Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

PROGRAM DESAIN PARTISIPATIF UNTUK MCK DAN TANDON AIR SERTA PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU TAMAN KANAK KANAK UNTUK DUSUN JATIWEKAS, DESA KEDAWUNG, KABUPATEN KEDIRI

Oleh: Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA 2012

HALAMAN PENGESAHAN
1 a. Judul Pengabdian Masyarakat PROGRAM DESAIN PARTISIPATIF UNTUK MCK DAN TANDON AIR SERTA PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU TAMAN KANAK KANAK UNTUK DUSUN JATIWEKAS. DESA KEDAWUNG, KABUPATEN KEDIRI Arsitektur (Merancang) dan Paedagogy

b. Bidang Ilmu 2. Peserta Abdimas a. Nama Lengkap dan Gelar 3. Alamat Peserta b. Alamat Kantor b. Alamat Rumah 4. Jumlah Anggota Tim Pengabdian Masyarakat Nama Anggota Tim Pengabdian Masyarakat 5. 6. 7. 8. Lokasi Pengabdian Masyarakat Kerjasama dengan Institusi Lain Jangka Waktu Pengabdian Masyarakat Biaya yang diusulkan a. Sumber Dari UK Petra b. Sumber Lainnya Total Biaya

Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc.

Jl. Siwalankerto 121 131 Surabaya, 60236, Telpon 8494830/ Fax 8417658 Jl. Ketintang Seraten, Central Park A Yani Residence, Kav. A-22, Surabaya 60231, East Java, Indonesia. DUSUN JATIWEKAS, DESA KEDAWUNG, KABUPATEN KEDIRI 2 kali dalam 6 bulan

Rp. 2.500.000,-

Pengaju Abdimas Kepala Dusun Jatiwekas

Sujian

Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc. NIP : 10-012

Mengetahui Ketua Jurusan Arsitektur

Agus Dwi Hariyanto, ST., M.Sc. NIP : 9903

Menyetujui, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Prof. Ir. Lilianny Sigit, M.Sc., Ph.D. NIP: 84-011

PROGRAM DESAIN PARTISIPATIF UNTUK MCK DAN TANDON AIR DAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU TAMAN KANAK - KANAK UNTUK DUSUN JATIWEKAS, DESA KEDAWUNG, KABUPATEN KEDIRI

Gunawan Tanuwidjaja, ST. M.Sc. Universitas Kristen Petra ABSTRAK Dusun Jatiwekas, Desa Kedawung, Kabupaten Kediri merupakan Desa yang cukup berkembang. Tetapi perkembangan Desa ini terhambat karena berbagai hal di antaranya ialah karena perekonomian desa ini bertumpu 100% pada pertanian tadah hujan, perkebunan. Hal ini menyebabkan terhambatnya perkembangan Desa ini. Dari Program COP yang lalu didapati berbagai Kekuatan, Kelemahan, Potensi dan Ancaman dari Desa ini (SWOT). Ternyata muncul berbagai kebutuhan seperti Desain MCK (Mandi, Cuci & Kakus) dan Tandon Air yang sehat dan memadai serta Peningkatan Kemampuan Guru TK (Taman Kanak Kanak) sebagai masalah yang memiliki prioritas utama. Masalah ini juga disesuaikan dengan kemampuan Tim Abdimas. Hal ini dirasakan diperlukan untuk ditindaklanjuti melihat antusiasme warga dan tersedianya pendanaan dari Bupati dan Pihak Pihak terkait. Tahapan untuk Desain Partisipatif MCK dan Tandon Air yang akan dilakukan ialah Penjajakan Awal, Sosialisasi, Survey Kampung Sendiri & Lokakarya Mini, Desain Partisipatif, Lokakarya Antar Pelaku. Setelah itu jika dihasilkan Desain Partisipatif MCK dan Tandon Air maka akan dilakukan program pembangunan MCK dan Tandon Air secara bergilir di Desa ini. Sedangkan untuk Peningkatan Kemampuan Guru TK akan dilakukan Pelatihan dan Penyusunan Bahan Ajar untuk TK lebih lanjut. Hal ini menindaklanjuti COP dan Abdimas Dosen terdahulu. Metode Participatory Rural Appraisal serta Diskusi akan diterapkan. Diharapkan agar Masyarakat dapat menikmati hasil dari Desain ini dan memanfaatkan MCK dan Tandon Air yang dibuat secara partisipatif tetapi mengikuti standar kesehatan yang baik serta memenuhi kriteria Desain Arsitektur yang Berkelanjutan. Selain

itu Guru TK dapat meningkatkan kemampuan untuk mengajar dan Proses Belajar Mengajar di TK dapat berjalan dengan optimal. Kata Kunci: Desain Partisipatif, Mandi Cuci dan Kakus Sehat, Arsitektur Berkelanjutan, Peningkatan Kemampuan Guru TK.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dusun Jatiwekas, Desa Kedawung, Kabupaten Kediri merupakan Desa yang cukup

berkembang. Tetapi perkembangan Desa ini terhambat karena berbagai hal di antaranya ialah karena perekonomian desa ini bertumpu 100% pada pertanian tadah hujan, perkebunan. Hal ini menyebabkan terhambatnya perkembangan Desa ini. Dusun Jatiwekas ini juga telah menerima Community Outreach Program, Universitas Kristen Petra pada bulan Juli 2011. Dengan antusiasme dan kerjasama yang baik, Warga dan Tim COP dapat melakukan program program bermanfaat di antaranya Sosialisasi Desain Bambu Plester, Peningkatan Kemampuan Guru TK, Persiapan Bahan Ajar dll. Dari berbagai program di atas disepakati bersama Warga untuk melakukan kerjasama di masa depan terkait isu isu sebagai berikut: Tabel 1. Tabel SWOT untuk Jatiwekas STRENGTHS (KEKUATAN) Kegotong-royongan dan Kekompakan Warga Jatiwekas Kesadaran Masyarakat akan perlunya Fasilitas Pendidikan yang baik Ketersediaan material batu, bambu WEAKNESSES (KELEMAHAN) Sumber air terbatas Hasil Pertanian terbatas Penghasilan Warga terbatas Sumber Daya Manusia belum optimal MCK yang kurang memadai

OPPORTUNITIES (POTENSI) Pendanaan dan Bantuan Teknis dari Kabupaten Kediri Pendanaan dari DPRD Kerjasama dengan UK Petra

THREATS (ANCAMAN) Kemiringan lahan yang terjal Ketergantungan terhadap pihak luar

Gambar 1 - 6. Kondisi Ekonomi, Kesehatan dan Pendidikan

Hal ini didasari juga oleh temuan bahwa rata rata warga Jatiwekas dalam kondisi ekonomi yang kurang menggembirakan dan rata rata memiliki pendidikan SD. Hal ini menyebabkan keterbatasan kemampuan ekonomi dan SDM pada umumnya. Hal ini juga disebabkan oleh tidak tersedianya fasilitas dan prasarana pendukung pendidikan. 6

Untuk mengatasi hal ini. Warga Jatiwekas dan Tim COP membangun fasilitas TK. Karena itu UK Petra memutuskan melengkapi prasarana yang tidak ada dalam pengadaan TK ini berupa Peningkatan Kemampuan dan Persiapan Bahan Ajar untuk Guru Taman Kanak Kanak. Hal ini telah dilakukan pada kesempatan COP yang lalu. Dan memang dirasakan diperlukan tindak lanjut untuk mengatasi hal ini berupa diskusi peningkatan kemampuan mengajar dan persiapan bahan ajar.

1.2 Perumusan Masalah


Kebutuhan Desain Partisipatif MCK dan Tandon Air yang sehat sekaligus beradaptasi dengan kondisi warga yang ada sangat diperlukan. Desain ini idealnya dapat digunakan secara nyaman sesuai dengan kebiasaan warga. Kebutuhan akan peningkatan kemampuan Guru Taman Kanak Kanak merupakan masalah pokok. Selain itu kebutuhan akan bahan ajar untuk Guru Taman Kanak Kanak ini juga merupakan suatu hal yang penting. Hal ini dipersiapkan untuk menghasilkan TK yang yang berkualitas dan berkelanjutan.

1.3 Tujuan Pengabdian Masyarakat


Tujuan Pengabdian Masyarakat ini ialah: Menghasilkan Desain Partisipatif MCK dan Tandon Air yang sehat, nyaman dan sesuai dengan kebiasaan warga. Meningkatkan Kemampuan Guru Taman Kanak Kanak Mempersiapkan Bahan Ajar untuk Guru Taman Kanak Kanak

1.4 Batasan Pengabdian Masyarakat


Dengan keterbatasan dana dan waktu, maka kegiatan ini akan dibatasi dalam waktu 2 minggu (2 kali) dalam 6 bulan pada lingkup Dusun Jatiwekas.

1.5 Manfaat Pengabdian Masyarakat


Masyarakat umum dan Masyarakat Dusun Jatiwekas dapat menerima Desain MCK dan Tandon Air yang Sehat dan Berkelanjutan dengan metode desain partisipatif, bahan baku lokal, keterlibatan tenaga lokal dan menekan biaya pembangunan. 7

Guru Guru Taman Kanak Kanak dapat mengalami transformasi untuk meningkatkan kemampuan untuk mengajar. Diharapkan juga peningkatan ini akan membuat pola pengajaran yang diberikan akan menjadi lebih terintegrasi, menarik dan interaktif serta meningkatnya kualitas pendidikan dalam Taman Kanak Kanak. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka Desain Partisipatif


Pembangunan partisipatif, merupakan pola pembangunan yang melibatkan semua pihak (pelaku) dalam proses pengambilan keputusan yang langsung mempengaruhi mereka yang terkena pembangunan. Artinya pembangunan yang melibatkan semua pemainnya dalam posisi yang setara untuk merumuskan kebutuhan, tujuan dan sasaran, langkahlangkah dan peran serta tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2005) Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa partisipasi ini merupakan penghargaan terhadap keberadaan manusia yang merdeka dan berhak untuk menetapkan sendiri nasibnya. Kedua didasari bahwa manusia bertanggung jawab sosial. Dan ketiga, manusia berhak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang sama. Didapati bahwa pengalaman masa lalu, tidak dilibatkannya manusia menapikan keadilan dan kesetaraan dan tanggung jawab sosial dan akhirnya menjadikan masyarakat semakin tidak berdaya. (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2005) Di sisi lain perumusan program yang dilaksanakan hanya oleh kelompok tertentu saja akan mengalami kegagalan karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan akhirnya mudah rusak karena rendahnya rasa kepemilikan masyarakat sekitar (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2005). Karena itulah diperlukan suatu solusi untuk mengatasi hal ini yaitu menerapkan Desain Partisipatif seperti untuk kasus ini. Deshler dan Sock (1985), disebutkan bahwa secara garis besar terdapat 3 tipe partisipasi, yaitu: partisipasi teknis (technical partisipation), partisipasi semu (pseudo participation), dan partisipasi politis atau partisipasi asli (genuine participation) [dalam Djohani, R.,1996 dan Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2005].

Partisipasi Teknis dapat dijelaskan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pengidentifikasian masalah, pengumpulan data, analisis data, dan pelaksanaan kegiatan. Pengembangan partisipasi dalam hal ini adalah sebuah taktik untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan praktis dalam konteks pengembangan masyarakat. Partisipasi asli (Partisipasi politis), dapat dijelaskan sebagai keterlibatan masyarakat di dalam proses perubahan dengan melakukan refleksi kritis dan aksi yang meliputi berbagai dimensi seperti politis, ekonomis, ilmiah, dan ideologis secara holistik. Hal ini diwujudkan dengan pengembangan kekuasaan dan kontrol lebih besar terhadap suatu situasi melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam melakukan pilihan kegiatan dan berotonomi. Partisipasi Semu, yaitu partisipasi politis yang digunakan orang luar atau kelompok dominan (elite masyarakat) untuk kepentingannya sendiri, sedangkan masyarakat hanya sekedar obyek. Karena itulah terdapat berbagai level partisipasi seperti Tabel berikut: Tabel 2. Tabel Jenis Partisipasi menurut Deshler dan Sock (1985)
Sumber: (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2005).

Ciri-ciri partisipasi masyarakat yang baik dapat didefinisikan sebagai berikut (Djohani, R.,1996 dan Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2005) : Bersifat proaktif dan bukan reaktif, artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut Ada pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara. Untuk dapat melakukan Desain Partisipatif ini maka perlu dipahami Metode Pemberdayaan di Tingkat Komunitas Lokal sebagai berikut (Djohani, R.,1996 dan Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2005) : Proses pengembangan hubungan yang lebih setara, adil, dan tanpa dominasi di suatu komunitas. Pemberdayaan memerlukan proses penyadaran kritis masyarakat tentang hak-hak dan kewajibannya. Pemberdayaan juga memerlukan proses pengembangan kepemimpinan lokal yang egaliter dan memiliki legitimasi pada rakyatnya. Proses untuk memberi daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah, dan mengurangi kekuasaan (disempower) kepada pihak yang terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan. Membutuhkan pembagian kekuasaan (power sharing) antara kepemimpinan lokal dengan masyarakat secara adil. Pembagian kekuasaan yang adil berarti adalah penyelenggaraan sistem demokrasi di tataran komunitas (community democracy). Paling tidak itu yang saat ini dipercaya oleh gerakan demokrasi di seluruh dunia. Sebagai contoh Desain Partisipatif yang serupa telah dilakukan di Dusun Diwai Makam, Lambaro Skep, Kota Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Dusun ini berlokasi 2 km dari pantai dan mengalami kehancuran total karena tsunami pada 26 Desember 2004. Bencana itu menghancurkan 104 rumah dan menghilangkan 50% populasi dari total 567 penduduknya. Untuk mengembalikan kehidupan warga ini diusulkan program perencanaan ulang partisipatif dan desain partisipatif Rumah Tinggal ini. Kegiatan ini difasilitasi oleh Fasilitator Lembaga Swadaya Masyarakat ASPEK (Asosiasi Permukiman Kooperatif) dan Ikatan Arsitek Indonesia. Hal ini menunjukkan proses yang lebih lama tetapi lebih berkelanjutan karena akan diterima oleh Warga. Proses tersebut ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut:

10

Gambar 7 & Gambar 8. Foto Proses Desain Partisipatif Dusun Diwai Makam

11

2.2. Tinjauan Pustaka Peningkatan Kemampuan Guru TK


Kondisi pendidikan di Indonesia dapat didefinisikan Karena itu tantangan menghadapi tiga tantangan

besar akibat krisis ekonomi, tantangan persaingan global dan tantangan otonomi daerah. sangat diperlukan penyusunan sistem pendidikan yang memperhatikan tantangan ini secara demokratis dan partisipatif

(http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/propenas/Bab%207%20(14112000).pdf). Secara umum masalah pendidikan Nasional Indonesia ialah: Tidak meratanya kesempatan pendidikan, Rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, Lemahnya manajemen pendudukan, Belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan iptek di kalangan akademisi, Ketimpangan kualitas pendidikan kota dan desa, Ketimpangan pendidikan antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat

Indonesia (KBI), Ketimpangan pendidikan antar tingkat pendapatan penduduk maupun antar gender.

(http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/propenas/Bab%207%20(14112000).pdf). Rendahnya kualitas ini ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan membaca untuk Siswa SD yang dievaluasi oleh International Educational Achievement (IEA). Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa dari Siswa SD di Indonesia ternyata berada di urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Begitu pula dengan Siswa SLTP yang menempati urutan ke-39 dari 42 negara untuk kemampuan matematika, dan urutan ke-40 dari 42 negara peserta untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/propenas/Bab%207%20(14112000).pdf). Hal ini coba diatasi dengan langkah langkah dari Kementerian Pendidikan Nasional yang mengacu kepada mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010--2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005--2025. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menyusun Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 20052025 dalam 0-2014.pdf). 12 Permendiknas Nomor 32 (http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_Strategic_plan_201

Rencana Kemendiknas tahun 2005-2009 diwujudkan dengan 4 tahapan sebagai berikut: Tema pembangunan I (2005--2009) dengan fokus pada peningkatan kapasitas dan Modernisasi; Tema pembangunan II (2010--2015) dengan fokus pada penguatan Pelayanan; Tema pembangunan III (2015--2020) dengan fokus pada penguatan daya saing regional; Tema pembangunan IV (2020--2025) dengan fokus pada penguatan daya saing internasional. (http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_Strategic_plan_201 0-2014.pdf). Selanjutnya tantangan Pembangunan Pendidikan 2010 - 2014 ialah: 1. Melengkapi peraturan turunan yang diamanatkan undang-undang di bidang pendidikan; 2. Memenuhi komitmen global untuk pencapaian sasaran-sasaran Millenium Development Goals (MDGs), Education For All (EFA), dan Education for Sustainable Development (EfSD); 3. Menjamin tingkat kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan di daerah terdepan, terpencil, dan rawan bencana; 4. Menjamin keberpihakan terhadap masyarakat miskin untuk memperoleh akses pendidikan bermutu seluas-luasnya pada semua satuan pendidikan; 5. Menerapkan Standar Nasional Pendidikan dengan menekankan keseimbangan antara olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olahraga; 6. Mengembangkan kebijakan pemberdayaan tenaga pendidik dan kependidikan dengan memperhatikan profesionalisme; 7. Mempertahankan peningkatan kualitas pendidikan dalam upaya pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) antargender dan antarwilayah; 8. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan kejuruan/vokasi untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional serta mampu bersaing secara global; 9. Menghasilkan SDM kreatif melalui pendidikan yang diperlukan dalam pengembangan ekonomi kreatif; 10. Menyusun struktur biaya total pendidikan setiap satuan pendidikan dengan mempertimbangkan indeks daya beli masyarakat; 11. Mengembangkan kebijakan-kebijakan untuk memperkuat dan memperluas penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah; 13

12. Meningkatkan kemitraan yang sinergis dengan dunia usaha dan industri, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi; 13. Meningkatkan koordinasi yang efektif dengan kementerian/lembaga lain dan pemerintah daerah; 14. Mengembangkan kebijakan yang mengintegrasikan muatan budi pekerti, kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban dalam penyelenggaraan pendidikan; 15. Menjamin efektivitas pelaksanaan otonomisasi satuan pendidikan termasuk penyelenggaraan Badan Hukum Pendidikan (BHP); 16. Memperbaiki dan meningkatkan kredibilitas sistem Ujian Nasional; 17. Mengembangkan homeschooling; 18. Mengembangkan kebijakan dalam penyelenggaraan PAUD; 19. Mengembangkan kebijakan yang kondusif untuk menghasilkan perguruan tinggi berdaya saing global (World Class University/WCU); 20. Mengembangkan kebijakan-kebijakan untuk memperkuat dan memperluas pemanfaatan TIK di bidang pendidikan. (http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_Strategic_plan_201 0-2014.pdf). Terlihat bahwa tantangan penting ialah menjamin keberpihakan terhadap kebijakan dalam penyelenggaraan parenting education dan

masyarakat miskin untuk memperoleh akses pendidikan bermutu seluas - luasnya pada semua satuan pendidikan dan mengembangkan kebijakan pemberdayaan tenaga pendidik dan kependidikan dengan memperhatikan profesionalisme. Kedua tantangan ini merupakan hal yang terutama berkaitan dengan pendidikan di Kabupaten Kediri khususnya Dusun Jatiwekas. Sehingga program peningkatan kemampuan Guru TK dan bahan ajarnya sangat penting. (http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_Strategic_plan_201 0-2014.pdf). Selain itu dalam Laporan Strategis Kemendiknas ini juga disajikan tentang Tujuan strategis Kemendiknas tahun 2010 - 2014 sesuai dengan visi 2014 Kemendiknas. Salah satu tujuan Kemendiknas tersebut ialah (T1) Tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten dan kota.

14

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang akan PAUD dan TK di setiap lokasi merupakan hal yang strategis. (http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_Strategic_plan_201 0-2014.pdf). Selain itu dirasakan diperlukan sebuah metode pembelajaran yang memahami kondisi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman budaya Indonesia penting. Nuansa warna budaya yang unik dan khas sudah tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu diperlukan sebuah Lingkungan Inklusif, Ramah terhadap Pembelajaran (LIRP) yang kondusif untuk mewadahi kebutuhan yang bervariasi di atas. (http://www.idp-europe.org/docs/LIPR_0.pdf). Pendidikan Inklusi berarti mengikutsertakan anak berkelainan seperti anak yang memiliki kesulitan melihat, mendengar, tidak dapat berjalan, lamban dalam belajar. Secara luas inklusi juga berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Hal ini berdampak memberikan keuntungan bagi bukan hanya bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orangtuanya. Guru berfungsi untuk memberikan bantuan bagi anak anak ini. (http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_1.pdf). Teknik Menjadikan Lingkungan Inklusif, Ramah Terhadap Pembelajaran [LIRP] juga diwadahi dengan mengajarkan kecakapan hidup dan gaya hidup sehat, agar peserta didik dapat melindungi diri dari penyakit dan bahaya. Selain itu dalam LIRP tidak ada metode kekerasan terhadap anak, pemukulan atau hukuman fisik yang diijinkan. Selain itu partisipasi dari berbagai pihak juga dibutuhkan terutama pemerintah, orang tua, murid dan anggota masyarakat lainnya. Dan Materi LIRP difokuskan pada kebutuhanpada kehidupan anak. Sehingga metode pendidikan ini dirasakan memang perlu diterapkan secara kreatif di Dusun Jatiwekas (http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_1.pdf). Sebuah buku oleh Cynthia Ulrich Tobias (1998) berjudul Cara Mereka Belajar (The Way They Learn, Focus on the Family Series) oleh Penerbit Tyndale House Publishers, juga menjelaskan adanya variasi cara siswa belajar dan menerjemahkan kehidupan. Jika berbagai cara belajar ini dapat difasilitasi maka anak-anak dapat memaksimalkan kekuatan mereka.

15

Selain itu Thomas Sergiovanni (1994) menyampaikan bahwa sekolah adalah sebuah komunitas. Sehingga diperlukan upaya membangun komunitas sekolah untuk membangun kualitas pendidikan. Hal ini juga akan diperkuat dengan sikap komunitas yang ingin belajar. Lackney (1999) mengungkapkan diperlukannya 12 prinsip kondisi fasilitas bangunan pendidikan dan fasilitas penunjangnya yang ideal sebagai berikut: Stimulating environments (Lingkungan yang memunculkan stimulasi: penggunaan warna dan tekstur; menampilkan karya karya siswa memunculkan koneksi dan rasa kepemilikan dengan bangunan); Places for group learning (Tempat tempat untuk belajar secara kelompok: tempat khusus untuk beristirahat, kubikal, meja untuk kelompok perlu disediakan untuk memfasilitasi pembelajaran secara sosial dan merangsang pikiran sosial.mengubah tempat beristirahat menjadi ruang untuk berdiskusi); Linking indoor and outdoor places (Menghubungkan ruang dalam dan ruang luar: mendorong siswa untuk bergerak dan mengembangkan syaraf motoris dengan syaraf otak untuk oksigenasi yang lebih baik); Public space (Ruang Publik: Koridor dan ruang public memiliki simbol yang mewakili semangat komunitas sekolah untuk meningkatkan motivasi dalam belajar dan kesatuan institusi); Safety (Keamanan: tempat yang aman akan mengurangi ancaman terutama pada lingkungan perkotaan); Spatial variety (Tempat yang bervariasi secara ruang: variasi ruang berupa bentuk, warna, pencahayaan, sudut sudut ruang, celah celah ruang); Changing displays (Pameran yang berubah ubah: lingkungan yang berubah ubah dapat merangsang pengembangan otak); Resource availability (Ketersediaan sumber daya belajar: pengadaan fasiitas edukasi yang berbeda beda secara berdekatan dapat meningkatkan ide ide yang menarik); Flexibility (Fleksibilitas); Active/ passive places (Tempat tempat kegiatan aktif dan pasif: para siswa membutuhkan tempat untuk mengembangkan interpersonal intelligence bersosialisasi maupun intrapersonal intelligence dengan perenungan); Personalized space (Ruang personal: konsep homebase dapat dikembangkan daripada meja atau loker penyimpanan; kebutuhan untuk membebaskan siswa untuk menunjukkan identitas pribadi, menikmati daerah pribadi dan teritorialitasnya); The community as a learning environment (Komunitas sebagai lingkungan belajar: manfaatkan seluruth lingkungan kota dan alami sebagai tempat belajar, konsep sekolah 16 dengan

harus diubah dari benteng pendidikan menjadi pusat pembelajaran yang kaya akan informasi untuk mendukung pembelajaran jangka panjang [life-long learning]; teknologi, distance learning, kemitraan antara komunitas dan dunia usaha, dll dapat dieksplorasii sebagai struktur metode pembelajaran masa sekarang dan depan). Karena itulah diperlukan berbagai bahan ajar serta lingkungan yang memunculkan stimulasi positif pada siswa. Sehingga bahan ajar memang sangat diperlukan oleh Guru Guru TK untuk mengajar dengan positif.

METODA PENGABDIAN MASYARAKAT Tahapan untuk Desain Partisipatif MCK dan Tandon Air yang akan dilakukan ialah Penjajakan Awal, Sosialisasi, Survey Kampung Sendiri & Lokakarya Mini, Desain Partisipatif, Lokakarya Antar Pelaku. Setelah itu jika dihasilkan Desain Partisipatif MCK dan Tandon Air maka akan dilakukan program pembangunan MCK dan Tandon Air secara bergilir di Desa ini. Penjajakan Awal dilakukan untuk menjajaki apakah kegiatan ini cukup diterima oleh para Warga. Kegiatan ini dilakukan selama program COP 2011. Dan ternyata Warga sangat menerima ide ini. Sosialisasi akan dilakukan kepada Para Warga pada saat kunjungan pertama setelah COP. Sosialisasi ini bertujuan untuk menjelaskan tujuan program ini. Survey Kampung Sendiri dilakukan secara mandiri oleh Warga Jatiwekas perlu dilakukan bersama Warga untuk mencari Kepala Keluarga yang sangat memerlukan MCK dan Tandon Air ini dan memetakan skala prioritas masing masing KK ini. Setelah itu perlu dibuat Peta Desa dan database MCK dan Tandon Air yang diperlukan. Bersama dengan survey itu makan dibuat usulan desain oleh Tim UK Petra. Usulan ini kemudian dibahas dalam Lokakarya Mini. Lokakarya ini akan berlangsung pada sore hari kunjungan pertama itu. Metode Participatory Rural Appraisal serta Diskusi akan diterapkan dalam Survey dan Lokakarya ini. Lokakarya Antar Pelaku dalam jarak waktu 3 bulan setelah kunjungan pertama ini. Lokakarya ini akan melibatkan Pemda Kabupaten Kediri, LPPM, Kepala Desa, LPMD, Kepala Dusun, Seluruh Warga Jatiwekas.

17

Sedangkan untuk Peningkatan Kemampuan Guru TK akan dilakukan Pelatihan dan Penyusunan Bahan Ajar untuk TK lebih lanjut. Hal ini menindaklanjuti COP dan Abdimas Dosen terdahulu. Bentuk kegiatan ini hanya berupa diskusi dan pelatihan sederhana. PERSONALIA PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Anggota Tim Abdimas Nama Lengkap b. Jenis kelamin c. NIP d. Bidang ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan Fungsional g. Fakultas/Jurusan

: : Gunawan Tanuwidjaja, S.T., M.Sc. : Laki laki : 10-012 : Arsitektur : Tenaga Pengajar / IIIb : Dosen Tetap : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Arsitektur

h. Perguruan Tinggi i. Waktu untuk penelitian ini

: Universitas Kristen Petra - Surabaya : 4 jam / minggu

18

JADWAL PELAKSANAAN Jadwal ini secara tentatif dapat terlihat dalam tabel sbb:
No A 1 2 3 4 5 6 B 1 Kegiatan DESAIN PARTISIPATIF UNTUK MCK Penjajakan Awal Sosialisasi Survey Kampung Sendiri Desain Partisipatif Lokakarya Mini Lokakarya Antar Pelaku PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU TAMAN KANAK - KANAK Diskusi Peningkatan Kemampuan Guru TK Total Waktu (minggu) Ket Tahun Bulan Minggu 2012 3
1 2 3 4 1 2

4
3 4 1 2

5
3 4 1 2

6
3 4 1 2

7
3 4 1 2

8
3 4

0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1 1

1 1

1 1 1

19

RENCANA ANGGARAN/ PEMBIAYAAN Kami mengusulkan dana Pengabdian Masyarakat sebesar Rp. 1.500.000,-. Hal ini didasari oleh kebutuhan sbb:
Biaya Program Abdimas LPPM

No

Kegiatan

Ket

A 1 2 3 4 5 B 1

DESAIN PARTISIPATIF UNTUK MCK Transportasi Surabaya - Jatiwekas Kediri Bahan ATK untuk Survey Kampung Sendiri Bahan ATK untuk Desain Partisipatif Konsumsi Lokakarya Mini Konsumsi Lokakarya Antar Pelaku PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU TAMAN KANAK - KANAK Bahan Diskusi Peningkatan Kemampuan Guru TK Total Rp500,000 Rp2,500,000 Rp1,500,000 Rp100,000 Rp100,000 Rp100,000 Rp200,000

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA UNTUK DESAIN PARTISIPATIF
Djohani, R. (1996). Berbuat Bersama Berperan Setara. Driya Media. Bandung Frick, H., (2004), Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Penerbit Kanisius http://www.bamboocentral.org/ http://www.bamboocentral.org/PDF_files/MODUL_PELATIHAN_MABUTER.pdf http://www.kanisiusmedia.com/katalog.php?cari=&kategori=&tipe=&keyword=&page=154 Kuswartojo, T., et al. (2005), Perumahan dan Permukiman Indonesia, Peneribit ITB, Bandung. Mendler, S. et als, (2000), The HOK Guidebook to Sustainable Design, John Wiley and Sons The Provincial Peoples Committee Vietnam, (2007), Participatory Rural Appraisal Manual for The Commune/Ward/Town Socio-Economic Planning Process (SEPP) Widyowijatnoko, A, (1999), Kajian Konstruksi Bambu Plester dan Konsep

20

Widyowijatnoko, A, (2008), Prefabricated Low Cost Housing Bamboo Reinforcement and Appropriate Technology, in Modern Bamboo Structures Xiao et al. (eds), Taylor Francis Group. London, ISBN 978-0-415-47587-6 Direktorat Jenderal Cipta Karya, (2005), Modul Dasar Konsultan dan Pemda untuk Pembangunan Partisipatif, dalam Rangka Program PNPM Mandiri Perkotaan

DAFTAR PUSTAKA UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU


files.rsbikelompok1.webnode.com/.../Unit%208_ ... http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/propenas/Bab%207%20(14112000).pdf http://cercopdf.com/cara-mengajar-yang-menyenangkan-pdf/ http://etd.eprints.ums.ac.id/3740/1/F100040173.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197203211999031ASEP_SURYANA/Copy_of_PARADIGMA_BARU_PENGELOLAAN_TENAGA_PENDIDI K.pdf http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_Strategic_plan_2010 -2014.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7269/1/10E00146.pdf http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/2800161106130305439/617331-1110769011447/810296-1110769073153/education.pdf http://tikkysuwantikno.wordpress.com/2007/12/27/model-pembelajaran-atraktif-di-tamankanak-kanak/ http://tikkysuwantikno.wordpress.com/2008/02/03/nilai-pedagogis-paulo-freire-dan-masadepan-pendidikan/ http://tikkysuwantikno.wordpress.com/2008/02/03/sikap-dan-perilaku-guru-yang-profesional/ http://tikkysuwantikno.wordpress.com/2011/05/06/11-techniques-for-better-classroomdiscipline/ http://tikkysuwantikno.wordpress.com/2011/05/06/four-steps-for-better-classroom-discipline/ http://tikkysuwantikno.wordpress.com/2011/05/06/how-to-handle-discipline-problems-witheffective-classroom-management/ http://tikkysuwantikno.wordpress.com/2011/05/06/top-10-tips-for-classroom-discipline-andmanagement/ http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.7684%20Pendayagunan%20Media%20Pembelajaran.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIPR_0.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_1.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_2.pdf 21

http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_3.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_4.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_5.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_6.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_sp_1.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_sp_2.pdf http://www.idp-europe.org/docs/LIRP_sp_3.pdf http://www.kanisiusmedia.com/katalog.php?cari=&kategori=&tipe=&keyword=&page=154 http://www.p4tkipa.org/data/pakem.pdf Lackney, J. 1999. Twelve Design Principles. Presentation at CEFPI Conference Workshop. Minneapolis, MN. Mendler, S., et als, 2000, The HOK Guidebook to Sustainable Design, John Wiley and Sons Sanoff, H. 1994. School Design. New York: John Wiley & Sons. Sergiovanni, T.J. 1994. Building Community in Schools. San Francisco: Jossey Bass. Tobias, C.U., (1998), Cara Mereka Belajar (The Way They Learn, Focus on the Family Series), Penerbit Tyndale House Publishers.

22

Anda mungkin juga menyukai