NIM : 15714005
Istilah Fasilitator dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah orang yang
menyediakan fasilitas. Definisi fasilitas tentunya tidak hanya sekadar penyediaan kebutuhan
ataupun penyediaan barang dan pelayanan jasa semata, namun juga harus lebih tinggi dari itu.
Menyediakan fasilitas untuk outputnya adalah membantu meringankan kehidupan orang lain.
Tugas pembelajaran: memberi masukan berupa nilai, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
pengalaman kepada masyarakat
1. Penyadaran kritis yaitu membangun kesadaran masyarakat bahwa setiap individu berkaitan
atau dipengaruhi oleh struktur dan sistem yang bekerja mengatur.
2. Memberi informasi yaitu menyediakan informasi yang relevan pada masyarakat untuk
penjajakan kebutuhan, perencanaan, kegiatan pembelajaran, dsb.
3. Berhadapan (konfrontasi) dengan pelanggaran prinsipiil yaitu kemampuan untuk bertindak
tegas apabila diperlukan terhadap individu atau kelompok masyarakat yang melanggar
suatu prinsip kerjasama (misalnya: bersifat rasis, melakukan tindakan merusak lingkungan,
penyalahgunaan keuangan program, dsb).
4. Menyelenggarakan pelatihan yaitu melakukan atau menghubungkan dengan pelatih lain
untuk kegiatan transfer pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat.
Tugas penghubung: membangun relasi dengan berbagai sumber, pihak dan lembaga
yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dampingannya
Tidak dapat dipungkiri, peranan fasilitator sangat mendukung keberhasilan suatu Program-
program Pemberdayaan Masyarakat. Masyarakat dan pemerintah memerlukan fasilitator untuk
mendampingi program pemberdayaan masyarakat guna mengentaskan kemiskinan dan
menumbuhkan kemandirian serta daya masyarakat yang kuat..Para pelaksana program
(pendamping, supervisor dan koordinator program) adalah ujung tombak lembaga yang
bertugas sebagai pelaku pengembangan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Kini
jumlah fasilitator semakin banyak, namun seorang fasilitator yang kompeten-lah yang semakin
diperlukan
Penyelenggaraan program Penyediaan Air minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat, atau
yang dikenal sebagai Pamsimas. Program yang dimulai tahun 2008, awalnya memiliki kendala
berkaitan dengan koordinasi dan sinkronisasi program masing-masing instansi yang terlibat dalam
program. Perubahan institusi pengendali/ executing agency dari Kementerian Kesehatan ke
Kementerian Pekerjaan Umum, menimbulkan masalah pada awal pelaksanaan program. Pada awal
pelaksanaan tahun 2008, menurut salah satu pejabat program Pamsimas, Pamsimas harus
berjalan dengan keterbatasan perangkat yang ada
Persoalan koordinasi antar sektor terlihat, pada saat program telah sampai pada tahapan
pelaksanaan konstruksi, di beberapa tempat, air baku yang akan digunakan, hasil tesnya belum
keluar. Padahal air Pamsimas wajib dites oleh Dinas Kesehatan, dan harus memiliki kualifikasi
sebagai air bersih.
Pelaksanaan Pamsimas tidak saja terkendala masalah koordinasi. Sebagai gambaran, dapat kita
lihat di tiga lokasi pelaksanaan Pamsimas, yaitu Kota Kupang, Kabupaten Banjar dan Kabupaten
Tasikmalaya. Di tiga tempat ini, terdapat beberapa masalah, yang perlu diperhatikan pemangku
kepentingan Pamsimas.
Kota Kupang
Di Kota Kupang, permasalahan yang utama untuk program Pamsimas adalah mencari
sumber air yang dapat dijadikan air baku Pamsimas. Selain itu ketersediaan mata air baku, juga
sering menjadi kendala, hal ini disebabkan adanya penurunan debit akibat iklim pulau Timor.
Sumber air yang tersedia di kota Kupang tidak merata. Karena sulitnya menemukan sumber air,
pengelola perlu mendapatkan pemilik sumber air (sumur gali) yang berjiwa sosial,untuk
menjadikan sumur pribadi sebagai sumber air baku.
Struktur geologi tanah di Kota Kupang rawan terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan
karena tipe tanah Kota Kupang cepat menurunkan air limbah di permukaan, sehingga air yang ada
di bawah tanah mudah tercemar. Solusinya adalah dengan melakukan terlebih dahulu pengolahan
air limbah yang dibuang ke tanah.
Bahan infrastruktur Pamsimas banyak yang didatangkan dari luar pulau, hal ini
menyebabkan mahalnya prasarana terpasang. Masalah lain berkaitan dengan pengelolaan sanitasi
yang masih buruk. Perubahan tata ruang yang kurang terkendali. Kinerja fasilitator,terutama
berkaitan dengan masalah sering terlambatnya menerima gaji dan kesulitan mendapat
fasilitator dengan kemampuan yang cukup untuk menangani pengelolaan Pamsimas.
Masyarakat penerima manfaat di Kota Kupang, dari hasil penelitian juga masih merasa terbebani
dan berat untuk dapat mengumpulkan uang swadaya. Terdapat juga perselisihaninternal Lembaga
Keswadayaan Masyarakat maupun dengan pihak luar. Masalah perilaku pelaksana, menunjukkan
perlunya perhatian pada tahapan waktu program Pamsimas.
Kabupaten Banjar
Di Kabupaten Banjar ditemukan masalah berkaitan dengan kepedulian masyarakat
mengenai pemanfaatan dan pemeliharaan air. Terdapat perilaku buang air besar di tepi
sungaimenggunakan toilet apung. Masyarakat juga merasa terbebani dengan adanya dana
swadaya. Kondisi ini dapat disebabkan karena, belum meratanya penyediaan sarana sanitasi
baik di sekolah maupun lingkungan permukiman, tempat sampah, dan saluran limbah. Hal ini
terjadi terutama di daerah-daerah pedesaan dan pinggiran kota. Adanya keterbatasan anggaran
pemerintah daerah, menyebabkan pembangunan sarana prasarana air bersih dan sanitasi belum
merata di Kabupaten Banjar.
Ditemukan kesenjangan komunikasi antara konsultan dengan instansi pemerintah. Hal ini
menyebabkan penentuan desa sasaran, belum sesuai dengan skala prioritas. Daftar Isian
Penggunaan Anggaran untuk program Pamsimas di Kabupaten Banjar, pada tahun 2010 turun
tidak tepat waktu sehingga pelaksanaan kegiatan tertunda. Dari dua tahun pelaksanaan Pamsimas
di Kabupaten Banjar dapat diambil kesimpulan, bahwa waktu untuk persiapan proses
pemberdayaan dan perubahan perilaku, terlalu terbatas atau sempit, tidak mencukupi.
Kabupaten Tasikmalaya
Permasalahan program Pamsimas di Kabupaten Tasikmalaya berkaitan dengan
pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana Pamsimas, setelah terbangun. Diperlukan
kesatuan pemahaman antar dinas terkait dalam pengembangan program Pamsimas. Termasuk
dalam penyelenggaraan anggaran dinas dalam pengembangan Pamsimas.
Di Kabupaten Tasikmalaya ada kasus, sarana Pamsimas dibangun terlebih dahulu, baru diperiksa
kualitas airnya, menunjukkan terjadinya kesenjangan komunikasi dan koordinasi antar sektor.
Aktifitas masyarakat berkaitan dengan budaya kolam dan sanitasi, merupakan tantangan bagi
program Pamsimas. Program pemberdayaan masyarakat dalam program Pamsimas memerlukan
perhatian dan waktu yang lebih dari panduan pelaksanaan.
Salah satu bentuk usaha program PAMSIMAS adalah memberikan bantuan langsung ke pada
masyarakat. Namun kerap kali, bentuk bantuan masyarakat yang diberikan tidak sesuai dengan
kebutuhan yang seharusnya dipenuhi.
dianggap sebagai pemicu terjadinya kasus korupsi. Dana yang diberikan pemerintah untuk
program PAMSIMAS tentunya sangat besar namun sebgaian besar pengelola dikelola oleh
orang-orang yang memilki pengaruh besar. Masih kuatnya mental KKN tersebut membuat
program penanggulangan kemiskinan tidak pernah betul-betul mampu mengentaskan
kemiskinan. Salah satu contoh kasus korupsi terkait program Pamsimas terjadi pada Kota
Kupang dimana total kerugain Negara menjadi 56 juta.
Dalam memberikan bantuan, seringkali banuan tersebut tidak tepat sasaran. Program bantuan
ini terkadang diterima oleh keluarga yang mampu, sementara keluarga yang benar-benar
miskin tidak menerima.
Hal tersebut dapat di sebabkan oleh beberapa faktor seperti menurunnya partisipasi
masyarakat didaerah tersebut sehingga program tidak berjalan dengan baik dan akhirnya
program terhenti. Selain itu, ketidak efektifan program yang dilaksankaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://pracastino.blogspot.co.id/2011/01/masalah-dan-tahapan-program-pamsimas.html
http://kupang.tribunnews.com/2014/04/04/vinsen-melur-diduga-korupsi-dana-pamsimas