-Staf
*

2.

Observasi Lingkungan PKL


*

3.
4.

Analisa teknis
Partisipasi dalam Kegiatan

*) Jadwal kerja sewaktu-waktu dapat berubah

39

40

Rencana kegiatan ini hanya bersifat sementara dan dapat diubah


sesuai dengan situasi dan kondisi di instansi tempat mahasiswa melaksanakan
kegiatan PKL.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1
Pelaksanaan Kegiatan PKM
5.1.1. Isu Permaasalahan di Lokasi PKM
A. Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai

kombinasi antara kondisi fisik yang

mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. Seiring berjalannya waktu kondisi
lingkungan sekarang ini telah banyak mengalami penurunan baik yang
diakibatkan langsung oleh manusia maupun oleh alam.
Masalah penurunan lingkungan yang terjadi di Desa Sungai Cuka Muara
adalah menurunnya ekosistem mangrove akibat dari eksploitasi yang berlebihan
dan juga kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan peranan
ekosistem mangrove tersebut.
Masalah lain yang juga dihadapi seperti pencemaran di lingkungan pesisir
yang ditandai dengan adanya sampah domestik rumah tangga serta limbah yang

40

41

dibawa aliran sungai dari hulu ke hilir. Kegiatan yang terjadi di hulu sungai adalah
kegiatan dari perusahaan-perusahaan industri yang akibatnya lingkungan menjadi
kotor dan kumuh serta menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal ini dikarenakan
rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
lingkungan.
Pengetahuan memiliki peranan penting dalam proses merubah pola pikir
masyarakat pesisir. Pengetahuan yang cukup akan menumbuhkan kesadaran
masyarakat sehingga masyarakat mengetahui dampak dari penurunan kondisi
lingkungan dan mulai menjaga/memulihkan lingkungan tersebut. Oleh karena itu
pengetahuan merupakan dasar yang harus diterapkan pertama kali dalam
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan
termasuk pada anak-anak yang berada pada daerah Desa Sungai Cuka Muara.
B. Perikanan
Isu perikanan yang terjadi di Desa Sungai Cuka Muara berkaitan dengan
masalah teknolgi dalam kegiatan menangkap ikan. Masyarakat Desa Sungai Cuka
Muara hampir seluruhnya bekerja sebagai nelayan. Rata-rata pera nelayan di sana
menggunakan kapal dengan ukuran 3-5 GT (groos ton) dengan perlengkapan
kapal yang cukup mengandalkan teknologi dengan adanya GPS dan Fishfinder
pada kapal nelayan.
Seiring dengan teknologi yang di gunakan oleh nelayan namun tidak
diiringi dengan pengetahuan mengenai teknologi tersebut, maka bermunculan
masalah-masalah yang disebabkan oleh tehnologi itu sendiri. Salah satunya adalah
para nelayan tidak bisa mengoprasikan GPS dan Fishfinder , GPS yang berubah
bahasa menjadi Bahasa Inggris sehingga para nelayan tidak bisa memahami menu

41

42

yang tersaji pada GPS. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan mereka
menangkap ikan sehingga akan mengurangi pendapatan mereka.
C. Pariwisata
Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang tepat dalam
meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global.
Pariwisata mempunyai dampak dan manfaat yang banyak, di antaranya selain
menghasilkan devisa negara dan memperluas lapangan kerja, sektor pariwisata
bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan mengembangkan budaya lokal.
Salah satu jenis wisata yang berkembang di Indonesia adalah jenis wisata bahari.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas
ribuan pulau besar dan kecil, seluruhnya mencakup 13.000 pulau dengan garis
pantai lebih dari 95.181 km serta memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan
yang sangat besar (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010).
Masyarakat pesisir merupakan bagian dari masyarakat yang tinggal di
wilayah pesisir. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan
memiliki keragaman potensi sumberdaya alam baik hayati maupun nonhayati
yang sangat tinggi. Potensi sumberdaya tersebut dimanfaatkan oleh penduduk
yang tinggal di wilayah sekitar untuk mencapai kesejahteraan. Namun Ironisnya,
sebanyak 32,14% dari 16,42 juta jiwa masyarakat pesisir masih hidup di bawah
garis kemiskinan dengan indikator pendapatan US$ 1 per hari (Direktorat PMP,
2006).
Sektor pariwisata di kabupaten Tanah Bumbu yaitu Pariwisata Batu Buaya
merupakan salah satu destinasi Wisata Bahari yang berada di Desa Sungai Cuka
Muara. Pariwisata tersebut kurang berkembang disebabkan oleh beberapa faktor

42

43

sehingga kurang mempunyai dampak positif yang besar bagi perekonomian


masyarakat. Adapun faktor-faktornya yaitu sarana jalan yang tidak terlalu baik
untuk mencapai ke daerah tersebut, kurangnya keterampilan pemandu wisata,
sumber air bersih yang sulit di dapat untuk MCK pengunjung sehingga para
pengunjung enggan untuk berwisata ke lokasi.
D.

Pengelolaan sumber daya alam pesisir yang belum maksimal


Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia
di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002).
Besarnya potensi kekayaan alam pesisir telah menimbulkan berbagai
permasalahan lingkungan hidup seperti kelebihan tangkap (over fishing) di sektor
perikanan, perusakan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun serta
abrasi pantai dan gelombang pasang hingga masalah kerusakan akibat bencana
alam seperti tsunami. Permasalahan ini secara langsung maupun tidak langsung
terkait dengan kemiskinan masyarakat pesisir, kebijakan yang tidak tepat,
rendahnya penegakan hukum (law enforcement), dan rendahnya kemampuan
sumberdaya manusia (SDM). Permasalahan di pesisir di atas bila dikaji lebih
lanjut memiliki akar permasalahan yang mendasar. Menurut Dahuri (2001) ada
lima faktor, yaitu pertama tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan
kemiskinan, kedua konsumsi berlebihan dan penyebaran sumberdaya yang tidak

43

44

merata, ketiga kelembagaan, keempat, kurangnya pemahaman tentang ekosistem


alam, dan kelima kegagalan sistem ekonomi dan kebijakan dalam menilai
ekosistem alam.
Pemanfaatan hasil olahan mangrove pada daerah Sungai Cuka Muara
sangat kurang padahal potensinya sangat besar dapat dilihat dengan adanya Nypah
yang tumbuh sangat banyak. Masyarakat hanya memanfaatkan untuk kegiatan
rumah tangga seperti daun Nypah yang mereka olah sebagai dinding dan atap
rumah. Beragam macam olahan dari mangrove yang bisa membantu
perekonomian mereka apabila hasil olahan mangrove dapat kelola dengan baik.
dan mendapat dukungan dari aparat desa maupun dari instansi-instansi pemerintah
yang terkait.
5.1.2. Pelaksanaan Program Kerja Utama
Sosialisasi mengenai pentingnya Lingkungan Laut serta peran dan
manfaatnya dilaksanakan di sekolah yang berada pada Desa Sungai Cuka Muara
yaitu SD Negeri 2 Sungai Cuka Muara (Gambar 5.1). Lokasi bersih-bersih pantai
juga dilaksanakan di Sungai Cuka Muara karena pantai tersebut bersentuhan
langsung dengan kehidupan siswa/i dan jaraknya yang tidak jauh dari SD tersebut.

Gambar 5.1 SD Negeri 2 Sungai Cuka Muara tempat diadakannya sosialisasi


mengenai

pentingnya

Lingkungan

manfaatnya.

44

Laut

serta

peran

dan

45

Kegiatan sosialisasi di SD Negeri 2 Sungai Cuka Muara direncanakan


pada tanggal 19 Oktober 2015. Sebelum sosialisasi kami silaturahmi ke sekolahsekolah tersebut sehari sebelum dilaksanakannya kegiatan. Silaturahmi ke sekolah
tersebut untuk meminta ijin melakukan kegiatan dan meminta waktu serta jadwal
kepada pihak yang berwenang yaitu dari kepala sekolah tersebut, setelah
mendapatkan ijin dari pihak sekolah meminta timbal balik kepada kami untuk
mengajarkan

murid-murid

membuat

suatu

kerajinan

tangan

dan

kami

mensetujuinya. Selain meminta ijin kegiatan, silaturahmi ini juga bermaksud


untuk memperkenalkan diri dan memberitahu tentang tujuan dari kegiatan
tersebut agar mudah dipahami oleh pihak sekolah (Gambar 5.2).

Gambar 5.2 Silaturahmi di SDN 2 Sungai Cuka Muara


Sosialisasi kepada siswa/i mengenai pentingnya lingkungan laut termasuk
peran dan manfaatnya dilaksanakan pada hari Senin, 19 Oktober 2015 di Sd
Negeri Sungai Cuka Muara. Materi dari kegiatan ini adalah memperkenalkan
lingkungan laut serta ekosistem laut kepada siswa/i, menjelaskan peranan dan
fungsinya, memberikan motivasi kepada siswa/i untuk menjaga lingkungan laut
dan Pantai. Mengajarkan teknik penanaman mangrove secara sederhana. Proses
sosialisasi ini menggunakan Power point, LCD proyektor dan pengeras suara.
Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh siswa/i kelas I hingga kelas VI yang
terbagi 2 tahap yaitu kelas I sampai kelas III pada pagi hari (Gambar 5.3), kelas

45

46

IV sampai kelas VI pada siang hari dan beberapa guru juga ikut serta (Gambar
5.4). Antusias siswa/i dalam mengikuti kegiatan ini sangat tinggi. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya siswa/i yang aktif berinteraksi terhadap narasumber. Pada
bagian akhir sosialisasi diadakan kuis sebagai evaluasi mengenai materi yang
telah disampaikan. Hadiah diberikan sebagai motivasi bagi siswa/i agar tidak
malu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

Gambar 5.3 Kegiatan Sosialisasi mengenai pentingnya Lingkungan Laut serta


peran dan manfaatnya pada kelas 1 sampai 3

Gambar 5.4 Kegiatan Sosialisasi mengenai pentingnya Lingkungan Laut serta


peran dan manfaatnya pada kelas 4 sampai 6
Kegiatan bersih-bersih pantai dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober
2015 di Pantai Sungai Cuka Muara. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa/i serta

46

47

guru SD Negeri 2 Sungai Cuka Muara dan KKG (Kelompok Kerja Guru)
Kecamatan Satui yang berjumlah kurang lebih 80 orang. Sebelum melaksanakan
kegiatan bersih-bersih pantai kami mengajarkan kepada siswa/i mengolah
kerajinan tangan yang berbahan dasar dari barang-barang bekas yang tidak
terpakai dan tersedia dilingkungan siswa/i yaitu botol kaca, pasir dan pecahan
kerang (Gambar 5.5).

Gambar 5.5 Mengolah kerajinan tangan dari barang-barang bekas


Setelah membuat kerajinan tangan dan mengumpulkanya barulah kami
mengajak siswa/i serta KKG Kecamatan Satui untuk melakukan persiapan menuju
ke pantai. Siswa\i dari kelas 1 sampai kelas 6 kami kumpulkan di lapangan
upacara beserta KKG hal ini bertujuan untuk memberi pengarahan terhadap
siswa/i dan KKG tentang kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam kegiatan
bersih-bersih pantai. Sambutan-sambutan juga dilakukan oleh kepala sekolah
SDN 2 Sungai Cuka Muara selaku tuan rumah, ketua KKG dan mahasiswa
sebagai panitia kegiatan tersebut (Gambar 5.6).

47

48

Gambar 5.6 Persiapan siswa/i dan KKG sebelum membersihkan pantai


Persiapan dan pengarahan yang dilakukan mahasiwa kepada siswa/i serta
KGG sudah selesai barulah kami bersama-sama menuju pantai yang akan
dilakukan kegiatan bersih-bersih pantai. Lokasi pantai Sungai Cuka Muara
letaknya tidak jauh dari sekolah SDN 2 Sungai Cuka Muara jadi kami berangkat
bersama dengan jalan kaki. Siswa/i sangat antusias membersihkan pantai hal ini
dapat dilihat dari meraka yang berebutan meminta kantong sampah (Gambar 5.7).

Gambar 5.7 Pembagian kantong plastik untuk tempat sampah


Siswa/i dan KKG yang telah mendapatkan kantong sampah mereka segera
bergerak tanpa instruksi untuk mengambil sampah-sampah plastik yang berada
dipantai dan memasukkanya kedalam kantong sampah (Gambar 5.8).

48

49

Gambar 5.8 Kegiatan bersih-bersih di pantai Sungai Cuka Muara


Pantai Sungai Cuka Muara sebelum dibersihkan banyak berserakan
sampah-sampah dari limbah rumah tangga seperti plastik, ban bekas, botol kaca
dan botol plastik dll (Gambar 5.9). Kurang lebih menyisir pantai selama setengah
jam sambil memungut sampah terlihat keadaan Pantai Sungai Cuka Muara mulai
berubah dari awalnya yang berserakan sampah limbah rumah tangga sekarang
sudah tidak terlihat lagi sampah limbah rumah tangga (Gambar 5.10). Hal itu
membuat siswa/i dan KKG merasa senang karena kegiatan yang mereka lakukan
tidak sia-sia dan lingkungan mereka kini menjadi lebih bersih.

Gambar 5.9 Pantai belum dibersihkan

Gambar 5.10 Pantai sudah dibersihkan

Bagian akhir dari kegiatan sosialisasi di SD Negeri 2 Sungai Cuka Muara


dan bersih-bersih pantai adalah foto bersama antar mahasiswa dengan guru dan
siswa/i di sekolah tersebut. Kegiatan foto bersama ini diantaranya adalah foto
bersama setelah kegiatan mengajar (Gambar 5.11), Foto bersama Guru SDN 2
Sungai Cuka Muara (Gambar 5.12), foto bersama Siswa/i dan KKG setelah
bersih-bersih pantai (Gambar 5.13), foto bersama anggota KKG (Gambar 5.14)
hal ini dilakukan sebagai dokumentasi dalam pembuatan laporan kegiatan. Setelah
selesai berfoto bersama, kami pun pamitan kepada pihak sekolah yang telah
berpartisipasi dan mendukung kegiatan sosialisasi ini.

49

50

Gambar 5.11
Gambar 25. Foto bersama setelah sosialisai

Gambar 5.12 Foto bersama guru-guru SDN 2 Sungai Cuka Muara

Gambar 5.13
Gambar 13. Foto bersama Siswa/i dan KKG setelah bersih-bersih pantai

50

51

Gambar 5.14 Pesan dan kesan kepada KKG yang telah berpartisipasi
5.1.3. Pelaksanaan Program Kerja Pendukung
A. Pelatihan Cara Menggunakan GPS Dan Fishfinder
Kegiatan pelatihan menggunakan GPS dan Fishfinder dilaksanakan sebab
para nelayan di Desa Sungai Cuka Muara banyak yang mempunyai GPS dan
Fishfinder tetapi tidak mengetahui mengoprasikan alat tersebut. GPS dan
Fishfinder sangat mempunyai peranan dalam kegiatan penangkapan bagi para
nelayan sebagai penunjuk dalam menentukan lokasi tempat mereka menangkap
ikan dan meningkatkan jumlah tangkapan para nelayan. Kedua alat tersebut
sangat mempunyai peranan penting bagi nelayan sehingga dilakukan kegiatan
pelatihan menggunakan GPS dan Fishfinder yang diharapkan para nelayan dapat
mengoprasikan kedua alat tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan di rumah Bapak Tabrani pada malam Jumat
tanggal 22 Oktober 2015. Masyarakat Sungai Cuka Muara yang sebagian besar
sebagai nelayan sangat antusias saat kegiatan pelatihan ini, dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat yang berhadir dari yang tua, dewasa sampai anak-anak.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemberian materi mengenai cara
menggunakan GPS dan Fishfinder (Gambar 5.15). Kegiatan setelahnya adalah
praktek menggunakan GPS dan Fishfinder, pada saat praktek menggunakan

51

52

Fishfinder masyarakat saling berdesak-desakan untuk melihat secara dekat


(Gambar 5.16). Selama kegiatan sedang berlangsung kami juga memberikan
lembaran absent yang harus diisi oleh peserta untuk bukti bahwa kegiatan tersebut
benar-benar berjalan dan juga sebagai dokumen dalam pembuatan laporan.
Peserta sedang mengisi lembar absent (Gambar 5.17).

Gambar 5.15 Pemberian materi penggunaan GPS dan Fishfinder

Gambar 5.16 Praktek penggunaan GPS dan Fishfinder

52

53

Gambar 5.17 Pengisian absent dari masyarakat sebagai bukti kehadiran


B. Pelatihan Snorkeling Kepada Pemandu Wisata Dan Masyarakat
Desa Sungai Cuka Muara mempunyai potensi wisata bahari yaitu wisata
Batu Buaya. Wisata ini cukup terkenal untuk sekitaran wilayah Tanah Bumbu
dengan banyaknya orang berkunjung saat hari libur. Wisata ini menawarkan
berbagai permaianan dan olahraga air seperti bananaboat dan snorkeling ke
Perairan Batu Buaya. Sarana dalam menuju lokasi wisata tersebut cukup baik
dengan adanya jalan yang lebar dan beraspal walaupun hanya sebagian saja yang
beraspal. Fasilitas pada lokasi wisata lumayan lengkap dengan adanya
penginapan, warung, pondokan-pondokan untuk bersantai, kamar mandi serta wc
umum juga tersedia. Fasilitas tersebut merupakan milik pribadi namun juga
disewakan untuk umum.
Kepala desa melalui koperasi desa setempat menyediakan sebanyak 30
pasang alat snorkeling (masker, snorkel, pelampung) tanpa pin/kaki katak
bertujuan untuk menunjang kegiatan pariwisata di Batu Buaya. Berkembangnya
pariwisata Batu Buaya membuat beberapa permasalahan bermunculan salah
satunya adalah kurangnya pengetahuan pemandu wisata dalam snorkeling yang
aman, nyaman dan menyenangkan sehingga kami berinisiatif untuk membagikan
ilmu yang kami dapat dalam perkuliahan tentang snorkeling yang benar kepada
pemandu wisata. Kegiatan ini diharapkan pemandu wisata lebih bisa
mementingkan keselamatan dari wisatawan dan keselamatan untuk Sumber Daya
Alam yang berada disana.
Kegiatan ini dilaksanakan malam Kamis tanggal 21 Oktober 2015 di
rumah Bapak Tabrani. Rencana awal kegiatan ini akan dilaksanakan prakteknya

53

54

langsung namaun karena kondisi perairan di Sungai Cuka Muara lagi tidak
memungkinkan untuk melakukan praktek maka hanya pemberian materi (Gambar
5.18) dan juga pemutaran vidio bagaimana cara snorkeling yang benar.

Gambar 5.18 Foto praktek memasang alat snorkeling


C. Melakukan Penyuluhan Dan Penanaman Mangrove
Kawasan pesisir sangat rentan terkena musibah karena faktor alam
maupun ulah dari masyarakat itu sendiri.

Desa Sungai Cuka Muara terkena

musibah akibat faktor alam yaitu dengan terjadinya degradasi pada daerah pantai
dan wilayah aliran sungai. Musibah yang diakibatkan oleh alam tidak bisa
dihindarkan tetapi bisi di minimalisir dampaknya bagi masyarakat. Daerah pantai
sudah dilakukan pencegahan oleh aparat desa yaitu dengan membangun
penghalang berupa ban-ban besar yang ditumpuk hampir setinggi 2 meter dengan
tujuan saat gelombang besar datang tidak langsung menghantam pemukiman
masyarakat. Daerah sungai memiliki ancaman yang sama besar terkena musibah
seperti

banjir rob, terdegradasi dan angin kencang oleh karena itu kami

mengangkat permasalahan ini untuk dijadikan salah satu program kerja selama
PKM.

54

55

Kegiatan yang kami laksanakan adalah melakukan penyuluhan dan


penanaman mangrove pada daerah aliran sungai yang mana langsung berhadapan
dengan perumahan warga sekitar. Metode yang kami lakukan adalah metode
sosialisasi. Menurut Amelia (2003), metode sosialisasi merupakan salah satu
bentuk pendidikan non formal. Adapun kegiatan sosialisasi dapat dilakukan secara
mimbar sarasehan, latihan, kunjungan dan sebagainya. Sosialisasi ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan pemahaman untuk pengembangan sumberdaya
manusia.
Metode sosialisasi yang disampaikan yaitu dengan komunikasi langsung.
Masyarakat desa dikumpulkan kemudian diberikan pengetahuan tentang
bagaimana pentingnya ekosistem mangrove sebagai pelindung garis pantai atau
tebing sungai agar terhindar dari erosi atau abrasi. Selain itu disampaikan
mengenai metode penanaman mangrove secara sederhana. Sosialisasi diharapkan
dapat memberikan pemahaman, kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai
ekosistem mangrove sehingga tujuan dari sosialisasi ini tercapai.
Penyuluhan Mangrove dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2015
dirumah Bapak Tabrani. Penyuluhan yang kami berikan tentang fungsi dan
manfaat dari mangrove dan tehnik-tehnik dalam melakukan penanaman mangrove
(Gambar 5.19). Kegiatan ini cukup menarik antusias masyarakat sebab kami
mengambil contoh-contoh mangrove langsung di daerah tempat lingkungan
masyarakat bermukim. Masyarakat pun tak segan untuk bertanya dan berdiskusi
dengan kami mengenai materi-materi yang kami jelaskan yang tidak mereka
mengerti, apalagi ini merupakan informasi baru yang mereka peroleh. Praktek
penanaman mangrove tidak dapat kami laksanakan sebab lokasi yang akan kami

55

56

tanami mangrove merupan tempat bersandarnya kapal-kapal nelayan pada saat


musim barat (Gambar 5.20).

Gambar 5.19 Penyuluhan mengenai Ekosisitem Mangrove

Gambar 5.20 Lokasi tempat penanaman mangrove yang menjadi tempat


bersandarnya kapal nelayan
D. Mempromosikan Pariwisata Batu Buaya
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang dapat membantu
meningkatkan perekonomian suatu masyarakat. Pariwisata Batu Buaya yang
berada di Sungai Cuka Muara cukup terkenal untuk daerah Tanah Bumbu namun

56

57

belum banyak orang yang tau untuk daerah luar Tanah Bumbu. Permasalahan itu
menjadi wacana kami dalam menetukan program kerja agar permasalahan
tersebut dapat teratasi. Kegiatan kami dalam memecahkan permasalahan tersebut
ialah dengan cara mempromosikan Pariwisata Batu Buaya melalui media sosial.
Sebelum kegiatan ini berjalan terlebih dahulu kami diskusikan dengan pemilik
resort (Gambar 5.21) dan dengan Kepala Desa Sungai Cuka Muara (Gambar
5.22). Diskusi ini kami laksanakan di rumah Bapak Kedes. Beliau mengapresiasi
dengan rencana kami mempromosikan Pariwisata Batu Buaya melalui media
sosial namun beliau meminta agar kegiatan tersebut tidak dikerjakan dahulu.
Penyebab kegiatan tersebut tidak dikerjakan adalah beliau menginginkan agar
sarana dan prasarana yang sedang dibangun dilokasi pariwisata di rampungkan
terlebih dahulu kemudian baru dilaksanakan promosi melalui media sosial.
Berhubung kegiatan tersebut tidak mendapakan ijin dari Kades maka kegiatan
tersebut kami batalkan.

Gambar 5.21 Diskusi kegiatan promosi batu buaya bersama pemilik resort

57

58

Gambar 5.22 Diskusi kegiatan promosi batu buaya bersama aparat desa dan
perwakilan masyarakat
E. Penyuluhan Aneka Olahan Dari Hasil Buah Mangrove
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki 17.508
pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer dan memiliki potensi
sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2002). Sumberdaya
alam yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan terdiri dari sumberdaya yang
dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu
karang maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih (non-renewable resources)
seperti minyak bumi dan gas mineral serta jasa-jasa lingkungan (Dahuri dkk.,
2001). Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan mangrove
(hutan bakau) terbesar di dunia, yaitu mencapai 8.60 juta hektar, meskipun saat ini
dilaporkan sekitar 5.30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).
Ekosistem mangrove memiliki manfaat ekonomis yaitu hasil kayu dan bukan kayu
misalnya budidaya airpayau, tambak udang, pariwisata dan lainnya. Manfaat

58

59

ekologis adalah berupa perlindungan bagi ekosistem daratan dan lautan, yaitu
dapat menjadi penahan abrasi atau erosi gelombang atau angin kencang. Secara
ekosistem berperan dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir baik secara fisik
maupun biologis. Produk hutan mangrove yang sering dimanfaatkan manusia
adalah kayu yang digunakan sebagai bahan bakar, bahan membuat perahu, tanin
untuk pengawet jaring, lem, bahan pewarna kain dan lain-lain .
Ekosistem mangrove di Desa Sungai Cuka Muara dominan adalah jenis
dari Nypah (Gambar 5.23), Avicennia dan Rhizopora. Banyaknya jenis Nypah
membuat sebagian dari masyarakat memanfaatkan daunnya sebagai atap rumah
dan dinding rumah tetapi buahnya belum termanfaatkan secara maksimal mereka
hanya memnfaatkan untuk dimakan biasa saja tanpa diolah. Besarnya potensi
buah Nypah pada lokasi PKM membuat kami berinisiatif untuk mengadakan
pelatihan pembuatan kolak yang berbahan dasar dari buah Nypah.

Gambar 5.23 Keadaan Komunitas Nypah yang ada di Sungai Cuka Muara
Tangal 14 Oktober 2015 kami melakukam survei ke dalam hutan Nypah
bersama beberapa masyarakat untuk mencari buah Nypah yang mana akan
digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kolak dari buah Nypah (Gambar
5.24). 2 jam lebih menyisir

hutan Nypah kami tidak mendapatkan buahnya

59

60

karena bukan musim Nypah berbuah (Gambar 5.25). Kondisi ini tak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan tersebut maka kami putuskan untuk
membatalkan kegiatan tersebut.

Gambar 5.24 Survei buah Nypah

Gambar 5.25 Mencari Buah Nypah


Pembuatan kolak dari buah Nypah tidak bisa dilaksanakan dan kami ganti
dengan memberikan buku-buku hasil olahan mangrove kepada masyarakat agar
mereka dapat mempelajarinya sendiri (Gambar 5.26). Pembagian buku tersebut
ternyata mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan banyak juga masyarakat
yang langsung membaca dan bertanya pada kami. Pembagian buku tersebut kami
selingi juga dengan penyuluhan tentang manfaat buah-buah mangrove jenis lain.

60

61

Gambar 5.26 Pembagian buku mengenai olahan buah mangrove kepada


masyarakat
5.1.4. Evaluasi Kegiatan PKM
Realisasi dari program kerja yang dilakukan di Desa Sungai Cuka Muara
secara keseluruhan berjalan. Program kerja utama berjalan 100% namun pada
program kerja pendukung tidak berjalan 100% karena beberapa permasalahan
yang didapat di Desa Sungai Cuka Muara. Capaian hasil kerja selama PKM di
Desa Sungai Cuka Muara dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2 di bawah ini.

61

62

Tabel 5.1 Capaian kerja program kerja utama


No
1

Kegiatan
Memperkenalkan lingkungan laut dan
ekosisitem laut berupa fungsi dan
manfaatnya sejak usia dini serta bersihbersih pantai

Uraian Kegiatan
Silaturahmi ke SD sebelum kegiatan
sosialisasi
Mengajar/Sosialisasi kepada siswa/i
mengenai pentingnya lingkungan laut
termasuk peran dan manfaatnya
Bersih-bersih pantai di Desa Sungai
Cuka Muara bersama Siswa/I dan
KKG Kecamatan Satui

62

Waktu pelaksanaan
(minggu ke)
1
2
3

Keterangan

Terlaksana

Terlaksana
*

Terlaksana

63

Tabel 5.2 Capaian kerja program kerja pendukung


N
o

Kegiatan

Pelatihan cara
menggunakan
GPS kepada
masyarakat

Pelatihan
snorkeling kepada
pemandu wisata
dan masyarakat
Melakukan
penyuluhan dan
penanaman
mangrove
Membantu
mempromosikan
Pariwisata Batu
Buaya
Penyuluhan aneka
olahan dari hasil
buah mangrove

Uraian Kegiatan
Pemberian materi cara
menggunakan GPS dan
Fishfinder
Praktek mengoprasikan GPS
dan Fishfinder
Pemberian materi snorkeling
yang baik

Waktu pelaksanaan
(minggu ke)
1
2
3

Keterangan

Terlaksana

Terlaksana

Terlaksana
Tidak terlaksana karena kondisinya tidak
memungkinkan untuk melakukan praktek snorkeling

Praktek snorkeling
Pemberian materi mengenai
hutan mangrove
Melakukan penanaman
mangrove dengan warga dan
murid SD
Sosialisasi kepada kepala
desa dan pemilik resort

Terlaksana
Tidak terlaksana karena lokasi yang r akan ditanam
mangrove merupakan tempat tambatan kapal nelayan

Terlaksana
Tidak terlaksana karena kapala desa tidak
mengijinkan dengan alasan sarana dan prasarana di
tempat pariwisata harus selesai dulu pembangunannya

Membuatkan video promosi


mengenai Batu Buaya
Survei mencari bahan baku
pembuatan kolak dari buah
Nypah
Mendemonstrasikan
pembuatan kolak dari buah
Nypah kepada ibu-ibu

Terlaksana
Tidak terlaksana karena bahan bakunya berupa buah
Nypah tidak ada dan di ganti dengan membagi buku
mengenai olahan hasil dari buah mangrove

63

64

64

65

5.2 Pelaksanaan Kegiatan PKL


5.2.1.
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan
Tanah Laut
Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai adalah unsur Pelaksana
Pemerintah Daerah di Bidang Kelautan dan Perikanan berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2008. Dinas Kelautan dan Perikanan dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Bupati melalui Sekretariat Daerah.


Dinas Kelautan Perikanan mermpunyai tugas melaksanakan kewenangan
Desantralisasi bidang Kelautan dan Perikanan. Untuk menyelenggarakan tugas
tersebut Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai fungsi :
A. Perumusan kebijakan tehnis dibidang Kelautan dan Perikanan sesuai
dengan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Penyelenggara urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang Kelautan
dan Perikanan.
C. Perumusan
Kebijakan

Oprasional,

pembinaan

dan

fasilitas

penyelenggaraan perikanan budidaya.


D. Perumusan
Kebijakan
Oprasional,

pembinaan

dan

fasilitas

penyelenggaraan perikanan tangkap.


E. Perumusan
Kebijakan
Oprasional,

pembinaan

dan

fasilitas

penyelenggaraan pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan.


F. Perumusan
Kebijakan
Oprasional,
pembinaan
dan

fasilitas

penyelenggaraan pengawasan dan perlindungan sumberdaya kelautan dan


perikanan.
G. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian unit pelaksana teknis.
H. Pengelolaan urusan kesekretariatan.
5.2.2. Kegiatan Program Kerja PKPT
Selama mahasiswa menjalani kegiatan PKL mahasiswa diberikan arahan
dan di izinkan ikut serta dalam mengikuti program kerja PKPT dari pusat yang

65

66

sedang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut
serta di izinkan mengukuti kegiatan SKPD lain yang menyangkut dengan program
kerja dinas dan meteri pembelajaran mahasiswa ilmu kelautan selama dalam
perkuliahan. Kegiatan bersama dengan pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tanah Laut yaitu gotong royong membersihkan area perkantoran.
Kegiatan dilapangan yang dilaksanakan yaitu :
A. Kegiatan Penyusunan RPKP Program PKPT
Kegiatan penyusunan RPKP yang diikuti mahasiswa dilaksanakan pada
hari selasa tanggal 4 Agustus 2015 di laksanakan di dua tempat berbeda di Desa
Tabanio, Takisung menjadi satu (Gambar 5.27) dan Pagatan besar tersendiri
(Gambar 5.28). Kegiatan ini di laksanakan dari pagi hingga sore hari di hadiri
oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut yaitu oleh Bapak
Edi Santoso, S.Pi, Konsultan Program PKPT Bapak Baharruddin, S.Kel, M.Si,
serjana pendamping Bapak Fendi, Ibu Rika, Ibu Maimunah dan Ibu Salma, kepala
desa masing-masing, angoota BPD desa, perangkat desa dan KMP.

Gambar 5.27 Kegiatan penyusunan RPKP di Desa Tabanio dan Desa Takisung

66

67

Gambar 5.28 Kegiatan penyusunan RPKP di Desa Pagatan Besar


Penyusunan RPKP dilakukan dalam bentuk Focus Group Discussion atau
musyawarah kawasan pesisir agar penggalian dan pengumpulan data mengenai
keadaan masyarakat, masalah, potensi dan berbagai informasi terkait tidak hanya
dari satu sumber. penyusunan RPKP bertujuan untuk menggali secara objektif,
lengkap dan cermat potensi kawasan pesisir, permasalahan yang dihadapi dan
kebutuhan masyarakat sehingga mendapatkan hasil data potensi kawasan pesisir,
data permasalahan dan data kebutuhan peringkat tindakan.
Data peringkat tindakan di dapat dari hasil permasalahan, hasil
permasalahan dikumpulkan dan di seleksi kemudian di lakukan peringkat dari
yang paling sangat dibutuhkan sampai yang tidak dibuthkan. Menetukan peringkat
permasalahan ada beberapa faktor yang harus dilihat dari pola pemanfaatannya
bagi masyarakat, sumber dana dan kegiatan itu apakah bisa dilaksanakan atrau
tidak di deesa tersebut. Kegiatan penyususnan RPKP merupakan tindakan yang
utama untuk melanjutkan pada kegiatan-kegiatan selanjutnya.
B. Kegiatan Penyusunan RKK (rencana kerja kelompok) Program
PKPT
Penyususnan RKK merupakan tahap lanjutan dari kegiatan penyusunan
RPKP yang dilaksanakan di 3 desa yaitu Takisung pada hari selasa 13 Agustus
2015, Pagatan Besar Rabu 14 Agustus 2015, Tabanio Kamis 15 Agustus 2015.

67

68

Kegiatan ini bertujuan memberikan penyuluhan tentang masing-masing KMP


(kelompok masyarakat pesisir) yang ada di setiap desa dan sakaligus mensurvei
lokasi yang akan dilakukan kegiatan pengembangan desa. Kegiatan Penyusunan
RKK dilaksanakan oleh Serjana Pendamping dan KMP. Serjana Pendamping dan
KMP sebelum survei ke lokasi yang akan dilakukan kegiatan terlebih dahulu
melakukan musyawarah/diskusi dan pengisian quesioner tentang keadaan desa
yang mana quesioner tersebut sudah disusun oleh Serjana Pendamping (Gambar
5.29).

Gambar 5.29 Penyusunan RKK di Desa Tabanio


Setiap desa memiliki kegiatan yang berbeda-beda karena faktor kebutuhan
setiap desa berbeda-beda. Desa Takisung kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
pembangunan PLTS (Gambar 5.30), pembangunan pos penjaga pantai, bedah
rumah serta pelatihan penggunaan GPS. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
yang yang sangat realistis dikerjakan karena diperlukan desa dan sumber dana
yang mencukupi.

68

69

Gambar 5.30 Survey lokasi pemasangan PLTS di Desa Takisung


Desa Pagatan Besar kegiatannya yaitu pertama pembuatan titian ke arah
pantai bertujuan membantu mobilitas nelayan dari darat kelaut dan sebagai tempat
bersandarnya kapal-kapal mereka. Kedua pembibitan mangrove jenis avecenia
dimana 1 orang ditarget membibitkan sebanyak 2000 bibit

dan orang yang

melakukan pembibitan sebanyak 5 orang. Ketiga pembangunan PLTS pada muara


sungai Desa Pagatan Besar.
Desa Tabanio hanya ada 2 kegiatan yang pertama adalah penanaman
mangrove dan pembelian mesin poemisah tulang dan daging. Penanaman
mangrove pada Desa Tabanio dilaksanakan di pinggiran muara sungai Tabanio
dan jenis mangrove yang ditanam adalah Avecenia sp (Gambar 5.31). Desa
Tabanio memiliki produk olahan kelautan yaitu pengolahan amplang dan
pembuatan kerupuk yang berbahan dasar dari ikan laut namun banyak para
masyarakat yang mengeluhkan terlalu lama dalam proses pengolahan sehingga
hasil produksinya tidak bisa banyak. permasalhan yang dihadapi adalah dalam
melakukan pemisahan tulang dan daging mereka masih manual sehingga para
masyarakat mengajukan pembelian mesin pemisah daging dan tulang agar
mempermudah mereka dan mempercepat hasil produksi olahan mereka.

69

70

Gambar 5.31 Survei lokasi penanaman mangrove di Desa Tabanio


C. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Pesisir Program PKPT
Kegiatan peningkatan KMP dilaksanakan di tiga tempat yaitu Desa
Pagatan Besar (Gambar 5.32), Tabanio dan Takisung (Gambar 5.33) sedangkan
waktunya dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 25 dan 26 Agustus 2015.
Permasalahan yang sering muncul dalam Kegiatan Peningkatan KMP adalah
sulitnya melaksanakan kegiatan tepat waktu dari waktu yang dijadwalkan karena
anggoita KMP kebanyakan bekerja sebagai nelayan. Lanjutan dari kegiatan
penyusunan RKK adalah peningkatan KMP dengan tujuan memfixkan kegiatan
yang akan dilakukan di desa melalui diskusi antara KMP, narasumber, konsultan,
dinas dan serjana pendamping. Narasumber pada kegiatan ini adalah penyuluh
perikanan pada desa dan pihak Inspektorat Kabupaten Tanah Laut. Peningkatan
KMP diharapkan menghasilkan diskusi tentang permasalahan dalam kegiatan
yang akan di laksanakan di desa sehingga pihak dari luar KMP bisa membantu
memecahkan permasalahannya.

70

71

Gambar 5.32 Peningkatan Kapasitas Masyarakat Pesisir di Desa Pagatan Besar


bersama Inspektorat Tanah Laut

Gambar 5.33 Peningkatan Kapasitas Masyarakat Pesisir di Desa Tabanio dan


Desa Takisung bersama Inspektorat Tanah Laut
D. Pelatihan Pembuatan Gill Net
Pelatihan pembuatan gill net dilaksanakan di Desa Tanjung Dewa (Gambar
5.34), kegiatan ini berkerjasama dengan BBI Banyuwangi. Pelatihan pembuatan
gill net dilaksanakan selama 5 hari namun mahasiswa yang melaksanakan PKL
hanya mengikuti selama 1 hari karena berbenturan dengan kegiatan PKPT.

71

72

Gambar 5.34 Pelatihan pembuatan gill net bersama BPPP Banyuwangi di Desa
Tanjung Dewa
E. Gotong Royong
Mahasiwa yang melakukan PKL ikut serta dalam kegiatan gotong royong
membersihkan area sekitar Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Tanah Laut.
Acara gotong royong ini dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 7 Agustus 2015.
Selain gotong royong mahasiwa juga menjalin keakraban dengan staf-staf lainnya
diluar unit bidang KP3K.
VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM) adalah sebagai berikut.
A. Permasalahan yang dihadapi di Desa Sungai Cuka Muara adalah masalah
lingkungan, perikanan, pariwisata dan pengolahan sumber daya alam yang
belum terkelola dengan maksimal.
72

73

B. Program kerja yang dilaksanakan adalah memperkenalkan lingkungan laut dan


ekosisitem laut berupa fungsi dan manfaatnya

sejak usia dini serta

membersihkan pantai. Kegiatan ini terlaksana dengan baik hal ini terlihat dari
banyaknya siswa/i yang bertanya dan ikut serta dalam kuis singkat yang
dilaksanakan.
C. Program kerja yang mendukung kegiatan tersebut adalah pelatihan cara
menggunakan GPS, pelatihan snorkeling kepada pemandu wisata

dan

masyarakat, melakukan penyuluhan dan penanaman mangrove pada daerah


aliran sungai, membantu mempromosikan pariwisata Batu Buaya dan
penyuluhan aneka olahan dari buan mangrove. Kegiatan tersebut merupakan
hasil pemecahan masalah yang terjadi dilokasi PKM.
Kesimpulan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai
berikut :
A. Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai fungsi sebagai perumus kebijakan
tehnis yaitu perumusan kebijakan oprasional, pembinaan dan fasilitas
penyelenggara perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengelolaan dan
pemasaran hasil perikanan, pengawasan dan perlindungan sumberdaya sarta
sebagai penyelenggara urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang
Kelautan dan Perikanan.
B. Kegiatan PKPT merupakan kegiatan penataan kawasan pesisir dengan fokus
pada pengembangan manusia, sumberdaya, infrastruktur/ lingkungan, usaha,
dan siaga bencana dan perubahan iklim. Kabupaten Tanah laut khususnya
Kecamatan Takisung merupakan kawasan yang mendapatkan bantuan dari
pusat untuk bisa mengembangkan kawasan tersebut menjadi lebih maju.
Kecamatan Takisung merupakan satu kawasan pesisir yang terdiri dari tiga

73

74

desa yaitu Desa Takisung, Desa Pagatan Besar dan Desa Tabanio. Setiap desa
mempunyai kegiatan yang berbeda-beda sesuai dengan keperluan dan manfaat
bagi desa tersebut.
6.2 Saran
Perumusan kegiatan PKL-PKM seperti menentukan lokasi PKM
diharapkan melibatkan mahasiswa sehingga lokasi PKM sesuai dengan bidang
ilmu yang di miliki mahasiswa yang akan melakukan kegiatan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, N. 2003. Perencanaan dan Aktivasi Sumberdaya Manusia di sektor
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bengen, D. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut.
Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.
Dahuri, R. J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T. Pradnya Pramita,
Jakarta.
Direktorat PMP. 2006. 6 Tahun Program PEMP, Sebuah Refleksi. Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Dislutkan, 2015.Tugas Pokok Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah
Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.
Gunarto. 2004. Konservasi mangrove sebagai pendukung Sumber Hayati
Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian 23 (1) halaman 15 21.
Maros. Sulawesi Selatan.
Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT.
Rineka Cipta, Jakarta
Narbuko. 1997. Metode Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.

74

75

Nasdian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor


Indonesia.
Profil Desa, 2014. Desa Sungai Cuka Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan.
Riduwan 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta, Bandung.
Riduwan. 2004. Metode Riset. Rineka Cipta, Jakarta
Stasiun BMKG, 2014. Data Perhitungan Kondisi Iklim Wilayah Tanah Bumbu.
Banjarbaru
Sutopo, HB. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.

75

76

LAMPIRAN

76

Anda mungkin juga menyukai