I.
PENDAHULUAN
Tinggi.
Perguruan
tinggi
memiliki
kewajiban
untuk
II.
METODE PRAKTIK
tanggal 3 s/d 28
Sekunde
r
Sumber Data
Teknik
Pengambilan
Data
Sekunder
Instansi ,
Diskanlut
Studi Pustaka
Sekunder
Hasil Penelitian
Studi Pustaka
Sekunder
Hasil Penelitian
Studi Pustaka
Sekunder
Sekunder
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian
Studi pustaka
Studi pustaka
Kondisi Ekosistem
Pesisir (Mangrove,
Primer
Terumbu Karang,)
Kondisi Sumberdaya
Pesisir (pencemaran,
Primer
degradasi, isu dan
masalah)
Sosial, Ekonomi dan Budaya
Sekunder
Responden,
Diskanlut, Instansi
terkait
Wawancara,
Observasi, Studi
Pustaka
Sekunder
Responden
Wawancara,
Studi Pustaka
Kependudukan
Primer
Sekunder
Responden, BPS,
Instansi
Wawancara,
Studi Pustaka
Primer
Sekunder
Responden, BPS,
Instansi
Wawancara,
Studi Pustaka
Perekonomian
Primer
Sekunder
Responden, BPS,
Instansi
Wawancara,
Studi Pustaka
Sarana Umum
Primer
Sekunder
Responden, BPS,
Instansi
Wawancara,
Studi Pustaka
Monografi Desa
Primer
Sekunder
Responden, BPS,
Instansi
Wawancara,
Studi Pustaka
2.2.2
kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang
bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan
observasi berperan serta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi tak
berperan serta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak
berperan.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data kegiatan PKL di Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Laut pada unit bidang Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) adalah metode observasi.
Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang diselidiki baik dalam situasi
10
sebenarnya, maupun dalam situasi yang diciptakan secara khusus, yang bertujuan
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004).
Mahasiswa mengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistematis rangkaian kegiatan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Tanah Laut. Pengumpulan data ini difokuskan pada unit Bidang Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil.
2.3 Metode Kerja
2.3.1 Pengabdian Kepada Masyarakat
Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan PKM di Desa Sungai Cuka
Muara adalah mengenai penyelesaian masalah dengan pendekatan menggunakan
metode penyuluhan. Prinsip dari penyuluhan di Desa Sungai Cuka Muara ini
adalah mengembangkan daya nalar dan kreativitas masyarakat sehingga
memberikan suatu keluaran yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas
masyarakat pesisir Desa Sungai Cuka Muara terhadap pentingnya ekosistem
mangrove bagi lingkungan pesisir.
Menurut Amelia (2003), metode penyuluhan merupakan salah satu bentuk
pendidikan non formal, adapun kegiatan penyuluhan dapat dilakukan secara
mimbar sarasehan, latihan, kunjungan dan sebagainya. Penyuluhan ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan pemahaman untuk pengembangan sumberdaya
manusia.
Metode penyuluhan yang disampaikan yaitu dengan komunikasi langsung.
Siswa/i dikumpulkan kemudian diberikan pengetahuan tentang bagaimana
pentingnya Lingkungan laut, ekosistem mangrove fungsi dan peranan, ekosisitem
10
11
terumbu karang
keterampilan
yaitu
dengan
memberikan
sumbangsih
III.
11
berupa
12
3.2
Kondisi Iklim
3.2.1 Suhu Udara
Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Wilayah Tanah Bumbu
sebagian merupakan dataran rendah dan dataran tinggi, selain itu wilayah ini
berhadapan dengan Laut Jawa, sehingga dengan kondisi demikian kondisi udara
sangat berfluktuasi. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika (Stasiun
Meterologi Stagen) pada periode tahun 1983 2013, suhu udara di wilayah Tanah
Bumbu berkisar antara 21,4C 34,6C. Sedangkan secara rata-rata suhu udara
maksimum pada periode tahun 2002 2013 terjadi pada bulan Nopember
(33,7C) dan suhu minimum pada bulan Agustus (22,4C) dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
12
13
34
32
30
28
Suhu Udara (oC)
26
24
22
20
Feb Mar Apr
Mei
Jun
Jul
Gambar 3.1 Suhu udara rata-rata di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu selama
periode tahun 2002 2013 (Sumber : Stasiun BMKG Banjarbaru)
3.2.2
Kelembaban udara
Kelembaban udara di wilayah Tanah Bumbu berdasarkan data dari Stasiun
Meterologi Stagen, selama periode tahun 1983 2013 berkisar 66 93%, kisaran
tersebut cukup tinggi, hal ini kemungkinan karena pengaruh faktor topografi
wilayah Tanah Bumbu yang relatif beragam yakni dataran rendah, perbukitan
sampai pegunungan selain itu sangat dekat dari pengaruh laut (Selat Makassar).
Berdasarkan kelembaban udara maksimum rata-rata selama periode tahun 2002
2013, berkisar 83,1 87,5%, dimana tertinggi terjadi pada bulan Mei dan terendah
pada bulan September, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.2. Dari Gambar
tersebut juga menunjukkan bahwa pada musim peralihan II mencapai minimum,
kemudian terus menaik memasuki musim barat dan mencapai maksimum pada
musim peralihan I.
13
14
88
87
87.1
86
86.3
85
87.5 87.3
86.4
86.9
86.6
85.7
85.1
84
85.6
84.4
83
83.1
82
81
80
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Bulan
Gambar 3.2 Tekanan udara rata-rata di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
selama periode tahun 1983 2013 (Sumber : Stasiun BMKG
Banjarbaru)
3.2.3
Curah Hujan
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
14
15
Data curah dan hari hujan rata-rata perbulan selama periode 2002 2013
di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan bahwa tertinggi pada bulan
Januari yakni 277 mm dengan jumlah hari hujan 24 hari, sedangkan terendah
terjadi pada bulan Agustus yakni hanya 104 mm dan 12 hari (Gambar 3.3). Dari
Gambar tersebut juga menunjukkan pola bahwa pada musim barat terjadi
peningkatan curah hujan dan menurun pada musim timur.
300
277
257
272
221 230
250
233
223
216
200
155
170
130
150
104
100
CH
50 24 22 24 23 20 19 16
23
12 13 17 21
0
Bulan
Gambar 3.3 Kondisi curah hujan dan hari hujan rata-rata di wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu selama periode tahun 2002 2013 (Sumber : Stasiun
BMKG Banjarbaru)
3.2.4
disebabkan oleh beda tekanan horisontal. Data arah dan kecepatan angin
maksimum bulanan diperoleh dari data satelit Cersat untuk cakupan wilayah
Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2003 2014, yang kemudian dianalisis untuk
menentukan frekuensi dan persentase kecepatan angin sebagaimana disajikan
pada tabel 3.1, sedangkan Gambar 3.4 adalah windrose berdasarkan data dalam
15
16
Gambar 5. Berdasarkan Gambar dan tabel tersebut diperoleh arah angin bulanan
maksimum dominan dari barat (27,7%), kemudian dari arah tenggara (19%)
dengan kecepatan dominan berkisar pada interval 5,4 7,9 m/s (38%), sedangkan
kecepatan maksimum > 13,8 m/s mencapai 5,8%.
Tabel 3.1 Frekuensi dan persentase angin maksimum selama tahun 2003 2014
Wind
Directio
n
N
NE
E
SE
S
SW
W
NW
Total
0 - 5,4
m/s
Fre
%
k
2,
4
9
2,
3
2
0,
1
7
3,
5
6
9,
13
5
5,4 - 7,9
m/s
Fre
%
k
7,9 - 10,7
m/s
Fre
%
k
10,7 - 13,8
m/s
Fre
%
k
13,8
m/s
Fre
%
k
Total
Fre
k
1,5
0,7
0,7
5,8
1,5
0,7
0,7
2,9
4,4
0,7
0,7
11
8,0
9
9
6,6
6,6
12
8
8,8
5,8
4
4
2,9
2,9
1
2
0,7
1,5
26
23
19,0
16,8
5,1
5,1
2,9
1,5
21
15,3
1,5
0,7
38
27,7
0,7
12,
4
4,4
5,8
137
100
16
3
52
11,
7
2,2
38,
0
14
2
47
10,
2
1,5
34,
3
17
Gambar 3.4 Mawar angin selama Tahun 2003 2014 di daerah Tanah Bumbu
16
17
Topografi
Topografi di daerah Desa Sungai Cuka Muara yang merupakan daerah
pesisir adalah bentangan wilayah yang terdiri dari dataran rendah dan daerah
aliran sungai yang dapat dilihat di tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Kondisi topografi di wilayah Desa Sungai Cuka Muara
No
Bentangan Wilayah
1
Dataran Rendah
2
Berbukit-Bukit
3
Dataran Tinggi/Pegunungan
Luas
775 Ha
-
4
5
6
7
8
9
100 Ha
-
Lereng Gunung
Tepi Pantai/Pesisir
Kawasan Rawa
Kawasan Gambut
Aliran Sungai
Bantaran Sungai
Kedalaman
Perairan laut di daerah pesisir Desa Sungai Cuka Muara memiliki kontur
landai dengan kedalaman hanya 8 m sejauh 2 km ditarik garis tegak lurus pantai.
Hal ini diduga sebabkan oleh sedimen yang terbawa arus susur pantai dari muara
sungai barito yang sampai dan terendap di daerah perairan desa Sungai Cuka
17
18
Muara (Lap mata kuliah Geologi Laut IKL, 2014). Berikut profil melintang tegak
lurus pantai di perairan Desa Sungai Cuka Muara dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.6 Profil melintang dasar perairan antara sebelah barat dan timur
(Sumber : Laporan Praktik Lapang Geologi laut 2014)
18
19
1.605 orang
1.471 orang
3.076 orang
994 KK
per km
19
20
Cuka Muara adalah menangkap ikan, bertani dan berkebun. Kegitan tersebut
dilakukan berdasarkan musim. Jika musim tangkap, nelayan akan melaut
sedangkan jika musim penghujan, masyarakat bertani. Perkebunan di Desa Sungai
Cuka Muara adalah tanaman kelapa sawit dan karet.
3.3.3
Kegiatan Keagamaan
Agama merupakan suatu pedoman dalam diri manusia yang mengatur
20
21
Mata Pencaharian
Laki-laki
(orang)
193
137
67
Jenis Pekerjaan
Petani
Buruh tani
Buruh migran laki-laki
Pegawai Negeri Sipil
21
Perempuan
(0rang)
126
74
24
22
5
6
7
8
9
13
14
15
16
20
23
24
25
26
27
28
5
88
129
114
19
1
4
3
7
1
407
3
427
1.605
37
18
46
17
7
39
1
1
16
1.065
1.471
3.076
Pendidikan
Masyarakat Desa Sungai Cuka Muara memiliki tingkat pendidikan yang
bervariasi mulai dari Sekolah Dasar hingga Sarjana dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sungai Cuka Muara
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tingkatan Pendidikan
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah
Usia 18-56 thn pernah SD tetapi tidak tamat
Tamat SD/sederajat
Jumlah usia 12 56 tahun tidak tamat SLTP
Jumlah usia 18 56 tahun tidak tamat SLTA
Tamat SMP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Tamat D-1/sederajat
Tamat D-2/sederajat
22
Laki-laki
(Orang)
8
12
4
138
14
97
434
17
21
567
257
-
Perempuan
(Orang)
13
20
8
153
29
79
300
22
16
560
261
-
23
14
15
16
17
18
19
20
Tamat D-3/sederajat
Tamat S-1/sederajat
Tamat S-2/sederajat
Tamat S-3/sederajat
Tamat SLB A
Tamat SLB B
Tamat SLB C
Jumlah
Jumlah Total
11
29
0
0
0
0
0
1.602
5
5
0
0
0
0
0
1.471
3.076
Kesehatan
Jenis Prasarana
Rumah sakit umum
Puskesmas
Puskesmas pembantu
Poliklinik/balai pengobatan
Apotik
Posyandu
Toko obat
Balai pengobatan masyarakat yayasan/swasta
Gudang menyimpan obat
Jumlah Rumah/Kantor Praktek Dokter
Rumah Bersalin
Balai Kesehatan Ibu dan Anak
Rumah Sakit Mata
23
Jumlah (Unit)
1
1
-
24
Jenis Sarana
Jumlah dokter umum
Jumlah dokter spesialis lainnya
Jumlah paramedic
Jumlah dukun bersalin terlatih
Bidan
Perawat
Dukun pengobatan alternatif
Laboratorium kesehatan
Jumlah (Orang)
1
1
-
Sumber : Profil
Desa Sungai
Cuka Muara
2014
3.3.7
Saran
a dan
Prasarana
Sarana dan prasarana umum yang tersedia di Desa Sungai Cuka Muara
dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Umum di Desa Sungai Cuka Muara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Sarana/Prasarana
Tempat Beribadah
Sekolah SD
Sekolah TK Al_Quran
Pos Kamling
Lapangan Bola
Kuburan Muslimin
Lapangan Sepak Takraw
Rumah Dinas Bidan
Motor Kebersihan
Spit Desa
Listrik
Jembatan
Jalan Desa
Jumlah Satuan
Keterangan
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
1
Unit
Baik
Tersedia
2
Unit
1 Rusak, 1 Baik
8
KM
2 Km beraspal, 6 Km berbatu
Perikanan
Aktivitas perikanan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sungai Cuka
Muara adalah perikanan tangkap. Permasalahan yang terlihat di desa adalah pada
teknologi penangkapannya dan musim menangkap yang tidak bisa di prediksi
24
25
nelayan serta ukuran kapal yang hanya 5 GT. Pada umumnya alat tangkap yang
digunakan di daerah tersebut masih tradisional dan ada yang tidak ramah
lingkungan. Alat tangkap tradisional itu adalah Lampara dasar, Rawai dan Togo
serta Jaring. Alat tangkap tradisional yang dimaksud adalah tidak menggunakan
teknologi terbarukan dan pengoperasiannya masih manual tanpa menggunakan
mesin Kapal yang digunakan nelayan di Desa Sungai Cuka Muara rata-rata
berukuran tak lebih dari 5 GT. Gelombang yang cukup besar menyebabkan para
nelayan melaut tidak begitu jauh dari pantai yang menyebabkan kurangnya hasil
tangkapan nelayan tersebut. Tidak adanya penggunaan teknologi ini di antara
nelayan, diduga terkait dengan pengetahuan mereka yang cukup rendah.
Pengetahuan para nelayan yang rendah akan menghambat dalam pengoperasian
teknologi tersebut, sehingga umumnya nelayan tidak menggunakan alat tersebut.
Kondisi ini berkorelasi dengan hasil tangkapan nelayan yang tidak optimum dan
tidak adanya kepastian tentang waktu penangkapan dan lokasi penangkapan yang
tidak bervariasi. Di sisi lain kondisi perubahan iklim menyebabkan perubahan
migrasi ikan, sehingga nelayan tidak bisa memprediksi musim tangkapan. Ikan
hasil tangkapan nelayan biasanya langsung dijual ke pengumpul meskipun
terkadang juga menjual ke konsumen langsung seperti tetangga sekitar. Nelayan
tersebut hanya mengambil secukupnya untuk dikonsumsi. Para nelayan akan
berkumpul di muara sungai untuk menjual hasil tangkapannya kepada pengumpul.
3.3.9
25
26
26
27
perairan. Pencamaran laut juga merupakan isu yang tak kalah penting di desa
tersebut dimana rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan. Kondisi perumahan yang terletak diatas perairan membuat
masyarakat dengan mudah membuang sampah seperti plastik kemasan langsung
ke perairan. Daerah pantai mengalami abrasi dan sedimentasi yang cukup tinggi.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya vegetasi mangrove di pesisir sehingga daratan
di daerah pesisir kurang terlindung dari gelombang dan arus. Tepi pantai di sisi
barat dan tepi sungai di sisi timur desa mengalami abrasi yang cukup tinggi.
Upaya telah dilakukan seperti pemasangan kayu pancang atau siring kayu di
sepanjang sisi sungai. Berbeda dengan di bagian muara sungai sebelah utara desa
yang mengalami sedimentasi cukup tinggi. Hal ini diduga karena tepian sungai di
dekat muara berbentuk ceruk sehingga sedimen yang berasal dari kegiatan di hulu
sungai terperangkap di ceruk tersebut. Hasil pengamatan di Desa Sungai Cuka
Muara banyak ditemukan sampah terutama di sekitar perumahan dan tepian
sungai (Gambar 3.10). Umumnya sampah yang ditemukan adalah sampah
domestik seperti plastik, dedaunan dan ranting. Sampahm rumah tangga yang
bersifat organik yang mengalami dekomposisi dapat menimbulkan bau tak sedap.
Selaint itu kondisi demikian dapat menyebabkan penyakit seperti diare,
muntahber dan penyakit-penyakit lainnya yang disebabkan oleh bakteri
dekomposer.
27
28
Gambar 3.10 Limbah rumah tangga masyarakat Desa Sungai Cuka Muara
3.3.11
Sosial Ekonomi
Isu sosial ekonomi yang terdapat di Desa Sungai Cuka Muara meliputi
pendapatan nelayan, mata pencaharian alternatif serta kurangnya pendidikan. Hal
ini sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan di
desa tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik (2004) bahwa indikator tingkat
kesejahteraan masyarakat ada 5, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
dalam satu kali trip dengan one day one trip dengan jumlah ABK 3-4 orang/
kapal. Jumlah tersebut cukup kecil karena pekerjaan tersebut tidak setiap hari
dilakukan, melainkan berdasarkan musim yang tak menentu. Dalam satu minggu,
nelayan hanya melaut 3 4 kali dengan kondisi bila musim ikan, nelayan
memperoleh untung sedangkan jika sedang tidak musim, nelayan hanya balik
modal atau bahkan merugi karena jumlah tangkapan tidak sesuai dengan modal
awal seperti bahan bakar dan kebutuhan lainnya. Hal ini akibat kurangnya
pemanfaatan teknologi dalam proses penangkapan. Nilai jual komoditas perikanan
seperti udang harganya juga menurun. Menurut informasi nelayan sekitar, harga
28
29
komoditas udang sebelumnya berkisar Rp. 17.000,- hingga Rp. 18.000,-. Namun
sekarang harga udang berada di kisaran Rp. 12.000,-. Hal ini diduga akibat
beredarnya isu tentang penutupan gudang udang yang menyebabkan harga udang
cenderung menurun. Penurunan harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
yang terjadi di Desa Sungai Cuka Muara Kabupaten Satui yang masih berada di
kisaran Rp. 15.000,-. Dari sisi sosialnya, masyarakat Desa Sungai Cuka Muara
masih kurang perhatian terhadap pendidikan. Kurangnya perhatian terhadap
pendidikan ini disebabkan fasilitasnya yang sangat minim serta rendahnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya sebuah pendidikan, juga kurangnya
tenaga pengajar.
3.3.12 Infrastruktur
Infrastruktur di daerah sangat menentukan keberhasilan pengembangan
pembangunan dan perekonomian wilayah. Ketersediaan infrastruktur dasar seperti
akses jalan, sumber air bersih, listrik, telekomunikasi dan pelabuhan akan
mempercepat pemerataan pembangunan dan meningkatkan aktifitas ekonomi. Hal
tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan perkembangan
desa. Desa Sungai Cuka Muara pada umumnya sudah memiliki infrastruktur yang
cukup lengkap seperti listrik (Gambar 3.11), sumber air bersih (Gambar 3.12),
akses jalan (Gambar 3.13) dan telekomunikasi.
29
30
Pendidikan
Status Kepegawaian
PNS
Jumlah
CPNS
S-2
3.57
S-1
20
20
71.42
D-3
3.57
SLTA
21.42
SLTP
30
31
SD
Jumlah Keseluruhan
28
28
99.97
Status Kepegawaian
PNS
CPNS
Golongan I
0
0
Golongan II
5
0
Golongan III
17
0
Golongan IV
6
0
Jumlah Keseluruhan
Golongan
Jumlah
0
5
17
6
28
%
0
17.85
60.71
21.42
99.99
Eselon
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
Non Eselon
Jumlah
1
5
10
12
31
32
teknologi
diarahkan
untuk
peningkatan
kemampuan
32
33
B.
1)
2)
3)
4)
Misi
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
Pengembangan teknologi kelautan dan perikanan
Meningkatkan Mutu dan Nilai Tambah serta Daya Saing Produk
Melaksanakan pengawasan, perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan, agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
5) Meningkatkan kontribusi perikanan dalam penyediaan pangan dan perbaikan
gizi masyarakat.
6) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik aparatur maupun pelaku
usaha perikanan dan kelembagaa perikanan.
C. Tujuan
Agar penjabaran visi dan misi Dislutkan Kabupaten Tanah Laut dapat
terlaksana dengan baik, dirumuskan beberapa target yang tertuang dalam tujuan
pembangunan, yaitu " PENGELOLAAN, TEKNOLOGI dan NILAI
TAMBAH " dalam substansi PAIN (Profitable, Achieveable. Important and
Numerical) serta GAIN (Goals are Improved Number), sebagai berikut :
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas Usaha Kelautan dan Perikanan
a) Meningkatkan Kapasita sentra sentra produksi kelautan dan perikanan
b) Meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan/persentase
peningkatan penghasilan pembudidaya ikan.
2) Meningkanya jumlah konsumsi ikan perkapita (kg/kapita/tahun)
3) Meningkatkan mutu dan keamanan produk perikanan .
a) Jumlah izin pelaku usaha kelautan dan perikanan.
b) Menurunnya kasus penggunaan B3 pd produk perikanan
4) Terpenuhinya Sarana dan Prasarana Perikanan Tangkap
a) Jumlah kapal, Col-Box, Gae, Rengge, Jumlah Jaring Kepiting
b) Jumlah Jaring Apung, Tramel Net, Kompetensi KUB
c) Kartu kapal dan Jumlah penandaan kapal
5) Terpenuhinya sarana Prasarana Budidaya
33
34
masyarakat
nelayan
yang
dilakukan
dengan
peningkatan
bertanggung
jawab
yang
34
didukung
oleh
penyediaan
35
35
36
36
37
IV.
4.1
RENCANA KERJA
kegiatan untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan dan pada akhirnya
diharapkan dapat mewujudkan tujuan kegiatan ini. Pada dasarnya program kerja
yang di laksanakan mengacu pada identifikasi masalah awal yang terjadi dan
dianalisis sehingga dapat memberikan solusi pemecahan dan apa saja yang akan
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari dua program yaitu program utama
dan program pendukung sebagai berikut.
4.1.1
permasalahan yang diperoleh yaitu mengenai manfaat dan fungsi lingkungan laut
serta mengenalkan ekosistem laut. Adapun program kerja utama tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.1.
37
38
Tabel 4.1 Rencana Kerja Utama Kegiatan Praktik PKM di Desa Sungai Cuka
Muara Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.
No
1
Permasalahan
Di duga Anak-anak
Program Kerja
Memperkenalkan
Metode
Mengajar/sosialisasi pada
Muara minim
ekosisitem laut
pengetahuan tentang
manfaatnya sejak
kurang menyadari
pentingnya lingkungan
bersih-bersih pantai
bersih Pantai
Permasalahan
Para nelayan mempunyai
Program Kerja
Pelatihan cara
Metode
Mengumpulkan
menggunakan
GPS kepada
masyarakat
penyuluhan menggunakan
GPS
Pelatihan
snorkeling
praktek langsung
kepada pemandu
wisata dan
masyarakat
menggunakan snorkeling
Terdegradasinya wilayah pesisir
Melakukan
penyuluhan dan
mengajak para
38
39
penanaman
mangrove pada
daerah aliran
menanam mangrove
Kurang berkembangnya
sungai
Membantu
Membuatkan video
mempromosikan
Pariwisata Batu
Buaya
Buaya
Penyuluhan
Mengumpulkan ibu-ibu
aneka olahan
dan mendemonstrasikan
mangrove
4.2
AKTIVITAS
I
1.
MINGGU KE
II
III
IV
Pengenalan Staf-Staf
*
2.
3.
4.
Analisa teknis
Partisipasi dalam Kegiatan
39
40
V.
5.1
Pelaksanaan Kegiatan PKM
5.1.1. Isu Permaasalahan di Lokasi PKM
A. Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. Seiring berjalannya waktu kondisi
lingkungan sekarang ini telah banyak mengalami penurunan baik yang
diakibatkan langsung oleh manusia maupun oleh alam.
Masalah penurunan lingkungan yang terjadi di Desa Sungai Cuka Muara
adalah menurunnya ekosistem mangrove akibat dari eksploitasi yang berlebihan
dan juga kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan peranan
ekosistem mangrove tersebut.
Masalah lain yang juga dihadapi seperti pencemaran di lingkungan pesisir
yang ditandai dengan adanya sampah domestik rumah tangga serta limbah yang
40
41
dibawa aliran sungai dari hulu ke hilir. Kegiatan yang terjadi di hulu sungai adalah
kegiatan dari perusahaan-perusahaan industri yang akibatnya lingkungan menjadi
kotor dan kumuh serta menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal ini dikarenakan
rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
lingkungan.
Pengetahuan memiliki peranan penting dalam proses merubah pola pikir
masyarakat pesisir. Pengetahuan yang cukup akan menumbuhkan kesadaran
masyarakat sehingga masyarakat mengetahui dampak dari penurunan kondisi
lingkungan dan mulai menjaga/memulihkan lingkungan tersebut. Oleh karena itu
pengetahuan merupakan dasar yang harus diterapkan pertama kali dalam
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan
termasuk pada anak-anak yang berada pada daerah Desa Sungai Cuka Muara.
B. Perikanan
Isu perikanan yang terjadi di Desa Sungai Cuka Muara berkaitan dengan
masalah teknolgi dalam kegiatan menangkap ikan. Masyarakat Desa Sungai Cuka
Muara hampir seluruhnya bekerja sebagai nelayan. Rata-rata pera nelayan di sana
menggunakan kapal dengan ukuran 3-5 GT (groos ton) dengan perlengkapan
kapal yang cukup mengandalkan teknologi dengan adanya GPS dan Fishfinder
pada kapal nelayan.
Seiring dengan teknologi yang di gunakan oleh nelayan namun tidak
diiringi dengan pengetahuan mengenai teknologi tersebut, maka bermunculan
masalah-masalah yang disebabkan oleh tehnologi itu sendiri. Salah satunya adalah
para nelayan tidak bisa mengoprasikan GPS dan Fishfinder , GPS yang berubah
bahasa menjadi Bahasa Inggris sehingga para nelayan tidak bisa memahami menu
41
42
yang tersaji pada GPS. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan mereka
menangkap ikan sehingga akan mengurangi pendapatan mereka.
C. Pariwisata
Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang tepat dalam
meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global.
Pariwisata mempunyai dampak dan manfaat yang banyak, di antaranya selain
menghasilkan devisa negara dan memperluas lapangan kerja, sektor pariwisata
bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan mengembangkan budaya lokal.
Salah satu jenis wisata yang berkembang di Indonesia adalah jenis wisata bahari.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas
ribuan pulau besar dan kecil, seluruhnya mencakup 13.000 pulau dengan garis
pantai lebih dari 95.181 km serta memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan
yang sangat besar (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010).
Masyarakat pesisir merupakan bagian dari masyarakat yang tinggal di
wilayah pesisir. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan
memiliki keragaman potensi sumberdaya alam baik hayati maupun nonhayati
yang sangat tinggi. Potensi sumberdaya tersebut dimanfaatkan oleh penduduk
yang tinggal di wilayah sekitar untuk mencapai kesejahteraan. Namun Ironisnya,
sebanyak 32,14% dari 16,42 juta jiwa masyarakat pesisir masih hidup di bawah
garis kemiskinan dengan indikator pendapatan US$ 1 per hari (Direktorat PMP,
2006).
Sektor pariwisata di kabupaten Tanah Bumbu yaitu Pariwisata Batu Buaya
merupakan salah satu destinasi Wisata Bahari yang berada di Desa Sungai Cuka
Muara. Pariwisata tersebut kurang berkembang disebabkan oleh beberapa faktor
42
43
43
44
pentingnya
Lingkungan
manfaatnya.
44
Laut
serta
peran
dan
45
murid-murid
membuat
suatu
kerajinan
tangan
dan
kami
45
46
IV sampai kelas VI pada siang hari dan beberapa guru juga ikut serta (Gambar
5.4). Antusias siswa/i dalam mengikuti kegiatan ini sangat tinggi. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya siswa/i yang aktif berinteraksi terhadap narasumber. Pada
bagian akhir sosialisasi diadakan kuis sebagai evaluasi mengenai materi yang
telah disampaikan. Hadiah diberikan sebagai motivasi bagi siswa/i agar tidak
malu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
46
47
guru SD Negeri 2 Sungai Cuka Muara dan KKG (Kelompok Kerja Guru)
Kecamatan Satui yang berjumlah kurang lebih 80 orang. Sebelum melaksanakan
kegiatan bersih-bersih pantai kami mengajarkan kepada siswa/i mengolah
kerajinan tangan yang berbahan dasar dari barang-barang bekas yang tidak
terpakai dan tersedia dilingkungan siswa/i yaitu botol kaca, pasir dan pecahan
kerang (Gambar 5.5).
47
48
48
49
49
50
Gambar 5.11
Gambar 25. Foto bersama setelah sosialisai
Gambar 5.13
Gambar 13. Foto bersama Siswa/i dan KKG setelah bersih-bersih pantai
50
51
Gambar 5.14 Pesan dan kesan kepada KKG yang telah berpartisipasi
5.1.3. Pelaksanaan Program Kerja Pendukung
A. Pelatihan Cara Menggunakan GPS Dan Fishfinder
Kegiatan pelatihan menggunakan GPS dan Fishfinder dilaksanakan sebab
para nelayan di Desa Sungai Cuka Muara banyak yang mempunyai GPS dan
Fishfinder tetapi tidak mengetahui mengoprasikan alat tersebut. GPS dan
Fishfinder sangat mempunyai peranan dalam kegiatan penangkapan bagi para
nelayan sebagai penunjuk dalam menentukan lokasi tempat mereka menangkap
ikan dan meningkatkan jumlah tangkapan para nelayan. Kedua alat tersebut
sangat mempunyai peranan penting bagi nelayan sehingga dilakukan kegiatan
pelatihan menggunakan GPS dan Fishfinder yang diharapkan para nelayan dapat
mengoprasikan kedua alat tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan di rumah Bapak Tabrani pada malam Jumat
tanggal 22 Oktober 2015. Masyarakat Sungai Cuka Muara yang sebagian besar
sebagai nelayan sangat antusias saat kegiatan pelatihan ini, dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat yang berhadir dari yang tua, dewasa sampai anak-anak.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemberian materi mengenai cara
menggunakan GPS dan Fishfinder (Gambar 5.15). Kegiatan setelahnya adalah
praktek menggunakan GPS dan Fishfinder, pada saat praktek menggunakan
51
52
52
53
53
54
langsung namaun karena kondisi perairan di Sungai Cuka Muara lagi tidak
memungkinkan untuk melakukan praktek maka hanya pemberian materi (Gambar
5.18) dan juga pemutaran vidio bagaimana cara snorkeling yang benar.
musibah akibat faktor alam yaitu dengan terjadinya degradasi pada daerah pantai
dan wilayah aliran sungai. Musibah yang diakibatkan oleh alam tidak bisa
dihindarkan tetapi bisi di minimalisir dampaknya bagi masyarakat. Daerah pantai
sudah dilakukan pencegahan oleh aparat desa yaitu dengan membangun
penghalang berupa ban-ban besar yang ditumpuk hampir setinggi 2 meter dengan
tujuan saat gelombang besar datang tidak langsung menghantam pemukiman
masyarakat. Daerah sungai memiliki ancaman yang sama besar terkena musibah
seperti
banjir rob, terdegradasi dan angin kencang oleh karena itu kami
mengangkat permasalahan ini untuk dijadikan salah satu program kerja selama
PKM.
54
55
55
56
56
57
belum banyak orang yang tau untuk daerah luar Tanah Bumbu. Permasalahan itu
menjadi wacana kami dalam menetukan program kerja agar permasalahan
tersebut dapat teratasi. Kegiatan kami dalam memecahkan permasalahan tersebut
ialah dengan cara mempromosikan Pariwisata Batu Buaya melalui media sosial.
Sebelum kegiatan ini berjalan terlebih dahulu kami diskusikan dengan pemilik
resort (Gambar 5.21) dan dengan Kepala Desa Sungai Cuka Muara (Gambar
5.22). Diskusi ini kami laksanakan di rumah Bapak Kedes. Beliau mengapresiasi
dengan rencana kami mempromosikan Pariwisata Batu Buaya melalui media
sosial namun beliau meminta agar kegiatan tersebut tidak dikerjakan dahulu.
Penyebab kegiatan tersebut tidak dikerjakan adalah beliau menginginkan agar
sarana dan prasarana yang sedang dibangun dilokasi pariwisata di rampungkan
terlebih dahulu kemudian baru dilaksanakan promosi melalui media sosial.
Berhubung kegiatan tersebut tidak mendapakan ijin dari Kades maka kegiatan
tersebut kami batalkan.
Gambar 5.21 Diskusi kegiatan promosi batu buaya bersama pemilik resort
57
58
Gambar 5.22 Diskusi kegiatan promosi batu buaya bersama aparat desa dan
perwakilan masyarakat
E. Penyuluhan Aneka Olahan Dari Hasil Buah Mangrove
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki 17.508
pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer dan memiliki potensi
sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2002). Sumberdaya
alam yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan terdiri dari sumberdaya yang
dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu
karang maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih (non-renewable resources)
seperti minyak bumi dan gas mineral serta jasa-jasa lingkungan (Dahuri dkk.,
2001). Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan mangrove
(hutan bakau) terbesar di dunia, yaitu mencapai 8.60 juta hektar, meskipun saat ini
dilaporkan sekitar 5.30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).
Ekosistem mangrove memiliki manfaat ekonomis yaitu hasil kayu dan bukan kayu
misalnya budidaya airpayau, tambak udang, pariwisata dan lainnya. Manfaat
58
59
ekologis adalah berupa perlindungan bagi ekosistem daratan dan lautan, yaitu
dapat menjadi penahan abrasi atau erosi gelombang atau angin kencang. Secara
ekosistem berperan dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir baik secara fisik
maupun biologis. Produk hutan mangrove yang sering dimanfaatkan manusia
adalah kayu yang digunakan sebagai bahan bakar, bahan membuat perahu, tanin
untuk pengawet jaring, lem, bahan pewarna kain dan lain-lain .
Ekosistem mangrove di Desa Sungai Cuka Muara dominan adalah jenis
dari Nypah (Gambar 5.23), Avicennia dan Rhizopora. Banyaknya jenis Nypah
membuat sebagian dari masyarakat memanfaatkan daunnya sebagai atap rumah
dan dinding rumah tetapi buahnya belum termanfaatkan secara maksimal mereka
hanya memnfaatkan untuk dimakan biasa saja tanpa diolah. Besarnya potensi
buah Nypah pada lokasi PKM membuat kami berinisiatif untuk mengadakan
pelatihan pembuatan kolak yang berbahan dasar dari buah Nypah.
Gambar 5.23 Keadaan Komunitas Nypah yang ada di Sungai Cuka Muara
Tangal 14 Oktober 2015 kami melakukam survei ke dalam hutan Nypah
bersama beberapa masyarakat untuk mencari buah Nypah yang mana akan
digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kolak dari buah Nypah (Gambar
5.24). 2 jam lebih menyisir
59
60
karena bukan musim Nypah berbuah (Gambar 5.25). Kondisi ini tak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan tersebut maka kami putuskan untuk
membatalkan kegiatan tersebut.
60
61
61
62
Kegiatan
Memperkenalkan lingkungan laut dan
ekosisitem laut berupa fungsi dan
manfaatnya sejak usia dini serta bersihbersih pantai
Uraian Kegiatan
Silaturahmi ke SD sebelum kegiatan
sosialisasi
Mengajar/Sosialisasi kepada siswa/i
mengenai pentingnya lingkungan laut
termasuk peran dan manfaatnya
Bersih-bersih pantai di Desa Sungai
Cuka Muara bersama Siswa/I dan
KKG Kecamatan Satui
62
Waktu pelaksanaan
(minggu ke)
1
2
3
Keterangan
Terlaksana
Terlaksana
*
Terlaksana
63
Kegiatan
Pelatihan cara
menggunakan
GPS kepada
masyarakat
Pelatihan
snorkeling kepada
pemandu wisata
dan masyarakat
Melakukan
penyuluhan dan
penanaman
mangrove
Membantu
mempromosikan
Pariwisata Batu
Buaya
Penyuluhan aneka
olahan dari hasil
buah mangrove
Uraian Kegiatan
Pemberian materi cara
menggunakan GPS dan
Fishfinder
Praktek mengoprasikan GPS
dan Fishfinder
Pemberian materi snorkeling
yang baik
Waktu pelaksanaan
(minggu ke)
1
2
3
Keterangan
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Tidak terlaksana karena kondisinya tidak
memungkinkan untuk melakukan praktek snorkeling
Praktek snorkeling
Pemberian materi mengenai
hutan mangrove
Melakukan penanaman
mangrove dengan warga dan
murid SD
Sosialisasi kepada kepala
desa dan pemilik resort
Terlaksana
Tidak terlaksana karena lokasi yang r akan ditanam
mangrove merupakan tempat tambatan kapal nelayan
Terlaksana
Tidak terlaksana karena kapala desa tidak
mengijinkan dengan alasan sarana dan prasarana di
tempat pariwisata harus selesai dulu pembangunannya
Terlaksana
Tidak terlaksana karena bahan bakunya berupa buah
Nypah tidak ada dan di ganti dengan membagi buku
mengenai olahan hasil dari buah mangrove
63
64
64
65
Oprasional,
pembinaan
dan
fasilitas
pembinaan
dan
fasilitas
pembinaan
dan
fasilitas
fasilitas
65
66
sedang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut
serta di izinkan mengukuti kegiatan SKPD lain yang menyangkut dengan program
kerja dinas dan meteri pembelajaran mahasiswa ilmu kelautan selama dalam
perkuliahan. Kegiatan bersama dengan pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tanah Laut yaitu gotong royong membersihkan area perkantoran.
Kegiatan dilapangan yang dilaksanakan yaitu :
A. Kegiatan Penyusunan RPKP Program PKPT
Kegiatan penyusunan RPKP yang diikuti mahasiswa dilaksanakan pada
hari selasa tanggal 4 Agustus 2015 di laksanakan di dua tempat berbeda di Desa
Tabanio, Takisung menjadi satu (Gambar 5.27) dan Pagatan besar tersendiri
(Gambar 5.28). Kegiatan ini di laksanakan dari pagi hingga sore hari di hadiri
oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut yaitu oleh Bapak
Edi Santoso, S.Pi, Konsultan Program PKPT Bapak Baharruddin, S.Kel, M.Si,
serjana pendamping Bapak Fendi, Ibu Rika, Ibu Maimunah dan Ibu Salma, kepala
desa masing-masing, angoota BPD desa, perangkat desa dan KMP.
Gambar 5.27 Kegiatan penyusunan RPKP di Desa Tabanio dan Desa Takisung
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
Gambar 5.34 Pelatihan pembuatan gill net bersama BPPP Banyuwangi di Desa
Tanjung Dewa
E. Gotong Royong
Mahasiwa yang melakukan PKL ikut serta dalam kegiatan gotong royong
membersihkan area sekitar Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Tanah Laut.
Acara gotong royong ini dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 7 Agustus 2015.
Selain gotong royong mahasiwa juga menjalin keakraban dengan staf-staf lainnya
diluar unit bidang KP3K.
VI.
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM) adalah sebagai berikut.
A. Permasalahan yang dihadapi di Desa Sungai Cuka Muara adalah masalah
lingkungan, perikanan, pariwisata dan pengolahan sumber daya alam yang
belum terkelola dengan maksimal.
72
73
membersihkan pantai. Kegiatan ini terlaksana dengan baik hal ini terlihat dari
banyaknya siswa/i yang bertanya dan ikut serta dalam kuis singkat yang
dilaksanakan.
C. Program kerja yang mendukung kegiatan tersebut adalah pelatihan cara
menggunakan GPS, pelatihan snorkeling kepada pemandu wisata
dan
73
74
desa yaitu Desa Takisung, Desa Pagatan Besar dan Desa Tabanio. Setiap desa
mempunyai kegiatan yang berbeda-beda sesuai dengan keperluan dan manfaat
bagi desa tersebut.
6.2 Saran
Perumusan kegiatan PKL-PKM seperti menentukan lokasi PKM
diharapkan melibatkan mahasiswa sehingga lokasi PKM sesuai dengan bidang
ilmu yang di miliki mahasiswa yang akan melakukan kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, N. 2003. Perencanaan dan Aktivasi Sumberdaya Manusia di sektor
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bengen, D. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut.
Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.
Dahuri, R. J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T. Pradnya Pramita,
Jakarta.
Direktorat PMP. 2006. 6 Tahun Program PEMP, Sebuah Refleksi. Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Dislutkan, 2015.Tugas Pokok Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah
Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.
Gunarto. 2004. Konservasi mangrove sebagai pendukung Sumber Hayati
Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian 23 (1) halaman 15 21.
Maros. Sulawesi Selatan.
Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT.
Rineka Cipta, Jakarta
Narbuko. 1997. Metode Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.
74
75
75
76
LAMPIRAN
76